• Tidak ada hasil yang ditemukan

BIAYA PRODUKSI 1. Biaya eksplisit 2. Biaya tersembunyi/implisit Undang Undang No.23 Tahun 1997 Tentang Lingkungan Hidup

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BIAYA PRODUKSI 1. Biaya eksplisit 2. Biaya tersembunyi/implisit Undang Undang No.23 Tahun 1997 Tentang Lingkungan Hidup"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

1 BIAYA PRODUKSI

Biaya produksi dapat didefinisikan sebagai semua pengeluaran yang dilakukan oleh perusahaan untuk memperoleh faktor – faktor produksi dan bahan – bahan mentah yang akan digunakan untuk menciptakan barang – barang yang diproduksikan perusahaan tersebut. Biaya produksi dikeluarkan setiap perusahaan dapat dibedakan dalam 2 jenis diantaranya :

1. Biaya eksplisit

Biaya eksplisit adalah pengeluaran – pengeluaran perusahaan berupa pembayaran dengan uang untuk mendapatkan faktor – faktor produksi dan bahan mentah yang dibutuhkan.

2. Biaya tersembunyi/implisit

Biaya tersembunyi adalah taksiran pengeluaran terhadap faktor – faktor produksi yang dimiliki oleh perusahaan itu sendiri. Secara teori kekurangan dan kelebihan biaya dalam ilmu ekonomi implikasinya tidak baik bagi kelangsungan perusahaan. Kekurangan biaya menandakan bahwa kemampuan perencanaan perusahaan relatif kurang baik, harga – harga naik di luar batas kewajaran atau adanya upaya manipulasi harga, kelebihan biaya yang dianggarkan menandakan perusahaan terlalu berlebihan dalam menilai harga faktor produksi, harga faktor produksi relatif turun dan karena adanya manipulasi harga.

Dari sisi perencanaan strategis konsep biaya implisit relatif menguntungkan karena perhitungan pendahuluan atas biaya untuk mendapatkan faktor produksi dengan berbagai macam pertimbangan menjadikan perusahaan bisa menghemat pengeluaran.

Berdasarkan pertanggungjawabannya, biaya digolongkan menjadi 2 macam yaitu biaya internal dan biaya eksternal. Biaya internal adalah biaya yang dikeluarkan dalam rangka operasional perusahaan (eksplisit maupun implisit). Biaya eksternal adalah biaya yang harus ditanggung oleh perusahaan sehubungan dengan dampak atau akibat dari operasional perusahaan. Misalnya biaya atas pencemaran dan kerusakan lingkungan sekitar perusahaan dan biaya program peningkatan peran serta perusahaan terhadap lingkungan (Lih. Undang – Undang No.23 Tahun 1997 Tentang Lingkungan Hidup).

Analisis mengenai biaya produksi perusahaan terhadap jangka waktu dibedakan menjadi dua diantaranya :

(2)

2 1. Jangka waktu pendek

Jangka waktu di mana perusahaan dapat menambah salah satu faktor produksi yang digunakan dalam proses produksi. Dengan kata lain, dalam analisis dimisalkan bahwa sebagian dari faktor – faktor produksi yang digunakan dianggap tetap jumlahnya atau tidak dapat ditambah jumlahnya.

Apabila jumlah sesuatu faktor produksi yang digunakan selalu berubah – ubah, maka biaya produksi yang dikeluarkan juga berubah – ubah nilainya. Dan apabila jumlah sesuatu faktor produksi yang digunakan adalah tetap, maka biaya produksi yang dikeluarkan untuk memperolehnya adalah tetap nilainya. Dengan demikian keseluruhan jumlah biaya produksi yang dikeluarkan produsen dapat dibedakan kepada dua jenis pembiayaan yaitu biaya yang selalu berubah dan biaya tetap.

Analisis mengenai biaya produksi akan memperhatikan juga tentang macam biaya jangka pendek diantaranya (i) biaya produksi rata – rata yang meliputi biaya produksi total rata – rata, biaya produksi tetap rata – rata, dan biaya produksi berubah rata – rata. (ii) biaya produksi marjinal, yaitu tambahan biaya produksi yang harus dikeluarkan untuk menambah satu unit produksi.

Dalam jangka pendek penggolongan biaya produksi dibedakan menjadi biaya total dan biaya rata – rata. Jenis – jenis biaya total dibedakan menjadi 3 jenis biaya :

a. Biaya tetap total (TFC) yang meliputi perbelanjaan untuk memperoleh faktor – faktor produksi yang tetap jumlahnya;

b. Biaya berubah total (TVC) meliputi semua perbelanjaan yang digunakan untuk memperoleh faktor produksi yang dapat berubah jumlahnya;

c. Biaya total (TC) yang meliputi semua perbelanjaan ke atas faktor – faktor produksi yang digunakan meliputi faktor produksi yang tetap jumlahnya dan yang dapat berubah.

