• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V PENUTUP

B. SARAN

Merujuk pada kajian teori dan temuan penelitian mengenai metode mengajar guru tahfîzh Al-Qur’an untuk meningkatkan

hafalan santri maka peneliti memberikan beberapa saran sebagai masukan kepada pihak-pihak yang terkait sebagai berikut:

1. Pengasuh pondok pesantren Al-Baqiyatush Shalihat hendaknya mengadakan pembelajaran hafalan Al-Qur’an yang lebih baik melalui program pendidikan formal, nonformal maupun informal serta menambah kuantitas jam pembelajaran hafalan Al-Qur’an seperti kurikulum pembelajaran pondok pesantren.

Santri/santriwati hendaknya diberikan waktu yang lebih untuk hafalan Al-Qur’an.

2. Pengasuh Pondok Pesantren Al-Baqiyatush Shalihat hendaknya meningkatkan kuantitas dan kualitas guru tahfîzh Al-Qur’an baik ketika merekrut maupun setelahnya. Supervisi yang maksimal terhadap guru tahfîzh Al-Qur’an serta memberikan pemecahan masalah yang ada dalam kegiatan pembelajaran hafalan Al-Qur’an. Me-reorientasi mengenai ke berhasilan kelulusan yang tidak hanya menekankan pada aspek kognitif dan penguasaan materi saja, tetapi supaya menekankan kepada santri/ santriwati hafalan Al-Qur’an sebagai komponen penting dalam menentukan kenaikan kelas, kelulusan dan sebagainya.

3. Pondok Pesantren Al-Baqiyatush Shalihat, hendaknya memberikan perhatian lebih terhadap kegiatan pelaksanaan hafalan Al-Qur’an kepada para santri/santriwati. Melibatkan kegiatan pelaksanaan hafalan santri dalam setiap aktifitas dan kegiatan yang ada di Pondok Pesantren. Memberikan reward atau penghargaan kepada santri yang mampu menyelesaikan hafalan Al-Qur’an sampai 30 juz.

4. Santri/santriwati yang menghafal Al-Qur’an di Pondok Pesantren Al-Baqiyatush Shalihat hendaknya menjadi contoh yang baik bagi santri yang lainnya. Menghormati guru, dan mampu mengamalkan kandungan ayat-ayat hafalan Al- Qur’annya baik di lingkungan pesantren, rumah atau dimanapun dia berpijak.

DAFTAR PUSTAKA

ad-Daim al-Kahil, Abdul. Cara Baru Menghafal Al-Qur’an, Klaten: Insan Media, 2009.

Alawiyah Wahid, Wiwi. Panduan Menghafal Al-Qur’an Super kilat, Yogyakarta: DIVA Press, 2015.

Al-Qur’an dan Terjemah, Depok: Hilal Media.

Al-Qur’an dan Terjemahannya, Bandung: Diponegoro, 2004.

Arifin, Muzzayyin. Kapita Seleka Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara, 2007.

Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta: Rineka Cipta, 2006.

B. Uno, Hamzah. Profesi Kependidikan, Jakarta: Bumi Aksara, 2011.

Bahri Djamarah, Syaiful dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, Jakarta: Rinekacipta, 2005.

Bahtiar Irianto, Yoyon. Kebijakan Pembaruan Pendidikan. Jakarta: Raja Grapindo Persada, 2012.

Daradjat, Zakiah. dkk. Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara, 2012.

Darmadi, Hamid. Kemampuan Dasar Mengajar. Bandung: Alfabeta, 2010.

Daud Ali, Muhammad. Pendidikan Agama Islam, Jakarta: Raja Grapindo, 2011.

Depertamen Pendidikan Nasional, Undang-Undang dan Peraturan Pemerintah RI tentang Pendidikan tahun 2006, Jakarta: Sinar Grapika, 2002.

Depertamen Pendidikan Nasional.Undang-Undang dan Peraturan Pemerintah RI tentang Pendidikan. Jakarta: Sinar Grapika, 2006.

