• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V PENUTUP

B. Saran

Raudatul Athfal (RA) Labshool IIQ Jakarta untuk praktek mahasiswa tetapi harus memiliki kualifikasi guru dalam mengajar sesuai peraturan perundang-undangan tentang guru RA.

DAFTAR PUSTAKA

Anne Johnson, Lou, Pengajaran Yang Kreatif Dan Menarik. PT Macana Jaya Cemerlang 2009

Arifin, Zainal, Penelitian Penddikan Metode Paradigma Baru. Bandung : PT Remaja Rosda Karya, 2012

Beeby, C.E,Pendidikan Indonesia, Jakarta: 1987

Depdiknas, Kurikulum 2004, Standar Kompetensi Pendidikan Agama Islam Sekolah Menengah dan Madrasah Aliyah, Jakarta: Pusat Kurikulum Balitbang Depdiknas, 2003

Dokumen RA Labschool IIQ Jakarta dalam Surat Pendirian Perizinan Madarasah Tahun 2015.

Fuziah, Mia, Peranan Guru PAI Dalam Meningkatkan Kecerdasan Spiritual Siswa, Jakarta: 2018)

Hairani, Esi, lmu Pendidikan Islam, Modul Bahan Ajar Perkuliahan S1 PAI.

Institut Ilmu Al-Qur’an Jakarta, 2017.

Heriyansyah, Guru Adalah Manajer Sesunggunya Di Sekolah. Jurnal, 2018.

Https://www.dosen penddikan.co.id, Pengertian Hasil Belajar. Juli 2020.

Ibid, Buku Iqra’, Cover

Ma'mun, Aman Muhammad, Kajian Pembelajaran Baca Tulis Al-Qur'an, (Annaba: Jurnal Pendidikan Islam) Tahun 2018

Mustofa, Efektifitas Pembelajaran Metode Baca Al-Qur’an (Tesis : http://eprints.walisongo.ac.id.bab2)

Nugraha, HR Fadjar, Metodologi Pemelajaran Agama Islam. Tangerang selatan : Lembaga Kajian Islam Nugraha, 2015.

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia, Nomor 16 Tahun 2007.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2017 Tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2008 Tentang Guru, Pasal 1 Ayat 1.

Qur’an Hafalan dan Terjemahan. Jakarta : Almahira 2015.

Raflis Kosasi, Soetjipto, Profesi Keguruan. Jakarta : PT Rineka Cipta 2009.

Ramayulis, Ilmu Pendidikan Agama Islam. Jakarta: kalam mulia, 2015.

Rasyid, Masykur, Abdul, Metode Baghdadi, Buku Panduan Guru. Jakarta:

Pusat Pelatiah Dan Pengembangan Metode Baghdadi/P3MB, 2019.

Rasyid, Masykur, Abdul,Cara tepat belajar al-qur’an metode baghdadi (Tangerang Selatan : pusat pelatihan dan pengembangan metode baghdadi, 2017.

Ridhoul Wahyudi, Rofi’il Wahyudi, Sukses Menghafal Al-Qur’an Meski Sibuk Kuliah. Yogyakarta : Semesta Hikmah 2016.

Riyadh, Saad, Ingin anak anda cinta al-qur’an ?. Solo: Aqwam, 2018.

Shabiru, M, Kedudukan Guru Sebagai Pendidik, Makassar, 2015.

Srijatun, Jurnal Pendidikan Islam, Implementasi Pembelajaran Baca Tulis Al- Qur’an Dengan Metode Iqra’ Pada Anak Usia Dini Di RA Perwanida Slawi Kabupaten Tegal, Tahun 2017.

Sugiono, Metode Penelitian Pendidikan : Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif.

Dan R&D, Bandung : CV Alfabeta, 2017

Sumarno, Peranan Guru Agama Islam Dalam Membangun Karakter Peserta Didik. Dalam Jurnal Al-Lubab, Vol. 1 No. 1 Tahun 2016.

Suprijono, Agus, Cooperative Learning, Teori Dan Aplikasi Paikem, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009.

