• Tidak ada hasil yang ditemukan

METODE MENGAJAR GURU TAHFĪZH DALAM ... - repository iiq

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "METODE MENGAJAR GURU TAHFĪZH DALAM ... - repository iiq"

Copied!
186
0
0

Teks penuh

(1)

PONDOK PESANTREN AL-BAQIYATUSH SHALIHAT KUALA TUNGKAL - JAMBI

Skripsi ini diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)

Oleh:

Rima Aprilia (16311749)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI) FAKULTAS TARBIYAH

INSTITUT ILMU AL-QUR’AN (IIQ) JAKARTA TAHUN AKADEMIK 1442 H/ 2020 M

(2)

PONDOK PESANTREN AL-BAQIYATUSH SHALIHAT KUALA TUNGKAL - JAMBI

Skripsi Ini diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)

Dosen Pembimbing:

Dewi Maharani, MA

Oleh

Rima Aprilia (16311749)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI) FAKULTAS TARBIYAH

INSTITUT ILMU AL-QUR’AN (IIQ) JAKARTA TAHUN AKADEMIK 1442 H/ 2020 M

(3)

Skripsi dengan judul “METODE MENGAJAR GURU TAHFÎZH DALAM MENINGKATKAN HAFALAN AL-QUR’AN SANTRI DI PONDOK PESANTREN AL-BAQIYATUSH SHALIHAT KUALA TUNGKAL” yang disusun oleh Rima Aprilia dengan NIM 16311749 telah melalui proses pembimbingan dengan baik dan dinilai oleh pembimbing telah memenuhi syarat ilmiah untuk diajukan pada sidang munaqasah.

Jambi, 25 Agustus 2020 Pembimbing,

Dewi Maharani, MA

(4)
(5)

Saya yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama : Rima Aprilia

NIM : 16311749

Program Studi : Pendidikan Agama Islam Fakultas : Tarbiyah

Menyatakan bahwa skripsi dengan judul “METODE MENGAJAR GURU TAHFÎZH DALAM MENINGKATKAN HAFALAN AL-QUR’AN SANTRI DI PONDOK PESANTREN AL- BAQIYATU ASH-SHALIHAT KUALA TUNGKAL” adalah benar Hasil karya saya sendiri kecuali kutipan-kutipan yang sudah disebutkan sumbernya. Kesalahan dan kekurangan di dalam karya ini sepenuhnya adalah tanggungjawab saya.

Jambi, 25 Agustus 2020

Rima Aprilia

(6)

iv

ْْبَغْراَف َْكِّ بَر ْىَلِّإَو

“dan hanya kepada Tuhanmulah engkau berharap”

(QS. Al-Insyirah [94]:8)

(7)

v

KATA PENGANTAR

Puji syukur alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah Swt., yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Metode Mengajar Guru Tahfîzh Dalam Meningkatkan Hafalan Al-Qur’an Santri Di Pondok Pesantren Al-Baqiyatush Shalihat Kuala Tungkal”.

Shalawat & salam senantiasa tercurah pada pribadi yang agung junjungan kita Nabi Muhammad Saw., karena berkat perjuangan Beliaulah kita dapat merasakan kehidupan yang lebih bermartabat dengan cahaya ilmu dengan bimbingan Islam dan Iman. Semoga kita seluruh umatnya mendapat syafaatnya di hari akhir kelak.

Penulis menyadari bahwa dalam proses menyelesaikan skripsi ini tentu tidak terlepas dari bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak.

Maka dari itu penulis ingin mengucapkan terimakasih pada:

1. Ibu Prof. Dr. Hj. Huzaemah Tahido Yanggo, MA selaku rektor Institut Ilmu Al-Qur’an (IIQ) Jakarta.

2. Ibu Dr. Esi Hairani M.Pd selaku Dekan Fakultas Tarbiyah Institut Ilmu Al-Qur’an (IIQ) Jakarta.

3. Ibu Reksiana, MA. Pd., selaku Kaprodi PAI Institut Ilmu Al- Qur’an (IIQ) Jakarta.

4. Ibu Dewi Maharani, MA selaku dosen pembimbing yang telah bersedia meluangkan waktu, pikiran dan berbagi ilmunya untuk

(8)

vi

5. Bapak Arison Sani selaku dosen pengampu KKL 2019 k.19 dan Ibu Hulailah Istiqlaliyah, Lc. M.Pd selaku dosen pengampu PLP II 2019.

6. Staf fakultas Tarbiyah Bapak Zarkasih, M.Pd dan Ibu Yuyun, S.Pd.I yang terus menyemangati ketika penulis mulai mengeluh.

7. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Tarbiyah Institut Ilmu Al-Qur’an (IIQ) Jakarta. Semoga selalu dilimpahi rahmat karena sudi berbagi ilmu yang bermanfaat bagi kami para mahasiswinya.

8. Ibu instruktur tahfiz dari semester awal hingga semester akhir, atas waktu dan kesabarannya menyimak dan menguji hafalan penulis.

9. Pengasuh serta jajaran guru Pondok Pesantren yang bersedia menerima penulis untuk melakukan penelitian terkait judul skripsi.

10. Ayah dan ibu penulis yang dawaam mendoakan kebaikan dan kesuksesan dalam hidup penulis.

11. Kakek (Abah) dan nenek (mamake) yang tak lelah memberi dukungan materiil serta mendoakan kelancaran penulis untuk segera menyelesaikan skripsi ini.

12. Kedua Bibi penulis Khairiyanti Handayani, S.Pd.I dan Nur Hafizah, S.Pd. yang dengan kasih sayangnya membuat penulis bersemangat menyelesaikan kuliah hingga sampai di titik ini.

13. Sahabatku Ayu Arita, S.Pd, uniku Faza Indallah, temen sekaligus ustadzahku Khairatunnisa, S.Pd, tetangga rasa adek Safinatun Najah, my support mindset Aa Muhammad Iqbal NAF, S.Sos dan

(9)

vii

14. Teman IIQ angkatan 2016, khususnya teman-teman kelas Tarbiyah C yang setia menemani hari-hari penulis menjalani perkuliahan selama 4 tahun ini.

15. Teeman-teman KKL kelurahan Pondok Ranji & temen-temen PLP II MI Mumtaza Islamic School.

16. Teman-teman kader NU, keluarga besar Metode Bagdadi, adik tingkat anggota kelompok 10 Baghdadi IIQ angkatan 2018 dan teman sehalaqoh Gemmar RTTQ.

17. Teman-teman seperbimbingan yang saling menguatkan untuk berjuang bersama menyelesaikan tugas akhir ini.

18. Penguji terhebat plus terbaik, ibu Muthmainnah, MA dan ibu Dr.

Romlah Widayati, MA yang sudi menguji - mengoreksi tulisan ini sesuai dengan ketentuan kriteria karya ilmiah.

19. Semua pihak yang berperan dalam penyusunan skrispsi ini namun tak dapat disebutkan satu-persatu. Semoga Allah selalu memudahkan setiap urusan kalian.

Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi para pembaca, dan khususnya bagi penulis pribadi. Selanjutnya penulis menyadari betul bahwasanya skripsi ini masih jauh dari kata sempurna, untuk itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran dari pembaca demi kesempurnaan karya tulis selanjutnya.

Jambi, Agustus 2020 Penulis

(10)

viii

Transiliterasi adalah penyalinan dengan penggantian huruf dari abjad yang satu ke abjad yang lain. Dalam penulisan skripsi di Institut Ilmu Al-Qur’an (IIQ) Jakarta, transliterasi Arab-Latin mengacu kepada berikut ini:

1. Konsonan

أ : a ط : th

ب : b ظ : zh

ت : t ع : ‘

ث : ts غ : gh

ج : j ف : f

ح : h ق : q

خ : kh ك : k

د : d ل : l

ذ : dz م : m

ر : r ن : n

ز : z و : w

س : s ه : h

ش : sy ء : ´

ص : sh ي : y

ض : dh

2. Vokal

Vokal tunggal Vokal panjang Vokal rangkap

(11)

ix

Kasrah : i ي : î ْ و… : au

Dhammah : u و : û

3. Kata Sandang

a. Kata sandang yang diikuti alif lam (لا) qamariyah

Kata sandang yang diikuti alif lam (لا) qamariyah ditransliterasikan sesuai dengan bunyinya. Contoh:

هرقبلا : al-Baqarah ةنيدملا : al-Madînah b. Kata sandang yang diikuti alif lam (لا) syamsiyah

Kata sandang yang diikuti alif lam (لا) syamsiyah ditransliterasikan sesuai dengan aturan yang digariskan di depan dan sesuai dengan bunyinya. Contoh:

لجرلا : ar-rajul سمشلا : asy-syams

c. Syaddah (Tasydîd)

Syaddah (Tasydîd) dalam sistem aksara Arab digunakan lambang (ْ ّ), sedangkan untuk alih aksara ini dilambangkan dengan huruf, yaitu dengan cara menggandakan huruf yang bertanda tasydîd. Aturan ini berlaku secara umum, baik tasydîd yang berada di tengah kata, di akhir kata ataupun yang terletak setelah kata sandang yang diikuti oleh huruf-huruf syamsiyah. Contoh:

