BAB IV PENUTUP
B. Saran-Saran
Berdasarkan kesimpulan dari hasil penelitian terkait Praktik Penjualan Buah Durian Dengan Sistem tebakan Perspektif Hukum Ekonomi Syariah maka dalam hal ini peneliti memiliki beberapa saran diantaranya ialah:
1. Bagi peneliti berikutnya yang akan meneliti terkait permasalahan yang serupa yaitu tentang Praktik Penjualan Buah Durian Dengan Sistem Tebakan terutama yang terdapat di desa Kekait Kecamatan Gunungsari Kabupaten Lombok Barat untuk dilanjutkan dengan
67
menggunakan jenis penelitian dan metode yang berbeda agar lebih sempurnanya hasil yang didapatkan dan lebih beragamnya penelitian yang dihasilkan sehingga dapat saling melengkapi dengan penelitian yang sudah ada.
2. Bagi masyarakat khususnya masyarakat desa Kekait Kecamatan Gunungsari Kabupaten Lombok Barat seharusnya lebih memperhatikan terkait acuan yang digunakan dalam menentukan harga durian dengan menggunakan sistem tebakan agar tidak adanya unsur ketidakpastian harga yang diberikan sehingga mengakibatkan kerugian bagi pihak lain karena ketidakjelasannya sebab telah berlaku tidak adil dalam menentukan harga tersebut yang tentunya hal ini jelas bertentangan dengan prinsip Hukum Ekonomi Syariah.
3. Bagi pemangku kebijakan, harus adanya edukasi yang diberikan terhadap masyarakatnya agar tidak melakukan praktik jual beli yang masih belum jelas keabsahannya karena terdapat ketidakjelasan dari sistem yang digunakan.
68
DAFTAR PUSTAKA Buku/Jurnal
Aldinayan Smil, “Tinjauan Hukum Islam Tentang Jual Beli Durian Dengan Sistem Timbangan”, Skripsi, Uin Raden Intan Lampung, Mataram, 2019.
Abdul Manan, “Hukum Ekonomi Syariah Dalam Perspektif Kewenangan Peradilan Agama”, Edisi Pertama, Jakarta: Kencana Prenadamedia Group, 2012.
Afibatus Afida, M. Taufiq Zamzami, “Perspektif Hukum Islam Terhadap Praktik Jual Beli Menggunakan Potongan Harga, Diskon, Dengan Berjangka Waktu di Pusat Perbelanjaan Ramayana Kota Salatiga”, Jurnal Hukum Ekonomi Syariah, Vol. 4, No. 2, 2020.
Borkat Halomoan Siregar, Fatahuddin Aziz Siregar, “Jual Beli Durian Busuk Ditinjau Dari Fiqih Muamalah” Jurnal El Thawalib, Vol.1 No. 2, 2020.
Budi Solihin, “Konsep Mekanisme Pasar dan Persaingan Harga Dalam Islam”, Al-Mujadid: Jurnal Ilmu –Ilmu Agama, Vol 1 No. 2 (2019).
Cut Lika Alia, “Akad Yang Cacat Dalam Hukum Perjanjian Islam”, hlm.
7-8.
Enang Hidayat, “Dampak Garar Terhadap Keabsahan Akad Muamalah Kontemporer”, Jurnal Syarikah, Vol. 6 No. 2, (2020).
Hasrita, “Potensi Gharar Dalam Jual Beli Durian Dengan Cara Penentuan Waktu Pada Masyarakat BATTE Meucanang Kecamatan Labuhan Haji Barat Kabupaten Aceh Selatan”, Skripsi, UIN Ar-Raniry Darussalam Banda Aceh, Aceh, 2018.
Hendi Suhendi, “Fiqih Muamalah”, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2002).
Lexy J. Moleong, “Metodologi Penelitian Kualitatif,” Edisi Revisi, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2014.
69
Muhammad Harfin Zuhdi, “Muqaranah Mazahib Fil Mu’amalah”, Sanabil, 2015.
