• Tidak ada hasil yang ditemukan

100 Tanya Jawab Hukum Persaingan Usaha ISBN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "100 Tanya Jawab Hukum Persaingan Usaha ISBN"

Copied!
50
0
0

Teks penuh

3 http://akbarsaiful.wordpress.com posisi- Hukum-persaingan-usaha-dalam-sistem- Hukum-Indonesia/ diakses pada 21 Februari 2012, UMA WIFI, Medan. 5 http://lammarasi-sihaloho.blogspot.com/2011/06/ Hukum-persaingan-usaha.html, diakses pada 21 Februari 2012, UMA WIFI, Medan. . dalam perkara persaingan usaha); dan ada bidang pidana (sanksi pidana dalam UU No. 5 Tahun 1999). Karena hukum persaingan usaha merupakan bagian dari hukum perekonomian, maka dapat dikatakan juga bahwa hukum persaingan usaha juga mempunyai dimensi dalam bidang hukum negara (lembaga dan lembaga resmi, pusat dan daerah seperti adanya Departemen dan Dinas Perindustrian dan Perdagangan). dan adanya Komisi Pengawas Persaingan Usaha); hukum tata usaha negara (pelaksanaan peran kelembagaan);

7 Maulana Insan Budi, Komentar Singkat Undang-Undang Nomor 5 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat, Citra Aditya Bakti, Bandung, 2000, hal.

Pengecualian Terhadap Azas Kebebasan Berkontrak

Pemberian lisensi oleh pemilik atau pemegang hak kekayaan intelektual tidak lain hanyalah pengalihan kekuasaan yang bersifat monopoli untuk mengeksploitasi dan menggunakan hak kekayaan intelektual, khususnya pemberian lisensi eksklusif.10.

Undang-undang Nomor 5 Tahun 1984Tentang Perindustrian

Pemberian lisensi oleh pemilik atau pemegang hak kekayaan intelektual tidak lain adalah pengalihan sifat monopoli kewenangan untuk melaksanakan dan menggunakan hak kekayaan intelektual tersebut, khususnya pemberian lisensi eksklusif.10. Hukum industri yang melarang monopoli atau persaingan tidak sehat tertuang dalam pasal-pasal berikut: 12.

Undang-Undang No.1 Tahun 1995 Tentang Perseroan Terbatas

Asas

Tujuan

Soal : Bagaimanakah perjanjian diatur dalam Kitab Undang-undang Hukum Perdata ? Jawab

  • Tujuan Perjanjian yang positif
  • Tujuan Perjanjian yan negatif
  • Pendekatan Rule of Reason dan Per se Illegal Dalam UU Nomor 5 Tahun 1999 20. Soal : Apakah yang dimaksud dengan Pendekatan Rule of Reason dan Per se Illegal
  • Perjanjian Menurut UU Nomor 5 Tahun 1999
    • Oligopoli
    • Penetapan Harga
    • Pembagian Wilayah
    • Pemboikotan
    • Kartel
    • Trust
    • Oligopsoni
    • Integrasi vertical
    • Perjanjian Tertutup
    • Perjanjian Dengan Pihak Luar Negeri

Pelaku usaha dilarang membuat perjanjian yang mengakibatkan salah satu pembeli harus membayar harga yang berbeda dengan harga yang harus dibayar pembeli lain untuk barang dan/atau jasa yang sama. Pelaku usaha dilarang membuat perjanjian dengan pelaku usaha pesaing untuk menetapkan harga di bawah harga pasar, yang dapat mengakibatkan persaingan usaha tidak sehat. Pelaku usaha dilarang membuat perjanjian dengan pelaku usaha lain yang memuat ketentuan bahwa penerima barang dan/atau jasa tidak akan menjual atau menyerahkan kembali barang dan/atau jasa yang diterima dengan harga yang lebih rendah dari harga yang disepakati, sehingga dapat mengakibatkan ketidakadilan. persaingan bisnis.

