• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV PENUTUP

B. Saran

LAMPIRAN-LAMPIRAN

36 BAB II

PAPARAN DATA DAN TEMUAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

1. Letak Geografis Kelurahan Dasan Cermen

Kelurahan Dasan Cermen adalah salah satu kelurahan yang ada di Wilayah Kecamatan Sandubaya Kota Mataram. Kelurahan Dasan Cermen merupakah salah satu dari 7 kelurahan yang ada di Kecamatan Sandubaya Kota Mataram. Kelurahan Dasan Cermen memiliki batas Wilayah dengan Kelurahan-kelurahan sebagai berikut:

Tabel 2.1

Batas Wilayah Kelurahan Dasan Cermen

No Batas Desa/kelurahan Kecamatan

1 Sebelah Utara Abiantubuh Baru Sandubaya 2 Sebelah Selatan Bagek Polak Labuapi

3 Sebelah Timur Babakan/bengkel Sandubaya/labuapi 4 Sebelah Barat Pagutan Timur Mataram

Kelurahan Dasan Cermen Kecamatan Sandubaya Kota Mataram terbagi dalam 5 Wilayah pemerintahan yang berupa Lingkungan/dusun, dan masing- masing Lingkungan dikepalai oleh seorang Kepala Lingkungan.39 Yang

39Dokumen, Profil Kelurahan Dasan Cermen, 5 November 2020.

31

37

bertanggung jawab kepada Kepala Lurah. Adapun nama-nama Lingkungan yang ada di Kelurahan Dasan Cermen adalah sebagai berikut:

a. Dasan Cermen Timur b. Dasan Cermen Barat c. Dasan Cermen Selatan d. Dasan Cermen Utara e. Dasan Cermen Asri 2. Visi Dan Misi

Visi Kelurahan :

Mewujudkan pemerintahan yang efektif, kelurahan yang asri (aman, sehat sejahtera, religius mandiri) dan berbudaya.

Misi :

a. Meningkatkan sistem pelayanan terhadap masyarakat b. Mengembangkan SDM yang beriman dan bertaqwa c. Melestarikan budaya gotong royong

d. Melaksanakan kegiatan kamtibmas e. Melaksanakan kegiatan PHBS

f. Meningkatkan pelayanan posyandu, posbindu, BKB

g. Meningkatkan peran serta lembaga-lembaga sosial kemasyarakatan

h. Meningkatkan usaha perekonomian kerakyatan dengan mengoptimalkan potensi daerah yang didukung oleh kemandirian masyarakat

38

i. Meningkatkan peran serta kader posyandu, dasawisma, dan kelompok PKK lingkungan

j. Upaya peningkatan pendidikan dan dan keterampilan masyarakat k. Upaya peningkatan infrastruktur wilayah

l. Upaya perbaikan sanitasi dan pengelolaan sampah berbasis masyarakat m. Melestaraikan budaya dan adat istiadat lokal

3. Keadaan Demografis Kelurahan Dasan Cermen

Jumlah penduduk di Kelurahan Dasan Cermen secara keseluruhan berjumlah 5139 orang. Jika di paparkan jumlah penduduk laki-laki sebanyak 2546 orang dan jumlah penduduk perempuan sebanyak 2593 orang. Jumlah Kepala Keluarga yang ada sebanyak 1580 KK, dan kepadatan penduduk mencapai 3235 per km.40 Adapun data jumlah penduduk Kelurahan Dasan Cermen adalah sebagai berikut:

Tabel 2.2

Jumlah Penduduk Kelurahan Dasan Cermen

No Jenis Kelamin Jumlah

1 Laki/laki 2546 orang

2 Perempuan 2593 orang

Jumlah Total 5139 orang

Jumlah Kepala Keluarga 1580 KK

40Dokumen, Profil Kelurahan Dasan Cermen, 5 November 2020.