Sedangkan biaya rata – rata terbagi 3 jenis biaya diantaranya:

a. Biaya rata – rata (AFC) merupakan biaya tetap yang dibelanjakan untuk menghasilkan setiap unit produksi.

b. Biaya berubah rata – rata (AVC) merupakan biaya variabel yang dibelanjakan untuk menghasilkan setiap unit produksi.

c. Biaya total rata – rata (AC/ATC) meliputi keseluruhan biaya yang digunakan untuk menghasilkan setiap unit produksi.

(3)

3 2. Jangka waktu panjang

Jangka waktu di mana semua faktor produksi dapat mengalami perubahan, yaitu jumlahnya dapat ditambah apabila pertambahan itu memang diperlukan. Produksi yang semakin tinggi menyebabkan perusahaan menambah kapasitas produksi dan pertambahan kapasitas ini menyebabkan kegiatan memproduksi bertambah efisien. Hal ini tercemin dari biaya produksi yang bertambah rendah.

Perbedaaan antara perusahaan skala kecil dengan perusahaan skala besar dilihat dari faktor produksi (tenaga kerja), di mana perusahaan skala kecil para pekerja harus menjalankan beberapa tugas artinya mereka tidak dapat mencapai keterampilan yang tinggi dalam mengerjakan pekerjaan tertentu. Namun dalam perusahaan skala besar dilakukan secara spesialisasi artinya setiap pekerja diharuskan melakukan suatu pekerjaan tertentu saja, dan ini menambah keterampilan mereka. Produktivitas bertambah tinggi dan akan menurunkan biaya per unit.

Setiap perusahaan membeli bahan mentah, mesin – mesin, dan berbagai jenis peralatan untuk melakukan kegiatan memproduksi. Harga bahan – bahan tersebut akan menjadi bertambah murah apabila pembelian bertambah banyak. Makin tinggi produksi, makin banyak bahan – bahan mentah dan peralatan produksi yang digunakan. Keadaan ini menyebabkan biaya per unit akan menjadi semakin murah.

PASAR

Pasar dalam ilmu ekonomi adalah tempat bertemunya pembeli dan penjual untuk melakukan transaksi (keseluruhan penawaran dan permintaan). Singkatnya teori pasar dalam ilmu ekonomi membahas sesuatu yang ekstrim dalam persaingan, hal ini tentu saja untuk mempermudah analisis dampak terhadap permintaan dan penawaran yang muaranya akan berakhir pada analisis keuntungan (profit analysis).

Pasar persaingan sempurna merupakan struktur pasar yang paling ideal, karena dianggap sistem pasar tersebut struktur pasarnya akan menjamin terwujudnya kegiatan memproduksi barang atau jasa yang tinggi (optimal) efisiensinya. Dalam prakteknya pasar persaingan sempurna tidaklah mudah untuk menentukan jenis industri yang struktur organisasinya digolongkan kepada persaingan sempurna yang murni, yaitu memiliki ciri – ciri sebagai berikut :

1. Pembeli dan penjual sangat banyak. Setiap pembeli dan penjual tidak bisa sesukanya menentukan harga di pasar baik karena banyaknya barang yang dibeli ataupun yang dijual. Harga tidaklah bisa dipermainkan dengan hanya menambah jumlah barang yang

(4)

4 dijual, karena begitu banyak para penjual, pembeli memiliki banyak sekali alternatif kepada siapa dia membeli. Dengan demikian pembeli tidak dapat menawarkan harga di bawah pasar karena begitu dia tidak bersedia membayar harga pasar maka masih banyak pembeli lainnya yang bersedia membayar barang tersebut.

2. Jumlah barang yang diperjual belikan banyak dan seragam. Agar terjadi penawaran dan permintaan yang tidak dapat merubah harga pasar maka macam barangnya haruslah seragam, dalam arti para penjual hanya menjual jenis barang yang sama (kualitas dan banyaknya macam produk) dengan yang lainnya (bukan dalam hal jumlah). Dengan seragamnya macam barang maka pada siapa saja konsumen membeli akan didapatinya bahwa mutu dan harga barangnya relatif akan sama dengan para penjual lainnya dengan syarat ini maka para pembeli dan penjual tidak bisa mempermainkan harga semau mereka.

3. Bebas keluar dan masuk bagi pengusaha. Begitu bebasnya sehingga menyebabkan pasar jenis ini dapat dimasuki kapan saja bagi para penjual, begitu juga bila mereka ingin keluar. Para pembeli akan masuk ke pasar bila kondisi menguntungkannya, akan tetapi bila merugikannya maka ia akan keluar.