ِْللاِبْاَّنَمَأ : Âmannâ billâhi َْن يِذلَّاْ َّنِإ : Inna al-ladzîna d. Ta Marbûthah (ة)

Ta Marbûthah (ة) apabila berdiri sendiri, waqaf atau diikuti oleh kata sifat (na’at). Maka huruf tersebut dialih aksarakan menjadi huruf “h”. Contoh:

ةَدِئ فَلأا : al-Af’idah

(12)

x menjadi huruf “t”. Contoh:

ْ ةَي ِصاَنٌْةَلِماَع : Âmilatun Nâshibah

e. Huruf Kapital

Sistem penulisan huruf Arab tidak mengenal huruf kapital, akan tetapi apabila telah dialih aksarakan maka berlaku ketentuan Ejaan yang Disempurnakan (EYD) bahasa Indonesia, seperti penulisan awal kalimat, huruf awal nama tempat, nama bulan, nama diri dan lain-lain. Ketentuan yang berlaku pada EYD berlaku pula dalam alih aksara ini, seperti cetak miring (italic) atau cetak tebal (bold) dan ketentuan lainnya. Adapun untuk nama diri diawali dengan kata sandang, maka huruf yang ditulis kapital adalah awal nama diri, bukan kata sandangnya. Contoh: ‘Ali Hasan al-‘Âridh, al- Asqallânî. Khusus untuk penulisan kata Al-Qur`an dan nama-nama surahnya menggunakan huruf kapital. Contoh: Al-Qur`an, Al-Baqarah, Al-Fâtihah dan seterusnya.

(13)

xi

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... i

PERSETUJUAN PENGESAHAN ... ii

PERNYATAAN PENULIS ... iii

MOTTO ... iv

KATA PENGANTAR ... v

PEDOMAN TRANSLITERASIviii DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR GAMBAR ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

ABSTRAK ... xvii

ABSTRACT ... xviii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 10

C. Pembatasan Masalah ... 10

D. Perumusan Masalah ... 10

E. Tujuan Penelitian ... 11

F. Manfaat Penelitian ... 11

G. Tinjauan Pustaka ... 12

H. Sitematika Penulisan ... 15

BAB II LANDASAN TEORI A. Metode mengajar ... 19

1. Pengertian Metode Mengajar ... 19

(14)

xii

4. Pengertian Al-Qur’an ... 23

5. Metode tahfîzh Al-Qur’an ... 23

6. Metode tahfîzh Al-Qur’an di Pondok Pesantren Al- Baqiyatush Shalihat ... 27

B. Faktor Pendukung dan Penghambat tahfîzh Al-Qur’an 1. Faktor Pendukung ... 28

2. Faktor Penghambat ... 33

C. Upaya guru meningkatkan hafalan Al-Qur’an Santri . 35 BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat, Waktu dan Subjek Penelitian ... 44

1. Tempat, waktu penelitian ... 44

2. Subjek penelitian ... 45

B. Jenis dan pendekatan penelitian ... 46

C. Jenis dan Sumber Data ... 49

1. Jenis Data ... 49

2. Sumber Data ... 51

D. Teknik Pengumpulan Data ... 52

E. Teknik Analisis Data ... 58

F. Pedoman Wawancara ... 60

BAB IV HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum Pondok Pesantren Al-Baqiyatush Shalihat Kuala Tungkal ... 65

1. Sejarah Singkat ... 65

2. Letak Geografis ... 69

3. Visi, Misi dan Tujuan ... 70

4. Sumber Dana dan Pembangunan ... 73

(15)

xiii

7. Data Guru ... 76

8. Data Santri ... 78

9. Struktur Organisasi ... 83

10. Tenaga Kependidikan ... 86

B. Deskripsi Hasil Penelitian ... 88

1. Metode mengajar Tahfîzh Al-Qur’an di Pondok Pesantren Al-Baqiyatush Shalihat ... 88

2. Faktor Pendukung dan penghambat guru dalam meningkatkan hafalan Al-Qur’an santri Pondok Pesantren Al-Baqiyatush Shalihat ... 101

3. Upaya Guru Tahfîzh dalam meningkatkan hafalan Al- Qur’an santri Pondok Pesantren Al-Baqiyatush Shalihat ... 108

BAB V PENUTUP A. KESIMPULAN ... 119

B. SARAN ... 120

DAFTAR PUSTAKA ... 123

(16)

xiv TABEL 3.1 Siklus Penelitian

TABEL 3.2 Sumber data TABEL 3.3 Data Informan

TABEL 3.4 Kisi- Kisi Pedoman Wawancara TABEL 3.5 Daftar Pertanyaan Wawancara TABEL 4.1 Sarana Prasarana Pondok Pesantren

TABEL 4.2 Pengajar Majelis Tahsin Wa at- Tahfîzh Al-Qur’an TABEL 4.3 Jumlah Santri Tahsin wa at- Tahfîzh Al-Qur’an TABEL 4.4 Data Santri Tahsin Wa at- Tahfîzh Al-Qur’an TABEL 4.5 Tenaga Kependidikan

TABEL 4.6 Kegiatan Pesantren

(17)

xv Gambar 4.1 Pondok Pesantren

Gambar 4.2 Piagam Santri Putri

Gambar 4.3 Wawancara dengan guru Tahfîzh

Gambar 4.4 Kegiatan Setoran Hafalan Kepada Guru Tahfîzh Gambar 4.5 Kegiatan Sima’an Sesama Santri

(18)

xvi Lampiran 1 Pedoman Wawancara Lampiran 2 Transkip Wawancara Lampiran 3 Dokumentasi Foto

(19)

xvii

Rima Aprilia, NIM. 1631749, Judul Skripsi: “Metode Mengajar Guru Tahfîzh Dalam Meningkatkan Hafalan Al-Qur’an Santri Pondok Pesantren Al-Baqiyatush Shalihat.” Jurusan Pendidikan Agama Islam, Fakultas Tarbiyah, Institut Ilmu Al-Qur’an (IIQ) Jakarta.

Menghafal Al-Qur’an merupakan ibadah yang dimulai sejak masa Nabi Muhammad Saw. Dan berkembang hingga masa sekarang. Proses pelaksanaan menghafal Al-Qur’an kini dilakukan lembaga pendidikan, seperti pesantren. Di pondok pesantren terdapat beberapa macam metode – metode yang digunakan untuk menghasilkan para penghafal Al-Qur’an yang berkualitas. Keberhasilan mencetak penghafal Al-Qur’an ini salah satunya ditentukan oleh metode seorang guru tahfîzh dalam meningkatkan hafalan Al-Qur’an tersebut.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui metode guru tahfîzh Al-Qur’an. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif yang menggunakan pendekatan studi kasus. Adapun Teknik pengumpulan data yakni dengan wawancara, observasi dan dokumentasi.

Hasil data menunjukkan bahwa metode guru tahfîzh Al-Qur’an dalam meningkatkan hafalan santri di pondok pesantren Al-Baqiyatush Shalihat Kuala Tungkal yaitu sebagai berikut: metode memperbaiki bacaan Al-Quran santri (tahsin), metode halaqoh, metode mengulang hafalan (takrir), menyetorkan hafalan kepada guru tahfîzh Al-Qur’an (talaqqi), metode sima’an dengan sesama santri, memperbanyak membaca Al-Qur’an. Adapun faktor pendukung yaitu adanya rencana tahapan pembelajaran, motivasi orang tua wali/ santri. Faktor penghambatnya yakni alokasi waktu yang tidak cukup, kesadaran santri untuk menghafal Al-Qur’an masih rendah, kurangnya pengawasan guru terhadap santri penghafal Al-Qur’an. Kemudian Upaya yang dilakukan guru tahfîzh untuk meningkatkan hafalan santri ialah: mengevaluasi program tahfîzh, mengenalkan tujuan pembelajaran, melaksanakan kegiatan tahfîzh dengan maksimal, pemberian hadiah atau pujian, menerapkan hukuman dan memberikan waktu yang cukup kepada santri untuk menghafal Al-Qur’an.

Kata Kunci: Metode, Tahfîzh, Hafalan Al-Qur’an.

(20)

xviii

Rima Aprilia, NIM. 1631749, Thesis Title: "Methods of Teaching Tahfîzh Teachers in Improving Memorization of Al-Qur'an Santri Pndok Pesantren Al-Baqiyatush Shalihat." Department of Islamic Religious Education, Faculty of Tarbiyah, Institute of Al-Qur'an Science (IIQ) Jakarta.

Memorizing Al-Qur'an is a form of worship that began in the time of the Prophet Muhammad. And growing up to the present. The process of memorizing the Al-Qur'an is now carried out by educational institutions, such as pesantren. In Islamic boarding schools, there are several kinds of methods used to produce quality Al-Qur'an memorizers. One of the success of printing this Al-Qur'an recitation is determined by the method of a tahfîzh teacher in improving the memorization of the Al-Qur'an.