Surasman, Otong, Metode Insani: Kunci Praktis Membaca Al-Qur’an Baik dan Benar. Jakarta : Gema Insani, 2002.

Syarifuddin, Ahmad, Mendidik Anak Membaca, Menulis Dan Mencintai Al- Qur’an, Jakarta: Gema Insani, 2004.

T. Yanggo, Huzaemah, dkk, Petunjuk Teknis Peulisan Proposal dan Skripsi.

Tangerang, LPPI IIQ Jakarta 2018

Uno, Hamzah B, Perencanaan Pembelajaran, Jakarta: PT Bumi Aksara, 2014.

Zein, Muh, Peran Guru Dalam Pengembangan Pembelajaran, Jurnal, 2016.

LAMPIRAN-LAMPIRAN

HASIL WAWANCARA DENGAN INFORMAN

Hari/Tanggal : Kamis, 02 Juli 2020

Tempat : Melalui Online (File di Kirim Whatsapp) Narasumber : Nelly Mardiah

Jabatan Narasumber : Guru/Wali kelas A2

1. Berhubungan dengan pembelajaran, apa yang ibu ketahui terkait peran guru dalam belajar baca tulis qur’an (BTQ) ?

Seorang guru memiliki peran yang sangat penting terutama dikelas.

Guru membimbing, mendidik, mengarahkan anak usia dini baik dalam segi motorik, kognitif, moral, seni, bahasa.

Dari segi baghdadi guru berperan untuk membreikan materi dengan menggunakan lagu, nyanyian, tepuk-tepuk. Agar siswa bisa mengikuti dan menyerapnya dengan baik.

2. Bagaimana cara mengetahui bahwa ibu sudah berperan dalam proses pembelajaran BTQ disekolah ?

Dilihat dari evaluasi dan pencapaian dalam belajar mengajar

3. Apakah ibu pernah mendapatkan sosialisasi program unggulan yang diterapkan di sekolah ?

Pernah, semua program di rencanakan secara matang di rapat kerja

4. Apa saja yang dilakukan agar pembelajaran BTQ dengan metode baghdadi ini berjalan dengan baik ?

Agar pembelajaran baca tulis qur’an dilakukan dengan maksimal maka salah satunya adalah dengan cara kita sebagai guru disekolah menerapkan sikap disiplin kepada anak, kemudian memberikan semangat kepada anak agar anak lebih semangat dalam menjalani

proses belajar karena percuma kalo gurnya semangat tapi muridnya gak semangat. Terus, peran orang tua juga memberikan arahan dirumah dan mengulang pembelajaran yang sudah di pelajari di sekolah. Jadi selain guru dan murid, orang tua juga sangat berpengaruh dalam pencapaian pembelajaran baca tulis al-qur’an di sekolah

5. Motivasi seperti apa yang diberikan kepada anak agar ia mampu mengikuti belajar BTQ dikelas dengan baik ?

Kalau motivasi yang diberikan pada ananda mungkin seperti kita memberi semangat agar ananda semakin antusias dalam kegiatan dengan motivasi keutamaan orang belajar al-qur’an dan jika ananda lancar dan rajin orang tua akan senang begitu pula kaka guru

6. Adakah kesulitan yang dialami ketika berlangsungnya pembelajaran BTQ dengan metode baghdadi ?

Kalau kesulitan pasti ada seperti tidak fokus, mood gak bagus, tapi alhamdulillah dengan kerjasama yang baik dengan guru pendamping bisa diatasi dengan baik

7. Bolehkan melakukan kegiatan belajar BTQ mengajak anak secara paksa ?

Sebaiknya jangan... karena ruang lingkup usia mereka masih usia dini hendaknya hindari paksaan. Kita sebagai pendidik lebih baik menggunakan cara yang lembut dan dengan pelan-pelan, memberi semangat agar mereka mampu dan bisa kedepannya

8. Adakah tuntutan dari para orang tua anak dalam mempelajari BTQ ini

?