4. Pengetahuan pembeli dan penjual mengenai pasar relatif sempurna. Pengetahuan para pembeli dan penjual harus relatif sempurna agar penjual dan pembeli tidak merubah harga semau mereka. Hal ini dimaksudkan agar konsumen yang ingin membeli barang benar – benar mendapatkan harga yang sesuai dan sama dengan ditempat lain. Konsumen dapat saja menolak pembayaran dengan harga tertentu yang diberikan penjual bila menurutnya harga itu lebih tinggi dari penjual lainnya dan ia berhak untuk pindah ke tempat lain.

5. Mobilitas sumber – sumber ekonomi relatif sempurna. pasar persaingan sempurna menyuplai barang haruslah relatif sempurna agar tidak terjadi kelangkaan barang, dalam arti tidak akan terjadi saat dimana penjual lainnya kehabisan barang sementara penjual lainnya masih memiliki barang sementara pembeli masih sangat banyak untuk membeli barang tersebut.

Keuntungan perusahaan besar atau kecil bergantung pada besar kecilnya total pendapatan (TR) dibandingkan dengan besar kecilnya total biaya (TC) dan ini merupakan hal yang biasa dalam bisnis. Tidak biasa itu dalam jangka panjang tidak berlakunya aturan yang mengatakan bahwa semakin banyak barang yang dijual akan semakin besar tingkat keuntungan yang di dapat. Sudah umum dalam bisnis bahwa peningkatan penjualan selalu

(5)

5 diidentikan dengan peningkatan keuntungan, dengan memperhatikan struktur biaya perusahaan maka bisa saja terjadi peningkatan penjualan (produksi) justru akan menambah kerugian perusahaan. Pada intinya, semakin banyak barang yang dijual maka semakin besar pendapatan yang didapat, bila tidak ada penjualan maka pendapatan juga nihil).

Biaya dalam jangka pendek bersifat linier dan jangka panjang bersifat non – linier karena efisiensi biaya bergantung besar kecilnya jumlah produksi/penjualan yang akan menentukan struktur biaya perusahaan.

Kekuatan dan Kelemahan Pasar Persaingan Sempurna Kekuatan dari adanya persaingan sempurna :

1. Penggunaan sumber daya (faktor produksi) harus seefisien mungkin agar keuntungan bisa dimaksimumkan. Contoh : perusahaan hanya akan mengalami keuntungan bila ia menjual produknya sebanyak 2,5 unit bila kurang dari itu ia akan mengalami penurunan keuntungan dan bila ia menjual lebih ia akan mengalami kerugian.

2. Kebebasan bertindak dan memilih. Ini merupakan syarat yang memang dapat dipilih oleh produsen juga konsumen. Produsen dapat saja keluar dari pasar bila ia merasa tidak mengalami keuntungan dalam kondisi pasar tersebut dan akan masuk kembali bila ia merasa akan mendapatkan keuntungan dari menjual produknya.

3. Harga jual barang dan atau jasa adalah termurah. Harga ditentukan oleh keseimbangan jumlah penawaran dan permintaan, sementara permintaan tidak ditentukan oleh harga, maka harga jual barang pastilah harga jual yang termurah karena perusahaan akan berusaha menjual barang sebanyak mungkin dalam kondisi harga yang menguntungkan dengan cara efisien dalam penggunaan faktor produksi. Harga yang menguntungkan tentu saja harga yang dianggap pantas sebagai harga yang paling murah untuk ukuran konsumen.

4. Bagi masyarakat (konsumen) terdapat jaminan dalam mengkonsumsi. Produk yang dijual relatif bersifat seragam maka konsumen tidak perlu khawatir terhadap produk yang akan dibeli. Konsumen cerdas sudah tentu mengetahui kualitas produk – produk yang berada dipasaran sehingga tidak terhindar adanya penipuan atas produk yang ditawarkan produsen.

5. Konsumen akan mendapatkan layanan pra dan purna jual yang memuaskan. perusahaan mengetahui bahwa apa yang diperjual belikan di pasar relatif sama dengan perusahaan lainnya, maka jelas konsumen tidak perlu mondar – mandir untuk memilih

(6)

6 produk di beberapa perusahaan, sehingga setiap konsumen yang hendak berbelanja atau membeli produk yang ditawarkan perusahaan tentunya diberikan adanya layanan yang istimewa (pra dan purna jual salah satunya adanya keramah tamahan dan antar produk sampai ditempat konsumen). Tujuannya adalah apabila sewaktu – waktu konsumen hendak akan membeli produk ditempat yang sama dimana perusahaan menjual produksinya di pasaran tentunya memudahkan untuk mengantar produk ke tempat konsumen yang sudah menjadi langgan berbelanja.