Dikna, Undang-Undang Sisdiknas RI No. 20 Th. 2003, Jakarta: Sinar Grafika, 2014.

Dimyati dan Mudjiono, Belajar & Pembelajaran. Jakarta: Rinekacipta.

2013

Hamalik, Oemar. Proses Belajar Mengajar, Bandung: Bumi Aksara, 2011.

Hasbullah, Dasar-dasar Ilmu Pendidikan. Jakarta: Raja Grapindo Persada, 2013.

https://www.google.com/amp/s/m.medcom.id/amp/yKXVng0b-cara- mengalihkan-perhatian-anak-dari-gadget

Indonesia, Undang-Undang Guru dan Dosen, (UU RI No. 14. Th. 2005), Jakarta: Sinar Grafika, 2012.

Indonesia, Undang-Undang Guru dan Dosen, Jakarta: Sinar Grafika, 2012.

Kusnandar, Guru Profesional, (Jakarta: Raja Grapindo Persada, 2011.

Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan, Jakarta: Rineka Cipta, 2010.

Muhaimin, dkk. Paradigma Pendidikan Islam, Bandung: Rosda Karya, 2001

Muhaimin, Pengembangan Kurikulum Pendidikan Islam, Jakarta: Raja Grapindo Persada.

Muhammad Ismail Al-Hasany, Abu. Shahih Al-Bukhari. Surabaya:

Pustaka Adil. 2010

Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, Padang: Kalam Mulia, 1992.

Ramayulis, Metodologi Pendidikan Agama Islam, Jakarta: Kalam Mulia.

2012.

Satori, Djam’an, dkk. Profesi Keguruan, Jakarta: Universitas Terbuka, 2008.

Shihab, Quraish. Tafsir al-Mishbah, Jakarta: Lentera Hati, 2008.

Sudiyono, dkk. Strategi Pembelajaran Partisipan di Perguruan Tinggi, Malang: UIN Malang Press, 2006.

Sugiono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, Bandung:

Alfabeta, 2012.

Sugiyono, Metode Penelitian Administrasi, Bandung: Alfabeta. 2002.

Suryabrata, Sumadi. Psikologi Pendidikan, Jakarta: Rajagrafindo Persada, 2002

Syaiefudin Saud, Udin. Pengembangan Profesi Guru. Bandung: Alfabeta.

2013

Tafsir, Ahmad. Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif Islam, Bandung:

Remaja Rosdakarya, 2011.

Wijaya, Ahsin. Bimbingan Praktis Menghafal Al-Qur’an, Jakarta:

Amzah. 2008.

Wijaya, Ahsin. Bimbingan Praktis Menghafal Al-Qur’an, Jakarta: Bumi Aksara, 1999.

Yamin, Martinis. Desain Baru Pembelajaran Konstruktivistik, Jakarta:

Referensi. 2012.

Yamin, Martinis. Strategi & Metode dalam Model Pembelajaran, Gedung Persada Press, 2013.

Zainuddin, Ali. Pendidikan Agama Islam, Jakarta: Bumi Aksara, 2011.

LA MPIRAN-LAMPIRAN

LAMPIRAN 1

PEDOMAN WAWANCARA

No Indikator Ditujukan Kepada

1 Awal mula program tahfizhA l-Qur’an Pengasuh Pondok Peantren Al- Baqiyatush Shalihat 2 Metode mengajar guru tahfizh

3 Cara merekrut guru tahfizh yang berkompeten

4 Standar pembelajaran madrasah tahfîzh 5 Persiapan sebelum santri mulai

menghafal Al-Qur’an

Guru Tahfîzh 6 Metode menghafal Al-Qur’an yang

digunakan.

7 Kriteria menjadi guru tahfîzh

8 Faktor penghambat dalam mengajar tahfîzh Al-Qur’an.

9 Faktor pendukung dalam mengajar tahfîzh Al-Qur’an.

10 Upaya guru tahfidz lakukan untuk mengatasi hambatan dalam mengajar tahfîzh Al-Qur’an.

11 Metode mengajar yang digunakan Guru tahfîzh.

Santri 12 Faktor pendukung dan penghambat

yang ditemui/dirasakan selama menghafal.