Pelaku usaha dilarang mengadakan perjanjian dengan pelaku usaha pesaing yang bertujuan untuk membagi wilayah pasar atau peruntukan pasar atas barang dan/atau jasa sedemikian rupa sehingga mengakibatkan terjadinya praktek monopoli dan/atau persaingan usaha tidak sehat. 5 Tahun 1999 mengkategorikan kartel sebagai suatu bentuk perjanjian yang dilarang dilakukan oleh badan usaha. 5 Tahun 1999 berbunyi: “Badan ekonomi dilarang mengadakan kontrak dengan badan ekonomi pesaing yang bertujuan untuk mempengaruhi harga dengan cara mengatur produksi dan/atau pemasaran barang dan/atau jasa, yang dapat mengakibatkan timbulnya perilaku monopoli dan persaingan usaha tidak sehat.”

5 Tahun 1999 artinya pelaku usaha dapat mengadakan perjanjian dengan pelaku usaha pesaing dengan tujuan mempengaruhi harga dengan mengatur produksi atau pemasaran barang atau jasa, sepanjang tidak mengakibatkan praktek monopoli dan persaingan usaha tidak sehat. 5 Tahun 1999 yang berbunyi: “Pelaku usaha dilarang mengadakan perjanjian-perjanjian untuk membentuk perusahaan patungan atau perusahaan-perusahaan yang lebih besar, dengan tetap memelihara dan memelihara kelangsungan hidup masing-masing perusahaan atau perusahaan anggotanya dengan tujuan untuk menguasai produksi dan/atau pemasaran barang. dan/atau jasa, sehingga dapat mengakibatkan terjadinya praktek monopoli dan/atau persaingan usaha tidak sehat.” Jawaban: Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 memasukkan perjanjian oligopsoni sebagai salah satu perjanjian yang dilarang untuk dilakukan oleh pelaku usaha.

Pertanyaan: Bagaimana UU No. 5 tahun 1999 perjanjian dengan pihak asing yang dilakukan oleh pelaku usaha? Pelaku usaha dilarang membuat perjanjian dengan pihak lain di luar negeri yang memuat ketentuan yang dapat mengakibatkan terjadinya praktek monopoli dan/atau persaingan usaha tidak sehat.

KEGIATAN YANG DILARANG 4.1. Monopoli

  • Monopsoni
  • Penguasaan Pasar
  • Persekongkolan
  • Pemilikan Saham
  • Penggabungan, Peleburan dan Pengambilalihan
  • Tugas KPPU
  • Wewenang KPPU
  • Proses Hukum di Pengadilan Negeri / Niaga
  • Proses Hukum di Mahkamah Agung

Menolak dan/atau mencegah pelaku usaha tertentu untuk melakukan kegiatan usaha yang sama di pasar bersangkutan171; atau. Pelaku usaha dilarang bersekongkol dengan pihak lain untuk mengatur dan/atau menentukan pemenang tender sehingga menyebabkan hal tersebut terjadi. Pelaku usaha dilarang bersekongkol dengan pihak lain untuk memperoleh informasi mengenai kegiatan usaha pesaingnya yang tergolong rahasia perusahaan sehingga mengakibatkan persaingan usaha tidak sehat.

5 Tahun 1999 mengaturnya dan menyatakan: Pelaku usaha dilarang memiliki saham mayoritas pada beberapa perusahaan sejenis yang melakukan hal tersebut. Untuk menghindari pembatalan merger, undang-undang persaingan usaha di banyak negara lain mengharuskan pelaku korporasi yang ingin melakukan merger untuk memberitahukan rencana mergernya terlebih dahulu (pre-merger notice) kepada otoritas persaingan usaha sehingga otoritas tersebut dapat menilai apakah merger tersebut akan berhasil. . akan mengakibatkan terjadinya praktik monopoli dan/atau persaingan tidak sehat antar perusahaan, sehingga menentukan dapat dilanjutkan atau tidaknya penggabungan usaha. Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) yang dibentuk sebagai lembaga yang memantau pelaksanaan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 berupaya memelihara iklim usaha yang kondusif dengan memberikan kesempatan yang sama kepada setiap pelaku usaha untuk memasuki pasar serta mengatasi dan mencegah persaingan usaha. praktek monopoli dan persaingan tidak sehat antar perusahaan, dan selanjutnya turut mendorong peningkatan efisiensi dan efektivitas kegiatan usaha.

