• Tidak ada hasil yang ditemukan

Ruang lingkup penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti disesuaikan dengan fokus penelitian yang telah dipaparkan sebelumnya. Peneliti akan mengkaji tentang bagaimana konseptualisasi, Implementasi, dan Implikasi dalam membangun brand image sekolah.

2. Setting Penelitian

Yang menjadi lokasi/tempat penelitian adalah di MI Yusuf Abdussatar yang bernaung di bawah lembaga yayasan Pondok Pesantren Yusuf Abdussatar, Jln. Kali Babak, Kediri, Kecamatan Kediri, kabupaten Lombok Barat, Nusa Tenggara Barat.

E. Penelitian Terdahulu yang Relevan

1. Penelitian Oleh Yulia Rukmana deangan judul Tesis

“Strategi Membangun Branding Image Dalam Meningkatkan Daya Saing Lembaga Pendidikan (Studi Multi Kasus di SMA Negeri 3 Malang dan SMA Nurul Jadid Paiton Probolinggo)”. Tujuan dilakukannya

penelitian ini adalah untuk mengetauhi factor-faktor pembentuk brand image, langkah- langkah straegi sekolah, dan dampak terhadap pembentukan branding image dalam meningkatkan daya saing di SMA Negeri 3 Malang dan SMA Nurul Jadid Paiton Probolinggo.7

Hasil penelitian ini menunjukkan, 1) faktor pembentukan brand image sekolah meliputi: standar Manajmen Mutu ISO, tingkah laku siswa, prestasi, kualitas lulusan, kegiatan unggulan sekolah dan hubungan alumni. 2) langkah-langkah strategi sekolah membangun brand image dalam meningkatkan daya saing sekolah meliput: akreditasi kelembagaan, standar Manajmen mutu ISO, tingkah laku siswa, prestasi, kwalitas lulusan, kegiatan unggulan sekolah, hubungan alumni.

Berdasarkan penelitian yang di lakukan oleh Yulia Rukmana terdapat persamaan dan perbedaan dari penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti. Penelitian ini memiliki kesamaan dalam metode penelitian sama- sama menggunakan metode kualitatif dan sama-sama meneliti tentang brand image.

2. Penelitian oleh Nasri Bohari dengan judul Tesis

“Manajmen Branding Image Sekolah pemimpin MTS Radhiyatan Mardhiyah Putra Balikpapan”. Tujuan di lakukannya penelitian ini adalah untuk mengetauhi bagaimana pemilihan konsep brand image, bagaimana pengelolaan dan koordinasi kerja branding, dan bagaimana evaluasi manajmen branding sekolah

7 Yulia Rukmana, Strategi Membangun Branding Image Dalam Meningkatkan Daya Saing Lembaga Pendidikan (Studi Multi Kasus di SMA Negeri 3 Malang dan SMA Nurul Jadid Paiton Probolinggo). (Malang. UIN Maulana Malik Ibrahim. 2016)

pemimpin MTS Radhiyatan Mardhiyyah Putra Balikpapan.8

Hasil penelitian ini menunjukkan, 1) brand sekolah pemimpin adalah pilihan tepat sebagai program strategis peningkatan mutu sekolah perbaikan image MTs RM Putra. 2) Manajmen Brand image sekolah pemimpin di MTs RM Putra dilakukan dengan dua langkah strategis secara internal yaitu dengan peningkatan layanan pembelajaran oleh pengelola sekolah dan eksternal dengan sistem marketing dan komunikasi dengan pihak eksternal yang baik yang di koordinasi oleh BMH dengan tujuan pembentukan image yang positif. 3) Evaluasi manajmen Brand image sekolah pemimpin di lakukan dengan evaluasi internal terdiri dari evaluasi terhadap implementasi evaluasi melalui supervise, dan evaluasi eksternal yaitu untuk mengukur kepuasan layanan mutu jasa sekolah.