The purpose of this study was to determine the method of tahfîzh Al- Qur'an teachers. The research method used in this research is a qualitative method using a case study approach. The data collection techniques are by interview, observation and documentation.

The results of the data show that the method of the tahfîzh Al-Qur'an teacher in improving the memorization of students at the Al-Baqiyatush Shalihat Kuala Tungkal Islamic boarding school is as follows: method of improving the students' Al-Quran reading (tahsin), the halaqoh method, the method of repeating rote (takrir), depositing memorization to the teacher of tahfîzh Al-Qur'an (talaqqi), the sima'an method with fellow students, multiplying reading the Qur'an. The supporting factors are the existence of a plan for the learning stages, the motivation of the parents, guardians / students. The inhibiting factors are the insufficient time allocation, the awareness of the students to memorize the Al-Qur'an is still low, the lack of teacher supervision of the students who memorize the Al- Quran. Then the efforts made by the tahfîzh teacher to improve the memorization of students were: evaluating the tahfîzh program, introducing learning objectives, carrying out tahfîzh activities to the maximum, giving gifts or praise, applying punishment and giving sufficient time for students to memorize the Al-Qur'an.

Keywords: Method, Tahfîzh, Memorizing the Al-Qur’an.

(21)

1 A. Latar Belakang Masalah

Globalisasi yang melanda berbagai dimensi kehidupan, sedikit- banyak berdampak terhadap berbagai bidang secara umum.

Ada yang berupa dampak positif dan yang negatif. Dampak positifnya adalah semakin majunya teknologi informasi dan semakin majunya perkembangan pendidikan, khususnya terkait dengan mutu dan kualitas. Adapun dampak negatifnya ialah siswa lebih suka menghabiskan waktu berjam-jam di depan komputer untuk main game dibanding dengan mengeja huruf Al-Qur’an.

Pada zaman sekarang ini, sudah menjadi pemandangan lumrah melihat anak bermain gadget, termasuk ponsel pintar dan tablet.

Namun sayangnya tak sedikit orang tua yang kebablasan memberi keluasan anak berinteraksi dengan gadget.

Penelitian The American Academy of Pediatrics & Canadian Society of Pediatrics menyimpulkan bahwa anak di bawah usia 12 tahun sebaiknya tidak bermain smartphone dan tablet.1 Sebab ketika anak bermain gadget, mereka cenderung tidak banyak bergerak yang dapat memicu obesitas. Penggunaan teknologi membatasi gerak fisik, sehingga menghambat pertumbuhan dan membuat sulit tidur.

1https://www.google.com/amp/s/m.medcom.id/amp/yKXVng0b-cara- mengalihkan-perhatian-anak-dari-gadget (di akses 30 Mei 2020)

(22)

Sebuah penelitian di Amerika Serikat menunjukan sepertiga anak- anak yang mulai bersekolah mengalami hambatan fisik, sulit berkonsentrasi, minim kemampuan membaca dan pencapaian prestasi di sekolah.2

Usaha pendidikan yang sudah berjalan sekian abad di Indonesia pasti membututuhkan peninjauan kembali untuk mengadakan pada tuntutan baru, sejalan dengan perkembangan budaya bangsa. Pembaruan tujuan strategis dari pendidikan Islam, yaitu tujuan yang menciptakan manusia beriman yang meyakini suatu kebenaran dan berusaha membuktikan kebenaran tersebut melalui akal, rasa, feeling, dan kemampuan untuk melaksanakannya melalui amal yang tepat dan benar atau disebut amal saleh yang berarti baik atau pengetahuan benar yang membentuk sikap dan perilaku dalam kehidupan sehari-hari.3

Walhasil, bangsa Indonesia memang sedang menghadapi krisis multidimensional. Dari hasil kajian berbagai disiplin dan pendekatan, tampaknya ada kesamaan pandangan bahwa segala macam krisis itu berpangkal dari krisis akhlak atau moral. Krisis ini, secara langsung atau tidak berhubungan dengan persoalan pendidikan.4 Pembangunan pendidikan Nasional merupakan upaya bersama seluruh komponen pemerintah dan masyarakat yang dilakukan secara terencana dan sistematis untuk mewujudkan peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk

2https://www.google.com/amp/s/m.medcom.id/amp/yKXVng0b-cara- mengalihkan-perhatian-anak-dari-gadget (di akses 30 Mei 2020)

3 Zainuddin Ali, Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 2011). h. 43.

4 Muhaimin, Pengembangan Kurikulum Pendidikan Islam, (Jakarta: Raja Grafindo Persada), h. 18.

(23)

memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara.5

Suatu negara akan maju dan kokoh apabila masyarakat berilmu pengatahuan, beriman dan bertaqwa dan selalu menjalankan norma agama dan norma kepemerintahan dan berakhlak mulia. Pandangan tersebut dapat dicermati dari dasar dan tujuan pendidikan Nasional yang tercantum dalam Undang-Undang Republik Indonesia nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional bahwa menjelaskan tujuan pendidikan Nasional adalah “Bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia beriman dan bertaqwa kepada Tuhan yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mendiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab”.6

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 pasal 31 ayat (1) menyebutkan bahwa setiap warga negara berhak mendapat pendidikan. Ayat (3) menegaskan bahwa Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan Nasional yang meningkatkan keimanan dan ketaqwaan serta akhlak manusia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa yang diatur dengan undang-undang.7

5 Yoyon Bahtiar Irianto, Kebijakan Pembaruan Pendidikan, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2012). h. 3.

6 Depertamen Pendidikan Nasional, Undang-Undang dan Peraturan Pemerintah RI tentang Pendidikan tahun 2006, (Jakarta: Sinar Grapika, 2002), h. 8-9.

7 Diknas, Undang-Undang Sisdiknas RI No. 20 Th. 2003, (Jakarta: Sinar Grafika, 2014), h. 48.

(24)

Pengertian pendidikan menurut Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.8

Pendidikan diartikan sebagai bimbingan secara sadar oleh guru terhadap perkembangan jasmani dan rohani siswa guna menuju terbentuknya kepribadian yang utama. Kegiatan belajar-mengajar tentunya bukan sembarang orang atau semua kalangan bisa melaksanakan tugas tersebut, karena seandainya yang melaksanakan kegiatan pembelajaran itu bukan orang yang dikatakan ahlinya, bukan kebaikan yang di peroleh justru sebaliknya, Rasulullah SAW bersabda:

ْحنْبْححْيَلح فْاَنَ ثَّدَحٍْناَنِّسْحنْبْحدَّمَحمُْاَنَ ثَّدَح

ِّْنْبِّْءاَطَعْْنَعٍْ يِّلَعْحنْبْ حل َلَِّهْاَنَ ثَّدَحَْناَمْيَلحسْ

ِّْ يحضْاَذِّإَْمَّلَسَوِّْهْيَلَعْحَّللّاْىَّلَصَِّّْللّاْحلوحسَرَْلاَقَْلاَقْحهْنَعْحَّللّاَْيِّضَرَْةَرْ يَرحهْ ِّبَِأْْنَعٍْراَسَي

ْحةَناَمَْلْاْ ْتَع

ْاَهح تَعاَضِّإَْفْيَكَْلاَقَْةَعاَّسلاْْرِّظَتْ ناَف ةَعاَّسلاْْرِّظَتْ ناَفِّْهِّلْهَأِّْْيَْغْ َلِّإْحرْمَْلْاَْدِّنْسحأْاَذِّإَْلاَقَِّّْللّاَْلوحسَرَْيَ

ََْ

“Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Sinan telah menceritakan kepada kami Fulaih bin Sulaiman telah menceritakan kepada kami Hilal bin Ali dari 'Atho' bin yasar dari Abu Hurairah radhiyallahu'anhu mengatakan; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Jika amanat telah disia-siakan, tunggu saja kehancuran terjadi." Ada seorang sahabat bertanya: 'bagaimana maksud amanat disia-siakan.

'Nabi menjawab: "Jika urusan diserahkan bukan kepada

8Yoyon Bahtiar Irianto, Kebijakan Pembaruan Pendidikan, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2012), h. 5.

(25)

ahlinya, maka tunggulah kehancuran itu." (HR. Bukhari No.

6015)9

Menyimak dari hadis diatas bahwasanya kegiatan belajar mengajar dilakukan oleh seorang yang memiliki ilmu yang memadai, membimbing ke arah yang lebih baik, mampu bertanggung jawab dengan ilmunya dan kepada anak didiknya.