Moh. Kasiram, “Metodologi Penelitian”, Cetakan II, Malang: Uin Maliki Press, 2010.
M. Alaika Nasrulloh, Fikri Fahmi Faizi, “Praktek Jual Beli Buah Durian Sistem Tebas Dalam Perspektif Hukum Islam Di Desa Songgon Kabupaten Banyuwangi”, Jurnal Ekonomi Syariah Darussalam, Vol. 2, No. 2, 2021.
Muslihun Muslim, “Fiqih Ekonomi”, Lembaga Kajian Islam dan Masyarakat LKIM, IAIN MATARAM, Mataram, 2005.
Mardani, “Fiqih Ekonomi Syariah”, Jakarta: Kencana, 2012.
Ro’fah Setyowati, “Perspektif Hukum Islam Mengenai Praktik Gharar Dalam Transaksi Perbankan Syariah”, Jurnal Hukum Bisnis dan Investasi, Vol. 12, No. 2, April 2021, 73-76.
Suhrawardi K. Lubis, Farid Wajdi, “Hukum Ekonomi Islam”, Jakarta:
Sinar Grafika, 2014.
Siah Khosyi’ah, “Fiqih Muamalah Perbandingan”, Bandung: Pustaka Setia.
Sulaiman Rasjid, “Fiqih Islam”, Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2010.
Syafe’i Rachmat, “Fiqih Muamalah”, Bandung: Pustaka Setia, 2001.
Siti Khaizul Mustaqimah, Ahmad Mustofa, M. Pudail, “Praktik Jual Beli Durian Secara Tebasan Dalam Kajian Kitab Fathu Al-Qarib”, Jurnal Studi Keislaman, Vol.6, No.1, 2020.
Supriadi Muslimin dkk, “Konsep Penetapan Harga Dalam Perspektif Islam”, Jurnal Of Islamic Economics, Vol 2 No. 1, 2020.
Website
Andri Soemitra, M. A., “Hukum Ekonomi Syariah dan Fiqih Muamalah Di Lembaga Keuangan dan Bisnis Kontemporer”, Cet. Ke-1, (PrenadamediaGroup,2019),hlm.8.,https://www.google.co.id/boo
70
ks/edition/Hukum_Ekonomi_Syariah_dan_Fiqh_Muamalah/N 7-NDwAAQBAJ?hl=id&gbpv=1. Diakses Tanggal 8 Juni 2022, Pukul 18:12.
J. R. Raco, “Metode Penelitian Kualitatif”, Jakarta: Grasindo, 2010,https://books.google.co.id/books?redir_esc=y&hl=id&id=dS pAlXuGUhttps://books.google.co.id/books?redir_esc=y&hl=id&id
=dSpAlXuGUCUC&q=tempat+terbit#v=onepage&q=tempat%20t erbit&f=true.Diakses tanggal 27 Januari 2022, pukul 11: 39.
Supriadi, “Konsep Harga Dalam Ekonomi Islam”, (Guepedia, 2018), hlm.
15.,https://books.google.co.id/books?hl=id&lr=&id=ftv5DwAAQ BAJ&oi=fnd&pg=PA7&dq=info:zbdAW-
zBbaQJ:scholar.google.com/&ots=-
8xBCfzKoF&sig=wphmoQktGNh5srEzENwg7qZopKc&redir_esc
=y#v=onepage&q&f=false.
Wawancara
Alhamdani Rohmiatun, Wawancara, Pembeli Durian Dengan Sistem Tebakan, 20 April 2022.
Afiq Azkia, Wawancara, Pembeli Durian di Desa Kekait, Kecamatan Gunungsari, Kabupaten Lombok Barat, 30 Mei 2022.
Diya’ Yusuf, Wawancara, Penjual Durian Dengan Sistem Tebakan di Desa Kekait Kecamatan Gunungsari Kabupaten Lombok Barat, 10 April 2022.