3. Zainur Roziqin & Hefny Rozaq dalam jurnal “ Menggagas Competitive Advantage Melalui Branding Image Di Madrasah Aliyah Nurul Jadid Paiton Probolinggo Jurnal Ilmiah DIDAKTIKA Februari 2018 VOL. 18, NO. 2, 225-244”.9 Pada jurnal ini menjelaskan bagaimana langkah – langkah dalam pembentukan brand image di Madrasah Aliyah Nurul Jadid Paiton Probolinggo sebagai upaya untuk meningkatkan daya saing.

8Nasri Bohari, Manajmen Branding Image Sekolah pemimpin MTS Radhiyatan Mardhiyyah Putra Balikpapan, (Tesis, Institut Agama Islam Negeri Antasari, Banjarmasin, 2017)

9Zainur Roziqin dan Hefny Rozaq, “Menggagas Competitive Advantage Melalui Branding Image Di Madrasah Aliyah Nurul Jadid Paiton Probolinggo”. Jurnal Ilmiah DIDAKTIKA Februari 2018 VOL.

18, NO. 2, 225-244

Pada penelitian ini mengungkapkan bahwa adapun brand image itu telah dilakukan dengan beberapa langkah- langkah, yakni dengan melakukan akreditasi kelembagaan, prilaku baik siswa, prestasi siswa, kualitas guru dan lulusan. Adapun langkah penunjangnya yaitu kegiatan- kegiatan ekstrakulikuler dan juga hubungan antar alumni yang terus berkesinambungan.

4. Fajri Dwiyama dengan judul “Brand Image: Upaya Memasarkan Pendidikan Bagi Lembaga yang Kurang Mampu Bersaing “,Volume. 9, No. 2 Agustus 2019 P- ISSN: 2407-8107 E-ISSN: 2685-4538.10

Peneliti di sini lebih memfokuskan pada upaya bagaimana memasarkan pendidikan yang kurang mampu bersaing, dan tidak menutup kemungkinan juga mampu membuat sekolah yang tidak mampu bersaing menjadi mampu bersaing, dengan cara mempelajari teori brand image secara lebih mendalam. Karena tidak menutup kemungkinan, dengan mempelajari berbagai teori secara lebih mendalam dapat membantu lembaga yang tidak mampu bersaing mampu untuk memasarkan lembaga pendidikannya.

5. Iken Mety Wulandari dengan judul tesis “ Pengaruh Brand Image dan Lokasi Terhadap Keutusan Calon Mahasiswa Melanjutkan Studi di Perguruan Tinggi (Studi Kasus Pada Siswa Kelas XII SMAN Jurusan IPS di Kota Jember)”.11 Peneliti di sini lebih memfokuskan pada pengaruh brand image dan lokasi, variabel manakah dari

10Fajri Dwiyama dengan judul , Brand Image: Upaya Memasarkan Pendidikan Bagi Lembaga yang Kurang Mampu Bersaing, Volume. 9, No. 2 Agustus 2019 P-ISSN: 2407-8107 E-ISSN: 2685-4538.

11 Iken Mety Wulandari dengan judul tesis, Pengaruh Brand Image dan Lokasi Terhadap Keutusan Calon Mahasiswa Melanjutkan Studi di Perguruan Tinggi (Studi Kasus Pada Siswa Kelas XII SMAN Jurusan IPS di Kota Jember). 2013

brand image dan lokasi yang memberikan pengaruh yang lebih besar terhadap calon mahasiswa melanjutkan studi dierguruan tinggi.

Hasil dari penelitian ini adalah bahwa antara kedua variabel brand image dan lokasi sama-sama berpengaruh signifikan dan variable yang paling dominan adalah variable lokasi dengan presentase sebesar 44,1% terhadap keputusan calon mahasiswa melanjutkan studi di perguruan tinggi.

Sedangkan dalam penelitian ini peneliti ingin memfokuskan pada, Konseptualisasi, Implementasi dan Implikasi Startegi Membangun Brand Image di MI Yusuf Abdussatar.

