• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V PENUTUP

B. Saran

Berdasarkan simpulan hasil penelitian wujud tindak tutur dan penggunaan prinsip kesantunan di lingkungan terminal Mallengkeri kota makassar, maka saran yang diperoleh sebagai berikut.

1) Kepada peneliti khususnya dalam bidang bahasa, agar dalam melakukan penelitian secara menyeluruh, agar dapat dirasakan oleh pembaca dan peneliti pada khususnya.

2) Masyarakat disarankan memperbanyak penggunaan kesantunan berbahasa Indonesia yang telah ditemukan di lingkungan keluarga

maupun lingkungan luar agar perilaku berbahasa santun dapat semakin terinternalisasi dalam diri masyarakat.

3) Kepada para pembaca, penelitian singkat ini semoga dapat dijadikan bahan referensi tentang kesantunan dan sekaligus penambah wawasan tentang fenomena bahasa dalam masyarakat.

DAFTAR PUSTAKA

Austin, John Langshaw. 1962. How To Do Things With Words. Oxforrd: Oxford University Press.

Al-Qadri, Muhammad. 2019. Kesantunan Berbahasa Indonesia Masyarakat dan Polri Pada Pemeriksaan Lalu Lintas Di Wilayah Makassar: Skripsi.

Universitas Muhammadiyah Makassar.

Brown, P.&S. Levinson (1978), Politeness Some Universals in Language Usage, Cambridge: Cambridge University Press.

Chaer, Abdul. 2010. Kesantuanan Berbahasa. Jakarta : Rineka Cipta.

Depdikbud. 1990. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Emzir. 2010. Analisis Data. Jakarta: Rajawali Pers.

H. Hornberger.&McKay, S (1996), Sociolinguistics and language Teaching, Cambridge: Cambridge University Press.

Leech, Geoffrey. 1993. Prinsip-Prinsip Pragmatik. Jakarta: Universitas Indonesia.

Malmkjer,K. (2006). The Linguistics Encyclopedia. London: Routledge

Nadar. F.X. 2013. Pragmatik dan Penelitian Pragmatik. Yogyakarta. Graha Ilmu.

Prabowo, Fendi Eko (2016). Kesantunan Berbahasa Dalam Kegiataan Diskusi kelas Mahasiswa Pbsi Universitas Sanata Dharma. Skripsi. Yogyakarta : Universitas Yogyakarta.

Pranowo. 2009. Berbahasa Secara Santun. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Pratama, Randi. 2018. Telaah Kesantunan Berbahasa Indonesia Siswa Kelas XI SMK Negeri Tapango Kab. Polewali Mandar. Makassar: Universitas Muammadiyah Makassar. Skirpsi

Rahardi, Kunjana. 2005. Pragmatik: Kesantunan Impratif Bahasa Indonesia.

Jakarta: Erlangga.

Robert Sibarani. 2004. KesantunanBahasa. Antropolinguistik. Medan: Poda.

Rusminto, Nurlaksana Eko. 2015. Analisis Wacana: Kajian Teoritis dan Pragmatik. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Wardhaugh, R. (2006). Anintroductiontoso ciolinguistics.

Oxford:BlackWellPublishing

Yule, George. 1996. Pragmatik.Yogyakarta: PustakaPelajar.

Wakaimbang, Hendri. 2016. Kesantunan Berbahasa dalam Grup Facebook Forum Bahasa Indonesia pada Mahasiswa Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fkip Unila Angkatan 2013 dan Implikasinya terhadap Pembelajaran Bahasa Indonesia di SMA. Bandar Lampung: Universitas Lampung. Skripsi.

L A M

P

I

R

A

N

Lampiran I : Kartu Data Tuturan Masyarakat Terminal Mallengkeri Kota Makassar.

No. Konteks Peristiwa Tutur Analisis Wujud

Tindak Tutur 1. Percakapan yang

dilakukan oleh dua orang sopir dan satu penumpang, ketika si sopir mengajak mengobrol si penumpang yang tengah duduk sambil menunggu mobil yang akan ditumpanginya.

Sopir A : “Yang sodaranya kareng anu, siapa, kareng bilang”

(“Yang saudaranya karaeng itu, siapa, karaeng Bilang”) Sopir B : “Diatas? Kareng

Lurang”

(“Diatas? Karaeng Lurang”)

Penumpang : “Oh.. Iye

(“Oh.. Iya”) Sopir A : “Muni toh?”