Ramayulis mendefinisikan tentang pendidik secara etimologi:

Pendidik adalah orang yang melakukan bimbingan. Pengertian ini memberi kesan bahwa pendidik adalah orang yang melakukan kegiatan dalam pendidikan.10 Menurut Ramayulis Pendidikan Islam adalah: Upaya sadar dan terancana dalam menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati, mengimani, bertakwa berakhlak mulia, mengamalkan ajaran agama Islam dari sumber utamanya kitab suci Al-Qur’an dan Al-Hadits, melalui kegiatan bimbingan, pengajaran latihan, serta penggunaan pengalaman.11

Pendidik dalam Islam ialah siapa saja yang bertanggung jawab terhadap perkembangan anak didik. Dalam Islam orang yang paling bertanggung jawab tersebut adalah orang tua (ayah dan ibu) anak didik. Tanggung jawab itu disebabkan sekurang-kurangnya oleh dua hal: pertama karena kodrat, yaitu karena orang tua menjadi ditakdirkan menjadi orang tua anaknya, dan karena itu ia ditakdirkan

9Lihat selengkapnya di Abi Abdullah Muhammad bin Ismâil al- Bukhârî, Shahih al-Bukhârî, Kitâb ar-Riqâq, Bab Raf'ul Amanah, Beirut: Dar Ibn Katsir, 2002), h.81

10 Ramayulis, Metodologi Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2012), h. 49.

11 Ramayulis, Metodologi Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Kalam mulia, 2012), h. 21.

(26)

pula bertanggung jawab mendidik anaknya; kedua karena kepentingan kedua orang tua, yaitu orang tua berkepentingan terhadap kemajuan perkembangan anaknya, sukses anaknya adalah sukses orang tuanya. Tanggung jawab pertama dan utama terletak pada orang tua berdasarkan juga pada firman Allah seperti yang tersebut dalam al-Qur’an.12 Allah SWT berfirman:

اَهْ يَلَع ْحةَراَجِّْلْٱَو ْحساَّنلٱ اَهحدوحقَو اًرَنَ ْْمحكيِّلْهَأَو ْْمحكَسحفنَأ ْ آوح ق ْ اوحنَماَء َْنيِّذَّلٱ اَهُّ يَٓىَيَ

َْنوحرَمْؤح ي اَم َْنوحلَعْفَ يَو ْْمحهَرَمَأ ْٓاَم ََّْللّٱ َْنوحصْعَ ي َّْلّ ْ داَدِّش ْ ظ َلَِّغ ْ ةَكِّئٓىَلَم

“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.” (QS. At- Tahrîm: 6)

Quraish Shihab mengatakan: ayat enam diatas menggambarkan bahwa dakwah dan pendidikan harus bermula dari rumah. Ayat diatas walaupun secara redaksional tertuju kepada kaum pria (ayah), tetapi itu bukan berarti hanya tertuju kepada mereka. Ayat ini tertuju kepada permpuan dan lelaki (ibu dan ayah), sebagaimana ayat-ayat yang serupa (misalnya ayat yang memerintahkan berpuasa) yang juga tertuju keapada lelaki dan perampuan. Ini berarti kedua orang tua bertanggung jawab terhadap anak-anak dan juga pasangan masing-masing sebagaimana masing- masing bertanggung jawab atas kelakuannya. Ayah atau ibu sendiri

12Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif Islam, (Bandung:

Remaja Rosdakarya. 2011), h. 74.

(27)

tidak cukup untuk menciptakan satu rumah tangga yang diliputi oleh nilai-nilai agama serta dinaungi oleh hubungan yang harmonis.13

Tugas pendidik dalam pandangan Islam secara umum ialah mendidik, yaitu mengupayakan perkembangan seluruh potensial anak didik, baik potensi psikomotor, kognitif, maupun potensi afektif. Potensi itu harus dikembangkan secara seimbang sampai setinggi mungkin, menurut ajaran Islam.14

Tujuan memiliki nilai yang sangat penting di dalam pengajaran. Bahkan dapat dikatakan tujuan merupakan salah satu faktor yang terpenting dalam kegiatan proses belajar mengajar, sehingga dalam kegiatan pembelajaran dapat tercapai apabila memiliki tujuan yang jelas. Oemar Hamalik mengatakan bahwa Nilai-nilai tujuan dalam pengajaran diantaranya adalah sebagai berikut:15

1. Tujuan pendidikan mengarahkan dan membimbing, kegiatan guru dan murid dalam proses pengajaran. Dengan adanya tujuan yang jelassemuausaha dan pemikiran guru akan mudah dilakukan karena memiliki fokusyang baik kearah pencapaian tujuan itu dan akan lebih mungkin memberikan hasil yang diinginkan.

2. Tujuan pendidikan memberikan motivasi (dorongan) kepada guru dan siswa. Berkat dorongan itu maka usaha pendidikan dan

13 Quraish Shihab, Tafsir al-Mishbah, (Jakarta: Lentera Hati, 2008), h. 327.

14Ahmad Tafsir,Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif Islam, (Bandung:

Remaja Rosdakarya. 2011), h. 74-75.

15 Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, (Jakarta: Bumi Aksara, 2011), h. 80-81.

(28)

pengajaran akan berlangsung lebih cepat, lebih efisien, dan lebih memberikan kemungkinan untuk berhasil.

3. Tujuan pendidikan memberikan pedoman atau petunjuk kepada guru dalam rangka memilih dan menentukan metode mengajar atau menyediakan lingkungan belajar bagi siswa. Berdasarkan tujuan yang telah digariskan maka dengan mudah pula dapat ditetapkan metode yang serasi kegiatan-kegiatan belajar yang seimbang dan sesuai bagi siswa. Penentuan metode belajar yang tepat, akan menjamin pencapaian hasil belajar yang memadai bagi pertumbuhan perkembangan siswa.

Dari tiga tujuan pendidikan yang dikemukakan diatas, dapat disimpulkan bahwa sebuah pendidikan akan terlaksana dengan baik apabila memiliki tujuan yang jelas, memiliki motivasi yang berkesinambungan dan tujuan pendidikan dijadikan acuan untuk guru agar memilih metode yang tepat dalam kegiatan mengajar.

Sebagai lembaga pendidikan pesantren ikut bertanggung jawab terhadap proses pencerdasan kehidupan bangsa secara integral. Sedangkan secara khusus pesantren bertanggung jawab terhadap kelangsungan tradisi keagamaan dalam kehidupan masyarakat. Dalam kaitannya dengan dua hal tersebut pesanten memilih model tersendiri yang dirasa mendukung secara penuh tujuan dan hakikat pendidikan manusia itu sendiri, yaitu membentuk manusia sejati yang memiliki kualitas moral dan intelektual secara seimbang.16

16 Mastuhu, Dinamika Sistem Pendidikan Pesantren, (Jakarta: INIS, 1994)

(29)

Pondok Pesantren Al-Baqiyatush Shalihat didirikan pada tahun 1993 sebagai pendiri adalah KH. Muhammad Ali Wahhab.

Pada awalnya pesantren itu didirikan hanya untuk mengadakan pendidikan salafiyah berupa kitab kuning. Adapun kegiatan di Pondok Pesantren Al-Baqiyatush Shalihat sekarang diantaranya adalah dilaksanakan kegiatan membaca, mempelajari serta menghafal Al-Qur’an. Adapun tujuan diajarkan pengajaran tahfîzh Al-Qur’an adalah untuk mendidik anak-anak agar mampu membaca Al-Qur’an dengan baik dan benar sesuai dengan ilmu tajwid kemudian menghafalkannya.

Berdasarkan penelitian awal yang dilakukan, ditemukan bahwa metode mengajar guru tahfîzh masih belum berinovasi dalam meningkatkan hafalan Al-Qur’an santri, yakni masih hanya menggunakan metode klasik seperti talqin, talaqqi, mu’aradhah, yang seharusnya bisa ditambahkan dengan metode modern seperti memperdengarkan audio murattal, menggunakan buku Qur’anic Puzzle ( semacam teka – teki yang di format untuk menguatkan daya hafalan).17 Kemudian kurangnya jumlah guru tahfîzh dalam melaksanakan pembelajaran hafalan Al-Qur’an, kurangnya kerjasama antara pemimpin pondok pesantren dengan guru tahfîzh dalam melaksanakan peningkatan tahfîzh Al-Qur’an, dan kurangnya pembagian secara khusus waktu menghafal Al-Qur’an. Sehingga masih adanya ditemukan beberapa santri/santriwati yang kurang berminat mengikuti tahfîzh Al-Qur’an. Melihat kondisi yang demikian, maka peneliti termotivasi untuk melakukan penelitian

17Bahirul Amaly Herry, Agar Orang Sibuk Bisa Menghafal Al- Qur’an, (Yogyakarta: Pro U Media, 2012), h.90

(30)

lebih lanjut mengenai metode mengajar guru tahfîzh dalam meningkatkan hafalan Al-Qur’an santri di Pondok Pesantren Al- Baqiyatush Shalihat Kuala Tungkal- Jambi.

Atas dasar pemikiran tersebut, kemudian peneliti tertarik untuk mengkaji tentang guru dalam meningkatkan iman dan taqwa siswa, dan peneliti mengangkat judul “Metode Mengajar Guru Tahfizh Dalam Meningkatkan Hafalan Al-Qur’an Santri di Pondok Pesantren Al-Baqiyatush Shalihat Kuala Tungkal”.