39

Kepadatan Penduduk 3235 Km

4. Prasarana dan SaranaKelurahan Dasan Cermen a. Prasarana Peribadatan

Tabel 2.3

Prasarana Peribadatan

No Nama Peribadatan Jumlah

1 Masjid 2 buah

2 Mushola 8 buah

3 Wihara 1 buah

4 Pura 1 buah

b. Prasarana Olahraga

Tabel 2.4 Prasarana Olahraga

No Jenis Olahraga Jumlah 1 Lapangan Bulu Tangkis 3 buah 2 Meja Pingpong 5 buah 3 Lapangan Tenis 1 buah 4 Lapangan Voli 1 buah 5 Lapangan Basket 1 buah

40 c. Prasarana dan Sarana Kesehatan

Tabel 2.5

Prasarana dan Sarana Kesehatan

No Nama Prasarana dan Sarana Jumlah

1 Rumah sakit umum 1 buah

2 Puskesmas pembantu 1 buah

3 Apotik 1 buah

4 Posyandu 6 buah

5 Kantor praktek dokter 1 buah

6 Dokter gigi 1 orang

7 Dukun bersalin 1 orang

8 Bidan 2 orang

9 Perawat 4 orang

10 Dukun pengobatan alternatif 1 orang

41 d. Prasarana dan Sarana Kebersihan

Tabel 2.6

Prasarana dan Sarana Kebersihan

No Nama Prasarana dan Sarana Jumlah 1 Tempat pembuangan sementara 5 lokasi 2 Tempat pembuangan akhir 1 lokasi

3 Gerobak sampah 10 unit

4 Satgas kebersihan 5 kelompok

5 Anggota satgas kebersihan 10 rang

5. Data Anak Broken Home

Tabel 2.7

Data Anak Broken Home

No Nama Korban Umur Alamat

1 Dende Novia Essa Fitry 17 tahun Dasan Cermen Asri

2 Yuliana 15 tahun Dasan Cermen Timur

3 Hairil Ashab 16 tahun Dasan Cermen Timur

4 Ulfia Antari 15 tahun Dasan Cermen Timur

5 Tyas 16 tahun Dasan Cermen Timur

42

B. Resiliensi Dalam Menangani Dampak Anak Broken Home

Perceraian memang tidak hanya menimbulkan dampak bagi pasangan yang bercerai tetapi juga anak-anak akan terkena dampaknya. Anak akan merasa terperangkap di tengah-tengah saat orangtua bercerai. Rasa marah, takut, cemas akan perpisahan, sedih, dan malu merupakan reaksi tidak sengaja bagi kebanyakan anak dari dampak perceraian.

Dampak dari broken home juga dapat berakibat kepada hal-hal berikut : Pertama, seseorang yang mengalami broken home akan menimbulkan orang malas belajar dan merasa tidak bersemangat dalam hidupnya. Kedua, mulai memberontak, bersifat kasar, tidak peduli kepada orang lain, suka merusak, dan pergaulan bebas.

Menurut Grotberg resiliensi adalah kemampuan atau kapasitas insani yang dimiliki seseorang, kelompok, atau masyarakat yang memungkinkannya untuk menghadapi, mencegah, meminimalkan dan bahkan menghilangkan dampak- dampak yang merugikan dari kondisi-kondisi yang tidak menyenangkan, atau bahkan mengubah kondisi kehidupan yang menyengsarakan menjadi suatu hal yang wajar untuk diatasi.41

1. Dari hasil wawancara yang dilakukan dengan anak broken home yang bernama Dende novia essa fitry yang berumur 17 tahun, tinggal di Dasan

41Salsabila Wahyu Hadianti, R. Nunung Nurwati, Rudi Saprudin Darwis, “Resiliensi Remaja Berprestasi dengan Latar Belakang Orangtua Bercerai”, Jurnal Penelitian & PKM, Vol. 4, Nomor 2, Juli 2017, hlm. 226.

43

Cermen Asri bersekolah di SMAN 8 MATARAM. Termasuk anak yang perperilaku agresif, emosian tinggi, suka bergaul dengan teman cowoknya dan hampir jarang bermain dengan teman ceweknya. Karena Essa anaknya supel dalam bergaul. Suka membolos dan sering merokok di sekolahnya.