(“Muni Kan?”) Penumpang : “Iye Muni kareng

Bilang

(“Iya Muni karaeng Bilang”)

Tuturan tersebut merupakan tindak tutur lokusi. Yang dituturkan oleh Penumpang “Iya Muni karaeng Bilang”. Dalam tuturan penumpang tersirat kecocokan informasi dari tuturan sopir a yang memberitahukan kebenaran informasi ke penumpang bahwa orang yang dimaksud benar namanya Muni karaeng Bilang . Tindak tutur lokusi pada Sopir a termasuk dalam tuturan

memberitahu, sedangkan tindak tutur lokusi pada penumpang termasuk dalam tuturan mengakui.

Lokusi

2. Percakapan yang dilakukan oleh dua sopir yang sedang duduk di warung dalam lingkungan terminal

Mallengkeri Kota Makassar.

Sopir A : “Oe daeng Lekbaka tensi subangngi elele karaeng tinggi mamo

(“Eh daeng kemarin saya sudah tensi ternyata tinggi karaeng”)

Sopir B : “Ngapa na nu mange ja boya lurang?”

(“Kenapa kamu pergi cari penumpang?’)

Tuturan tersebut merupakan tindak tutur lokusi.

Tuturan yang diungkapkan oleh sopir a Oe Lekbaka tensi subangngi elele tinggi mamo

termasuk wujud tindak tutur lokusi dalam hal

mengeluh.

Lokusi

3. Percakapan yang dilakukan oleh dua sopir yang sedang duduk di warung dalam lingkungan terminal

Mallengkeri Kota Makassar.

Sopir A : “Edede ka tena ku jannang ri balla, boya doeka baji”

(“Aku tidak tenang di rumah, cari uang lebih baik”) Sopir B : “Bajiki iya tapi

kesehatannga parallu, ammotere mako antu”

(“Memang bagus tapi kesehatan juga perlu, kamu pulang saja”)

Tuturan tersebut merupakan tindak tutur lokusi.

Tuturan yang diungkapkan oleh sopir b “Bajiki iya tapi kesehatannga parallu, ammotere mako antu”

termasuk wujud tindak tutur lokusi dalam hal

memberitahu.

Lokusi

4. Percakapan antara tiga sopir yang meminta rokok pada sopir yang lainnya sambil berdiri di belakang mobil, dan salah satu sopir sedang mengelap kaca mobil.

Sopir A : “Rokok, rokok rokok ! Ih tanja na ko e

(“Rokok, rokok rokok ! Ih wajah mu”)

Sopir B : “Rokok tawwa kasi ki itu rokok!”

(“Kasih itu rokok !”) Sopir C : “Mintako di Rani

banyak Rani Rokoknya

(“Minta saja di Rani banyak rokoknya”)

Tuturan tersebut merupakan tindak tutur ilokusi. Fungsi tindak tutur ilokusi dapat dilihat dari tuturan sopir a

“Rokok, rokok rokok !”. pada kalimat tersebut mengandung wujud tuturan yang meminta agar si mitra tutur dapat melakukan tindakan sesuai dengan tuturan penutur.

Begitu juga dengan tuturan sopir b

“Rokok tawwa kasi ki itu rokok!”

tuturan tersebut juga termasuk wujud tuturan menyuruh mitra tutur lainnya, yang secara langsung bertindak sesuai keinginan si sopir a.

Ilokusi

5. Percakapan yang dilakukan seorang sopir dan seorang pengunjung yang menunggu barang kirimannya di lingkungan terminal Mallengkeri.

Sopir : “Disituko lewat kalo keluar, lihat- lihat mi saja”

(“Lewat disitu kalau keluar, lihat-lihat saja”) Pengunjung : “Oh iye”

(“Oh iye”)

Tuturan tersebut merupakan tindak tutur ilokusi. Fungsi tindak tutur ilokusi dapat dilihat dari tuturan sopir

Disituko lewat kalo keluar, lihat- lihat mi saja”

tuturan tersebut termasuk wujud

Ilokusi

tuturan menyuruh mitra tutur, yang secara langsung bertindak sesuai keinginan si sopir . 6. Percakapan yang

dilakukan seorang sopir dan seorang pengunjung yang menunggu barang kirimannya di lingkungan terminal Mallengkeri.

Sopir :“Tanya dulu sopir ka bilang keluar mana lewat jalan Alauddin atau Mallengkeri”

(“Tanya sopir beritahu keluar lewat jalan Alauddin atau Mallengkeri”) Pengunjung :“Oh iye makasih

pale

(“Oh iya Makasih”)

Tuturan tersebut merupakan tindak tutur perlokusi.