Originalitas Penelitian No Peneliti/

Tahun Perbedaan Persamaan Originalita s penelitian 1 Yulia

Rukmana (2016)

1.Meningkatkan

daya saing

lembaga pendidikan

2.Tingkat Pendidikan MA dan SMK 3.Lokasi penelitian

(SMA Negeri 3Malang dan SMA NurulJad Paiton Probolinggo)

1.Fokus penelitian strategi

membangun brand image 2.metode penelitian

menggunakan metode kualitatif 3.Semua pihak ikut

andil dalam peningkatan proses pendidikan (kepala sekolah, pendidik, tenaga kependidikan)

1. Strategi membngun brand image 2. Lokasi

penelitian 3. Fokus

penelitian 4. Tingkat

pendidikan

2 Nasri Bohari/

1. Manajmen Branding Image

1. Fokus penelitian tentang image

1. Strategi membngun

2017 2. Tingkat pendidikan MTS

3. Lokasi penelitian (MTS Radhiyatan Mardiyah Putra Balikpapan)

2. Metode penelitian menggunakan metode kualitatif 3. Semua pihak ikut

andil dalam peningkatan proses pendidikan (kepala sekolah, pendidik, tenaga kependidikan)

brand image 2. Lokasi

penelitian 3. Fokus

penelitian 4. Tingkat

pendidikan

3 Iken Mety Wuland ari (2013)

1. Menggas Competitive Advantage

2. Tingkat pendidikan SMA dalam

melanjutkan studi Perguruan Tinggi 3. Metode penelitian

menggunakan metode kuantitatif 4. Lokasi penelitian

(Siswa kelas XII SMAN Jurusan IPS dikota Jember)

1. Fokus penelitian tentang strategi membangun brand image 2. Semua pihak ikut andil dalam peningkatan proses pendidikan (kepala sekolah, pendidik, tenaga kependidikan)

1.Strategi membangun brand image 2.Lokasi penelitian 3.Fokus penelitian 4.Tingkat pendidikan

F. Kerangka Teori

“Karangka teori meguraikan teori-teori yang terkait dengan variabel peneliti yang dimulai dari definisi, konsep, asumsi, dan indikator yang digunkan didalam mengukur

variabel tersebut sebagai landasan untuk mengembangkan instrumen peneliti.”12

Kotler dan Fox bahwa bauran pemasaran merupakan variabel-variabel terkendali yang digabungkan untuk enghasilkan tanggapan yang diharapkan dari pasarsasaran.

Dan untuk usaha jasa terdapat 7 unsur marketing mix (Marketing Mix-7p) yaitu: Produk, Price, Promotion, Place, People, Proses, Dan Physical Evidence.

Fayol (184-1925). Fayol terkenal sebagai bapak teori ilmiah. Fayol membagi operasi perusahaan menjadi enam kegiatan, yaitu (1) teknik: produksi dan manufacturing produk: (2) komersial: pembelian bahan baku dan penjualan produk; (3) keuangan: perolehan dan penggunaan modal; (4) keamanan: perlindungan karyawan dan kekayaan;(5) akutansi: pelaporan dan neraca keuangan, pencatat laba dan pencatat statistik; (6) manajerial dan teknik-teknik kepemimpinan. Menurut Fayol ada lima fungsi manajemen, yaitu Planning, Coammanding, Coordinating, and Controling yang disingkat PCCC.13

1. Strategi

Strategi adalah kerangka acuan yang terintegrasi dan komperhensif yang mengarahkan pilihan-pilihan yang menentukan bentuk dan arah aktivitas-aktivitas organisasi yang menuju pencapaian tujuan-tujuannya.14

Adapun Strategi adalah pendekatan secara keseluruhan yang berkaitan dengan pelaksanaan gagasan,

12 Pedoman Penulisan Artikel, Makalah, Proposal, Tesis dan Disertasi, hal.56.

13Usman, Manajemen dan riset Pendidikan, 37.

14 Simamora, Henry, Manajmen sumber Daya Manusia, (Yogyakarta: STIE TKPN. 1997). hal. 38

perencanaan, dan eksekusi sebuah aktivitas dalam kurun waktu. Di dalam strategi yang baik terdapat koordinasi tim kerja, memiliki tema mengidentifikasi faktor pendukung yang sesuai dengan prinsip-prinsip pelaksanaan gagasan secara rasional, efisien dalam pendanaan, dan memiliki taktik untuk mencapai tujuan secara efektif.