Kelemahan dari pasar persaingan sempurna :

1. Tidak mendorong adanya inovasi (pengembangan teknologi)

Segolongan ahli ekonomi berpendapat kemajuan teknologi terbatas di pasar persaingan sempurna karena perusahaan – perusahaan yang kecil ukurannya tidak akan mampu untuk membuat penyelidikan untuk mengembangkan teknologi yang lebih baik. Penyelidikan seperti itu sering kali sangat mahal biayanya dan tidak dapat dipikul oleh perusahaan skala kecil. contoh : kegiatan pertanian tradisional pada umumnya menggunakan teknologi yang tidak berkembang sama sekali. Dan usaha memodernkannya selalu dilakukan melalui penyelidikan dan pengembangan teknologi oleh pemerintah. Dalam pasar persaingan sempurna suatu perusahaan tidak dapat memperoleh keuntungan yang kekal dari mengembangkan teknologi dan teknik memproduksi tersebut.

2. Terbatasnya pilihan konsumen karena produk yang dijual sama (homogen)

Karena barang yang dihasilkan perusahaan – perusahaan adalah 100 persen sama, konsumen mempunyai pilihan yang terbatas untuk menentukan barang yang akan dikonsumsikannya. Dalam pasar persaingan terdapat suatu jenis barang tertentu diproduksikan secara berbeda – beda coraknya oleh berbagai perusahaan. Maka terdapat lebih banyak variasi dan pilihan kepada konsumen. Pilihan yang lebih lengkap menyebabkan kepuasan yang mereka peroleh adalah lebih komplit dari apabila jenis barang yang tersedia adalah serupa.

3. Asumsi

Asumsi yang mensyaratkan persaingan sempurna agaknya sangat sulit diwujudkan terutama yang mensyaratkan pengetahuan konsumen dan produsen sempurna terhadap produk yang diperjual belikan dan mobilitas produk yang juga sempurna. Pengetahuan bisa sempurna dengan penggunaan teknologi informasi yang kian modern dan canggih, akan tetapi selama proses produksi masih menggunakan alam dan tenaga manusia

(7)

7 sebagai media maka rasanya agak sulit untuk bisa memastikan bahwa barang dapat diproduksi sebanyak 1 juta unit dalam waktu sebulan, diantar tepat waktu tanpa cacat ke tempat konsumen. sangat sulit dipastikan keberadaan barang tersebut dikarenakan faktor alam.

MONOPOLI

Struktur pasar yang sangat bertentangan ciri – cirinya dengan persaingan sempurna adalah pasar monopoli. Monopoli adalah suatu bentuk pasar di mana hanya terdapat satu perusahaan saja. Dan perusahaan tersebut menghasilkan barang yang tidak mempunyai barang pengganti yang sangat dekat. Biasanya keuntungan yang dinikmati oleh perusahaan monopoli adalah keuntungan melebihi normal dan ini diperoleh karena terdapat hambatan yang sangat tangguh yang dihadapi perusahaan – perusahaan lain untuk memasuki industri tersebut. Hukum mengartikan monopoli sebagai suatu penguasaan atas produksi dan atau pemasaran barang atau atas penggunaan jasa tertentu oleh 1 (satu) pelaku usaha atau 1 (satu) kelompok pelaku usaha.

Ciri – ciri monopoli sangat berbeda dengan pasar persaingan sempurna yaitu : 1. Pasar monopoli adalah industri satu perusahaan

definisi pasar monopoli hanya satu perusahaan saja dalam industri. Artinya barang atau jasa yang dihasilkan tidak dapat dibeli dari tempat lain. Pembeli tidak mempunyai pilihan, bila mereka menginginkan barang tersebut mereka harus membeli dari perusahaan monopoli tersebut. Syarat dan ketentuan penjualan sepenuhnya ditentukan oleh monopoli tersebut, dan para pembeli tidak dapat berbuat apapun dalam menentukan syarat jual beli.

2. Tidak mempunyai barang pengganti yang mirip

Barang yang dihasilkan perusahaan tidak dapat digantikan oleh barang lain yang ada dalam pasar. Barang tersebut merupakan satu – satunya jenis barang yang seperti itu dan tidak terdapat barang yang serupa yang dapat menggantikan barang tersebut. Contoh : listrik – genset.

3. Tidak terdapat kemungkinan untuk masuk ke dalam industri

Ini merupakan sebab utama yang menimbulkan perusahaan yang mempunyai kekuasaan monopoli. Tanpa sifat ini pasar monopoli tidak akan terwujud, karena tanmpa adanya halangan tersebut pada akhirnya akan terdapat beberapa perusahaan di dalam industri. Keuntungan perusahaan monopoli tidak akan menyebabkan perusahaan – perusahaan lain memasuki industri tersebut. adanya hambatan

(8)

8 kemasukan yang sangat tangguh menghindarkan berlakunya keadaan seperti itu. Hambatan dalam pasar monopoli ada yang bersifat legal yang dibatasi oleh undang – undang. Ada yang bersifat teknologi yaitu teknologi yang digunakan sangat canggih dan tidak mudah di tiru. Dan ada pula bersifat keuangan, yaitu modal yang diperlukan sangat besar.