Tutur bahasanya kasar dan suka ceplas ceplos dan sering menggunakan bahasa yang kasar. Essa orangnya sangat cantik, memiliki tato dibelakang pundaknya, berkulit putih dan selalu menggunakan celana pendek, suka keluar malam dan jarang di rumah, dan pergaulan bebas. Anak dari pasangan keluarga yang bernama ibu Fatmawati dan bapak Jalaludin, yang berpenghasilan 2.000.000 perbulan dan itu termasuk berkecukupan untuk memenuhi kebutuhan mereka sehari-hari. Ketika dia mengalami rasa sedih, kecewa, atau marah, anak dari broken home tersebut mengungkapkan atau mengekspresikan rasa sedih, kecewa, marah dengan cara yang berbeda-beda.

Salah satunya mengekspresikan emosinya dengan diam dan ada pula yang mengungkapkan emosinya dengan menceritakan pengalaman kepada orang lain. Perceraian dalam keluarga yang dirasakan Essa merupakan tekanan batin yang sangat menyakitkan dan membuat emosinya kadang berubah- ubah. Ia menginginkan hidup dalam keluarga yang utuh, kehadiran orangtua dan ikut berperan di kehidupannya itu yang dia harapkan. Essa mengalami hidup yang tidak sehat secara mental dan tidak bahagia walaupun itu hanya sesaat. Akan merasakan tekanan batin dan bingung sebagaimana penuturannya saat wawancara :

44

“Awalnya tidak percaya kak kalau orangtua saya pisah. Saya sebagai anak merasakan sakit batin yang hebat. Ketika ada masalah seperti ini, saya lebih memilih untuk keluar main dan kumpul sama teman- teman, bercanda kak. Sesekali saya ikut ngerokok, ngevave juga biar pikiran saya tenang.”42

Bagi Essa, dengan merokok dan ngevave dan bercanda sama teman- temannya dapat mengurangi beban pikirannya. Hal ini dilakukan oleh Essa yang merasakan kecewa dengan orangtuanya. Essa mengungkapkan :

“Saya kadang kecewa sama orangtua saya, apa yang saya lakukan sekarang ini karena lepas dari tanggung jawab mereka. Dan saya sendiri tidak tahu harus ngelakuin apa jadi saya menyelesaikan masalah dengan bergaul sama teman saya yang cowok maupun cewek, kadang saya mengajak kerumah untuk menghibur saya, ngerokok juga sangat membantu saya biar tenang. Toh juga orangtua saya gak tinggal serumah sekarang sama saya.”43

Hal ini dibenarkan oleh teman sebayanya di rumah yaitu Eka mengatakan bahwa :

“Essa kalau berpakaian tidak pernah tertutup, selalu memakai pakaian yang terbuka. Kadang saya menegur dia tapi jawabannya bodoamat. Kadang juga pernah di depan saya dia ngerokok, saya mencoba untuk menegurnya tetapi dia cuma ketawa aja seakan tidak peduli.”44

Hal ini dibenarkan juga oleh tetangganya Essa inak Ati bahwa :

“Saya melihat dirumahnya banyak mengundang temannya cowok maupun cewek. Apalagi saya tahu kalau ibunya tidak tinggal satu rumah sama dia, dan dia kerja diluar, kemudian dia tinggal di rumah suami barunya di Lingsar. Kadang suka pulang ke rumah cuma sebentar lihat warung yang dia buka di rumahnya dan menyuruh anaknya buat jagain, udah cuma itu aja dah. Ibunya juga tidak peduli kalau anaknya begitu.”45

42Essa, 17 Tahun, Wawancara, Dasan Cermen, 19 Oktober 2020.

43Essa, 17 Tahun, Wawancara, Dasan Cermen, 19 Oktober 2020.

44Eka, 17 Tahun, Wawancara, Dasan Cermen, 19 Oktober 2020.

45Inak Ati, 40 Tahun, Wawancara, Dasan Cermen, 19 Oktober 2020.

45

Sedangkan permasalahan ini terkait dengan perceraian orangtua Essa. Essa mengaku sebal dengan ibunya terkait sikap ibunya yang memilih tinggal dengan suami barunya. Meskipun Essa masih belum memiliki harapan yang besar tentang masa depannya. Dia juga sempat mikir bahwa pingin jadi orang yang berguna.

“Disisi lain saya mikir kak masak saya harus kayak gini terus, tetapi yang namanya setan ada aja yang menghasut saya buat nakal lagi.

