• Tidak ada hasil yang ditemukan

9.1. Tindakan Administratif

78. Soal : Ada berapa macam sanksi dalam UU No.5 Tahun 1999 ? Sebutkan dan jelaskan dengan singkat

Jawab : Dalam UU Persaingan Usaha diatur dua macam sanksi, yakni sanksi berupa tindakan administratif yang diatur dalam Pasal 4743 dan sanksi pidana yang diatur dalam Pasal 4844 dan Pasal 4945. Yang menarik, pada Pasal 47 yang mengatur tentang sanksi berupa tindakan administratif mengandung nuansa hukum keperdataan. Hal ini dapat kita lihat dalam ketentuan Pasal 47 ayat (2) huruf f.46

79. Soal : Dengan adanya dua jenis sanksi dalam UU Persaingan Usaha, bagaimana dengan posisi KPPU ?

Jawab : KPPU, seperti yang diatur dalam Pasal 36 huruf l UU Persaingan Usaha yang mempunyai kewenangan untuk menjatuhkan sanksi berupa tindakan administratif saja.

Sedangkan untuk sanksi pidana, KPPU tidak berwenang. Yang berwenang untuk menjatuhkan sanksi pidana adalah hakim dalam suatu sidang pengadilan. Meski tidak berwenang menjatuhkan sanksi pidana, putusan KPPU dapat dianggap sebagai suatu bukti permulaan yang cukup bagi penyidik untuk melakukan penyidikan. Hal ini diatur dalam Pasal 44 ayat (5) UU Persaingan Usaha.47

43 Pasal 47 menyatakan, (1) Komisi berwenang menjatuhkan sanksi berupa tindakan administratif terhadap pelaku usaha yang melanggar ketentuan Undang-undang ini. (2) Tindakan administratif sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dapat berupa: a. Penetapan pembatalan perjanjian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 sampai dengan Pasal 13, Pasal 15, dan Pasal 16; dan atau b. perintah kepada pelaku usaha untuk mengehentikan integrasi vertikal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14; dan atau c. Perintah kepada pelaku usaha untuk menghentikan kegiatan yang terbukti menimbulkan praktek monopoli dan atau menyebabkan persaingan usaha tidak sehat dan atau; d. Perintah kepada pelaku usaha untuk menghentikan penyalahgunaan posisi dominan; dan atau e. Penetapan pembatalan atas penggabungan atau peleburan badan usaha pengambilalihan saham sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28; dan atau f. Penetapan pembayaran ganti rugi; dan atau g. Pengenaan denda serendah-rendahnya Rp. 1.000.000.000,- (satu miliar rupiah) dan setinggi-tingginya Rp.

25.000.000.000,00 (dua puluh lima miliar rupiah).

44 Pasal 48 menyatakan, (1) Pelanggaran terhadap ketentuan Pasal 4, Pasal 9 sampai dengan Pasal 19, Pasal 25, Pasal 27, dan Pasal 28 diancam pidana denda serendah-rendahnya Rp. 25.000.000.000,00 (dua puluh lima miliar rupiah) dan setinggi-tingginya Rp. 100.000.000.000,00 (seratus miliar rupiah), atau pidana kurungan pengganti denda selama-lamanya 6 (enam) bulan

45 Dengan menunjuk ketentuan Pasal 10 Kitab Undang-undang Hukum Pidana, terhadap pidana sebagaimana diatur dalam Pasal 48 dapat dijatuhkan pidana tambahan berupa: a. Pencabutan izin usaha; atau b. Larangan kepada pelaku usaha yang telah terbukti melakukan pelanggaran terhadap Undang-undang ini untuk menduduki jabatan direksi atau komisaris sekurang-kurangnya 2 (dua) tahun dan selama-lamanya 5 (lima) tahun; atau c. Penghentian kegiatan atau tindakan tertentuyang menyebabkan timbulnya kerugian pada pihak lain.

46 Aru Armando, Pedoman Penghitungan Denda untuk memenuhi rasa keadilan dan Kepastuan Hukum dalam Jurnal nomor 3 Tahun 2010, hal.204.

47Ibid.

80. Soal : Bagaimana kajian hukum administrasi terhadap kewenangan KPPU untuk menjatuhkan sanksi administratif ?

Jawab : Terkait dengan kewenangan KPPU untuk menjatuhkan sanksi administrative berupa denda ini menarik jika dikaji dari perspektif hukum administrasi. Menurut Philipus M. Hadjon, ada 4 (empat) sanksi khas di ranah hukum administrasi. Yaitu;

bestuurdwang (paksaan pemerintahan), penarikan kembali keputusan (ketetapan) yang menguntungkan (izin, pembayaran, subsidi), pengenaan denda administratif dan pengenaan uang paksa oleh pemerintah (dwangsom). Menurut Hadjon, pengenaan denda administratif menyerupai pengenaan suatu sanksi pidana. Pertimbangan-pertimbangan kebijaksanaan48 yang terutama membenarkan –pada sejumlah kasus terbatas- tata usaha Negara dapat beralih pada pengenaan denda. Di negeri Belanda, pengenaan uang paksa oleh badan tata usaha negara merupakan sanksi modern.