13 Cara mempertahankan faktor pendukung

14 Cara mengatasi faktor penghambat yang ditemui.

15 Target capaian dalam menghafal.

16 Motivasi terhadap anak yang

menghafal Al-Qur’an. Wali Santri

17 Cara menjaga hafalan anak ketika libur.

LAMPIRAN 2

Nama Informan : Abdul Latief, M.Ag

Jabatan : Wakil Pengasuh Pondok Pesantren Hari/Tanggal : 27 Juni 2020

Pukul : 09.10 – 09.40 WIB Tempat : aplikasi Whatsapp

No. Pertanyaan Jawaban

1

Bagaimana awal mula tercetusnya program tahfîzh

di Pondok Pesantren ini?

Adanya program rencana pembelajaran hafalan Al-Qur’an ini yaitu diawali dengan mengangkat guru tahfîzh Al_Qur’an secara ketat dan seorang guru yang diangkat harus memenuhi kriteria guru tahfîzh, menyeleksi guru tahfîzh.

Adapun guru-guru tahfîzh Al- Qur’an itu ialah yang menguasai ilmu Al-Qur’an, punya karakter disiplin, rasa peduli, dan sudah hafal Al-Qur’an seluruhnya.

2

Apa saja syarat yang harus dimiliki seorang guru

tahfîzh?

Seseorang yang akan menjadi guru tahfîzh di pondok pesantren ini yaitu, menguasai ruang lingkup tentang ilmu Al- Qur’an, memiliki sifat yang

disiplin, telaten, dan mempunyai karakter seorang guru tahfîzh, rasa kesungguhan dalam mengajar Al-Qur’an, maksimalnya sudah hafal Al- Qur’an 30 juz yang tidak diragukan lagi seperti ustadz Yusuf itu. Seorang yang menghafalkan Al-Qur’an harus berguru kepada ahlinya, yaitu guru tersebut harus seorang yang hafal Al-Qur’an, serta orang yang sudah mantap dalam segi ilmu agama dan pengetahuan tentang Al-Qur’an, seperti Ulumul Qur’an, Asbab an - nuzulnya, Ilmu tajwid dan lain- lain. Selain itu, guru tersebut juga mesti dikenal oleh masyarakat bahwa ia mampu menjaga diri, keluarga, dan santrinya.

3 Apa cara meningkatkan kualitas kegiatan tahfîzh ini?

Salah satu cara meningkatkan kualitas kegiatan hafalan Al- Qur’an bagi santri yaitu mengadakan evaluasi secara menyeluruh baik dari guru,

jadwal mengajar, fasilitasnya serta buku panduannya.

Sehingga kegiatan pembelajaran Al-Qur’an baik dari sebelumnya.

Nama Informan : Muhammad Yusuf, S. Pd

Jabatan : Kepala madrasah ulya / guru tahfîzh Hari/ Tanggal : Ahad, 5 Juli 2020

Pukul : 16.00 – 16.40 WIB Tempat : Kediaman ustadz Yusuf

No. Pertanyaan Jawaban

1

Bagaimana awal mula tercetusnya program tahfîzh

di Pondok Pesantren ini?

Untuk program tahfîzhnya untuk putra mulai dari tahun 2011, tahun ajaran 2011/2012. Karena ketiadaan guru tahfîzh dan waktu itu saya sudah mendapatkan ijazah sanad untuk mengajarkan tahfîzh Al-Qur’an, maka setelah itu sekitar 2011 lah saya baru mengajarkan tahfîzh Al-Qur’an dan membuka program dengan nama majelis Tahsin Wa at- tahfîzhul Qur’an Al-Baqiyatush Shalihat. Hal ini didorong karena sebagian santri ada yang berkeinginan kuat untuk menghafal, sebelum adanya program tahfîzh untuk laki-laki ini mereka hanya menghafal sendiri dan terkadang

ikut belajar atau menyetor hafalan ke bagian perempuan, dan ini menjadi suatu kendala bagi santri putra karena memang jadi suatu kesenjangan bagi mereka dan terhambat untuk aktif dan efektif dalam menghafal.