(31)

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, maka permasalahan pada penelitian ini dapat diidentifikasi sebagai berikut:

1. Pelaksanaan pendidikan tahfîzh di Pondok Pesantren Al- Baqiyatush Shalihat Kuala Tungkal- Jambi.

2. Metode tahfîzh Al-Qur’an.

3. Faktor-faktor pendukung dan penghambat guru tahfîzh dalam menerapkan metode.

4. Faktor-faktor pendukung dan penghambat santri/ santriwati dalam menghafal Al-Qur’an.

5. Lama waktu santri menghafal.

6. Upaya guru tahfîzh dalam mengatasi hambatan-hambatan dalam meningkatkan hafalan Al-Qur’an santri.

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah di atas maka penulis membatasi ruang lingkup masalah pada:

1. Metode guru tahfîzh dalam meningkatkan hafalan Al-Qur’an santri di Pondok Pesantren Al-Baqiyatush Shalihat Kuala Tungkal.

2. Faktor pendukung dan penghambat guru tahfîzh dalam meningkatkan hafalan Al-Qur’an santri di pondok pesantren Al- Baqiyatush Shalihat.

3. Upaya guru tahfîzh dalam meningkatkan hafalan Al-Qur’an santri di Pondok Pesantren Al-Baqiyatush Shalihat.

(32)

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah yang telah diuraikan di atas, maka penulis merumuskan masalah pada:

1. Bagaimana metode guru tahfîzh dalam meningkatkan hafalan Al-Qur’an santri di Pondok Pesantren Al-Baqiyatush Shalihat Kuala Tungkal?

2. Bagaiman faktor pendukung dan penghambat guru tahfîzh dalam meningkatkan hafalan Al-Qur’an santri di pondok pesantren Al-Baqiyatush Shalihat?

3. Bagaimana upaya guru tahfîzh dalam meningkatkan hafalan Al- Qur’an santri di pondok pesantren Al-Baqiyatush Shalihat?

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah tersebut diatas, maka tujuan kegiatan penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui metode guru tahfîzh dalam meningkatkan hafalan Al-Qur’an santri di Pondok Pesantren Al-Baqiyatush Shalihat Kuala Tungkal.

2. Untuk mengetahui faktor pendukung dan penghambat guru tahfîzh dalam meningkatkan hafalan Al-Qur’an santri di Pondok Pesantren Al-Baqiyatush Shalihat.

3. Untuk mengetahui upaya guru tahfîzh dalam meningkatkan hafalan Al-Qur’an santri di Pondok Pesantren Al-Baqiyatush Shalihat.

(33)

F. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini ialah:

1. Manfaat teoritis

a. Sebagai sarana penulis dalam mengembangkan keilmuan pada bidang pendidikan khususnya pendidikan tahfîzh Al -Qur’an.

b. Sebagai masukan bagi guru tahfîzh Al-Qur’an meningkatkan kemampuan santri/santrwati menghafal Al-Qur’an.

c. Menjadi salah satu referensi bagi pembaca dalam rangka meningkatkan kualitas bacaan Al-Qur’an dan keutamaannya, sehingga terus bersemangat didalamnya.

d. Untuk memperdalam ilmu pengetahuan yang telah peneliti perolehdi Institut Ilmu Al-Qur’an (IIQ) khususnya mengenai pendidikan tahfîzh Al-Qur’an.

2. Adapun manfaat praktis dari penelitian ini adalah:

a. Bagi peserta didik untuk lebih semangat meningkatkan hafalan Al-Qur’an.

b. Bagi para guru tahfîzh dapat untuk mempraktikkan upaya dalam meningkatkan hafalan Al-Qur’an.

c. Bagi sekolah sebagai masukan dalam rangka perbaikan proses pelaksanaan kegiatan tahfîzh Al-Qur’an.

G. Tinjauan pustaka

1. Skripsi yang diteliti oleh Ririn Astuti, tahun 2010. Berjudul

“Peran Organisasi Kerohanian Islam (Rohis) Dalam Membentuk Perilaku Keagamaan Siswa Di SMA Negeri Godean Sleman Yogyakarta”. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa bentuk peran rohis adalah dengan membuat program-

(34)

program kegiatan dalam melaksanakan kegiatan keagamaan tersebut. Hasil yang dicapai adalah meningkatnya pengetahuan keagamaan siswa, peningkatan perubahan perilaku keagamaan setelah diadakan kegiatan - kegiatan agama di sekolah. Penulisan ini menggunakan pendekatan kualitatif- deskriptif dengan metode pengumpulan data menggunakan teknik wawancara, observasi dan dokumentasi.

Persamaan penelitian tersebut dengan pada penelitian ini yaitu sama-sama menggunakan pendekatan kualitatif terhadap suatu program. Sedangkan perbedaannya yaitu Ririn meneliti rohis (kegiatan keagamaan) dan penulis tentang metode (cara).

2. Skripsi oleh Agung Prasetiyo tahun 2017, Fakultas Dakwah dan ilmu Komunikasi UIN Raden Intan Lampung, yang berjudul

“Peran Komunitas One Day One Juz dalam pembentukkan Tradisi Tilawatul Qur’an”. Penulisan ini bersifat kualitatif, bertujuan untuk melakukan analisis Komunitas One Day One Juz Bandar Lampung.

Hasil penelitian ini yaitu Komunitas One Day One Juz berpengaruh terhadap pembentukkan tradisi tilawatul Qur’an dan juga menjadikan masyarakat lebih mencintai Al-Qur’an, sesuai ajaran Allah Swt. Serta sebagai umat nabi Muhammad Saw., kita harus selalu membaca Al-Qur’an, menjaga dan mengamalkan kandungannya.

Persamaan dalam skripsi penulis ialah sama-sama meneliti tentang kegiatan membaca Al-Qur’an. Perbedaannya ialah penelitian ini membentuk kebiasaan untuk selalu membaca Al- Qur’an saja, sedangkan skripsi penulis ialah tentang kegiatan

(35)

santri membaca Al-Qur’an kemudian menghafalkannya.

Kemudian perbedaan pada subjek penelitiannya yakni skripsi Agung subjeknya sebuah Komunitas, dan skripsi ini adalah program pesantren.

3. Skripsi oleh Rocmatun Nafi’ah tahun 2018, Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Jurusan Pendidikan Agama Islam Universitas Negeri Sunan Ampel Surabaya yang berjudul “Efektivitas Program Tahfidz Al-Qur’an dalam Memperkuat Karakter siswa di Madrasah Aliyah negeri Lasem.” Penelitian ini bersifat kuantitatif dengan teknik analisis Product Moment, dengan teknik pengumpulan data dengan instrumen angket, wawancara, observasi dan dokumentasi. Hasil penelitian Rochmatun yaitu pelaksanaan program tahfidz yang dijalankan di Madrasah Aliyah Negeri Lasem adalah termasuk kategori baik. Terdapat efektivitas yang positif dan signifikan antara program menghafal Al-Qur’an dan penguatan karakter dengan hasil uji korelasi product moment diketahui bahwa rxy = 0,368 > r tabel dengan taraf signifikasi 5%.

Hal ini menunjukkan adanya korelasi antara X dan Y.

Persamaan dengan skripsi yang akan peneliti tulis adalah yakni sama-sama jenis penelitian lapangan tentang tahfîzh di sebuah lembaga pendidikan. Perbedaannya terletak pada subjek yang diteliti yakni skripsi adalah guru, sedangkan skripsi Rochmatun sebuah program.

4. Tesis oleh Wahyu Eko Hariyanti, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Yogyakarta, Jurusan Pendidikan Islam Anak Usia Dini, dengan judul “Metode

(36)

Menghafal Al-Qur’an Pada Anak Usia Dini (studi komparasi di TKIT Yaa Bunayya dan RA Darussalam Yogyakarta”

Hasil dari penelitian ini ditemukan data metode menghafal yang digunakan di TKIT Yaa Bunayya adalah klasikal, privat dan murottal. Sedangkan metode menghafal di RA Darussalam adalah Sima’i, muraja’ah dan menggunakan media audio visual.

Persamaan pada penulisan ini yaitu sama-sama meneliti metode dan perbedaannya yaitu objek yakni pada Tesis Wahyu adalah Anak Usia Dini, sedangkan skripsi yang penulis adalah guru tahfîzh

5. Skripsi oleh Febri Lavitasari, Mahasiswa Universitas Institut Agama Islam Negeri Metro Fakultas Tarbiyah Ilmu Keguruan Jurusan Pedidikan Agama Islam dengan judul “Peranan Guru Pendidikan Agama Islam dalam Meningkatkan Motivasi Membaca Al-Qur’an Siswa SMA Negeri 1 Raman Utara”.