Melakukan penilaian terhadap kegiatan usaha dan/atau tindakan pelaku usaha yang dapat mengakibatkan terjadinya praktek monopoli dan/atau persaingan usaha tidak sehat sebagaimana diatur dalam Pasal 17 sampai dengan Pasal 24. Jawaban: KPPU berwenang melakukan penyelidikan dan pemeriksaan terhadap pelaku usaha. saksi atau pihak lain baik karena laporan (Pasal 39) maupun untuk melakukan penyidikan atas prakarsa KPPU (Pasal 40), terhadap pelaku usaha yang diduga melakukan praktek monopoli dan persaingan usaha tidak sehat 28 68. Jawaban: Keberatan diajukan dalam jangka waktu tidak dibayar selama 14 (empat belas) hari sejak diterimanya pemberitahuan oleh Pelaku Usaha mengenai keputusan KPPU dan/atau diumumkan melalui situs web KPPU. .

36 Dalam hal lebih dari 1 (satu) badan usaha yang mempunyai status hukum yang sama mengajukan keberatan terhadap keputusan KPPU yang sama, maka perkara tersebut harus didaftarkan dengan nomor yang sama. Pertanyaan: Bagaimana ketentuan keberatan yang diajukan lebih dari 1 (satu) pelaku usaha terhadap keputusan KPPU yang sama, namun berbeda tempat hukumnya. Jawaban: Dalam hal lebih dari 1 (satu) badan usaha mengajukan keberatan terhadap putusan KPPU yang sama, namun berbeda tempat hukumnya, KPPU dapat mengajukan permohonan tertulis kepada Mahkamah Agung untuk menunjuk salah satu daerah. pengadilan beserta usul yang pengadilannya akan mengadili keberatannya.

Dalam hal lebih dari 1 (satu) Pelaku Usaha mengajukan keberatan terhadap putusan KPPU yang sama namun tempat hukumnya berbeda, maka jangka waktu pemeriksaan dihitung ulang sejak Majelis Hakim menerima berkas yang dikirimkan oleh Pengadilan Negeri lain. tidak diangkat oleh Mahkamah Agung.

SANKSI

Pidana Pokok

Jawaban: Selain sanksi berupa tindakan administratif, UU Persaingan juga mengatur sanksi pidana bagi pelanggar UU Persaingan. Pertama, sebagai wali jujur ​​atas pelanggaran-pelanggaran yang tidak mengandung perbuatan tercela, yaitu pelanggaran culpa dan pelanggaran dolu, seperti perkelahian satu lawan satu dan kebangkrutan sederhana. Kedua pasal tersebut diancam dengan pidana penjara, contoh yang diberikan Vos sebagai pelanggaran yang tidak melibatkan kejahatan moral.

Jawaban: Menurut Andi Hamzah, denda pidana bersifat perdata, serupa dengan pembayaran yang diwajibkan dalam perkara perdata terhadap orang yang melakukan perbuatan yang merugikan orang lain.51 Bedanya, denda dalam perkara pidana dibayarkan kepada negara atau masyarakat, sedangkan dalam perkara pidana kasus perdata mereka dibayarkan kepada perorangan atau badan hukum.

Pidana Tambahan

PENGECUALIAN

  • Pasal 51 UU No. 5 Tahun 1999
  • PEMBUKTIAN
  • CLASS ACTION

Jawaban: Pemerintah telah mengeluarkan Peraturan Pemerintah No. 102 Tahun 2000 tentang Standardisasi Nasional yang menggantikan Peraturan Pemerintah No. 15 Tahun 1991 tentang Standar Nasional Indonesia dengan mempertimbangkan dukungan terhadap peningkatan produktivitas, efisiensi produksi, mutu barang, jasa, proses, sistem dan/atau personel. Hal ini sesuai dengan pengertian wakil sebagaimana diatur dalam Pasal 1 ayat (4) Peraturan Menteri Perdagangan No. 11/M-DAG/PER/3/2006 tentang Ketentuan dan Tata Cara Penerbitan Tanda Daftar Agen atau Distributor Barang dan/atau Jasa 55. 55 Agen adalah suatu perusahaan perdagangan nasional yang bertindak sebagai perantara untuk dan atas nama prinsipal berdasarkan perjanjian untuk melakukan pemasaran tanpa mengalihkan hak atas fisik barang dan/atau jasa yang dimiliki/dikuasai oleh prinsipal yang menunjuknya.