2

Apa saja yang harus dipersiapkan sebelum santri

menghafal Al-Qur’an?

Sebelum menghafal, santri saya perintahkan untuk meminta izin kepada orang tua untuk menghafal Al-Qur’an, dan lebih baik jika ditemani orang tua yang menyerahkan anaknya kepada pihak pondok atau majelis tahsin yang ada dipondok ini untuk menghafal Al-Qur’an. Dan sebelum menghafal anak-anak santri yang ingin menghafal tidak langsung disuruh menghafal, tentu kita seleksi atau kita cek dulu bagaimana kualitas mereka dalam membaca Al-Qur’an. Jadi ketika mereka sudah bisa membaca Al-Qur’an dengan baik, mereka fasih dalam membaca Al-Qur’an, itupun

belum kita suruh menghafal.

Mereka kita perintahkan untuk membaca Al-Qur’an sebanyak tiga kali khatam, setelah tiga kali khatam, baru mereka kita izinkan untuk menghafal.

3

Lalu berapa waktu yang diberikan kepada santri untuk

itu?

Untuk waktunya sendiri atau durasinya kita serahkan kepada santri, artinya kalau dia cepat menghafal, eh membaca Al- Qur’an dengan melihat itu bila misal selesainya dengan waktu dua minggu tiga kali khatam, kita perintahkan untuk menghafal.

Apabila selesai dalam satu bulan setelah itu baru menghafal, kalo dua bulan ya dua bulan baru mulai menghafalnya. Intinya mereka harus mengkhatamkan Al-Qur’an dengan melihat mushaf, dengan membaca bersuara sebanyak tiga kali khatam.

4 Dalam pengawasan ustadz?

Tidak, ini tidak dalam pengawasan. Artinya mereka boleh menghafal dimajelis tahsin yang disediakan pondok, boleh

juga menghafal di masjid atau di kamar masing-masing. Artinya kita bebaskan.

5

Penilaian ustadz terhadap Kegiatan tahfidz dan

santrinya?

Kegiatan tahfidz Al-Qur’an merupakan salah satu kegiatan pesantren yang tidak wajib bagi santri, seringkali saya dapatkan santri yang menghafal Al-Qur’an lebih berprestasi dibanding dengan santri yang tidak menghafal Al-Qur'an.

6 Apa saja metode menghafal Al-Qur’an yang digunakan?

Salah satu cara yang dilakukan di madrasah tahfîzh Al-Qur’an adalah mengadakan kegiatan mengulang (Takrir). Tujuan dari takrir atau mengulang ialah supaya hafalan yang sudah dihafalkan tetap terjaga dengan baik, kuat dan lancar.

Mengulang hafalan bisa dilakukan dengan sendiri atau didengarkan oleh guru atau teman sesama santri.

Mengulang hafalan juga kegiatan untuk menguji kepada santri bagaimana kelancaran hafalan yang telah dihafalnya

dan kaidah-kaidah yang telah dirumuskan suatu metode serta yang terpenting menguji hafalan tetap kuat.

Pengaruh pemberian hadiah dan pujian kepada para santri/wati dalam proses pembelajaran hafalan Al-Qur’an berguna untuk bagi yang mendapat juara hadiah dan pujian untuk memuliakan nya dan meneguhkan hatinya selalu kuat dan istiqamah serta menyenangkan hatinya apa yang telah dicapainya. Bagi yang belum mendapatkan juara hadiah dan pujian adalah suatu motivasi supaya selalu bersungguh-sungguh supaya masa akan datang mendapatkan juara dan hadiah serta pujian, dan mencari kekurangan bagi santri yang belum mendapatkan juara.

7

Kriteria seperti apa yang diperlukan untuk menjadi

guru tahfîzh?