Skripsi oleh Febri ini membahas bagaimana guru PAI berperan dalam meningkatkan Motivasi membaca Al-Qur’an siswa. Sedangkan skripsi yang akan peneliti tulis adalah tentang metode guru tahfîzh dalam meningkatkan hafalan santri yang dilakukan di Pondok Pesantren Al- Baqiyatush Shalihat Kuala Tungkal – Jambi. Berdasarkan analisis data, hasil penelitian Febri menyatakan bahwa peranan yang dilakukan guru Pendidikan Agama Islam dalam Meningkatkan Motivasi Membaca Al- Qur’an Siswa SMA Negeri 1 Raman Utara sudah cukup baik. Hal ini dapat dilihat dari guru memberikan pujian, yang menitikberatkan pada pemberian nilai plus bagi siswa yang rajin

(37)

membaca Al-Qur’an. Memberi hukuman untuk siswa yang tidak mengikuti kegiatan membaca Al-Qur’an, dengan menitikberatkan kepada hukuman menulis ayat Al-Qur’an sebanyak 5 lembar, dan mengambil surat dispensasi point catatan pelanggaran.

H. Sistematika Penulisan

Agar dapat diketahui gambaran dalam menyusun skripsi ini, penulis mengacu pada buku petunjuk teknis Penulisan proposal dan skripsi InstitutI lmu Al-Qur’an (IIQ) Jakarta 2017. Sistematika penulisannya dijelaskan sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN

Dalam pendahuluan memuat latar belakang masalah, identifikasi masalah, pembatasan masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, tinjauan pustaka dan sistematika penulisan.

BAB II KAJIAN TEORI

Pada bab ini berisi uraian mengenai metode mengajar, definisi tahfîzh, Al-Qur’an, faktor-faktor yang mempengaruhi kegiatan tahfîzh, cara menghafal dan menjaga hafalan Al-Qur’an.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Bab ini menjelaskan tentang tempat dan waktu penelitian, metode penelitian, jenis data, sumber data, teknik pengumpulan data, teknik pengolahan data, teknik analisis data.

BAB IV HASIL PENELITIAN

(38)

Pada bab ini dipaparkan tentang dasar pemikiran diadakannya program tahfîzh, deskripsi dan analisis data mengenai metode mengajar guru tahfîzh dalam meningkatkan hafalan Al-Qur’an santri di Pondok Pesantren Al-Baqiyatush Shalihat Kuala Tungkal- Jambi.

BAB V PENUTUP

Berisi kesimpulan dan saran. Penulis menarik kesimpulan dari keseluruhan data baik secara teoritis maupun empirik, kemudian dari kesimpulan tersebut penulis mengemukakan saran.

(39)

19 BAB II

LANDASAN TEORI A. Metode Mengajar

1. Pengertian Metode Mengajar

Dalam pendidikan Islam, metode mempunyai kedudukan yang sangat penting dalam upaya mencapai tujuan, karena ia menjadi sarana yang memberi makna akan materi pelajaran yang tersusun dalam kurikulum pendidikan, sehingga dapat dipahami atau diserap oleh peserta didik menjadi pengertian yang fungsional terhadap tingkah lakunya.18

Metode mengajar adalah kata yang digunakan untuk menandai serangkaian kegiatan yang diarahkan oleh guru yang hasilnya adalah belajar pada siswa. Metode merupakan cara atau prosedur yang dipergunakan oleh fasilitator dalam interaksi belajar dengan memperhatikan keseluruhan sistem untuk mencapai suatu tujuan.19 Dengan memanfaatkan metode secara akurat, guru akan mampu mencapai tujuan pengajaran. Ketika tujuan dirumuskan agar anak didik memiliki keterampilan tertentu, maka metode yang digunakan harus sesuai dengan tujuan pembelajaran.20

Kegiatan pembelajaran adalah sebuah interaksi yang bernilai pendidikan. Di dalamnya terjadi interaksi edukatif antara guru dan anakdidik, yakni ketika guru menyampaikan bahan pelajaran kepada anak didik dikelas. Bahan pelajaran yang guru berikan akan kurang

18Andi Hidayat, “Metode Pendidikan Islam Untuk Generasi Millennial”, Jurnal Penelitian, Volume 10, No 1, 2018, h. 57.

19Sudiyono, dkk. Strategi Pembelajaran Partisipan di Perguruan Tinggi, (Malang: UIN Malang Press, 2006), h. 118.

20Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain. Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: 2005), h. 75.

(40)

memberikan motivasi kepada anak didik apabila penyampaiannya dengan menggunakan strategi yang kurang tepat. Dari sini, kehadiran metode menempati posisi penting dalam penyampaian bahan pelajaran.21

Pengertian lain mengatakan bahwa metode mengajar adalah suatu cara atau jalan yang harus digunakan atau dilalui dalam mengajar, sedangkan mengajar adalah menyajikan bahan pelajaran oleh seseorang kepada orang lain agar orang lain tersebut menguasai dan mengembangkannya.22 Dengan demikian metode mengajar yang digunakan oleh guru sangat mempengaruhi terhadap minat dan motivasi siswa didalam proses belajar. Variasi metode yang digunakan oleh guru menimbulkan perbedaan yang berarti bagi proses belajar. Akhirnya, dapat dipahami bahwa penggunaan metode yang tepat dan bervariasi akan dijadikan sebagai motivasi ekstrinsik dalam kegiatan belajar mengajar di sekolah.

Demikian juga dalam proses tahfîzh Al-Qur’an perlu diupayakan bagaimana agar dapat mempengaruhi dan menimbulkan motivasi instrinsik (motivasi dalam diri), melalui metode yang tepat.23

21Akbar Zainudin, Man Jadda Wajada, (Jakarta: Kompas Gramedia, 2010), h. 150.

22OemarHamalik, Proses BelajarMengajar, Jakarta: Bumi Aksara, 2012, h.

119.

23Muhaimin, dkk., Paradigma Pendidikan Islam, (Bandung: Rosda Karya, 2001), h. 138.

(41)

2. Pengertian Guru/ Ustadz

Dalam proses pembelajaran sangat diperlukan adanya seorang guru yang merupakan salah satu tim, demi tercapainya pembelajaran yang diiginkan.

Guru adalah pendidik yang menjadi tokoh, panutan, dan identifikasi bagi para peserta didik dan lingkungannya. Oleh karena itu guru harus memiliki standar kualitas pribadi tertentu yang mencakup tanggung jawab, wibawa, mandiri dan disiplin.24

Guru adalah pendidik profesional, karena secara implikasi ia telah merelakan dirinya menerima dan memikul tanggung jawab pendidikan yang terpikul di pundak para orang tua. Mereka ini tatkala menyerahkan anaknya ke sekolah, sekaligus melimpahkan tanggung jawab pendidikan anaknya kepada guru.25

Sesuai tahap perkembangan siswa perlu adanya upaya untuk mendorong kemajuan siswa, salah satu upayanya yaitu menyajikan metode yang tepat dalam menghafal Al-Qur’an salah satu syaratnya adalah peran seorang guru. Guru yang berkualitas penuh daya juang yang efektif dan inovatif sangat perlu, karena dalam perkembangan siswa hal tersebut sangat penting seperti yang dikatakan oleh Ravik Karsidi bahwa guru sangat diharapkan mampu membimbing siswa ssesuai peranannya yaitu memberikan keteladanan, pengalaman serta ilmu pengetahuan kepada peserta didik.26 Hal ini juga ditegaskan oleh Sumadi Suryabrata bahwa peranan pendidik sangat

24Mulyasa, Menjadi Guru Professional, ( Bandung; PT. Remaja Rosdakarya, 2007), h.110

25Zakiyah Drajat, Ilmu Pendidikan Islam,..., h.39

26Ravik Karsidi, Sosiologi Perkembangan, (Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2009), h.141.

(42)

besar dalam penentuan pandangan hidup siswa, karena itulah kenali mereka dan berikanlah mereka bimbingan.27

3. Pengertian Tahfîzh

Kata tahfîzh berasal kata asalnya

َْظَْفح

dalam bahasa arab yang berarti menjaga (jangan sampai rusak) memelihara, melindungi.28 Tahfîzh yang berarti menghafal. Menghafal dari kata dasar hafal yang dari bahasa arab hafizha- yahfazhu – hifzhan, yaitu lawan dari lupa, yaitu selalu ingat dan sedikir lupa.29. Sedangkan menurut Abdul Aziz Abdul Rauf definisi menghafal adalah proses mengulang sesuatu baik dengan membaca atau mendengar.30Menghafalkan Al- Qur’an adalah suatu perbuatan yang sangat mulia dan terpuji. Sebab, orang yang menghafalkan Al-Qur’an merupakan salah satu hamba pilihan yang menjadi “Ahlullah” (keluarga Allah) di bumi ini. Itulah sebabnya dalam menghafalAl-Qur’an, diperlukan metode-metode khusus ketika menghafalnya. Sebab di Al-Qur’an terdapat banyak sekali kalimat yang mirip dengan kalimat lain, demikian juga kalimatnya yang panjang-panjang, bahkan mencapai tiga sampai empat baris tanpa adanya waqaf (batas berhenti), namun ada juga ayat yang pendek-pendek. Harapannya, setelah hafal ayat-ayat Allah, hafalan tersebut tidak cepat lupa atau hilang dari ingatan.

27 Sumadi Suryabrata, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada, 2002), h. 64.

28Ahmad WarsonMunawwir, Kamus Arab Indonesia, (Surabaya: Pustaka Progressif, 2000), h. 279.