Tidak, karena setiap orang tua yang menyekolahkan anaknya ke suatu taman pendidikan pasti mempunyai harapan agar anaknya berhasil.

Agar orang tua tidak menuntut, ada kalanya kita sebagai pendidik melakukan kerjasama yang baik. Artinya bukan hanya guru yang berperan tapi orang tua juga dirumah

9. Mengapa di sekolah ini harus ada pembelajaran BTQ dengan metode baghdadi?

Karena menurut saya pembelajaran ini sangat penting terlebih untuk anak usia dini. Dimana dimasa ini sangat di sayangkan kalau tidak di stimulus ilmu baca tulis qur’annya, terutama pada makhorijul hurufnya.

10. Metode apa yang digunakan dalam pembelajaran BTQ disekolah selain metode baghdadi ?

Di RA Labschool sendiri pengenalan makhorijul huruf dan sifatul huruf menggunakan metode bahdadi, untuk bacaannya menggunakan buku Iqra’ dengan talaqqi bersama guru dan bergantian

11. Apa harapan para guru ketika anak mampu mengikuti belajar BTQ dengan metode baghdadi ?

Harapan saya semoga dengan adanya pembelajaran baca tulis qur’an (BTQ) ini ananda semakin lancar, fasih dan cinta dalam membaca al- qur’an

12. Kendala seperti apa yang dihadapi ketika pembelajaran berlangsung ? Kendalanya mungkin sat menghadap anak yang kurang fokus, moodnya kurang bagus dan waktu yang terkadang masih belum cukup dalam pembelajaran hingga membuat pembelajaran sedikit kurang efektif.

HASIL WAWANCARA DENGAN INFORMAN

Hari/Tanggal : Kamis, 16 Juli 2020

Tempat : Melalui Online (File dikirim ke Whatsapp) Narasumber : Putri Hidayani

Jabatan Narasumber : Wali Murid

1. Apa yang ibu ketahui tentang pembelajaran BTQ di sekolah ?

Mengajarkan metode baghdadi kepada anak-anak sadar makhraj sejak dini

2. Bagaimana pendapat ibu tentang peran buru di sekolah ?

Membantu orang tua menerapkan praktik BTQ di sekolah agar terintegrasi dengan pendidikan qur’ani orang tua di rumah.

3. Mengapa anak usia dini harus belajar BTQ ?

Sangat penting untuk membantu memudahkan pendidikan al-Qur’an kedepannya. Sebab anak-anak pada dasarnya masih lebih mudah dibentuk dan dibiasakan pemahamannya tentang al-Qur’an baik membaca, menulis, maupun menghafal

4. Adakah kendala dalam proses pembelajaran BTQ ketika di rumah?

Mungkin pada awalnya agak sedikit memaksa anak-anak untuk belajar BTQ di rumah, tapi dengan ke istiqomahan dan tekad yang kuat orang tua dan anak-anak semua kendala menjadi tidak begitu berarti.

5. Siapakah yang menjadi peran penting dalam belajar BTQ?

Orang tua, sebab dari 24 jam dalm sehari, anak lebih banyak menghaiskan waktu di rumah daripada di sekolah. Waktu bersama orang tua jadi lebih banyak. Jadi, peran penting BTQ paling besar ada pada orang tua.

6. Apakah ibu mengetahui jka di sekolah dalam BTQ menggunakan metode baghdadi ?

Tahu,

7. Apa harapan ibu untuk anak-anak setelah mengikuti pembelajaran BTQ dengan metode baghdadi di sekolah?

Memudahkan anak-anak belajar al-Qur’an dan mengamalkannnya

8. Sudahkah ibu melihat perkembangan anak setelah mengikuti belajar BTQ dengan metode baghdadi seperti yang di ajarkan di sekolah ? Sudah, secara praktik anak faham diman letak makhorijul huruf.

Dengan begitu membantu anan fasih membaca al-Qur’an, terutama pada hafalan surat-surat pendek yang di terapkan saat ini.