Kalau menurut saya ya, pertama, guru tahfizh itu ia adalah orang yang hafal Al-Qur’an dan mutqin dalam hafalan. Karena kalau idak mutqin berarti nanti dia menerima setoran hafalan dengan melihat mushaf dan kalau melihat mushaf itu namanya bukan setoran, itu namanya menyimak hafalan orang lain.

Kedua, guru tahfizh Qur’an harus bisa membaca Al-Qur’an dengan tajwid yang baik dan benar.

Ketiga, memiliki kemampuan managerial untuk mengatur dan mengarahkan anak didiknya dalam menghafal.

8

Apakah saja yang menjadi faktor penghambat dalam mengajar tahfîzh Al-Qur’an?

Pondok ini tidak khusus untuk menghafal Al-Qur’an, artinya santri yang menghafal Al-Qur’an itu, mereka tidak diperkenankan hanya menghafal Qur’an saja.

Jadi mereka harus belajar kitab arab, kitab-kitab kuning, dan kitab kuning juga memiliki hafalan wajib yang harus dihafal santri.

Kendala selanjutnya, kegiatan begitu banyak di pesantren, jadi inilah mungkin yang membuat hafalan- hafalan ini terkendala, tidak terfokus untuk menghafal Al-Qur’an saja. Mungkin juga faktor intern santri sendiri yaitu mungkin malas, bosan danpergaulan yang mungkin salah, artinya sebagai penghafal Qur’an mungkin mereka bergaul diantara teman-teman yang tidak menghafal Al-Qur’an , yang tidak mereka sadari itu mengurangi semangat mereka dalam menghafal.

9

Bagaimana upaya yang guru tahfîzh dilakukan dalam mengatasi hambatan dalam mengajar tahfîzh Al-Qur’an?

• Jadi memang saya tidak sendiri karena sudah ada nak murid saya yang sudah khatam 30 juz dan saya sendiri tidak bermukim di pondok pesantren Al-Baqiyatush Shalihat. Jadi saya menugaskan asisten saya untuk melaksanakan kegiatan harian seperti kegiatan muraja’ah, mngatur waktu ketika menghafal.

• Untuk mengatasi kendala yang saya sebutkan tadi, pertama saya meminta kepada pengelola pondok agar para santri yang menghafal Qur’an itu ditempatkan dalam satu asrama, agar yang menghafal Al-Qur’an tidak terpengaruh oleh teman- temannya yang tidak menghafal Al-Qur’an.

• Yang kedua, mengatasi kendala ini tentu saya memilihkan waktu yang tepat untuk menghafal, saya juga tidak mewajibkan dengan keras untuk harus menghafal setiap hari satu halaman.

Karena saya memahami kondisi pondok pesantren yang juga mewajibkan hafalan kitab kuning, sehingga tidak bisa kita mencapai target yang maksimal sseperti yang dicapai oleh pondok-pondok pesantren yang khusus menghafal Al- Qur’an. Oleh karena itu dalam segi durasi waktu menghafal

tidak secepat santri yang khusus menghafal Al-Qur’an di pondok pesantren tahfîzh Al- Qur’an, jadi intinya menghafal Al-Qur’an itu hanya suatu tambahan dalam hal kesunnahan dan tidak menjadi prioritas utama.

• Mengevaluasi pembelajaran adalah suatu tahapan dan jalan upaya untuk meningkatkan hafalan santri di pondok pesantren Al-Baqiyatush Shalihat, karena dengan adanya evaluasi itu bisa menyegarkan pemikiran guru

dalam memberikan

pembelajaran hafalan Al- Qur’an dan semangat santri dalam menuntut ilmu. Selama ini di tengah-tengah pembelajaran sedang berlansung, mungkin ada suatu kelemahan, kelalain dan kekhilafan guru dalam melaksanakan program pondok pesantren terutama program

hafalan Al-Qur’an. Dengan evaluasi yang selalu dilaksanakan maka akan ada temuan-temuan kekurangan dalam kegiatan- kegiatan pembelajaran hafalan Al- Qur’an.