29Mahmud Yunus, Kamus Arab-Indonesia, (Jakarta: Hidakarya Agung, 1990), h.105

30 Abdul Aziz Abdul Rauf, Kiat Sukses Menjadi Hafidz Qur’an Da’iyah, (Bandung: PT. Syamil Cipta Media, 2004), cet. Ke-4, h.49

(43)

Karena itu, dibutuhkan kedisiplinan dan keuletan dalam menghafal Al-Qur’an.31

4. Pengertian Al-Qur’an

Al-Qur’an secara bahasa berasal dari kata qara’a, yaqro’u, qur’an berarti bacaan atau yang dibaca. Zaenal Abidin mengatakan bahwa Al-Qur’an menurut bahasa berarti bacaan.32 Arti ini dapat kita lihat dalam QS. Al – Qiyâmah ayat 18:

ْحهَنآْرح قْْعِّبَّتاَفْحهَنَْأَرَ قْاَذِّإَف

ْ

Apabila Kami telah selesai membacakannya maka ikutilah bacaannya itu. (QS. Al-Qiyâmah: 18).

Al-Qur’an adalah kalam Allah Swt. yang diturunkan (diwahyukan) kepada Nabi Muhammad Saw. Melalui perantaraan malaikat Jibril, yang merupakan mukjizat, yang diriwayatkan secara mutawatir, yang ditulis di Mushaf, dan membacanya adalah ibadah.33

5. Metode Tahfîzh Al-Qur’an

Metode berasal dari bahasa Yunani (Greeca) yaitu “Metha

dan “Hados”, “Metha” berarti melalui/melewati, sedangkan

“Hados” berarti jalan/cara yang harus dilalui untuk mencapai tujuan tertentu. Menghafal Al-Qur’an merupakan harta simpanan yang

31WiwiAlawiyah Wahid, Panduan Menghafal Al-Qur’an Superkilat, (Yogyakarta:DIVA Press, 2015), h. 13.

32 Zainal Abidin , Seluk Beluk Al-Qur’an, (Jakarta : Rineka Cipta, 1992) , hal. 1

33Ahmad Syarifuddin, Mendidik Anak Membaca, Menulis, dan Mengenal Al-Qur’an, (Jakarta: Gema Insani, 2004), h.16

(44)

sangat berharga yang diperebutkan oleh oleh orang yang bersungguh-sungguh. Hal ini karena Al-Qur’an adalah kalam Allah yang bisa menjadi syafa’at bagi pembacanya kelak dihari kiamat.

Menghafal Al-Qur’an untuk memperoleh keutamaan-keutamaannya memiliki berbagai cara yang beragam.

Metode atau cara sangat penting dalam mencapai keberhasilan menghafal, karena berhasil tidaknya suatu tujuan ditentukan oleh metode yang merupakan bagian integral dalam sistim pembelajaran.

Lebih jauh lagi Peter R. Senn mengemukakan, “ metode merupakan suatu prosedur atau cara mengetahui sesuatu, yang mempunyai langkah-langkah yang sistimatis.”34

Salah satu metode yang diterapkan oleh Rasulullah SAW., adalah metode penyampaian wahyu yang pertama dari malaikat Jibril kepada Nabi Muhammad Saw., ini merupakan metode pembelajaran baca Al-Qur’an yang pertama.35 Dalam surah Al- Qiyamah:

ِّْهِّب َْلَجْعَ تِّل َْكَناَسِّل ِّْهِّب ْْكِّ رَحتُ َْلّ

Janganlah kamu gerakkan lidahmu untuk (membaca) Al Quran karena hendak cepat-cepat (menguasai)nya. (QS. Al- Qiyamah: 16)

Quraish Shihab menafsirkan ayat diatas, saat wahyu diturunkan, hendaknya kamu, Muhammad, tidak menggerakkan lidahmu untuk membaca Al-Qur’an karena didorong oleh keinginan untuk cepat-cepat membaca dan menghafalnya. Sesungguhnya

34 Mujamil Qomar, Epistomologi Pendidikan Islam, (Jakarta : Erlangga, 1995), hal. 20

35Muhammad Amman Ma’mun, Kajian Pembelajaran Baca Tulis Al- Quran, Annaba: Jurnal Pendidikan, Volume 4 No.1, 2018, h. 54.

(45)

Kamilah yang akan mengumpulkannya dalam dadamu dan memantapkan bacaannya di lidahmu. 36

ْحهَنآْْرح قَو ْحهَعَْجَ اَنْ يَلَع َّْنِّإ

Sesungguhnya atas tanggungan Kamilah mengumpulkannya (di dadamu) dan (membuatmu pandai) membacanya. (QS. Al- Qiyamah: 17)

ْحهَنآْرح ق ْْعِّبَّتاَف ْحهَنَْأَرَ ق اَذِّإَف

Apabila Kami telah selesai membacakannya maka ikutilah bacaannya itu. (QS. Al-Qiyamah: 18)

Syaikh Prof. Dr. Wahbah az-Zuhaili menafsirkan, dalam kitabnya al- WajizKemudian Allah memberikan petunjuk atas Nabi- Nya ﷺ tentang tata cara mengikuti wahyu dalam membaca Al Qur’an. Allah memerintahkan kepadanya agar tidak menggerak- gerakkan lisannya dengan bacaan Al Qur’an ketikan dibacakan oleh Jibril Al Qur’an itu; Dimana ﷺ membalas bersamaan dengan bacaan Jibril, dengan sebab Nabi menginginkan untuk segera menghafalnya, karena takut lupa; kemudian Allah melarang akan hal tersebut.

Kemudian Allah mengabarkan urusan Nabi ﷺ, bahwasanya Nabi dibebani untuk menghafal Al Qur’an di dalam dadanya, dengan bacaaan sesuai jalannya wahyu. Allah mengabarkan kepada Nabi- Nya ﷺ, bahwa ia dibebani supaya menjelaskan apa yang dirasa sulit dari memahami makna-makna Al- Qur’an dan hukum-hukumnya.37

Menghafal Al-Qur’an adalah suatu pekerjaan yang berat namun mulia, dalam kegiatan menghafal ada beberapa metode supaya dalam menghafal itu berlangsung dengan baik dan cepat mendapatkan kesuksesan. Sebagaimana yang akan diuraikan dibawah ini, bisa dipilih salah satu yang dianggap sesuai, atau

36 https://tafsirq.com/75-al-qiyamah/ayat-16#tafsir-quraish-shihab

37https://tafsirweb.com/11664-quran-surat-al-qiyamah-ayat-16.html l

(46)

dipakai semua sebagai variasi untuk menghilangkan kejenuhan.

Metode-metode itu antara lain:38

1. Metode (Thariqah) Wahdah

Metode Wahdah yaitu menghafal satu persatu terhadap ayat-ayat yang hendak dihafalnya. Untuk mencapai hafalan awal, setiap ayat biasa dibaca sebanyak sepuluh kali, atau dua puluh kali atau lebih, sehingga proses ini mampu membentuk pola dalam bayangannya.

2. Metode (Thariqah) Kitabah

Kitabah artinya menulis. Metode ini memberikan alternatif lain daripada metode yang pertama. Pada metode ini penghafal terlebih dahulu menulis ayat-ayat yang akan dihafal pada secarik kertas yang telah disediakan untuknya. Kemudian ayat-ayat tersebut dibacanya sehingga lancar dan benar bacaannya, lalu dihafalkannya.

3. Metode (Thariqah) Sima’i

Sima’i artinya mendengar, ialah mendengarkan suatu bacaan yang akan dihafalkannya. Metode ini akan sangat efektif bagi penghafal yang mempunyai daya ingat ekstra, terutama bagi penghafal tunanetra, atau anak-anak yang masih dibawah umur yang belum mengenal tulis baca Al-Qur’an.

4. Metode (Thariqah) Gabungan

Metode ini merupakan gabungan antara metode pertama dan metode kedua, yakni metode wahdah dan kitabah. Hanya saja

38Ahsin Wijaya al-Hafizh. Bimbingan Praktis menghafal Al-Qur’an, (Jakarta: Bumi Aksara, 1994),h. 63-66.

(47)

kitabah (menulis) disini lebih memiliki fungsional sebagai uji coba terhadap ayat-ayat yang telah dihafalnya. Maka dalam hal ini, setelah penghafal selesai menghafal ayat, ia kemudian mencoba menuliskannya diatas kertas yang telah disediakan untuknya dengan hafalan itu pula.

5. Metode (Thariqah) Jama’

Metode Thariqah ini ialah cara menghafal yang dilakukan secara kolektif, yakni ayat-ayat yang dibaca secara kolektif atau bersama-sama, dipimpin oleh seorang instruktur.39

Pertama, intruktur membacakan satu ayat atau beberapa ayat dan siswa menirukan bersama-sama. Kemudian instruktur membimbing lagi dengan mengulang kembali ayat- ayat tersebut dan diikuti oleh siswa.

6. Metode Tahfîzh di Pondok Pesantren Al-Baqiyatush Shalihat Sudah menjadi pengetahuan umum bahwasanya metode yang tepat akan mempengaruhi juga pada ketepatan tercapainya tujuan.