HASIL WAWANCARA DENGAN INFORMAN

Hari/Tanggal : Kamis, 16 Juli 2020

Tempat : Sekolah

Narasumber : Farihah Ulinnuha, S.Pd Jabatan narasumber : Guru/Wali kelas A1

1. Berhubungan dengan pembelajaran, apa yang ibu ketahui terkait pembelajaran BTQ disekolah ?

Pembelajaran disekolah ini menggunakan metode baghdadi, tapi untukpenerapannya sendiri kami menggunakan buku Iqro’. Untuk metode baghdadi lebih menrapkan makhorijul hurufnya, jadi peserta didik ini di tekankan agar pelafalan huruf-hurufnya itu tepat. Tidak salah tempatnya. Karna ketika adik-adik sudah bisa nanti akn lebih bagus dan fasih dalam membaca al-qur’an. Kemudian untuk tulisan disini kami belum melakukan imla, karena memang sebenarnya tidak diwajibkan untuk bisa menulis jadi disini hanya bisa mengikuti garis- garis huruf hijaiyah yang sudah tersedia dari buku paket yang disediaka oleh IGRA

2. Berhubungan dengan pembelajaran, apa yang ibu ketahui terkait peran guru dalam belajar?

Dalam proses pembelajaran guru itu sangat penting, karena guru bukan hanya membimbing tapi juga mendidik, benar-benar harus bisa mengayomi. Guru disekolah adalah orang tua kedua bagi siswa, bukan hanya memberikan ilmu tapi juga bagaimana sisa itu bisa menerapkan ilmu apa yang sudah guru berikan

3. Bagaimana cara mengetahui bahwa ibu sudah berperan dalam proses pembelajaran disekolah ?

Mungkin kita bisa melihat hasil siswa, bukan saja dari hasil evaluasi selama disekolah tapi juga melihat perkembangan siswa tersebut ketika sudah masuk ke jenjang berikutnya. Apakah pembelajaran

disekolah masih di ingat atau tidaknya. Disitulah peran guru akan terlihat

4. Apakah ibu pernah mendapatkan sosialisasi program unggulan yang diterapkan di sekolah?

Iya pernah, khususnya pelatihan baghdadi, yang di sponsori oleh sekolah.

5. Apa saja yang dilakukan agar pembelajaran BTQ dengan metode baghdadi ini berjalan dengan baik ?

Karena kami menggunakan metode baghdadi disini dan lebih menekankan kepada makhorijul huruf untuk peserta didik, jadi proses pembelajaran ini lebih kepada makhroj-makhroj dan gerakan mulut, nyanyian-nyanyin dalam mengahafal setiap sifatul hurufnya. Untuk menulisnya kita menggunakan buku paket, ada, menebalkan garis huruf-huruf hijaiyah kemudian untuk kelancaran dari bacaan menggunakan buku Iqra’. Pelafalan sudah betul atau belumnya, kita lihat dari hafalan surat-surat pendek, d’oa-do’a harian, begitupun hadits-hadits.

6. Motivasi seperti apa yang diberikan kepada anak agar ia mampu mengikuti belajar BTQ di kelas dengan metode baghdadi dikelas dengan baik ?

Selalu menekankan kepada anak didik bahwa kita itu mendapatkan kesempatan untuk belajar, kalau kita lihat orang di luar san yang masih belum bisa belaja. Jadi melihat orang yang tidak bisa belajar kita harus bersyukur, apalagi kita diberi kelengkapan, kesehatan yag sempurna dan mau untuk belajar. Contohnya melihat kisah Nabi, beliauitu Ummi, tidak bisa baca, tapi bisa hafal al-Qur’an. Msyaallah. Jadi anak didik cunta Nabi cinta Allah, berarti harus semangat dalam belajar al- Qur’an.

7. Adakah kesulitan yang dialami ketika berlangsungnya pembelajaran BTQ dengan metode baghdadi ?

Pasti ada, aoalagi terhadap anak didik yang masih kecil, karena ank kecil itu, pelafalan lidahnya masih belum sempurna atau cadel, susahnya di situ. Tapi ntuk hafal tempat-tempat keluar huruf dari mana sudah cukup baik karena kita mengulangnya setiap hari tapi

kendalanya kembali lagi ke pelafadzan nya. Masih sedikit susah.

