• Tidak ada hasil yang ditemukan

Berdasarkan kesimpulan di atas yang telah dirumuskan, maka peneliti menyarankan sebagai berikut:

1. Bagi anak-anak baiknya dapat menjadikan bahasa Indonesia secara baik dan benar dan tidak meninggalkan bahasa budaya.

2. Bagi peneliti sebaiknya peneliti yang menekuni penelitian variasi bahasa interaksi sosial kiranya dapat memaksimalkan populasi penelitian dan memberikan beberapa masukan dari segi materi kepada anak-anak terkait penelitiannya.

L A M

P

I

R

A

N

Lampiran

KLASIFIKASI VARIASI BAHASA DALAM INTERAKSI SOSIAL WARGA BONTO TALA KECAMATAN PATTALLASSANG

KABUPATEN TAKALAR (KAJIAN SOSIOLINGUISTIK)

1. Konteks seorang anak-anak yang sedang meminta penjelasan kepada temannya (Variasi bahasa dari segi bahasa Indonesia ke Makassar).

Dija : “Disukaki kita gula-gula?”

Rana : “Di sukaki juga ki, saya juga ku suka tongi”

Melati : “Nakke es krim kungai”

Faiz : “Saya iya gula-gula ji”

Abil : “Saya juga kusukaki”

2. Konteks seorang anak-anak yang sedang berbincang-bincang tentang cita- citanya.

(variasi bahasa Indonesia ke bahasa Makassar)

Dija : “Saya kalau besarka maua jadi dokter kah ga’gai”

Rana : “Ommalee”

Faiz : “Nakke tentara iya galle”

Abil : “Polisiji nakke”

Melati : “Saya mauka jadi dokter juga”

3. Konteks seorang anak-anak mengajak pergi ke rumah temannya.

(variasi bahasa dari segi keformalan).

Dija : “Mauki nanti pergi di rumahnya putri?”

Melati : “Ayo deh”

Rana : “Beso’ bagus”

Faiz : “Besok mi”

Abil : “Sembarangji nakke iya”

4. Konteks seorang anak-anak sedang bertanya kepada temannya tentang buku ( variasi bahasa dari segi pemakaian di bidang pendidikan).

Ica : “Ayo deh! pergi sapeda-sapeda?

Wali : “Ayo deh! kapan kah?”

Bau : “Beso’ bagus”

Ni’na : “Oke lah!besokmi pale”

Ade : “Sembarangji nakke iya”

5. Kontek seorang anak-anak yang sedang kelaparan dengan memanfaatkan variasi bahasa tubuh.

Fahri : “Heem! (sambil memegang perut) ” Dinda : “ Hahaha!” (sambil mengayunkan kepala) Ulle : (Sambil mengangkat jari jempol)

6. Konteks seorang anak-anak yang sedang mengajak untuk bermain ke rumah temannya dengan memanfaatkan variasi bahasa sarana lisan.

Rana : “Ambe pergi ke rumahnya ais”

Abil : “Ambemo”

Melati : “Tanyaki dulu nanti tidak adai”

Faiz : “Kutelepon pi sebentar paeng “ Dija : “Teleponmi ais inta”

Lampiran Korpus data

No Peserta tutur Variasi bahasa yang digunakan 1 Anak-anak informan Dialek bahasa bahasa Indonesia ke bahasa

Makassar Kutipan percakapan:

Dija : Disukaki kita gula-gula?

Rana : Di sukaki juga ki, saya juga ku suka tongi Melati : Nakke es krim kungai

Faiz : Saya iya gula-gula Abil : Saya juga kusukaki Analisis:

Percakapan di atas menggunakan dialek yang memiliki ciri karakteristik bahasa Indonesia menggabungkan bahasa Makassar, karena mitra tuturnya adalah temannya sehingga ragam dialek bahasa Makassar tersebut akan membuat orang yang mendengarkan dapat paham dengan dialeknya.