H. M. Zaini, S. H., Wawancara, Kepala Desa Kekait, Kecamatan Gunungsari Kabupaten Lombok Barat, 08 April 2022.
Ibu Fadla’ah, Wawancara, Penjual Durian di DesaKekait, Kec.
Gunungsari, Kab. Lombok Barat, 30 Januari 2021.
Ibu Munawarah, Wawancara, Penjual Durian di Desa Kekait, Kecamatan Gunungsari Kabupaten Lombok Barat, 7 April 2022.
M. Mahbubirrahman, Wawancara, Penjual Durian di Desa Kekait Kecamatan Gunungsari Kabupaten Lombok Barat, 7 April 2022.
71
Roatul Jannah, Wawancara, Penjual Durian di Desa Kekait, Kecamatan Gunungsari Kabupaten Lombok Barat, 6 April 2022.
72
LAMPIRAN-LAMPIRAN
73
74
77
78
PEDOMAN WAWANCARA A. Pertanyaan dan Jawaban Untuk Kepala Desa Kekait
1. Bagaimana praktik jual beli buah durian yang diterapkan oleh masyarakat desa Kekait?
a. Bapak H. M. Zaini, S.H
Jawaban: Praktik jual beli buah durian di desa Kekait ini sama seperti praktik jual beli buah durian pada umumnya yaitu masyarakat menjual durian yang beranekaragam jenisnya mulai dari durian lokal sampai ada beberapa yang menjual durian yang di datangkan dari Bali. Hal ini terjadi disebabkan karena potensi pertumbuhan durian di desa Kekait masih kurang dan masih terkalahkan dengan durian yang berasal dari KLU sebab masyarakat disini masih menggunakan cara-cara tradisional dalam proses penanamannya. Padahal dengan era kemajuan Teknologi Pertanian yang sekarang, para Ahli bisa menentukan kapan dia (durian) mau di buahkan, namun masyarakat disini masih kurang paham dan kurang mengerti terkait cara-cara penerapannya. Akan tetapi, meskipun begitu proses penjualan buah durian di Kekait ini terbilang unik sebab, terdapat beberapa masyarakat yang menjual buah durian dengan cara memberikan tanda berupa cat pada duriannya. Hal ini bertujuan untuk memudahkan para pedagang mengenali bahwa durian tersebut ialah durian yang dibeli darinya. Sehingga jika terdapat pembeli yang ingin meminta kompensasi atas kerusakan dari durian yang dibeli penjual dengan mudah mengenali durian miliknya.
2. Kenapa masyarakat lebih memilih menggunakan sistem (tanpa timbangan) dalam menentukan harga buah durian dibandingkan menggunakan sistem timbangan?
79
Jawaban: Pada umumnya hampir sebagian besar proses jual beli di desa Kekait tidak menggunakan timbangan melainkan masyarakat menjual barang jualan mereka hanya dengan meggunakan sebuah wadah dalam menentukan ukuran dan beratnya. Sehingga dalam penentuan harganya dilakukan dengan berpatokan pada wadah yang digunakan tersebut. Seperti misalnya dalam menjual gula merah, masyarakat hanya menggunakan wadah berupa belahan batok kelapa yang kemudian diberikan kisaran harga berdasarkan perkiraan penjual. Sama halnya dengan menjual buah durian yang mana penjual dalam memperjualbelikan buah durian hanya menggunakan sebuah bakul mulai dari yang ukurannya kecil, sedang, sampai bakul yang berukuran cukup besar. Ada juga penjual yang hanya menjual durian bijian dengan kisaran harga yang berbeda bergantung dari ukuran besar kecil buah durian tersebut.
3. Bagaimana Sistem Yang Digunakan Dalam Menentukan Harga Buah Durian?
Jawaban: Untuk penentuan harga jual buah durian sendiri sangatlah beragam tergantung dari penjualnya. Tapi kembali lagi, masyarakat sudah paham betul terkait harga jual dari durian yang diperdagangkan yang terpenting ada untung yang di dapat walaupun hanya sedikit. Karena penyakit buah durian itu gampang rusak apalagi jika sudah di lepas dari kulitnya. Sehingga buah durian ini adalah salah satu buah yanng diperbolehkan menjualnya bersamaan dengan kulitnya.