Strategi produk atau inovasi pembaharuan dalam bidang administrasi atau manajmen pendidikan harus dapat diterjemahkan disekolah-sekolah dan dirasakan manfaatnya bagi staf sekolah, siswa, dan masyarakat. Strategi sekolah tidaklah mudah dan langsung untuk bisa diterapkan, oleh sebab itu perlunya sekolah mengetahui bagaimana aktivitas sekolah dan manajmen sekolah itu mampu memberikan kontribusi terhadap perkembangan anak. Hal lain yang harus diperhatikan dalam implementasi inovasi dalam manajmen pendidikan adalah jangan sampai inovasi itu justru menimbulkan kekacauan pada keseluruhan mekanisme kerja kelembagaan sekolah. 15

Berdasarkan pendapat di atas bahwa setrategi merupakan sarana untuk mencapai tujuan dalam kesuksesan atau keberhasilan dalam mencapai sebuah tujuan akhir yang memuaskan. pada prinsipnya strategi dibagi menjadi tiga tahapan yaitu:

a. Formulasi Strategi

Formulasi strategi adalah mengembankan misi dan tujuan untuk jangka panjang, pengidentifikasian peluang yang ada dan ancaman dari luar yang sewaktu-waktu ada serta kekuatan dan kelemahan lembaga pendidikan, pengembangan alternatif strategi dan

15 Sudarwan Danim, Visi Baru Manajmen Sekolah . (PT. Bumi Aksara: Jakarta. 2006) hal. 46

menentukan strategi yang pas sesuai sesuai dengan yang diharapkan untuk diadaptasikan.16 Formulasi strategi mencakup tahapan penetapan misi lembaga pendidikan, asesment lingkungan, menetapkan arah dan sasaran, dan menentukan strategi.

Langkah-langkah formulasi strategik menurut Sharplin adalah: (1) menetapkan misi suatu lembaga pendidikan khususnya peningkatan mutu pendidik, (2) melakukan lingkungan eksternal lembaga pendidikan tentang hambatan dan dorongan dalam meningkatkan mutu pendidik sesuai dengan kemampuan lembaga pendidikan, (3) menetapkan arah dan sasaran lembaga pendidikan khususnya mutu pendidik yang ingin di capai, dan (4) menetapkan strategi yang akan digunakan.

b. Implementasi Strategi

Implementasi strategi adalah kegiatan mengimplementasikan berbagai strategi yang suda disusun ke berbagai alokasi sumber daya secara optimal. dalam pelaksanaan implementasi strategi menggunakan berbagai formulasi strategi guna membantu dalam pembentukan tujuan-tujuan kinerja, alokasi, dan prioritas sumber daya.

Menurut Schendel dan Hofer dalam Syaiful Sagala menjelaskan bahwa implementasi strategi dapat di capai dengan alat administrasi yang dikelompokkan tiga kategori yaitu:17

1) Struktur yaitu siapa yang bertanggung jawab terhadap apa yang sudah dan akan dilakukan, kepala sekolah bertanggung jawab kepada siapa

16Agustinus Sri Wahyudi,Manajemen Strategik: Pengantar Proses Berfikir Strategik (Bandung: Binarupa Aksara, 1996), hal.15.

17 Sagala, Manajemen staretegik, 139.

2) Proses yaitu bagaimana tugas dan tanggung jawab itu dikerjakan oleh masing-masing pendidik dan tenaga kependidikan

3) Tingkah laku adalah perilaku yang menggambarkan motivasi, semangat kerja, penghargaan, disiplin, etika, dan sebagainya.

“Implementasi strategi meliputi penentuan sasaran operasional tahunan, kebijakan lembaga pendidikan, memotivasi pendidik dan mengalokasikan sumber daya yang dumiliki ssupaya strategi yang di tetapkan dapat di implementasikan.”18

c. Evaluasi dan kontrol strategi.