Apalagi lingkungan teman-teman saya udah begini mau apalagi dong kak, jalanin aja sudah semoga saya bisa melalui semua ini”.46

2. Dari hasil wawancara yang dilakukan dengan anak broken home yang bermana Hairil Ashab yang berumur 16 tahun, tinggal di Dasan Cermen Timur bersekolah di SMAN 8 MATARAM. Termasuk anak yang emosinya tidak stabil, suka memberontak, sering marah sama neneknya. Suka membolos dan sering merokok di sekolahnya. Tutur bahasanya kasar dengan suara intonasi yang tinggi. Hairil orangnya biasa-biasa aja tidak ganteng dan tidak juga jelek, memiliki kulit yang hitam manis, sering keluar malam bersama temannya dan nongkrong dijalanan. Anak dari pasangan keluarga yang bernama ibu Zuriah dan Alm. Bapak Hasan, yang berpenghasilan kira- kira 2.600.000 perbulan. Akan tetapi Hairil sekarang tinggal bersama neneknya yang bernama papuq Minah. Dia sangat menyadari perubahan sikap setelah ia beranjak remaja, perceraian bagi Hairil merupakan kematian

46Essa, 17 Tahun, Wawancara, Dasan Cermen, 19 Oktober 2020.

46

salah satu keluarganya dan rasanya seperti separuh dari dirinya hilang.

Hidup tidak sama sekali sama setelah kedua orangtuanya bercerai karena faktor bapaknya sudah meninggal yang mengakibatkan ibunya Hairil harus nikah lagi. Dan mereka harus menerima kesedihan dan perasaan hilang yang mendalam dan berdampak negatif seperti merokok, membolos dan bergaul dengan teman yang salah. Seperti yang diakatakan tetangganya ibu Hj. Suri bahwa :

“Sebenarnya Hairil anaknya baik, emang dia pendiam tapi itu kan karena dia tinggal sama neneknya. Pernah juga saya mendenger mereka berantem sama neneknya masalah dia tidak dikasih keluar malam-malam pas tahun baru. Biasalah yang namanya nenek-nenek bawaannya pasti khawatir sama cucunya.”47

Apalagi Hairil ini kan masih sangat labil dan dia sangat membutuhkan peran penting dari orangtuanya, apalagi dia kan anak lelaki akan sangat wajar bahwa dia sangat membutuhkan peran penting seorang bapak. Karena bapak adalah salah satu kepala keluarga yang mengayomi anak-anaknya. Semenjak bapaknya meninggal dia mulai terpuruk dan sangat mendalam merasakan kehilangan yang mendalam. Dan sekarang itu yang menyebabkan Hairil melampiaskan semua kesedihannya dengan cara merokok, bergaul sama temannya, dan bahkan sering membolos di sekolah.

Seperti yang dikatakan oleh Hairil sendiri yang mengatakan bahwa :

“Sebenernya saya dulu tidak nakal kak, saya malah sayang sama nenek saya apalagi dia sudah tua. Tetapi kesedihan saya lampiasin dengan membolos sekolah, merokok, main sama teman saya, tetapi

47Ibu HJ. Suri, 40 Tahun, Wawancara, Dasan Cermen, 20 Oktober 2020.

47

cuma sebatas itu aja tidak sampai yang nakalnya kayak minum- minum itu.”48

Papuq Minah juga membenarkan bahwa :

“Saya pernah dipanggil sama guru BK kalau Hairil bolos sekolah, saya kaget waktu dipanggil ke sekolah. Tetapi saya bilang sama gurunya, maafin cucu saya mungkin dia begitu karena bapaknya sudah meninggal dan ibunya tidak diam sama dia dan tinggal di rumah suami barunya. Itu juga Hairil sendiri yang tidak mau diam sama ibunya karena takut bapak tirinya galak. Jadi perkataan saya kadang suka tidak didengarkan makanya dia lampiasin ke bolos.”49 Dan disini peran orangtua sangat menentukan tingkat pergaulan anak dalam melakukan segala hal. Kondisi keluarga yang lengkap dengan kehadiran orangtua dapat memotivasi anak untuk terus melangkah lebih baik dan menjauhkan segala keonaran dalam dirinya. Kepribadian Hairil juga menentukan dalam resiliensinya. Secara karakter memang Hairil adalah anak yang pembuat onar apalagi dalam usianya yang labil dan dia menganggap bahwa dia cowok jadi dia akan berfikir toh juga dia anak cowok wajar nakal. Apalagi setelah kejadian perceraian orangtuanya ia lebih sering tempramen. Tempramen adalah perilaku karakter cara merespon emosi individu. Hairil menjadi lebih sensitive dan suka sekali marah-marah saat ditegur dan diberi nasihat dari pihak keluarga maupun orang lain.