Fungsi tindak tutur perlokusi dapat dilihat dari tuturan pengunjung Oh iye makasih pale

Tuturan tersebut menumbuhkan pengaruh kepada mitra tutur (sopir) yang berfungsi untuk menyatakan atau menunjukkan sikap terhadap suatu keadaan dalam hal berterima kasih kepada sopir.

Perlokusi

Lampiran II : Kartu Data Tuturan Masyarakat Terminal Mallengkeri Kota Makassar.

No. Konteks Peristiwa Tutur Analisis Prinsip

Kesantunan 1. Percakapan yang

dilakukan seorang sopir dan seorang

pengunjung yang menunggu barang kirimannya di lingkungan terminal Mallengkeri.

Sopir : “Disituko lewat kalo keluar, lihat-lihat mi saja” (“Lewat disitu kalau keluar, lihat- lihat saja”) Pengunjung : “Oh iye”

(“Oh iye”)

Dari tuturan

Disituko lewat kalo keluar, lihat-lihat mi saja” terlihat bahwa sopir berusaha memaksimalkan keuntungan untuk pengunjung. Kondisi pengunjung saat itu tdak tahu jalur mobil yang ditungguinya, makanya sopir dengan bijaksana memberitahukan kepada si pengunjung arah jalan keluar. Hal ini sesuai dengan prinsip maksim kebijaksanaan yang mewajibkan penutur

Maksim Kebijaksana an

memaksimalkan keuntungan orang lain.

2. Percakapan yang dilakukan seorang sopir dan seorang

pengunjung yang menunggu barang kirimannya di lingkungan terminal Mallengkeri.

Sopir : “Apa na bilang ?”

(“Dia berkata apa?”) Pengunjung :“Bilang tunggumi di Mallengkeri”

(“Katanya tunggu

saja di

Mallengkeri”) Sopir : “Kibilangi adaya di

Bulukumba kota”

(“Bilang saja saya ada di Bulukumba Kota”)

Dari tuturan

“Kibilangi adaya di Bulukumba kota”

terlihat bahwa sopir berusaha

memaksimalkan keuntungan untuk pengunjung. Karena kondisi saat itu pengunjung tidak tahu dimana posisi mobil yang ditungguinya jadi sopir bermaksud memberitahukan dengan bijaksana bahwa posisi si pengunjung berada di tempat jalur

Bulukumba kota. Hal ini sesuai dengan prinsip maksim kebijaksanaan yang mewajibkan penutur memaksimalkan keuntungan orang lain.

Maksim Kebijaksana an

3. Percakapan antara dua sopir yang meminta rokok pada sopir yang lainnya sambil berdiri di belakang mobil, dan salah satu sopir sedang mengelap kaca mobil.

Sopir A : “Pasingga sai paeng anne ri kantonga punna motereko, nakaluppai subanggngia ri otoku.”

(“Kalau kamu pulang kasih singgah ini kantong, kemarin dia lupa dimobil saya.”)

Sopir B : “Iyo paeng sinampe pa katte daeng ka nia rong laku lampai anne katte deng.”

(“Iya deh sebentar yah kak karena ada juga yang mau saya pergi ini kak”)

Penggunaan maksim kedermawanan ditunjukkan oleh tuturan sopir b “Iyo paeng sinampe pa katte daeng ka nia rong laku lampai anne katte deng.”

Terliat bahwa sopir b mau membawakan kantong yang terlupa itu ke rumah si sopir a. Dengan demikian sopir b mematuhi maksim

kedermawanan.

Maksim Kedermawa nan

4. Percakapan yang dilakukan seorang sopir dan seorang

pengunjung yang menunggu barang kirimannya di lingkungan terminal Mallengkeri.

Sopir :“Tanya dulu sopir ka bilang keluar mana lewat jalan Alauddin atau Mallengkeri”

(“Tanya sopir beritahu keluar lewat jalan Alauddin atau Mallengkeri”) Pengunjung :“Oh iye makasih

pale

(“Oh iya Makasih”)

Tuturan pengunjung

“Oh iye makasih pale” merupakan bentuk penghargaan pengunjung kepada sopir. Kata tersebut cukup sederhana namun memiliki makna yang sangat luar biasa. Dengan ucapan terimakasih dari pengunjung tentu sopir akan sangat senang. Dengan demikian pengunjung mematuhi maksim penghargaan.

Maksim Penghargaa n

5. Percakapan yang dilakukan oleh tiga sopir yang sedang duduk di warung dalam lingkungan terminal

Mallengkeri Kota Makassar.