“Evaluasi atau kontrol strategik mencakup berbagai bentuk usaha untuk memonitor seluruh hasil dari perencanaan dan penerapan strategi dan juga mengukur hasil kerja individu pendidik dan menentukan langkah-langkah perbaikan jika diperlukan oleh lembaga.”19

Untuk dapat mengetahui seberapa jauh efektifitas dari implementasi strategik, maka diperlukan tahapan selanjutnya yaitu evaluasi. Evaluasi bertujuan untuk mengevaluasi strategik yang telah dijalankan meliputi; (1) mereview faktor internal dan eksternal yang merupakan dasar dari strategi yang ada, (2) menilai performance strategik, dan (3) melakukan langkah koreksi.

18 Wahyudi, Manajemen Strategik, 16.

19Wahyudi, Manajemen Strategik, 17.

2. Brand Image

A brand is a name, term, sign, symbol, or design or a combination of them, intended to identify the goods or service of one seller or group of seller and to differentiate them from those of competitors.”

Maksudnya, merek adalah nama, istilah, tanda, symbol, atau desaign atau kombinasi dari semuanya itu yang dimaksudkan untuk mengidentifikasi barang atau jasa dari seseorang atau sekelompok penjual untuk untuk membedakannya dari produk atau barang pesaing.20

Image dapat didefinisikan secara umum dengan karakter manusia, semakin menarik dan baik seseorang maka akan semakin kuat brand image yang akan terlihat, dan juga kesempatan untuk menumbuhkan image akan lebih banyak lagi. Kriteria merek yang bagus adalah pastinya akan terlindungi secara baik, harus dapat diingat dan di kenali dengan mudah oleh konsumen, mudah di ucapkan, mudah dikenal, menarik dilihat, dan mempunyai manfaat yang dibutuhkan banyak orang. Oleh sebab itu merek harus kredibel dan mencirikan karakter yang sesuai, serta menyiratkan sesuatu yang bahan atau tipe orang yang menggunakan merek tersebut tampa kita bertanya dulu merek apa yang sedang orang itu gunakan.

Dijelaskan dalam bukunya Kottler mendefinisikan brand image sebagai seperangkat keyakinan, ide dan kesan yang dimiliki seorang terhadap suatu merek.

Karena itu sikap dan tindakan konsumen terhadap suatu merek sangat ditentukan oleh brand image yang merupakan syarat dari merek yang kuat.

20 Kotler.P. ,Manajmen Pemasaran Indonesia, Edisi ketiga belas. Jilid 1.

(Erlangga: Jakarta 2009).

Dari beberapa pendapat yang di kemukakan para ahli diatas bahwa brand image adalah kepercayaan seseorang terhadap suatu nama, dan simbol di karenakan kesan yang dimilki seseorang terhadap suatu merek tersebut, baik kepercayaan tersebut di peroleh berdasarkan fakta yang telah di rasakan orang lain ataupun fakta dirinya sendiri yang telah menggunakan merek tersebut, sehingga kesan yang muncul terhadap merek ini akan relatif jangka panjang yang terbentuk dalam benak konsumen. Karena diketahui bahwa minat dan kepercayaan konsumen adalah aspek psikis yang dapat mendorong seseorang untuk mencapai suatu tujuan.

Menciptakan brand image dalam dalam dunia pendidikan tidaklah mudah. Oleh sebab itu para pengelola pendidikan butuh pengalaman terbang yang lama dan bervariasi untuk mendapatkan pembeda terhadap brand image yang akan di munculkan. Oleh sebab itu para pengelola lembaga pendidikan harus mampu membentuk brand image lembaga pendidikan yang positif di mata masyarakat, para pengelola pendidikan harus memahami istilah yang disebut dengan bauran pemasaran.