4. Dapat mempengaruhi penentuan harga

Perusahaan monopoli merupakan satu – satunya penjual di dalam pasar, penentuan harga dapat dikuasainya. Oleh sebab itu, perusahaan monopoli dipandang sebagai penentu harga (price setter). Dengan mengadakan pengendalian ke atas produksi dan jumlah barang yang ditawarkan perusahaan monopoli dapat menentukan harga pada tingkat yang dikehendakinya.

5. Promosi iklan kurang diperlukan

Perusahaan monopoli adalah satu – satunya perusahaan di dalam industri, perusahaan tersebut tidak perlu mempromosikan barangnya dengan menggunakan iklan. Pembeli yang memerlukan barang dari perusahaan monopoli terpaksa membeli barang tersebut. Namun tidak jarang perusahaan monopoli sering membuat iklan produk, tujuannya untuk menarik pembeli serta menjaga hubungan baik dengan masyarakat. Atas inisiatif DPR RI pertama setelah negara Republik Indonesia merdeka pada tanggal 5 Maret 1999 lahir Undang – Undang yang mengatur mengenai persaingan usaha yaitu Undang – Undang No. 5 Tahun 1999 Tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat. Lahirnya UU tersebut tidak terlepas dari krisis moneter yang kemudian berlanjut kepada krisis ekonomi yang melanda Indonesia di pertengahan tahun 1997, dimana pemerintah disadarkan bahwa sebenarnya fundamental ekonomi Indonesia pada waktu itu ternyata begitu lemah, lemahnya fundamental ekonomi Indonesia terjadi karena berbagai kebijakan pemerintah di berbagai sektor ekonomi yang kurang tepat yang menyebabkan pasar menjadi terdistorsi. Terdistorsinya pasar membuat harga yang berbentuk di pasar tidak lagi merefleksikan hukum permintaan dan hukum penawaran yang riil, proses pembentukan harga dilakukan secara sepihak oleh produsen tanpa memperhatikan kualitas produk yang mereka tawarkan terhadap konsumen.

Asas yang digunakan sebagai landasan dalam pembentukan Undang – Undang No. 5 Tahun 1999 dalam Pasal 2 yang berbunyi : “pelaku usaha di Indonesia dalam menjalankan kegiatan usahanya berasaskan demokrasi ekonomi dengan memperhatikan keseimbangan antara kepentingan pelaku usaha dan kepentingan umum”. Maksud demokrasi ekonomi

(9)

9 yaitu menghendaki adanya kesempatan yang sama bagi setiap warga negara untuk berpartisipasi di dalam proses produksi atau pemasaran barang atau jasa.

Pasal 3 UU No.5/1999, tujuan pembentukan undang – undang No.5/1999, yaitu: 1. Menjaga kepentingan umum dan meningkatkan efisiensi ekonomi nasional sebagai salah

satu upaya untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat;

2. Mewujudkan iklim usaha yang kondusif melalui pengaturan persaingan usaha yang sehat sehingga menjamin adanya kepastian kesempatan berusaha yang sama bagi pelaku usaha besar, pelaku usaha menengah, dan pelaku usaha kecil;

3. Mencegah praktek monopoli dan atau persaingan usaha tidak sehat yang ditimbulkan oleh pelaku usaha; dan

4. Terciptanya efektivitas dan efisiensi dalam kegiatan usaha.

Prinsip umum dalam hukum persaingan usaha dalam Pasal 4 ayat 1 UU No.5/1999 yang berbunyi : “ pelaku usaha dilarang membuat perjanjian dengan pelaku usaha lain secara bersama – sama melakukan penguasaan produksi dan atau pemasaran barang dan atau jasa yang dapat mengakibatkan terjadinya praktek monopoli dan atau persaingan usaha tidak sehat”.

Dalam Pasal 6 UU No.5/1999 yang berbunyi: “pelaku usaha dilarang membuat perjanjian yang mengakibatkan pembeli yang satu harus membayar dengan harga yang berbeda dari harga yang harus dibayar oleh pembeli lain untuk barang atau jasa yang sama”.

OLIGOPOLI

Pasar oligopoli adalah pasar yang hanya terdiri dari beberapa penjual untuk pasar yang hanya terdapat dua penjual saja. Dalam pasar oligopoli biasanya terdapat dua kondisi usaha yaitu adanya perbedaan penetapan harga dan jumlah produksi dari masing – masing perusahaan dan kondisi yang lain yakni adanya kesepakatan mengenai jumlah produksi yang dapat dilakukan oleh masing – masing perusahaan dengan harga yang sama.