3. Dari hasil wawancara yang dilakukan dengan anak Anak broken home yang bernama Tyas yang berumur 16 tahun, tinggal di Dasan Cermen Timur

48Hairil, 17 Tahun, Wawancara, Dasan Cermen, 20 Oktober 2020.

49Papuq Minah, 68 Tahun, Wawancara, Dasan Cermen, 20 Oktober 2020.

48

bersekolah di SMAN 8 MATARAM. Termasuk anak yang berperilaku baik, murid yang pintar di sekolahnya dan selalu mendapat rangking di sekolahnya, selalu mengikuti kegiatan yang diadakan remaji masjid dalam kegiatan apapun, bersikap sopan kepada orang lain, mengetahui kegiatan- kegiatan agama, dan berbaur dengan masyarakat. Tutur bahasanya yang lembut dengan suara intonasi yang halus. Tyas memiliki kulit yang hitam manis, tidak bosan untuk dilihat. Anak dari pasangan keluarga yang bernama ibu Lilik dan Bapak Eko, yang berpenghasilan kira-kira 3.720.000 perbulan.

Akan tetapi Tyas sekarang tinggal bersama neneknya yang bernama papuq Siti. Tyas juga merasa senang tinggal bersama neneknya dan menyetujui ibunya tinggal bersama suami barunya. Bahwa dia memiliki keyakinan yang sangat tinggi untuk meraih cita-cita yang dia inginkan, oleh karena itu dia selalu berfikir positif bahwa cita-citanya harus tercapai dengan cara apapun.

Oleh karena itu dia berusaha keras mempersiapkan segala hal yang akan membantu dia untuk menggapai cita-citanya.

Disini anak yang menjadi korban broken home tersebut mencoba mencari dukungan dan support secara emosional maupun sosial dari orang lain seperti dukungan dan nasihat dari orangtua, sahabat, dan orang terdekat yang dipercaya. Seperti yang disampaikan papuq Siti yaitu nenek dari Tyas yang menjadi korban broken home beliau mengatakan :

“Tyas dulu sedih waktu sudah mengerti orangtuanya bercerai, malah sempat tidak mau menemui mereka. Tetapi saya menasihati Tyas

49

tidak boleh begitu sama orangtua, bagaimanapun itu tetap orangtua yang melahirkan dia dan masih membiayai sekolahnya.”50

Dari permasalahan yang dihadapi, Tyas berusaha bangkit dari keterpurukannya. Faktor yang mendukung proses resiliensi berupa faktor yang ada di dalam diri Tyas (internal) dan dorongan dari luar (eksternal).

Faktor internal yang mendukung berupa semangat belajar dan cita-cita masa depan yang cemerlang, dan aktif dalam kegiatan bermasyarakat di rumahnya. Hal ini berdasarkan observasi peneliti.

Faktor eksternal dukungan dari saudara Tyas yang selalu memberi motivasi dan semangat untuk tetap tegar menghadapi permasalahan yang sedang di hadapi. Hal yang dikatakan Novi kakak misan dari Tyas mengatakan bahwa :

“Saya tidak pernah bosan untuk mengingatkan adik saya untuk terus belajar dan melupakan masalah perceraian orangtuanya. Walaupun sempat sesekali mengingat kedua orangtuanya, akan tetapi saya sebagai kakaknya memberi saran lebih baik di doakan saja semoga ada jalan yang terbaik untuk kedua orangtuanya.”51

Selain itu ada dukungan dari teman sebayanya yaitu Mif yang mengikuti salah satu kegiatan iziban yang diadakan setiap malam jum’at yang mengatakan bahwa :

“Tyas aktif di kalangan remaji masjid sebagai panitia, dan mengikuti kegiatan iziban. Saya tahu kalau Tyas keluarga broken home tetapi saya tidak pernah melihat dia murung atau sedih kayak anak lainnya yang masalahnya sama seperti dia. Setahu saya kalau anak broken home itu kan biasanya sedih, nakal, pendiam, dan jarang bergaul.