Kemudian ntuk menulisnya, adik-adik masih moody gitu, belum bisa di tekan kalau anak kecil, jadi kita mengikuti keinginannya. Jadi ya mengikuti mood nya, bener- bener harus di rangsang mereka baiknya bisa mengerjakan tugas yang di berikan. Tapi selama ini pembelajaran metode baghdadi yang di terima oleh anak-anak cukup baik.

8. Bolehkan melakukan kegiatan BTQ metode baghdadi dan mengajak anak secara paksa ?

Tidak ada paksaan, tapi bukan juga tidak boleh memaksa. Akan tetapi yang namanya belajar itu kan harus di kerjakan, tapi bukan berarti kita harus menarik anak, menyeret, menyuruhnya duduk, dengan berteriak dan sebagainya, bukan begitu. Tetapi cara mengajaknya itu dengan lemah lembut, memnacingnya entah dengan menceritakan sebuah dongeng, atau menstimulus dengan menunjukan video anak yang sudah hafal al-Qur’an, dan masih banyak yang lainnya. Jadi semua itu pasti ada rasa terpaksa dalam diri anak-anak. Akan tetapi jika paksaan itu diberikan dengan bentuk yang menyenangkan bagi anak. Maka mereka akan tertarik dengan sendirinya. Wah aku ingin menjadi seorang penghafal, jadi seorang yang pinter klaigrafi dan sebagainya.

Jadi intinya gunakan paksaan yang menyenangkan karena itu akan menjadi suatu kenangan bagi anak-anak.

9. Adakah tuntutan dari para orang tua anak dalam mempelajari BTQ ini

?

Sebetulnya kalo tuntutan untuk BTQ, orang tua tidak mennuntut ya karen BTQ lebih banyak di terapkan di TPA karena sekolah itu untuk tulis menulis, menghitung, membaca, untuk qur-annya mungkin kalau orang tua adalah nila plus dari sekolah kita. Banyak anak bisa menulis huruf hijaiyah dengan baik, menghafal makhroj dengan baik, itu adalah bonus. Kalau dari kelas saya, tidak menemukan orang tua yang menuntut anaknya untuk belajar BTQ.

10. Mengapa di sekolah ini harus ada pembelajaran BTQ ?

Sekolah ini adalah RA Labschool IIQ Jakrta, di mana sekolah labschool nya fakultas Tarbiyah IIQ Jakarta. Ilmu al-qur’an itu pasti di dalamnya mempelajari al-qur’an. Nah bagaimana peserta didik dapat membaca al-qur’an pastinya ada prosesnya,makanya kita kenalkan itu

sejak anak usia dini, mulai dari huruf hijaiyah, makhorijul huruf, supaya anak akan sadar pelafalan sejak dini,dan mudah untuk di arahkan, dan akan melekat sampai ia dewasa.

11. Metode apa yang digunakan dalam pembelajaran BTQ disekolah ? Karena di sekolah ini yang lebih di munculkan lebi ke hafalannya untuk usia dini. Jadi kami menggunakan metode talaqqi, berulang- ulang muroja’ah. Karena untuk anak usia kelas A itu masih menggunakan buku Iqra’. Jadi di sekolah ini lebih mengarahkan anaknya untuk lebih menyukai belajar al-qur’an nya di bandingkan degan materi umum. Karena materi umum akan di dapatkan nanti ketika ia sekolah dasar (SD) dan yang lainnya.

12. Apa harapan kedepannya para guru ketika anak sudah mampu mengikuti belajar BTQ dengan metode baghdadi ?

Harapannya, anak bisa mengerti bagaimana mengerti bacaan yang benar, tidak asal-asalan. Harapan kedepannya adik-adik selalu semangat mempelajari al-qur’an, apalagi al-qur’an kan pedoman kita semuanya.