No Peserta tutur Variasi bahasa yang digunakan 2 Anak-anak informan dialek Makassar ke bahasa Indonesia Kutipan Percakapan:

Dinda : “Saya kalau besarka maua jadi dokter kah ga’gai”

Ian : “Ommalee”

Azri : “Nakke tentara iya”

Raihan : “Polisiji nakke”

Ismi : “Saya mauka jadi dokter juga”

Analisis:

Percakapan di atas membuktikan menggunakan dialek yang memiliki sekelompok bahasa Makassar menggabungkan bahasa Indonesia, karena mitra tuturnya adalah temannya yang mengerti dengan bahasa Makassar, sehingga ragam dialek bahasa Makassar tersebut akan tidak akan sulit untuk menuturkannya kepada lawan tuturnya.

No Peserta tutur Variasi bahasa yang digunakan 3 Anak-anak informan Keformalan (santai/casual)

Kutipan Percakapan:

Ica : “Ayo deh! Pergi sapeda-sapada?

Wali : “Ayo deh! Kapan kah?”

Bau : “Beso’ bagus”

Ni’na : “Oke lah! Besok pale”

Ade : “Sembarangji nakke iya”

Analisis:

Percakapan di atas menggunakan variasi bahasa keformalan (ragam santai /casual). Hal ini menunjukkan seorang anak dapat berbahasa santai atau casual dengan lawan tuturnya dengan tidak memperhatikan baku dan non baku penyebutan kata, karena anak tersebut kurang mengetahui banyak tentang mana bahasa yang baik dan benar.

No Peserta tutur Variasi bahasa yang digunakan 4 Anak-anak informan Pemakaian (fungsiolek) Kutipan percakapan:

Ulle : “Selesai mi tugas bahasa Indonesia mu imam?”

Imam : “Belum pi ini kodong”

Fahri : “Ededeh! nakke tenapa tong”

Fadil : “ Ayo deh! mange kerjai di rumah nu abil”

Abil :“Ambe mo”

Analisis:

Percakapan di atas menggunakan variasi bahasa pemakaian dibidang pendidikan. Hal ini menunjukkan seorang anak dapat berbahasa Makassar dengan menentukan objek pendidikan untuk keperluan sekolah berupa benda (buku gambar) dengan lawan tuturnya.

No Peserta tutur Variasi bahasa yang digunakan

5 Anak-anak informan Sarana

Kutipan percakapan:

Fahri : “Heem! (sambil memagan perut) ” Dinda : “ Hahaha!” (sambil mengayunkan kepala) Ulle : (Sambil mengangkat jari jempol)

Analisis :

Percakapan di atas menggunakan bahasa variasi bahasa sarana (non tulis).

Hal ini menunjukkan seorang anak dapat berbahasa Makassar melalui gerakan ekspresi secara bahasa tubuh.

No Peserta Tutur Variasi bahasa yang digunakan

6 Anak-anak informan Variasi bahasa berdasarkan latar belakang geografi dan sosial penutur

Kutipan percakapan:

Dija : “Dimanaki’ sebentar main-main bagus lagi di’?”

Abil : “Dirumah ku mako saja ngumpul, kosong ji rumah ku”

Ulle : “Dimanako itu dija?”

Dija : “Di rumah ja’ iye’”

Dinda : “Siap-siap miki pale baru ke rumahnya ki abil”

Ica : “Ngumpul di rumah ku mi saja sebentar kalo mau ki ke rumahnya abil”

Imam dkk : “Iyo!”

Analisis:

Percakapan di atas menggunakan bahasa latar belakang geografi dan sosial penutur, yaitu dapat mempengaruhi adanya variasi bahasa. Hal ini menunjukkan bahwa variasi bahasa berdasarkan latar belakang geografi dan sosial penutur kepada seorang anak perempuan dapat dilakukan dengan menggunakan bahasa sopan kepada anak laki-laki dan anak laki-laki itu membalas dengan tindak tutur yang sopan, sehingga anak-anak di Bonto Tala, Kecamatan Pattallassang, Kabupaten Takalar dapat berinteraksi sebagaimana mereka menyesuaikan pengaruh dari variasi bahasa tersebut.

No Peserta tutur Variasi bahasa yang digunakan 7 Anak-anak informan Variasi bahasa berdasarkan medium yang

digunakan Kutipan percakapan:

Ulle : “Woi! dimana semua ko itu kah!?”

Rana : “Tabe’ ulle saya sedang di rumah ji’”

Bau :“Apa tong kau nu bilang rana, hahaha!”

Ismi :“Ulle, sini ko dulu ada mau saya tanyakan ko, nanti kah ku tappe’ ji kepala nu”

Wali :“Hem!”