Dalam pemasaran jasa (lembaga pendidikan), Bauran pemasaran adalah unsur-unsur dan dapat di padukan sedemikian rupa sehingga dapat menghasilkan strategi pemasaran yang dapat digunakan. Bauran pemasaran merupakan alat bagi pemasar yang terdiri atas berbagai unsur suatu program pemasaran yang perlu di pertimbangkan agar konseptualisasi, implementasi dan implikasi strategi pemasaran yang di tetapkan dapat berjalan sukses. Bauran pemasaran terdiri dari 7P yaitu product, price, place, promotion, people, physical

evidence, process. Berikut adalah penjabaran dari tujuh prinsip bauran tersebut:

= 4P Keras = 3P Lunak

1. Product (produk)

Produk di sini mengacu pada jasa pendidikan yang seperti apa yang di tawarkan pihak lembaga kepada konsumen (masyarakat), baik itu dari segi program, perbaikan, kualitas, ataupun aksesoris pendidikan lainnya.

Memang tidak mudah untuk menciptakan produk yang baik dan diminati masyarakat, oleh sebab itu pihak lembaga hrus memiliki produk yang memiki pembeda antara satu lembaga dengan lembaga yang lainnya, karena itu akan menjadi penarik konsumen untuk lebih ingin tau apa pembeda dari produk tersebut.

2. Price (harga)

Harga di sini mengacu pada produk yang di tawarkan pihak lembaga untuk menunjang kegiatan-kegiatan.

Karena setiap produk yang berkualitas pastinya ada harga yang mendukung didalamnya.

Tempat/Distribusi Harga

Promosi Orang

Bukti Fisik Proses

Produk

3. Place (lokasi)

Lokasi di sini sangat mendukung untuk cepat tidaknya tersebar informasi lembaga pendidikan. Semakin bagus dan strategis lokasi maka akan cepat dan tidaknya informasi tersebar.

4. Promotion (promosi)

Promosi di sini adalah bagaimana cara pengelola menyebarkan informasi lembaga baik itu dengan cara langsung ataupun tidak langsung. Adapun pusat informasi tidak langsung yang sekarang ini yang lebih di perhatikan masyarakat adalah sosial media (facebook, twitter, instagram, youtube, dan lain- lain). Pada era zaman global sekarang ini dunia maya (media sosial) lebih diminati konsumen, mengingat mudahnya untuk mengakses informasi suatu produk tampa harus pergi langsung ketempatnya, cukup dengan mencari tahu di media sosial dan melihat pendapat konsumen- konsumen yang lainnya yang telah menggunakan, semua informasi akan langsung didapatkan.

5. People (orang)

People atau orang di sini yang di maksud adalah para pengelola yang bernaung di lembaga pendidikan tersebut.

Bagaimana cara semua anggota lembaga dalam meberikan layanan jasa, baik itu berhubungan dengan siswa, wali siswa atau masyarakat sekitar. Karena baik tidaknya pelayanan pihak lembaga terhadap konsumen maka itu akan menjadi nilai plus (nilai jual) tersendiri yang akan dirasakan konsumen jika telah dilayani secara baik dan memuaskan. Tidak bisa di pungkiri pada zaman sekarang ini sebuah produk bukan hanya di lihat dari kualitas produknya saja namun juga layanan jasa yang menyediakan produk tersebut tidak akan luput menjadi pantauan para konsumen, kepuasan konsumen terhadap

layanan jasa akan berdampak baik pada proses promosi produk.

6. Physical Evidence (bukti fsik)

Bukti fisik di sini menjadi karakteristik nilai tambah bagi konsumen. Dilihat dari hasil belajar siswa ( rapot), disain kelas, disain tata letak gedung, bagaimana gedung, perlengkapan gedung, peralatan-peralatan penunjang pembelajaran dan lain sebagainya, yang bisa mempengaruhi perhatian mood pada setiap pengunjung.

7. Process (proses)

Proses di sini dilihat dari bagaiman mutu layanan jasa pendidikan. Dilihat dari bagaimana proses penyampaian dan hasil dari produk (proses belajar mengajar siswa dan hasil belajar siswa) kepada konsumen. Seperti hubungan antara pihak pengelola dengan wali siswa untuk menyampaikan proses belajar ataupun hasil dari pembelajaran sisa. Proses belajar mengajar dan hasil dari belajar tidak akan pernah bisa mencapai tujuan jika tidak adanya komunikasi antara guru dengan orang tua, oleh sebab itu di butuhkannya komunikasi antara guru dengan orang tua, dan komunikasi lembaga dengan orang tua untuk mendapatkan hasil dari proses belajar yang diinginkan bersama.