50Papuq Siti, 67 Tahun, Wawancara, Dasan Cermen, 17 Oktober 2020.

51Novi, 32 Tahun, Wawancara, Dasan Cermen, 17 Oktober 2020.

50

Tetapi kalau Tyas berbeda sama yang lainnya, dia kayak anak normal yang tidak punya masalah sama sekali. Hal itu yang membuat saya salut sama Tyas karena bisa melalui masalah ini karena tidak semuanya orang bisa seperti Tyas.”52

Hal sependapat yang dilakukan oleh teman sekolahnya Tyas tepatnya satu kelas yaitu Rahma juga mengatakan bahwa :

“Tyas anak yang pintar dikelas, dia juga menempati posisi sebagai OSIS di sekolah SMAN 8 MATARAM. Tyas juga orangnya pintar bergaul, tidak sombong, tidak pelit ilmu, baik, dan ramah juga.

Walaupun anak broken home tetapi Tyas mampu melewati semua ini.”53

Karakter anak yang mempunyai semangat dalam belajar dengan latar belakang orangtua bercerai tentunya telah melakukan proses.

Mengembangkan kemampuan dirinya untuk penyesuaian atas apa yang terjadi yang dialami oleh orangtuanya. Hal itu menunjukkan bahwa anak mampu menghadapi, mencegah, meminimalkan dampak-dampak yang diakibatkan oleh perceraian kearah yang lebih positif. Yakni dengan cara menggapai prestasi dan cita-citanya.

Berdasarkan wawancara peneliti dengan anak, semangat belajar Tyas cukup baik dan dia termasuk anak yang pintar di kelasnya, selalu mendapatkan posisi rangking pertama. Tyas juga sempat memperlihatkan penghargaan sertifikat, dan beberapa pialanya ketika sedang saya wawancarai. Itu menunjukkan bahwa Tyas memang serius dengan belajarnya dan tidak mau

52Mif, 16 Tahun, Wawancara, Dasan Cermen, 17 Oktober 2020.

53Rahma, 16 Tahun, Wawancara, Dasan Cermen, 17 Oktober 2020.

51

menyia-nyiakan sekolahnya, apalagi ada nenek yang membesarkan dia dan itu menjadi salah satu motivasinya untuk tetap bertahan. Semangat belajar yang dia terapkan di mindsetnya menyebabkan Tyas mempunyai harapan dan cita-cita ke depan yang lebih baik dan Tyas berharap kejadian perceraian yang terjadi di kehidupannya tidak akan pernah terulang kembali.

4. Dari hasil wawancara yang dilakukan dengan anak broken home yang bernama Ulfia Antari yang berumur 15 tahun, tinggal di Dasan Cermen Timur bersekolah di SMKN 2 MATARAM. Termasuk anak yang berperilaku baik, murid yang pintar di sekolahnya dan selalu mendapat rangking di sekolahnya, bersikap sopan kepada orang lain, akan tetapi jarang keluar rumah dan lebih banyak menghabiskan waktunya di rumah membantu ibunya, dan tidak mudah untuk bergaul dengan temannya. Tari memiliki kulit yang hitam manis, hidung yang mancug, tidak bosan untuk dilihat.