B. Pertanyaan dan Jawaban Untuk Penjual Buah Durian
1. Bagaimana cara bapak/ibu dalam menentukan harga jual dari buah durian?
Jawaban:
a. Ibu Munawarah: Untuk harga jual buah durian yang kita berikan ini sendiri kita lihat berdasarkan dari ukuran besar kecil buahnya. Jika ukurannya kecil harganya bisa berkisar mulai dari 30 sampai 50 ribu, kalau yang ukurannya agak lebih besar harganya juga ikut lebih mahal.
b. Roatul: Harga yang kita berikan cukup beragam bergantung dari isi duriannya. Kadang kan kita udah langganan tempet ngambil duriannya nah, otomatis kita udah tau isi duriannya tegel (keras) atau tipis, putih atau kuning. Semisal kalau isinya durian mentega itu juga lebih mahal harganya. Selain itu harga jual buah durian yang kita berikan juga kita bedakan antara pembeli yang berasal dari Kekait dengan pembeli yang berasal
80
dari luar desa Kekait. Pembeli yang berasal dari desa Kekait kita kasih harga yang lebih murah apalagi kalau pembeli adalah keluarga ya pasti tidak enak kita kasih harga mahal.
c. M. Mahbiburrahman: Kalau untuk nentuin harga ya liat dari harga pasaran. Tapi tergantung dari ukuran buahnya juga, beda ukuran beda harga. Tapi kadang yang beli dulu nyebutin harga, kalau kita sebagai penjual merasa harganya cocok ya dibayar.
Sehingga bisa dibilang makin banyak yang jualan durian makin murah harganya karena kita jual durian ngga pake timbangan.
Kalo bahasanya cuman tawar-menawar saja, karena biasanya yang beli kan borongan bukan bijian, yang beli juga kan ngga cuma beli di satu orang saja, dia nawar di semua penjual nah dari sana saling nego harga, jadi secara tidak langsung penjual sama pembeli tau harga pasarannya berapa, kalo harganya cocok ya jadi transaksi. Harga jualnya sendiri variatif, sistemnya kayak lelang yang berani nawar paling mahal ya itu yang di kasih.
d. Bapak Diya’Yusuf: Untuk harga jual buah durian biasanya kita lihat dari ukurannya karena kita kan kadang beli durian dari pemilik kebun duriannya langsung dengan cara karungan jadi kita menentukan harganya juga dari berapa jumlah buah dalam karung tersebut. Dari sana kita bisa memperkirakan kisaran harga jual yang akan kita berikan. Bisa di bilang harganya juga bisa sambil jalan dalam artian jika penawaran dari pembeli ada untung yang kita dapat ya kita jual.
e. Ibu Fadlaah: Kalau saya sendiri, saya nentuinnya selain dengan melihat ukurannya saya juga melihat dari orang yang membeli juga. Jika yang beli itu orang-orang yang bermobil itukan bisa dibilang orang yang berkecukupan dari segi ekonominya jadi, kita berikan harga yang lebih mahal, dari sana kita bisa mendapatkan keuntungan yang cukup banyak.
Jadi pendapatan yang kita dapat perminggu dari hasil jual buah durian itu bisa dibilang lumayan tinggi lah yang kita dapat.
2. Kenapa sistem tebakan/tanpa menggunakan timbangan lebih dipilih dalam praktik penjualan buah durian?
Jawaban:
a. M. Mahbiburrahman: Kita kan ngikutin budaya disini, semua yang jualan disini jualannya kayak gitu, kita pake bakul jadi biasanya sebakul itu yang ditawar. Karena disini itu ngga ada saya liat yang pake timbangan.
81
b. Ibu Selamah: Karena kita ngga mau repot. Soalnya kalau pake timbangan kan kita agak susah bawanya ke lapak tempat kita jualan, karena kita ngga hanya jualan di satu tempat jadi kalo pake timbangan agak susah bawa timbangannya kemana-mana.