Sopir A : “Itu ceweka yang cantikka”

(“Itu cewek yang cantik”)

Sopir B : “Ada itu yang cantikka”

(“Ada itu yang cantik”)

Sopir C : “Dea, Dea, siapaka namanya”

(“Dea Dea siapa namanya”)

Penggunaan maksim penghargaan ditunjukan oleh tuturan sopir a “Itu ceweka yang

cantikka” dan sopir b

“Ada itu yang cantikka”. Terlihat jelas bahwa sopir a dan b berusaha memberikan penghargaan kepada cewek yang

dimaksud dalam percakapannya dengan sebutan

“cantik”.

Maksim Penghargaa n

6. Percakapan yang dilakukan oleh dua sopir yang sedang duduk di warung dalam lingkungan terminal

Mallengkeri Kota Makassar.

Sopir A : “We baguski rajin olahraga na kenna, itu juga laki-laki pemain Ftv gammara rajin olahraga.”

(“Bagus rajin olahraga dikena, itu juga laki-laki pemin Ftv gagah rajin olahraga.”) Sopir B : “Itu yang di kenna

siapa saja bisa dikenna Cuma daya tahan tubuhnya.”

(“Itu yang dikena siapa saja bisa kena Cuma daya tahan

Penggunaan maksim penghargaan ditunjukkan oleh tuturan sopir a “We baguski rajin olahraga na kenna, itu juga laki-laki pemain Ftv gammara rajin olahraga.” Terlihat jelas bahwa sopir a berusaha

memberikan penghargaan kepada seorang artis Ftv yang terpapar virus Corona. Sopir a memuji dengan mengatakan rajin

Maksim Penghargaa n

tubuhnya.”) olahraga dan gagah.

Dengan demikian sopir a mematui prinsip penghargaan.

7. Percakapan yang

dilakukan seorang sopir dan seorang

pengunjung yang menunggu barang kirimannya di lingkungan terminal Mallengkeri.

Sopir : “Siapa anak ?”

(“Anaknya siapa

?”) Pengunjung : “Ye’? anak

ngaona dg.

Somba yang samping ballana kareng Ambo”

(“Ya? Anak tirinya dg.

Somba yang samping rumahnya karaeng Ambo.”)

Penggunaan maksim penghargaan ditunjukkan oleh tuturan pengunjung

“Ye’? anak ngaona dg. Somba yang samping ballana kareng Ambo”.

Terlihat jelas bahwa pengunjung berusaha memberikan

penghargaan kepada sopir yang lebih tua darinya dengan menggunakan kata Ye’ . Itu merupakan bentuk kesopanan menghargai orang yang lebih tua.

Dengan demikian pengunjung mematuhi prinsip maksim penghargaan.

Maksim Penghargaa n

8. Percakapan yang dilakukan seorang sopir dan seorang

pengunjung yang menunggu barang kirimannya di lingkungan terminal Mallengkeri.

Sopir : “Dimanako na tunggu?

Sinikah?”

(“Dimana dia tunggu kamu?

Sinika?”) Pengunjung : “Iye”

(“Iye”)

Penggunaan maksim penghargaan ditunjukkan oleh tuturan pengunjung

“Iye” . Terlihat jelas bahwa pengunjung memberikan penghargaan dengan cara menghormati menggunakan tuturan yang sopan kepada sopir saat ditanyai.

Dengan demikian pengunjung mematuhi prinsip maksim penghargaan.

Maksim Penghargaa n

9. Percakapan yang dilakukan oleh seorang sopir dan penumpang didekat mobil yang ingin menaruh barang yang mau diantar kesuatu daerah.

Sopir : “Ku taro ki dulu kirimanga dih”

(“Aku simpan dulu kiriman yah”)

Tuturan penumpang

“Naik maki?”

merupakan bentuk penghargaan kepada sopir, klitika –ki yang digunakan dinilai sebagai bentuk kesantunan di suku bugis Makassar.

Maksim Penghargaa n

Penumpang : “Naik maki?”

(“Kamu pergi?”)

Dengan demikian penumpang mematuhi prinsip maksim penghargaan.

10. Percakapan yang dilakukan oleh dua orang sopir yang sedang duduk di warung dalam lingkungan terminal

Mallengkeri.

Sopir A : “Bajiki iya tapi kesehatanga parallu, ammotere mako antu”

(“Iya bagus tapi kesehatan lebih perlu, kamu pulang saja”)

Sopir B :“Karuengpi katte deng ka akboya rong sikedde”

(“Sore saja daeng mencari dulu sedikit”)

Penggunaan maksim kesederhanaan ditunjukkan oleh tuturan sopir b

“Karuengpi katte deng ka akboya rong sikedde” terlihat jelas bahwa tuturannya terkesan

merendahkan diri dengan berkata mencari dulu sedikit.