HASIL WAWANCARA DENGAN INFORMAN

Hari/Tanggal : Kamis, 16 Juli 2020

Tempat : Melalui Online (File dikirim ke Whatsapp) Narasumber : Fafika Hikmatul Maula, M.Pd

Jabatan narasumber : Kepala Sekolah

1. Apa yang ibu ketahui tentang peran guru dalam belajar ?

Tentunya sangat penting, yang mana guru itu bagian dari suatu pekerjaan dan tanggung jawab yang sangat besar. Bukan hanya sekedar tanggung jawab akan pekerjaannya, tapi memberikan tanggung jawab terkait pendidikannya, dari segi moralnya, akhlaknya, itu tentunya sangat memiliki pengaruh dari segi belajar. Dan guru sendiri punya banyak peran : Pertama, dari segi pemberi informasi atau informator, guru tidak hanya memberikan apa yang dia ketahui, tapi juga memberikan banyak informasi.

Guru bisa juga disebut organisator yang mana dia bertugas membuat jadwal pelajaran, jadwal kegiatan kemudian silabus, RPP, bekerjasamadengan teman-teman yang lainnya. Guru bukan Cuma mengajarkan, tapi juga mendidik muridnya. Guru juga sebagai motivator, sebagai guru bukan hanya memberikan informasi tapi juga memberikan motivasi semangt dan dukungan untuk anak-anak didiknya. Misalnya ketemu anak-anak yang malas belajar, nah disitu guru berfungsi untuk memberikan semangat dan bisa memberikan motivasi kepada anak tersebut. Jangan sampai keberadaan guru itu hanya formalitas, ada guru ada murid, tapi peran guru tersebut apakah bisa memberikan hal baik atau nggak untuk muridnya.

Guru juga memiliki pengaruh yang sangat besar demi keberhasilan pendidikan murid-muridnya itu. Kalau gurunya memberikan contoh yang baik pasti akan berpengaruh baik kepada anak didiknya begitupun sebaliknya. Peran guru sangat besar dan sangat penting demi tercapainya pendidikan anak-anak disekolah. Walaupun dengna kondisi pandemi saat ini orang tua bisa menjadi guru dirumah. Seperti yang dikemukakan dalam hadits “Ibu adalah sekolah pertama bagi anak-anak” mungkin memang benar orang tua itu adalah guru. Tapi bedanya kalo ibu mungkin bisa mengajarkan banyak hal, contoh

kemandirian, bisa mandi sendiri dirumah, makan sendiri, pake baju sendiri. Itu semua ibu yang mengajarkan. Tapi kalo di sekolah kemandirian yang diciptakan oleh guru itu dari kedisiplinan, contoh bisa merapihkan tas pada tempatnya,bersosialisasi dnegan temannya, datang tepat waktu pada jam-jam sekolah. Lalu orang tua mengajarkan anak tidak dengan kurikulum lain halnya dengan guru mengajarkan sesuai dengan kurikulum yang sudah dibuat.

2. Bagaimana peran ibu sebagai kepala sekolah tehadap guru dalam pembelajaran BTQ dengan Metode Baghdadi di sekolah ?

Tentunya dengan memberikan faslitas untuk mengikuti pelatihan baghdadi, kemudian dengan memberikan kesempatan untuk mengikuti tahsin, khususnya guru-guru. Berikutnya memberikan program- program yang sudah di rencankan oleh guru-guru yang sekiranya itu bagus dan baik tentunya pasti mendukung. Tapi kalau misalnya kurang sesuai pastinya kedepan akan di evaluasi

3. Apakah ibu pernah mendapatkan sosialisasi program unggulan yang diterapkan di sekolah terkait metode pembelajaran ?

Pernah, waktu di Bogor. Langsung oleh direktur Baghdadi. Baghakan beberapa Guru RA sampe saat ini adalah yang menjadi salah satu kader metode Baghdadi, yang memberikan ilmu baru pada kami semua.