• Selama ini kegiatan program tahfîzh Al-Qur’an untuk meningkatkan hafalan santri memang belum terlaksana secara maksimal. Upaya-upaya itu lah yang harus dilaksanakan sebagaimana dalam visi dan misi pondok pesantren Al- Baqiyatush Shalihat yang tertuang dalam program tahfîzh Al-Qur’an. Sehingga apabila terlaksana program-program itu maka pembelajaran tahfîzh Al-Qur’an akan membawa hasil yang memuaskan.

• Mengenai waktu pembelajaran hafalan Al-Qur’an selama ini memang kurang waktunya.

Waktu yang banyak di gunakan dalam pembelajaran di pondok

pesantren Al-Baqiyatush Shalihat hampir semuanya digunakan untuk pembelajaran kurikulum pondok, persamaan MTs dan MA yang mengikuti ujian negeri. Dengan adanya kurang waktu yang berikan

dalam melaksanakan

pembelajaran hafalan Al- Qur’an, akhirnya pembelajaran hafalan Al-Qur’an kurang berjalan dengan baik dan semestinya.

Nama Informan : M. Ridwan Jabatan : guru tahfîzh Hari/ Tanggal : 6 Juli 2020

Pukul : 11.00 – 11.30 WIB Tempat : Pondok Pesantren

No. Pertanyaan Jawaban

1

Bagaimana cara ustadz mempersiapkan santri

sebelum mengikuti program tahfîzh Al-

Qur’an?

Kalau kami metodenya gini, yang mau ikut ngafal Qur’an, sebelum ngafal terjun ke hafalan disuruh baca tiga kali dulu Al-Qur’an, tiga kali tamat, dari alfatihah sampe annas, sudah tiga kali diulang baru nanti ngafal dari juz 30, dari belakang.

Kenalan lah gitu sama Al-Qur’an.

2

Apa saja metode menghafal Al-Qur’an

yang digunakan?

Sistem halaqoh ini saya memanggil semua semua santri untuk duduk bersama di majelis (tempat yang disediakan khusus kegiatan tahfîzh).

Lalu membentuk kelompok- kelompok sekitar 4-5 orang perkelompoknya untuk saling membaca lagi ayat yang hendak ia setorkan. Kemudian jika sampai giliran setorannya saya akan memanggil santri tersebut.

Salah satu metode untuk mempercepat menghafal Al-Qur’an memperbanyak membaca Al-Qur’an, atau dengan membacanya sesering mungkin, sebelum santri menghafalnya. Tujuannya, tak lain agar santri benar- benar mengenal terlebih dahulu ayat-ayat yang akan dihafalkan supaya tidak asing lagi dengan ayat-ayatnya, sehingga lebih mudah menghafalkannya.

3 Apa kendala yang ustadz temukan?

Malaslah, malastu payah dihilangkan.

Kadangkan kebanyakan sih kalau yang putra ni sensasi cuman gitu nah, awal nengok kawan semangat ngafal dia semangat juga, tapi ujung- ujungnya hilang.

Kalau kami pribadi kendalanya di waktu, karena bisanya Cuma malam abis isya, kalau pagi kan ngajar pas zhuhur seharian. Kalau malam waktunya agak panjang.

4 Kemudian hambatan dari pondok adakah?

Honor guru tahfîzh Al-Qur’an selama ini yang di berikan oleh lembaga pendidikan masih kurang, mungkin dengan adanya penambahan honor tersebut bisa menambah niat kerja

yang bagus dan penunjang guru-guru tahfîzh Al-Qur’an dalam meningkatkan hafalan bagi santri yang lebih baik lagi dan sesuai dengan apa yang diinginkan semua pihak, karena selama ini terdapat ketidaksamaan honor yang diberikan khusus guru tahfîzh Al-Qur’an dengan guru-guru yang melaksanakan pembelajaran kurikulum pondok.

5

Bagaimana upaya yang guru tahfîzh dilakukan

dalam mengatasi hambatan dalam mengajar tahfîzh Al-

Qur’an?