Kesepakatan antara perusahaan dalam pasar oligopoli biasanya berupa kesepakatan harga dan produksi (kesepakatan kadang disebut kolusi atau kartel) dengan tujuan menghindari perang harga yang akan membawa kerugian bagi masing – masing perusahaan pada kondisi tertentu.

Praktek kartel merupakan salah satu strategi yang diterapkan diantara pelaku usaha untuk dapat mempengaruhi harga dengan mengatur jumlah produksi produsen. Produsen

(10)

10 berasumsi jika produksi mereka di dalam pasar dikurangi sedangkan permintaan terhadap produk mereka di dalam pasar tetap, akan berakibat kepada terkereknya harga ke tingkat yang lebih tinggi. Sebaliknya, jika dalam pasar produk produsen melimpah, sudah barang tentu akan berdampak terhadap penurunan harga produk mereka di pasar.

Praktek oligopoli umumnya dilakukan sebagai salah satu upaya untuk menahan perusahaan – perusahaan melakukan praktek oligopoli sebagai salah satu usaha menikmati laba super normal di bawah tingkat maksimum dengan menetapkan harga jual terbatas (limiting prices) sehingga menyebabkan kompetisi harga diantara pelaku usaha yang melakukan praktek oligopoli menjadi tidak ada.

Struktur pasar oligopoli sebenarnya memiliki kesamaan dengan struktur pasar monopoli dalam kurva permintaan dan kurva penerimaan marjinalnya yang bersifat negatif. Hanya saja jika dalam pasar monopoli hanya ada satu perusahaan saja, sedangkan dalam pasar oligopoli ada beberapa pelaku usaha (produsen) yang memiliki posisi yang dominan. Misalnya dalam UU No.5/1999 disebutkan bahwa pasar oligopoli adalah pasar dua atau tiga pelaku usahanya yang memiliki share 75% atau lebih. Beberapa perusahaan tersebut dipandang memiliki kemampuan untuk mengendalikan harga atau memiliki market power. Salah satu cara untuk dapat mengendalikan harga adalah melalui kebijakan diferensiasi produk dimana perusahaan menciptakan produk yang berbeda dengan produk kompetitornya sehingga struktur permintaan produk menjadi lebih inelastis.

Dalam kenyataannya struktur pasar oligopoli umumnya terbentuk pada industri – industri yang memiliki capital intensive yang tinggi, seperti industri mobil, semen, kertas, dan peralatan mesin, dimana di dalam proses produksinya baru akan tercapai tingkat efisiensi (biaya rata – rata minimum) jika diproduksi dalam skala besar, kekuatan pasar pelaku usaha di dalam pasar kurang lebih sebanding , dan barang atau jasa yang ditawarkan dalam pasar oligopoli barang atau jasa yang homogen (seragam).

Pasal 5 ayat 1 UU No.5/1999 yang berbunyi : “ pelaku usaha dilarang membuat perjanjian dengan pelaku usaha pesaingnya untuk menetapkan harga atas suatu barang dan/atau jasa yang harus dibayar oleh konsumen atau pelanggan pada pasar bersangkutan yang sama”.

Hambatan dalam persaingan oligopoli meliputi : 1. Skala eknomis

Perusahaan telah lama berproduksi relatif lebih memiliki kesempatan untuk menikmati skala ekonomis, karena untuk memperbesar produksinya perusahaan tersebut cukup

(11)

11 menambah dari produksi yang sudah ada, sehingga sangat memungkinkan untuk menurunkan biaya produksi dan relatif akan mampu menjual produksinya dengan harga yang relatif lebih murah dibandingkan perusahaan baru.

2. Ongkos produksi yang berbeda

Perusahaan bisa menurunkan biaya produksi dengan membuka kapasitas produksi baru dari pada tetap menggunakan kapasitas yang lama dan seterusnya, sementara bagi perusahaan baru hal itu tidak bisa dilakukan karena harus mengeluarkan segala macam biaya yang tidak disertai dengan produksi langsung ( contoh : biaya pendidikan karyawan agar menjadi terampil).