4. Mengapa guru sangat berperan dalam meningkatkan kualitas BTQ disekolah ?

Jelas sangat berperan, karena kalau guru itu tidak berperan artinya BTQ di sekolah itu tidak akan berjalan sebagai mana mestinya. Selaku guru otomatis dia yang menjalankan dna bertanggung jawab untuk menjalankan program tersebut. Andaikan guru tersebut tidak menjalani program yang ada di sekolah, pasti nantinya akan ada evaluasi.

5. Apakah ada batasan usia untuk masuk kelompok belajar (Raudatul Athfal) ?

Tentunya ada, karena usia sangat penting juga. Karena dari segi kesiapan, itupun bukan hanya dari segi usia terus dia sudah layak, tapi kesiapan dari segi mental, pemikiran, ya meskipun usianya kelompok belajar atau RA yang jenjangnya masih TK, tapi namanya usia penting juga. Karena masuk SD juga menyesuaikan dengan usianya, 7 tahun misalnnya. Kalau misalnya di TK pun dia tidak ada batas usia otomatis nggak imbang, ada yang usia 3 tahun, 4 tahun. Kalau misalkan dalam kelas itu tidak seimbang otomatis susah juga gurunya untuk menerapkan pembelajaran dan untuk mengevaluasi gitu. Andaikan dalam usianya tidak rata, otomatis ketika mengajarkan juga tidak seimbang, yang satu udah jauh, yang satu belum nyampe misalnya kalau dalam pelajaran. Nanti akan capek gurunya juga. Jadi intinya untuk usia pastikan di sama ratakan atau mendekati. Misalnya harus 5 tahun, otomatis semuanya rata 5 tahun atau yang mendekati. Kalaupun ada bedanya paling hanya sekedar beda bulan.

HASIL WAWANCARA DENGAN INFORMAN Hari/Tanggal : Kamis, 16 Juli 2020

Tempat : Asrama IIQ

Narasumber : Abdul Rasyid Masykur

Jabatan narasumber : Sekertaris Pesantren Takhasus IIQ

1. Apa yang melatar belakangi bapak, untuk mengembangkan metode baghdadi ini ?

Bismillahirrahmanirrahiim... Metode baghdadi itu kan, pertama metode lama yang mulai di tingalkan karena munculnya metode- metode baru khususnya Iqro’, sedangkan baghdadi ini dulu yang melahirkan para guru-guru itu. Setelah saya mencoba meneliti kenapa metode yang bagus menurut saya kok ditinggalkan? karena dianggap oleh sebagian masyarakat metode baghdadi ini terlalu lama, tidak langsung membaca, seperti Iqro’, A I U, BA BI BU, tapi di baghdadi itu mengeja.

Makanya kami punya prinsip, terutama kitab al-qur’an ini kan kitab suci butuh perlakuan khusus. Jadi metode yang sudah berkembang sejak lama itu punya sesuatu kenapa bisa bertahan sampe ratusan tahun, karena metode baghdadi ini anonim, artinya penulisnya sudah diteliti tuh tidak bisa dipastikan siapa penulis pertama. Makanya saya punya ide gimana kalo baghdadi ini dikemangkan kembali dengan modifikasi, nah kebetulan pada saat yang sama JQH ingin mengembalikan baghdadi.

Akhirnya saya ditunjuk untuk meneliti ini, hampir satu tahun saya meneliti, ketemu, terus akhirnya diadakan rapat di taman mini dengan kiyai-kiyai di JQH. Kemudian mulailah di launching, dulu pernah ada MOU antara JQH dengan IIQ. karena basisnya ada di IIQ. dan orang- orang yang mengembangkan juga di IIQ. makanya metode baghdadi tidka bisa l;epas dari JQH dan IIQ. secara ide dari JQH Cuma orang- orang dalemnya ya dari IIQ.

Awal munculnya ya itu tadi baru 1 jilid, karna memang saat itu yang penting terbit, hanya jilid 1A saja. Ada yang menyarankan supayamemudahkan anak-anak itu harus dibagi. Kemudian setelah di teliti lagi pasnya ada 4 jilid. Latar belakangnya ya supaya metode ini tetap eksis dan ditinggalkannya itu karena faktor pengajarnya tidak ada

Dokumen terkait