Beberapa metode tahfîzh yang diterapkan di Pondok Pesantren Al- Baqiyatush Shalihat, yaitu metode menghafal beberapa ayat atau satu ayat, metode membagi satu halaman menjadi tiga bagian, menghafal per halaman, menghafal ayat- ayat panjang, metode menambah hafalan baru dengan memerhatikan hafalan lama, metode mengulang, menyetokan hafalan kepada guru tahfîzh, membuat target hafalan, metode sima’an dengan sesama santri, dan memperbanyak membaca Al-Qur’an.

39 Ahsin Wijaya al-Hafizh. Bimbingan Praktis menghafal Al-Qur’an, (Jakarta: Bumi Aksara, 1994),h. 63-66.

(48)

B. Faktor Pendukung dan Penghambat dalam menghafal Al-Qur’an 1. Faktor Pendukung

Tidak jarang dalam sebuah pencapaian ada faktor yang menghambat dan mendukung, pertama penulis akan memaparkan faktor pendukung yang secara umum yakni sebagai berikut:40

a. Motivasi santri untuk menghafal Al-Qur’an

Motivasi/ Dorongan keluarga untuk menghafal Al-Qur’an di pondok pesantren, umumnya dari orang tua. Orang tua mendorong anaknya menghafal Al-Qur’an agar mempunyai anak yang sholeh berguna bagi agama, nusa, dan bangsa.

Dalam menghafal, santri membutuhkan rangsangan berupa motivasi dari orang tua dan kyai. Semakin tepat rangsangan yang diberikan kepada santri, maka semakin cepat bagi santri untuk menghafal ayat-ayat Al-Qur’an. Demikian pula teman- teman santri mendorong dan saling memberi motivasi untuk terus menghafal Al-Qur’an.

b. Pengetahuan dan Pemahaman Tentang Al-Qur’an

Pengetahuan tentang Al-Qur’an juga menjadi salah satu faktor dalam menumbuhkan keinginan untuk menjadi penghafal Al-Qur’an, mengetahui hakikat Al-Qur’an, kemuliaan zat dan esensi Al-Qur’an, fungsi Al-Qur’an bagi manusia, memahami bahwasanya adalah kitab terakhir yang paling sempurna paling kompleks yang Allah turunkan kepada makhluk yang sempurna yang utama, keutamaan membacanya, menghafalnya dan menjaganya.

40 http://www.jejakpendidikan.com/, di akses tanggal 2 Agustus 2020.

(49)

Adapun secara khusus terbagi menjadi faktor internal dan eksternal, yakni:41

1) Faktor Internal

Faktor internal adalah keadaan jasmani dan rohani siswa/

santri, yang berasal dari dalam diri santri. Ini merupakan pembawaan masing- masing dan sangat menunjang keberhasilan belajar atau kegiatan mereka.

Beberapa faktor yang yang berasal dari diri siswa antara lain sebagai berikut:

a) Bakat dan minat

Secara umum, bakat (aptitude) adalah komponen potensial seorang siswa untuk mencapai keberhasilan pada masa yang akan datang. Dalam hal ini siswa alias santri yang memiliki bakat dalam menghafal Al-Qur’an akan lebih tertarik dan lebih mudah menghafal Al-Qur’an. Dengan dasar bakat yang dimiliki tersebut, maka pencapaian tujuan metode dalam menghafal Al-Qur’an akanlebihefektif.

Adapun minat secara sederhana berarti kecenderungan dan kegairahan yang sangat tinggi atau keinginan besar terhadap sesuatu. Siswa yang memiliki minat untuk menghafal Al-Qur’an akan secara sadar dan bersungguh- sungguh berusaha menghafalkan kitab suci ini bahkan sebelum diperintah kyai/ ustadz. Minat yang kuat akan mempercepat keberhasilan usaha menghafal Al-Qur’an.

41http://www.jejakpendidikan.com/, di akses tanggal 2 Agustus 2020.

(50)

b) Motivasi Siswa

Yang dimaksud motivasi disini adalah keadaan internal organisme (baik manusia atau hewan) yang mendorong untuk berbuat sesuatu. Siswa yang menghafal kitab suci ini pasti termotivasi oleh sesuatu yang berkaitan dengan Al-Qur’an.

Bisa karena kesenangan terhadap Al-Qur’an atau karena sudah bisa/pandai dalam membacanya, atau karena keutamaan yang dimiliki oleh para penghafal Al-Qur’an. Oleh karena dalam kegiatan menghafal Al-Qur’an dituntut kesungguhan tanpa mengenal bosan dan putusasa. Untuk itulah motivasi yang berasal dari diri sendiri sangat penting dalam rangka mencapai keberhasilan, yaitu mampu menghafal Al-Qur’an 30 juz dalam waktu tertentu.42

c) Kecerdasan

Kecerdasan merupakan salah faktor yang sangat penting dalam menunjang keberhasilan dalam menghafal Al-Qur’an.

Kecerdasan ini adalah kemampuan psikis untuk mereaksi dengan rangsangan atau menyesuaikan melalui cara yang tepat. Dengan kecerdasan yang dimiliki ini, mereka yang menghafal Al-Qur’an akan merasakan sendiri bahwa kecerdasan akan berpengaruh terhadap keberhasilan menghafal Al-Qur’an.

d) Usia yang cocok

Penelitian membuktikan bahwa ingatan pada usia anak- anak lebih kuat dibandingkan dengan usia dewasa. Pada usia muda, otak manusia masih sangat segar dan jernih, sehingga

42 http://www.jejakpendidikan.com/, di akses tanggal 2 Agustus 2020.

(51)

hati lebih fokus, tidak terlalu banyak kesibukan, serta masih belum memiliki banyak problem hidup. Untuki tulah usia yang cocok dalam upaya menghafal Al-Quran ini sangat berpengaruh terhadap keberhasilannya dalam menghafalnya.

Adapun usia yang cocok adalah pada usia sekitar 5 tahun hingga 25 tahun.43

2) Faktor Eksternal

Faktor eksternal adalah kondisi atau keadaan di lingkungan sekitar siswa. Hal ini berarti bahwa faktor-faktor yang berasal dari luar diri siswa juga ada yang bisa menunjang keberhasilan dalam menghafal Al-Quran. Adapun faktor eksternal antara lain yaitu:

a) Tersedianya guru qira’ah maupun guru tahfîzh (instruktur)

Keberadaan seorang instruktur yang mumpuni ilmu ke- Al-Qur’anannya, lagi berpengalaman. Karena dua hal tersebut sangat dibutuhkan seorang guru tahfîzh dalam memberikan bimbingan kepada siswa/ santri sehingga sangat berpengaruh positif terhadap keberhasilan santri dalam menghafal Al-Qur’an. Faktor ini sangat menunjang kelancaran mereka dalam menghafal, karena jika tanpa pembimbing, kemungkinan besar hafalan Al-Qur’an yang dimiliki mereka asal-asalan, banyak yang keliru (dari segi bacaan, menyambung ayat hafalan, memahami isi

43http://www.jejakpendidikan.com/, diakses pada tanggal 2 Agustus 2020.

(52)

kandungan ayat, dsb), bahkan bermutu rendah atau kurang berkualitas.44

b) Pengaturan waktu dan pembatasan pembelajaran Al- Qur’an

Siswa dalam menghafal Al-Qur’an diperlukan waktu yang khusus dan beban pelajaran yang tidak memberatkan para penghafal yang mengikuti tahfîzh Al-Qur’an, dengan adanya waktu khusus dan materi tidak terlalu berat yang dipelajari para siswa (santri), maka santri akan lebih berkonsentrasi untuk menghafalkan Al-Qur’an. Selain itu dengan adanya pembagian waktu akan bisa memperbaharui semangat, motivasi dan kemauan, meniadakan kejenuhan dan kebosanan. Dengan adanya semua ini, maka kondisi kegiatan menghafal Al-Qur’an menjadi rileks dan penuh konsentrasi.

c) Faktor lingkungan sosial (organisasi, pesantren, dan keluarga)

Lingkungan adalah suatu faktor yang mempunyai peranan yang sangat penting terhadap berhasil tidaknya pendidikan agama.45 Hal ini beralasan, bahwa lingkungan para siswa dapat menimbulkan semangat belajar yang tinggi sehingga aktifitas belajarnya semakin meningkat.

Masyarakat sekitar organisasi, pesantren, keluarga

44 www. Laduni.id di akses tanggal 2 Agustus 2020.

45www. Laduni.id di akses tanggal 2 Agustus 2020.

Gambar

Tabel 3.1  Siklus Penelitian
Tabel 3.2  Sumber Data
Tabel 3.3  Data Informan
Tabel 4.6  Kegiatan Pesantren

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

i LEMBAR PERNYATAAN Yang bertanda tangan dibawah ini : Nama : Syafril Pajar Npm : 2014570102 Program Studi : Manajemen Perbankan Syariah Fakultas : Agama Islam Judul Skripsi :