• Misal ketika ia melanggar perjanjia mau setor hari ini atau ujian hari ini tapi ternyata gak juga. Saya kasih hukuman, kadang ngaji di depan lapangan, dari subuh sampai siang, bersuara jadi kalau dilihat santri putri dia malu dan lebih kerasa kalau sedang di ta’dzir.

• Motivasi lah intinya, karena motivasilah lagi jalannya untuk malas itu, kalau kita kerasin anak- anak itu dia tertekan gitu, tapi kalau kita kasih motivasi dia terbuka dan semangat.

Kalau kami sih kurang suka pake kekerasan, kasian anak-anak.

Jadi kasih masukan kasih support.

Nama Informan : Umi Mismahah Jabatan : ketua bidang tahfîzh Hari/ Tanggal : 28-29 Juni 2020 Pukul : 20.30- 21.00 WIB Tempat : Aplikasi Whatsapp

No. Pertanyaan Jawaban

1 Apa saja metode menghafal Al-Qur’an yang digunakan?

Menghafal satu ayat dengan bacaan yang benar sebanyak dua atau tiga kali, lalu memperdengarkan (tasmi’) ayat ini kepada orang lain. Selanjutnya menghafal ayat kedua dan melakukan hal yang sama pada ayat pertama. Namun, sesudah itu memperdengarkan ayat pertama dan ayat kedua sekaligus.

Kemudian menghafal ayat ketiga dengan menggunakan metode yang sama, dan dilanjutkan ayat ke empat, hingga akhir halaman.

Sesudah itu, memperdengarkan hafalan satu halaman tadi dengan mengulangnya sebanyak tiga kali.

2 Apakah saja yang menjadi faktor penghambat dalam

Alokasi waktu yang diberikan dalam membina santri untuk

mengajar tahfîzh Al- Qur’an?

menghafal Al-Qur’an masih kurang, karena di pondok pesantren Al-Baqiyatush Shalihat masih mengutamakan kegiatan salafi dan pembelajaran MTs dan Aliyah yang mengikuti kurikulum negeri. Disamping itu santri yang sudah seharian sampai jam 16:30 WIB mengadakan kegiatan pembelajaran baik dari segi fisik dan psikis sudah merasa jenuh ingin belajar tahfîzh Al-Quran lagi.

3

Bagaimana upaya yang guru tahfîzh dilakukan dalam mengatasi hambatan dalam mengajar tahfîzh Al-

Qur’an?

Pada awal pembelajaran kegiatan hafalan Al-Qur’an anak-anak santri atau santriwati diberikan penjelasan tentang niat-niat belajar, adab-adab belajar, serta tujuan-tujuan pembelajaran dan bagaimana menekuni dam istiqamah dalam belajar.

Kemudian dijelaskan juga motivasi orang-orang yang sungguh-sungguh belajar dan akibat dari yang malas belajar.

Nama Informan : Siti Aisyah Jabatan : guru tahfîzh Hari/ Tanggal : 29 Juni 2020 Pukul : 14.00 – 14.30 Tempat : Aplikasi Whatsapp

No. Pertanyaan Jawaban

1

Apa saja metode menghafal Al-Qur’an

yang digunakan?

Seorang santri atau murid wajib menyetorkan hafalannya kepada guru, kiai, atau pengurus. Hal itu bertujuan agar dapat diketahui sampai dimana hafalannya, apakah sudah lancar hafalannya dan supaya mengetahui dimana letak kesalahannya kalau memang sudah kuat hafalannya, guru bisa mempersilahkan kepada santri untuk menghafal ayat berikutnya.

2

Bagaimana upaya yang guru tahfîzh dilakukan dalam mengatasi hambatan

dalam mengajar tahfîzh Al-Qur’an?

Penerapan Hukuman yang tidak memojokkan santri/santriwati di Pondok Pesantren Al-Baqiyatush Shalihat selama ini telah di terapkan gunanya supaya santri/santriwati supaya disiplin dalam mengikuti hafalan Al-Qur’an, selalu istiqamah dan tidak terlena dan lalai dalam mengikuti kegiatan pembelajaran hafalan.

Dokumen terkait