Pertanyaan: untuk memahami pasal 50 huruf g undang-undang no. 5 Tahun 1999, apakah ada ketentuan ekspor di Indonesia? Jawaban : Pasal 51 : “Monopoli dan/atau sentralisasi kegiatan yang berkaitan dengan produksi dan/atau perdagangan barang dan/atau jasa yang menguasai hajat hidup orang banyak serta cabang-cabang produksi yang penting bagi negara diatur dengan undang-undang dan diselenggarakan oleh Badan Usaha Milik Negara dan/atau badan atau lembaga yang dibentuk atau ditunjuk oleh Pemerintah.” Secara sistematis sesuai dengan Pasal 51 UU No. 5 Tahun 1999, urutan yang dapat dijadikan acuan pemerintah untuk menentukan penyelenggara monopoli dan/atau sentralisasi kegiatan yang berkaitan dengan produksi dan/atau perdagangan barang dan/atau jasa yang menguasai hajat hidup orang banyak. .produksi penting bagi negara adalah sebagai berikut:

Sarana hukum untuk mengajukan keberatan merupakan hak setiap pelaku usaha yang tidak menerima Keputusan Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) 56 UU No. keberatan terhadap pelaku usaha yang tidak dapat menerima sanksi yang dijatuhkan KPPU. Setelah permohonan diterima, Mahkamah Agung dalam waktu 14 (empat belas) hari menunjuk Pengadilan Negeri untuk memeriksa keberatan tersebut.62. Dalam waktu 7 (tujuh) hari setelah menerima pemberitahuan dari Mahkamah Agung, Pengadilan Negeri yang tidak ditunjuk harus mengirimkan berkas perkara disertai (sisa) biaya perkaranya kepada Pengadilan Negeri yang ditunjuk.63.

Pengajuan keberatan badan usaha kepada Pengadilan Negeri paling lambat 14 (empat belas) hari setelah menerima pemberitahuan putusan dan/atau diumumkan dalam situs KPPU64 dan diajukan ke Pengadilan Negeri di tempat kedudukan badan usaha tersebut.65 Daerah Pengadilan harus memeriksa keberatan badan dalam waktu 14 (empat belas) hari sejak diterimanya keberatan, namun harus mengambil keputusan dalam waktu 30 (tiga puluh) hari sejak awal pertimbangan keberatan. 66 Pihak yang berkeberatan terhadap putusan pengadilan negeri dapat mengajukan banding ke Mahkamah Agung dalam jangka waktu 14 (empat belas) hari, dan Mahkamah Agung harus mengambil putusan dalam jangka waktu 30 (tiga puluh) hari setelah menerima permohonan kasasi.67. 3 Tahun 2005 tentang Tata Cara Pengajuan Keberatan Terhadap Putusan KPPU, pada Pasal 8 ketentuan terakhir disebutkan bahwa hukum acara perdata yang berlaku juga berlaku bagi pengadilan negeri, kecuali ditentukan lain dalam peraturan Mahkamah Agung ini.

Referensi

Dokumen terkait

Pelaku usaha dilarang membuat perjanjian dengan pelaku usaha lain yang bertujuan untuk secara bersama-sama menguasai pembelian atau penerimaan pasokan agar dapat

(1) Pelaku usaha dilarang membuat perjanjian dengan pelaku usaha lain yang bertujuan untuk secara bersama-sama menguasai pembelian atau penerimaan pasokan agar dapat mengendalikan

Sebab, posisi dominan yang dimiliki oleh pelaku usaha berdasarkan Pasal 25 ayat (1) UU No. 5 Tahun 1999 dimana pelaku usaha menciptakan.. barrier to entry yang merupakan salah

98 Pasal 19 huruf a Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 yang berbunyi: “Pelaku usaha dilarang melakukan satu atau beberapa kegiatan, baik sendiri maupun bersama pelaku usaha yang

Dalam hal terjadi pelanggaran terhadap Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999, di mana pelaku usaha atau sekelompok pelaku usaha telah membuat perjanjian yang dilarang atau melakukan

Praktik kartel atau kartel disebutkan pula dalam Pasal 11, Undang-Undang No 5 Tahun 1999 Tentang Monopoli dan Persaingan Usaha yang dituliskan, “Pelaku usaha dilarang

Pasal 18 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktik Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat. 1) Pelaku usaha dilarang menguasai penerimaan pasokan atau menjadi

Dalam ketentun Pasal 18 UU No 5 tahun 1999 mengatur tentang larangan praktik monopsoni, yaitu: 1 Pelaku usaha dilarang melakukan, menguasai penerimaan pasokan atau menjadi pembeli