Analisis :

Percakapan di atas menggunakan variasi bahasa medium yang digunakan.

Hal ini menunjukkan secara tidak langsung mempengaruhi penggunaan bahasa anak-anak di dalam berinteraksi sosial di Bonto Tala, Kecamatan Pattallassang, Kabupaten Takalar. Sebagian besar anak-anak yang memiliki media yang digunakan dan dapat dilihat dari tindak tutur katanya seperti lebih mengutamakan bahasa Indonesia dibanding yang memiliki medium yang digunakan seperti lebih mengutamakan bahasa daerah (Makassar).

No Peserta tutur Variasi bahasa yang digunakan

7 Anak-anak informan Variasi bahasa berdasarkan pokok pembicaraan Kutipan percakapan:

Melati : “Ian mokemki, temanika dulu pergi beli masako”

Ian : “Ayomi”

Melati : “Pigi maki dulu ambilki sapedata”

Ian : “Oke tungguma”

Melati : “Jangki lama baru pergiki main-main, malaska dirumah terus ” Ian : “Oke”

Analisis:

Percakapan di atas menggunakan variasi bahasa medium yang digunakan terlihat pada kata “mokem” yang termasuk ke dalam ragam santai atau kasual karena merupakan singkatan dari kata “mau kemana”kata “pigi” yang termasuk ke dalam variasi bahasa dari segi penutur yaitu dialek khususnya dialek “pigi

yang berarti “pergi”.

Dokumentasi di Bonto Tala kecamatan Pattallassang Kabupaten Takalar

Anak-anak sedang bercakap dengan teman-temannya

DAFTAR PUSTAKA

Coupland, Nicolas dan adam jaworski. 1997. Sosiolinguistik: Bandung:Aura Pustaka.

Chaer, Abdul dan Leonie Agustina. 2010. Sosiolinguistik: Perkenalan Awal.

Jakarta: Rineka Cipta

Chaer, Abdul. 1994. Sosiolinguistik Suatu Pengantar. Jakarta: Rineka Cipta Mahsun, 2007.Metode penelitian bahasa. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Meleong, Lexy. 2007. Metodologi penelitian kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Nababan, P. W. J. 1991. Sosiolinguistik Suatu Pengantar. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Nawami, handari. 1990. Metode penelitian bidang sosial. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Ohoiwutun, Paul.2002. sosiolinguistik. Bandung: Angkasa.

Septia. 2017. Bahasa pedagang jeneponto dalam interaksi jual beli pasar allu (kajian sosiolinguistik).(skripsi). Universitas Muhammadiyah

Makassar.

Purnanto, Dwi. 2002. Variasi Bahasa. Surakarta: Muhammadiyah University Press

Wandira, Ayu. 2019. Variasi Bahasa Pedagang Dalam Transaksi Jual beli di pasar Wae Naken Mabar-NTT.(skripsi). Universitas Muhammadiyah Makassar.

Zulaiha, ida. 2013. Pilihan bahasa dalam interaksi pembelajaran bahasa Indonesia bagi penutur asing. Jurnal pendidikan bahasa.(online).

Diakses pada tanggal 29 desember 2019 pukul 08:56 WITA.

RIWAYAT HIDUP

Nurfausiah lahir di Takalar pada tanggal 09 November 1998 Sulawesi Selatan. Anak kedua dari tiga bersaudara yang merupakan buah cinta dari pasangan ayahanda Tahalang dan Sukmawati. Mulai memasuki pendidikan formal di SD INP Maradekaya dan lulus pada tahun 2010. Kemudian melanjutkan sekolah menengah pertama di SMP Negeri 2 Takalar lulus pada tahun 2013, setelah itu melanjutkan sekolah di sekolah menengah atas di SMA Negeri 1 Takalar lulus pada tahun 2016. Kemudian pada tahun 2016 melanjutkan pendidikan di Universitas Muhammadiyah Makassar Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Keguruan dan Ilmu pendidikan. Tahun 2020 penulis berhasil menyelesaikan program studi strata 1 (SI) dengan judul skripsi

Variasi Bahasa dalam Interaksi Sosial Warga Bonto Tala Kecamatan Pattallassang Kabupaten Takalar”.

Dokumen terkait