81. Soal : Apakah UU No.5 Tahun 1999 mengenal adanya batas bawah dan batas atas dalam besaran dendanya ?

Jawab : Pada Pasal 47 ayat (2) huruf g UU Persaingan Usaha mengatur besaran denda dari yang paling rendah, yakni Rp 1 Miliar sampai yang paling tinggi, Rp. 25 Miliar.

Dengan kata lain, besaran sanksi tindakan administratif berupa denda dalam UU Persaingan mengenal adanya batas bawah dan batas atas.

82. Soal : Jika dalam UU Persaingan Usaha telah diatur batas bawah maupun batas atas dalam besaran dendanya, lantas apakah batasan-batasan ini, baik bawah maupun atas dapat disimpangi?

Jawab : Sebenarnya, bunyi Pasal 47 ayat (2) huruf g UU Persaingan Usaha sudah sangat jelas dan tegas mengatur adanya batas atas maupun bawah.

Tidak ada penggalan kata yang dapat ditafsirkan lain. Artinya, secara letterlijk, batas atas maupun bawah tersebut tidak dapat disimpangi.

Kejelasan dalam Pasal 47 ayat (2) huruf UU Persaingan Usaha tersebut sejalan dengan Gustav Radbruch yang menyatakan ragam bahasa hukum mempunyai tiga ciri utama, yaitu: bebas dari emosi, tanpa perasaan dan datar seperti rumusan matematik.49

9.2. Pidana Pokok

83. Soal : Selain sanksi administratif, Apakah UU Nomor 5 Tahun 1999 mengatur sanksi pidana bagi pelangggarnya? Sebutkan dan ada berapa macam sanksi pidananya?

Jawab : Selain sanksi berupa tindakan administratif, UU Persaingan Usaha juga mengatur sanksi pidana bagi pelanggar UU Persaingan Usaha. Sanksi pidana dalam UU Persaingan Usaha tersebut terdiri dari dua macam sanksi. Yakni pidana pokok dan pidana tambahan. 84. Soal : UU Nomor 5 Tahun mengatur pidana pokoknya tentang apa saja? Sebutkan !

Jawab : UU Persaingan Usaha, pidana pokoknya mengatur tentang pidana kurungan dan pidana denda.

85. Soal : Sebutkan dan jelaskan dua tujuan pidana kurungan menurut ahli hukum Pidana H.B. Vos?

48 Philipus M. Hadjon, et al, Pengantar Hukum Administrasi Indonesia, Gadjah Mada Universitry Press, Yogyakarta, 2008, hal. 245, Ibid. hal.205.

49Aru Armando, Ibid., hal.206., lihat juga Satjipto Rahardjo, Imu Hukum, Citra Aditya Bakti, Bandung, 2006, hal. 87.

Jawab : Menurut H. B. Vos, pidana kurungan pada dasarnya mempunyai dua tujuan.

Pertama, sebagai custodia honesta untuk delik yang tidak menyangkut kejahatan kesusilaan, yaitu delik-delik culpa dan delik dolus, seperti perkelahian satu lawan satu dan pailit sederhana. Kedua pasal tersebut diancam pidana penjara, contoh dikemukakan oleh Vos sebagai delik yang tidak menyangkut kejahatan kesusilaan. Kedua, sebagai custodia simplex, suatu perampasan kemerdekaan untuk delik pelanggaran.50

86. Soal : Sebutkan pendapat Andi Hamzah mengenai pidana denda? Dan bagaimana dengan UU Nomor 5 Tahun 1999 ?

Jawab : Pidana denda menurut Andi Hamzah mempunyai sifat perdata, mirip dengan pembayaran yang diharuskan dalam perkara perdata terhadap orang yang melakukan perbuatan yang merugikan orang lain.51 Perbedaannya ialah, denda dalam perkara pidana dibayarkan kepada negara atau masyarakat, sedangkan dalam perkara perdata kepada orang pribadi atau badan hukum. Sedangkan pada penanganan perkara di KPPU, denda dibayarkan ke Negara.

9.3. Pidana Tambahan

87. Soal : Bagaimana ketentuan pidana tambahan dalam UU No. 5 Tahun 1999 ?

Jawab : Pidana Tambahan diatur Pada Pasal 49 UU No.5 Tahun 1999 yang berbunyi : Dengan menunjuk ketentuan Pasal 10 Kitab Undang-undang Hukum Pidana, terhadap pidana sebagaimana diatur dalam Pasal 48 dapat dijatuhkan pidana tambahan berupa:

a. pencabutan izin usaha; atau

b. larangan kepada pelaku usaha yang telah terbukti melakukan pelanggaran terhadap undang-undang ini untuk menduduki jabatan direksi atau komisaris sekurang- kurangnya 2 (dua) tahun dan selama-lamanya 5 (lima) tahun; atau c. penghentian kegiatan atau tindakan tertentu yang menyebabkan timbulnya kerugian pada pihak lain.

50 Andi Hamzah, Asas-asas Hukum Pidana, Rineka Cipta, Jakarta, 1994, hal. 183 51Ibid.

BAB X

Dalam dokumen 100 Tanya Jawab Hukum Persaingan Usaha ISBN (Halaman 36-39)

Dokumen terkait