Sopir b tidak

menyombongkan diri walaupun sakit iya tetap akan mencari uang. Dalam tuturan tersebut sopir b tetap mematuhi prinsip penggunaan maksim Kesederhanaan.

Maksim Kesederhan aan

11. Percakapan yang dilakukan oleh tiga sopir yang sedang duduk di warung dalam lingkungan terminal

Mallengkeri Kota Makassar.

Sopir A : “Iye, apalagi itu yang di rumah sakit ka parayyami atau orang tua”

(“Iya, apalagi itu yang di rumah sakit parah sekali atau orang tua”) Sopir B : “Tapi rata-rata itu

orang tua di”

(“Tapi rata-rata itu orang tua kan”) Sopir C : “Ya lansia”

(“Ya lansia”)

Tuturan yang diucapkan sopir c

“Ya lansia” termasuk bentuk penggunaan prinsip maksim pemufakatan. Dapat dipahami dengan jelas sopir c

memperjelas dengan menjawab sesuai dengan kecocokan pendapat dari mitra tutur sopir a dan b.

Dengan demikian sopir c mematui penggunaan prinsip maksim

pemufakatan.

Maksim Pemufakata n

12. Percakapan yang dilakukan oleh tiga sopir yang sedang duduk di warung dalam lingkungan terminal

Mallengkeri Kota Makassar.

Sopir A : “Deh songkolo ngerang virus injo”

(“Deh songkolo bawa virus itu”)

Sopir B : “Baru orang yang angkatki itu jenazayya pake baju anu semua”

(“Baru orang yang

Penggunaan maksim pemufakatan ditunjukkan oleh tuturan b dan c.

Dapat dilihat dengan jelas bahwa kedua penutur memiliki kecocokan pendapat

terhadap pembahasan Maksim

angkat itu jenazah pakai baju anu semua”

Sopir C : “Tentara itu pake baju putih”

(“Tentara itu pakai baju putih”) Sopir B : “Iye”

(“Iya”) Sopir C : “Tentara”

(“Tentara”)

yang sedang mereka perbincangkan.

Dengan demikian sopir b dan sopir c tetap mematuhi penggunaan prinsip pemufakatan.

Pemufakata n

13. Percakapan yang dilakukan oleh dua sopir yang sedang duduk di warung dalam lingkungan terminal

Mallengkeri Kota Makassar.

Sopir A : “Edede ka tena ku jannang ri balla, boya doeka baji”

(“Aku tidak tenang di rumah, cari uang lebih baik”) Sopir B : “Bajiki iya tapi

kesehatannga parallu, ammotere mako antu”

(“Memang bagus tapi kesehatan juga perlu, kamu pulang saja”)

Penggunaan maksim kesimpatian

ditunjukkan oleh tuturan sopir b

Bajiki iya tapi kesehatanga parallu, ammotere mako antu” dapat dilihat dengan jelas bahwa tuturan sopir b mengandung kesimpatian, sopir b mengkhwatirkan kesehatan sopir a sehingga sopir b menasehatinya bahwa kesehatan lebih penting dan menyuruhnya pulang.

Maksim Kesimpatian

14. Percakapan yang dilakukan seorang sopir dan seorang

pengunjung yang menunggu barang kirimannya di lingkungan terminal Mallengkeri.

Sopir : “Tapi bilangki saya ada sekarang di Bulukumba kota, mobil bulukumba kota kau toh, supaya natauko, siapa tau disitui e”

(“Tapi bilang saya sekarang ada di Bulukumba kota, mobil Bulukumba kota kamu kan, supaya dia tahu kamu, siapa tahu disitu”)

Pengunjung : “Oh iye, na telfon ja intu bede”

Penggunaan maksim kesimpatian

ditunjukkan oleh tuturan sopir “Tapi bilangki saya ada sekarang di Bulukumba kota, mobil bulukumba kota kau toh, supaya natauko, siapa tau disitui e”. Pada tuturan tersebut sopir berusaha

memaksimalkan kesimpatian dengan menyuruh

mengatakan ke sopir yang ditunggu pengunjung bahwa posisi pengunjung

Maksim Kesimpatian

(“Oh iya, dia telfon saya kayaknya”)

menunggu di jalur Bulukumba kota.

Dengan demikian sopir mematuhi penggunaan prinsip maksim kesimpatian.

Lampiran III : Lokasi Penelitian Terminal Mallengkeri Kota Makassar.

Dokumen terkait