3. Bagaimana proses jual beli yang dilakukan dengan sistem tanpa timbangan ini?
Jawaban: Untuk proses penjualannya ya kita biasanya menjual durian yang kita beli dari penendak misalnya duriannya ada 100 biji kita borong semua. Setelah itu baru durian tadi kita bawa ke pasar untuk dijual. Pasar yang ada di Kekaitsensiri itu ada dua pasar yang ada disini pertama pasar Kekait di dalam desa, kedua pasar yang ada di pinggir jalan nah lokasinya dari tempat saya jualan ini sampai ke Utara sedikit. Tapi kalau pasar yang paling besar itu pasar yang ada di Gunungsari. Kemudian untuk proses jual beli antara kita sebagai penjual durian dengan pembeli menggunakan sistem ini (tanpa timbangan) adalah ketika ada pembeli yang datang kemudian biasanya mereka langsung menanyakan harganya kemudian, kita sebagai penjual menyebutkan harga durian yang kita jual, ada yang harganya 50 ribu untuk yang ukuran besar, 20 ribu, 30 ribu, 35 ribu, untuk durian yang ukurannya kecil. Setelah itu baru terjadi tawar- menawar harga antara kita sebagai penjual dengan pembeli. Kalau udah ketemu harga yang sama-sama cocok ya baru di bayar.
4. Durian jenis apa saja yang diperjualbelikan dengan menggunakan sistem tersebut?
Jawaban:
a. M. Mahbiburrahman: Beda-beda jenisnya, beda penjual beda jenisnya. Karena penjual durian disini namain sendiri duriannya.
b. Roatul: Cuma durian lokal aja, tapi jenis isinya yang berbeda- beda ada yang isinya tebel (tebal)/tipis, putih atau kuning. Ada yang rasanya manis ada yang pahit. Kadang kalau kita tau itu duriannya pahit kita kasi tau ke pembelinya. Tapi biasanya pembeli ngga cerewet sih.
5. Apa saja keuntungan dan kerugian yang dirasakan dengan menggunakan sistem tersebut?
Jawaban:
a. Roatul: Kalo menurut saya penjual sama pembeli sama-sama untung karena kan kita jual harga sesuai besarnya kalo pakai timbangan kayaknya pasti ada rugi yang dirasakan pembeli juga soalnya kalau isinya tipis trus ampasnya tebel (tebal) pasti
82
akan rugi. Trus kalau duriannya rusak juga akan kita ganti, tapi kalau rusaknya satu garis kita ngga ganti.
b. M. Mahbiburrahman: Keuntungannya ya karena kalo pake sistem ini penjual sama pembeli itu sama-sama bisa nawar harga, beda kalau pake timbangan kan udah ditentuin harga per kilonya. Kalau kerugiannya sendiri mungkin dilihat dari keuntungan yang di dapat karena kita jual durian yang penting laku meskipun keuntungan yang didapat sedikit.
c. Ibu Fadlaah: Keuntungannya, durian yang rusak yang di beli dari kita bisa dikembalikan dengan ketentuan jika rusaknya banyak maka kita akan ganti dengan durian yang baru. Selain itu kita juga kasi liat sedikit isi dari durian yang kita jual ke pembeli untuk mengetahui apakah isinya bagus atau tidak.
Kalau kerugiannya menurut saya ngga ada.
d. Diya’ Yusuf: Keuntungannya bisa dibilang durian yang kita jual kalau pake sistem ini cepat lakunya karena harga yang kita berikan juga relatif lebih murah lah jika dibandingkan dengan yang pake timbangan. Tapi memang yang pake timbangan rata- rata yang di jual itu adalah durian yang kualitasnya bagus- bagus seperti durian Montong jadi wajar kalau harganya lebih mahal beda kalau kita yang ngga pake timbangan lebih banyak durian yang kita jual adalah durian lokal jadi kadang cepet rusak. Makanya kalau duriannya sudah mulai terbelah/ sudah mulai keliatan isinya kadang kita lelang daripada nanti ngga dapat untung.