3. Keistimewaan hasil produksi

Bagi perusahaan yang sudah lama beroperasi dan telah menghasilkan banyak produk menyebabkan produk tersebut menjadi dikenal di tengah masyarakat dan menciptakan konsumen yang loyal pada produknya. Oleh karena itu, perusahaan baru harus cermat dan hati – hati mempelajari tingkat kesulitan atas produk yang dihasilkan oleh perusahaan yang sudah lama berdiri meskipun membutuhkan waktu lama. Keistimewaan lainnya adalah perusahaan lama menghasilkan produk yang berfungsi sama namun disesuaikan tingkat pemakaiannya. Contoh : INTEL (perusahaan penghasil procesor terkenal) bersaing dengan AMD, INTEl mengeluarkan produk Intel Pentium (Pentium 1 – 4). Kebanyakan pengguna memakai komputer hanya untuk menjalankan program biasa seperti pengolahan data, kata dsb yang membutuhkan procesor biasa umumnya diisi oleh AMD. Oleh karena itu, INTEL pun membuat Celeron dengan harga relatif sama dengan pesaingnya namun sama kemampuannya dengan produk lama (Pentium 1 – 4).

OLIGOPSONI

Jika tindak oligopoli hanya 2 atau 3 penjual saja yang menguasai pasar tertentu, maka dengan istilah oligopsoni pasar hanya dikuasai oleh 2 atau 3 pembeli saja. Perjanjian oligopsoni yang dilarang oleh hukum adalah perjanjian dengan pelaku usaha lain untuk menguasai pembelian atau penerimaan pasokan barang dan/atau jasa dengan tujuan agar dapat mengendalikan harga.

Oligopsoni merupakan salah satu bentuk praktek anti persaingan yang cuku unik, karena dalam prakteknya oligopsoni yang menjadi korban adalah produsen atau penjual, dimana biasanya untuk bentuk – bentuk praktek anti persaingan lain ( seperti price fixing, price dicrimination, kartel, dll) yang menjadi korban umumnya konsumen atau pembeli.

(12)

12 Dalam oligopsoni, konsumen membuat kesepatan dengan konsumen lain dengan tujuan agar mereka secara bersama – sama dapat menguasai pembelian atau penerimaan pasokan, dan pada akhirnya dapat mengendalikan harga atas barang atau jasa pada pasar yang bersangkutan.

Dengan adanya praktek oligopsoni produsen atau penjual tidak memiliki alternatif lain untuk menjual produk mereka selain kepada pihak pelaku usaha yang telah melakukan perjanjian oligopsoni. Tidak adanya pilihan lain bagi pelaku usaha untuk menjual produk mereka selain kepada pelaku usaha yang melakukan praktek oligopsoni, mengakibatkan produsen hanya dapat menerima harga yang sudah ditentukan oleh pelaku usaha yang melakukan praktek oligopsoni.

Pasal 13 ayat 1 UU No.5/1999 menyebutkan bahwa “ pelaku usaha dilarang membuat perjanjian dengan pelaku usaha lain yang bertujuan untuk secara bersama – sama menguasai pembelian atau penerimaan pasokan agar dapat mengendalikan harga atas barang dan/atau jasa dalam pasar bersangkutan, yang dapat mengakibatkan terjadinya praktek monopoli dan/atau persaingan usaha tidak sehat”.

Pasal 13 ayat 2 UU No.5/1999 menambahkan bahwa “ pelaku usaha patut diduga atau dianggap secara bersama – sama menguasai pembelian atau penerimaan pasokan sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 apabila 2 atau 3 pelaku usaha atau kelompok pelaku usaha menguasai lebih dari 75% pangsa pasar satu jenis barang atau jasa tertentu”.

Meskipun secara teori oligopsoni merupakan kegiatan yang wajar dimana jumlah pembeli yang ada begitu terbatas, dan ketentuan ini juga sebenarnya dapat dirumuskan ke dalam pengaturan mengenai kartel. Karena kegiatan oligopsoni dapat digolongkan sebagai kartel. akan tetapi sifat pengaturannya tetap dipertahankan untuk melindungi kegiatan UKM (Usaha Kecil dan Menengah) untuk memperoleh pasokan harga yang wajar.

MONOPSONI

Secara teori ekonomi, monopsoni adalah sebuah pasar dimana hanya terdapat seorang pembeli. Biasanya pembeli tunggal ini akan menjual dengan cara monopoli. Pada kondisi inilah potensi kerugian masyarakat akan timbul dan juga ada potensi yang tidak sehat, karenanya Undang – Undang No.5 Tahun 1999 mengatur secara khusus dalam Pasal 18. Secara hukum, pasal ini melarang pelaku usaha menguasai penerimaan pasokan atau menjadi pembeli tunggal atas barang dan/atau jasa dalam pasar yang bersangkutan. Dan pada ayat dua, pasal ini menyatakan seseorang atau sekelompok pelaku usaha dianggap melakukan

(13)

13 monopsoni manakala menguasai lebih dari 50% pangsa pada satu jenis barang atau jasa tertentu.