Anak dari pasangan keluarga yang bernama ibu Aen dan Bapak Opik, yang berpenghasilan kira-kira 3.000.000 perbulan, yang mengandalkan warung yang di buka di depan rumahnya, Akan tetapi Tari sekarang tinggal bersama ibu kandungnya dan bapak tirinya yaitu bapak H. Muhid. Akan tetapi Tari merasa malu tinggal bersama bapak tirinya dan jarang berkomunikasi ketika waktu di rumah. Bahwa ketika dia melihat orang yang sedang kesusahan dia berusaha untuk membantu orang tersebut. Selain itu ketika dia melihat temannya yang bernasib sama seperti dirinya dia merasa sangat sedih dan berbagi pengalaman dengan temannya tersebut dan berusaha untuk

52

menguatkan satu sama lain supaya tidak bersedih lagi. Tari dalam hal ini lebih dekat dengan mamaknya, karena bapaknya sudah pisah dan hilang kabar sama sekali. Hal ini berdasarkan penjelasannya bahwa Tari lebih suka bercerita sama mamaknya, Tari juga anaknya kurang percaya diri :

“Dulu kak kalau setiap duduk bareng sama mamak, mamak selalu menasihati saya buat lebih giat belajar supaya menjadi anak pintar, berguna di masyarakat. Sebenernya pingin curhat sama bapak karena sebagai pemimpin kan, tetapi nomor hp nya saya tidak punya kak, sudah berapa tahun mungkin saya tidak pernah ketemu sama bapak.

Dulu waktu masih SD saya selalu cerita sama bapak kalau ada apa- apa disekolah.”54

Keterbukaan adalah salah satu bentuk keharmonisan semua keluarga, ini nampak jelas yang dirasakan oleh Tari ketika orangtuanya masih bersama.

Anak sangat mengharapkan hubungan yang baik antara anak dan orangtua, saling menghargai pendapat dan penerimaan yang baik sama orangtua. Hal semacam itu sangat diharapkan akan berlangsung lama oleh anak dan tidak terbayangkan sekali pun akan terjadi perceraian.

Hal sependapat yang dikatakan oleh mamaknya Tari yaitu ibu Aen:

“Apalagi kalau di rumah ketika ada kegiatan lomba di desa, saya menyuruh anak saya ikut biar percaya diri. Tetapi jawabannya selalu nolak, alasannya karena tidak berani dilihat banyak orang, malu lah, dan kurang percaya diri.”55

Perkataan mamaknya dibenarkan oleh Putri teman satu sekolahnya, dan rumahnya juga bersampingan dengan Tari mengatakan bahwa :

54Tari, 15 Tahun, Wawancara, Dasan Cermen, 1 November 2020.

55Ibu Aen, 45 Tahun, Wawancara, Dasan Cermen, 1 November 2020.

53

“Tari kalau di kelas waktu disuruh maju sama guru ke depan buat mengerjakan soal, dia tidak percaya diri karena takut salah kalau misalkan ditertawakan sama teman yang lain. Padahal anaknya pintar di kelas cuma tidak kelihatan pintarnya karena tidak percaya diri sehingga dilihat seperti anak biasa dikelas. Padahal dia selalu dapat rangking dikelas.”56

Bagi Tari perceraian ini memang tidak mudah untuk dia hadapi. Akan muncul pengaruh negatif dalam dirinya. Perasaan yang pertama muncul pastinya sedih, dan anak akan menganggap keluarganya sebagai pondasi dan kedua orangtuanya yang mulanya sebagai pelindung buat dia akan dapat merasa tergoncang.

Tari merupakan anak tunggal, dia tidak dapat mengekspresikan emosinya semenjak orangtuanya berpisah. Seperti dicerminkan rasa kurang percaya diri, takut, yang menyebabkan Tari agak kesulitan menjalankan kehidupan sehari-harinya. Bahkan dalam penelitian ini, Tari hampir tidak bersedia ketika diwawancarai oleh peneliti karena malu untuk bercerita.

5. Dari hasil wawancara yang dilakukan dengan anak broken home yang bernama Yuliana yang berumur 15 tahun, tinggal di Dasan Cermen Timur bersekolah di SMAN 8 MATARAM. Termasuk anak yang berperilaku sangat pendiam, jarang bergaul, dan lebih banyak menghabiskan waktu di rumahnya, Tutur bahasanya yang lembut dengan suara intonasi yang halus, tidak banyak bicara kepada orang lain. Tyas memiliki kulit yang hitam, tidak pernah merawat diri karena tidak ada yang membiayai keperluannya. Anak

56Putri, 15 Tahun, Wawancara, Dasan Cermen, 1 November 2020.

Dokumen terkait