6. Berapa harga maksimum dan minum buah durian yang diperjualbelikan?
Jawaban:
a. Roatul: Untuk yang besar harganya 50 ribuan, yang kecil ada yang 20, 30, 35 per biji nya.
b. Ibu Fadlaah: Untuk hari-hari biasa yang ukurannya kecil kita jual mulai dari harga 25 ribu sampai 60 ribu per bijinya. Tapi kalau pada musim durian biasanya kita jual mulai dari harga 10 ribu untuk yang ukurannya kecil sampai 40 ribu an. Jadi bisa di bilang pendapatan kalau lagi musim durian itu bisa sampai 400 ribu/minggunya. Tapi kalau hari-hari biasa 150-200.
C. Pertanyaan dan Jawaban Untuk Pembeli Buah Durian
1. Apa alasan bapak/ibu lebih memilih membeli durian dengan menggunakan sistem tebakan/tanpa timbangan dibanding membeli durian yang di timbang?
83 Jawaban:
a. Bapak Afiq Azqia: Alasannya sebenernya sih ngga ada cuman sistem itu (tanpa timbangan) yang lebih banyak dijumpai.
b. Alhamdani Rohmiatun:Karena lebih menguntungkan dibandingkan pake timbangan sebab kalau pake timbangan itu banyak ruginya menurut saya karena yang ditimbang itu kan sama kulitnya juga jadi pastinya akan semakin memberatkan timbangan. Malah bisa jadi lebih berat kulit daripada isinya.
c. Ibu Sonia: Karena kita yang beli pake sistem ini (tanpa timbangan) kebanyakan kita coba dulu duriannya baru kalau kita merasa rasanya enak dan harganya cocok barulah kita jadi beli duriannya. Ada kompensasinya juga kalau rusak.
d. Ibu Dewi: Karena harganya menurut saya lebih murah beda kalo pake timbangan itu lebih mahal harganya. Trus enaknya lagi kalau duriannya rusak akan di ganti. Tapi kadang meskipun ternyata rusaknya banyak karena setengahnya sudah kita makan ya kadang kita ngga kembaliin karena kan malu kalo dikembalikan.
2. Apa saja keuntungan dan kerugian yang bapak/ibu rasakan ketika membeli durian dengan sistem tanpa timbangan?
Jawaban:
a. Bapak Afiq Azqia: Sebenernya sama saja, baik itu membeli dengan sistem timbangan atau tanpa timbangan sama-sama ada ruginya sebab durian yang ngga di timbang isinya kadang ada yang rusak juga di dalamnya, kadang isinya juga rasanya masam, dan ada yang lebih besar bijinya daripada daging duriannya. Kalau untungnya ya harga yang didapat itu lebih murah dan durian yang didapat lebih banyak karena menggunakan karung/bakul dengan kisaran harga 150-200 bergantung dari jumlah duriannya. Tapi kadang meskipun samapun jumlahnya pasti setiap penjual beda-beda harga yang di kasi.
b. Alhamdani Rohmiatun: Keuntungannya harganya lebih murah, kalau kerugiannya si karena kadang isinya ada yang rusak dalemnya meskipun udah di coba.
84
DOKUMENTASI PENELITIAN Wawancara Dengan Pedagang Buah Durian
Proses Transaksi Jual Beli Buah Durian Antara Penjual Dengan Pembeli
85
Wawancara Dengan Bapak H. M. Zaini, S.H. (Kepala Desa Kekait, Kec.Gunungsari, Kab. Lombok Barat)
86
Wawancara Dengan Pedagang Buah Durian (Ibu Fadlaah)
87
Wawancara Dengan Pedagang Buah Durian Dengan Sistem Tebakan Berdasarkan Ukuran Perbiji dan Perbakul Buah Durian
Contoh Durian Yang Dijual Berdasarkan Ukuran Perbakul Dengan Sistem Tebakan (Tanpa Timbangan)