Meskipun kasus monopsoni sangat jarang terjadi, akan tetapi dalam satu waktu atau suatu daerah tertentu hal ini bisa terjadi. Contoh klasik pada literatur ekonomi adalah kasus penguasaan pasar tenaga kerja oleh pihak produsen pada daerah pertambangan, dimana pemuda atau angkatan kerja tidak punya banyak pilihan untuk bekerja. Misalkan saja pada suatu daerah yang kaya minyak tertentu hanya terdapat sebuah perusahaan/industri pertambangan dan perusahaan tersebut sangat besar. Maka, meskipun pemerintah daerah setempat menyediakan alternatif tempat bekerja lain pada retail dan jasa, akan tetapi hampir bisa dipastikan industri yang sendiri tadi akan sangat bisa menguasai pasar tenaga kerja di kota tersebut. Dan industri tersebut bisa dipastikan akan menyedot tenaga kerja, konsekuensinya adalah pengaturan harga dari tenaga kerja tersebut. Pada kondisi inilah salah satu pihak dirugikan, karenanya hukum harus mengatur dengan tegas kondisi yang menyebabkan turunnya kesejahteraan.

Kasus penguasaan tenaga kerja juga dapat terjadi jika ada serikat pekerja yang mereka sangat solid sehingga mereka memiliki nilai tawar yang sangat tinggi. Solid disini terukur dengan kemampuan organisasi serikat tenaga kerja yang dapat meliputi dan mewakili sebagian besar atau seluruh tenaga kerja dalam sebuah industri. Dalam kondisi tertentu mereka bahkan bisa merugikan perusahaan dengan :

1. Menurut upah yang lebih tinggi dari yang dicapai pada keseimbangan penawaran dan permintaan pasar tenaga kerja. Dengan ancaman mogok yang sangat merugikan perusahaan dan lain sebagainya, mereka menjadi punya kekuatan untuk merubah. 2. Membatasi penawaran tenaga kerja. Ketika buruh bisa melakukan pembatasan tenaga

kerja. Pembatasan penawaran juga akan berimplikasi pada tuntutan peninggian upah. Kasus Indonesia terhadap kasus yang terjadi pada tenaga kerja seperti pasar cengkeh, dimana BPPC di bawah koordinasi Tomy Soeharto memaksa semua petani untuk menjual cengkeh mereka pada badan tersebut dengan berbagai alasan yang dipaksakan. Monopsoni juga terjadi pada kasus penambangan pasir laut bagi kepentngan reklamasi di Singapura. Singapura dalam hal ini menjadi pembeli tunggal yang kita sebut dengan monopsoni. Keadaan ini membuat Singapura memiliki kemampuan untuk mendikte harga pasir di pasar. Otomatis harga dapat bergerak turun – naik menurut kehendak pembeli, dan Singapura telah mampu menekan harga pasir secara drastis pada kurun waktu tahun 1999 – 2002. Lepas dari Singapura kemudian punya kemampuan memaksa harga atau tidak, pada kondisi

(14)

14 tertentu pasar dengan struktur seperti ini sangat rentan menimbulkan pasar gelap (black market), semisal penyelundupan dan lain – lain. Dalam kasus ini Singapura bisa menempuh jalan kasar jikalau pemerintah tidak mau menuruti kemauan harga yang diinginkan mereka, yakni dengan penyelundupan, dan sudah terjadi. Tentunya hal tersebut dalam jangka pendek dan jangka panjang, sangat merugikan bangsa Indonesia.

Kasus lain yakni kasus penguasaan beras di beberapa daerah yang mesti dijual kepada KUD (Koperasi Unit Desa). Juga peternak sapi perah di Pengalengan dan Cikajang yang dengan banyak alasan harus menjual susunya pada Koperasi (KPBS) dengan harga yang tentunya sudah diatur sedemikian rupa.

Referensi

Dokumen terkait

Pernyataan tersebut sejalan dengan data yang didapatkan, dimana kemampuan reaching out para kepala keluarga yang menjadi banjir ini berada pada kategori dibawah

[r]

Berlainan dengan hubungan yang menyatakan hubungan perluasan pada kalimat majemuk setara yang memakai dan , hubungan perluasan memakai tetapi menyatakan bahwa

Berdasarkan peraturan Rektor UNNES yaitu bapak Sudijono Sastroatmojo yang tercantum dalam buku pedoman PPL UNNES pperiode tahun 2010/2011 menyatakan bahwa kegiatan

Proposal harus mencakup rencana pengelolaan dan pemantauan lingkungan dan sosial (Tabel 4). Informasi tentang status kepemilikan lahan harus dijelaskan dalam

Menurut Bowen (2000:20) reward adalah sesuatu yang diberikan atau diterima sebagai imbalan untuk pelayanan sedangkan punishment adalah pemberian stimulus mengikuti

RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN PRIORITAS DAERAH Berdasarkan visi, misi, kebijakan dan sasaran sebagaimana tertuang dalam RPJP Kabupaten Mojokerto Tahun 2005-2025,