Dari penjabaran di atas menekankan cara proses kerja bauran pemasaran untuk menciptakan untuk menciptakan hasil jasa pendidikan yang memuaskan. Oleh karena itu keputusan produk, harga, tempat, promosi, dan sebagainya tidak bisa dibentuk secara terpisah antara satu dengan lainnya, kita tidak bisa hanya memperhatikan tujuan dari lembaga (organisasi) saja, tetapi juga perlu untuk diperhatikan sekitar lingkungan pendidikan, sosial, politik, hukum, teknologi, dan ekonomi. Dengan mengetahui proses-proses di atas

diharapkan para pengelola mampu untuk lebih mengembangkan lagi kualitas jasa pendidikan di Indonesia.

G. Metode Penelitian

Peneliti menggunakan pendekatan kualitatif, yaitu prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang atau perilaku yang dapat diamati. Data dan informasi yang peneliti kumpulkan lebih banyak bersifat keterangan-keterangan atau penjelasan yang bukan berbentuk angka. Dan merupakan ”cara untuk mengetahui data dengan memanfaatkan teori-teori yang ada, guna tercapainya tujuan penelitian, baik secara konsisten dan serasi yang berorientasi pada gejala-gejala yang bersifat penelitian non eksperimen”.21

Peneliti menggunakan pendekatan kualitatif yang digunakan pada jenis deskriptif yaitu data yang terkumpul berbentuk kata-kata, gambar bukan angka-angka. Peneliti berusaha untuk mendapatkan data penelitian yang bersifat kata-kata, tulisan, prilaku yang diamati dari masing-masing individu, kelompok, masyarakat, ataupun organisasi dalam konteks tertentu yang dikaji dari sudut pandang yang utuh, komprehensif dan holistik. Proses wawancara mendalam bersifat sangat utama dalam pengumpulan data guna memperoleh kekuatan, kelemahan, peluang, ancaman dan implementasi strategi kepala madrasah dalam membangun brand image di MI Yusuf Abdussatar Kediri.

21 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian, (Rineka Cipta :Jakarta, 2002), hal. 80.

1. Metode pengumpulan data

Metode Pengumpulan data adalah suatu cara yang digunakan dalam upaya memperoleh dan mengumpulkan data yang diperlukan dalam sebuah penelitian. Oleh karena itu, Peneliti harus mampu menentukan metode tepat dan efesien di dalam menjaring data yang diperlukan. Adapun metode pengumpulan data yang digunakan adalah:

a. Observasi

Pengamatan (observasi) adalah metode pengumpulan data di mana peneliti atau kolaboratornya mencatat informasi sebagaimana yang mereka saksikan selama penelitian. Penyaksian terhadap peristiwa-peristiwa itu bisa dengan melihat, mendengarkan, merasakan, yang kemudian dicatat seobjektif mungkin.

Observasi adalah “pengamatan yang dilakukan dengan secara sengaja, sistematik mengenai fenomena sosial dengan gejala-gejala psikis untuk kemudian dilakukan pencatatan”.22

Beberapa bentuk observasi yang dapat digunakan dalam penelitian ini adalah observasi partisipasi, observasi tidak terstruktur, dan observasi kelomok tidak terstuktur.23

Jadi dari pengertian di atas peneliti menggunakan observasi tidak terstruktur, mengingat peneliti melakukan observasi tanpa menggunakan guide observasi. yakni hadir dilokasi penelitian secara

22 Subagyo, Metode Penelitian Dalam Teori Dan Praktik, (Rineka Cipta: Bandung,.1999), hal. 63

23 Burhan Bungin, Penelitian Kualitatif (Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik, dan Ilmu Sosial Lainnya) edisi kedua, (Kencana Prenada Media Grup :Jakarta, 2007) , hal. 118

Dokumen terkait