• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV PENUTUP

4.2 Saran

Untuk mahasiswa diharapkan mampu menjalin kerjasama yang baik dan melakukan bina hubungan saling percaya dengan klien agar asuhan keperawatan dapat diterima dan diterapkan di keseharian klien secara optimal dan dapat mempelajari asuhan keperawatan jiwa khususnya tentang masalah Gangguan Konsep Diri: Harga diri rendah dan lebih mengembangkan teknik komunikasi terapeutik.

Untuk perawat ruangan diharapkan dapat mempertahankan dan melanjutkan asuhan keperawatan dengan baik serta tetap mempertahankan mutu pelayanan asuhan keperawatan dengan mendokumentasikan setiap tindakan yang dilakukan kepada klien dan lebih memotivasi klien untuk melakukan jadwal kegiatan harian yang dilaksanakan sesuai kemampuan klien.

33

DAFTAR PUSTAKA

Febrina, R. (2018). Asuhan Keperawatan Jiwa Pada Keluarga Dengan Harga Diri Rendah Kronis Di Wilayah Kerja Puskesmas Nanggalo Padang. Poltekkes Kemenkes Padang: Sumatera Barat. (Diakses Pada 28 Oktober 2022 : http://pustaka.poltekkes- pdg.ac.id/)

Kuntari, M., & Nyumirah, S. (2018). Asuhan Keperawatan Pada Tn. N Dengan Gangguan Konsep Diri: Harga Diri Rendah. Akademi Keperawatan Pasar Rebo: Jakarta Timur.

(Diakses Pada 28 Oktober 2022 : https://akper-pasarrebo.e- journal.id/nurs/article/download/59/40/)

PPNI. (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi dan Indikator Diagnostik. Jakarta: DPP PPNI.

Wijayati, F., dkk. (2020). Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Harga Diri Rendah Pasien Gangguan Jiwa. Health Information Jurnal Penelitian, 12(2): 224- 235, doi https://doi.org/10.36990/hijp.v12i2.234.

34 LAMPIRAN SKENARIO ROLE PLAY

Pada tanggal 1 November 2022 di ruang konsultasi RSJ Tunas Bakti Semarang, dilakukan implementasi dari intervensi yang sudah disiapkan untuk klien Nn. A dengan masalah harga diri rendah (HDR). Adapun tanda-tanda yang sering diperlihatkan klien antara lain susah untuk diminta makan dan minum. Nn. A sering membanting pintu jika ada yang menyuruhnya untuk makan maupun minum, tidak bisa melakukan aktivitas berat, terlihat tidak nyaman ketika berinteraksi dengan lingkungan sekitar, klien mengatakan malu jika bertemu dengan orang lain terutama orang baru, saat berbicara pelan, saat berjalan menunduk, klien tidak mau mengikuti kegiatan sosial yang ada di lingkungan sekitar, serta enggan menatap mata saat berbicara berhadapan. Setelah dilakukan pengkajian dan beberapa pemeriksaan oleh perawat, sudah saatnya Nn. A untuk diperiksa lebih dalam oleh perawat. Sehari sebelumnya, perawat sudah melakukan kontrak waktu dengan Nn. A untuk dilakukan implementasi selama 3 hari dimulai 1 November 2022 pada pukul 09.00 WIB - 09.30 WIB.

Ruang Konsultasi

Nn. A, terlihat sudah duduk manis di kursi konsultasi dengan tatapan menunduk serta terlihat gelisah dengan memainkan jarinya. Perawat V datang dari luar dengan senyum terbaiknya. Perawat memposisikan diri dengan duduk di hadapan Nn. A.

Bina Hubungan Saling Percaya SP 1

Perawat : “Assalamualaikum, selamat pagi mbak”

Pasien : “Waalaikum salam, ners” (menunduk)

Perawat : “Sebelumnya perkenalkan saya perawat Vinta yang bertugas pada hari ini dan akan menemani mbak untuk melakukan konsultasi ya. Jadi nanti jangan takut, saya akan memfasilitasi mbak sampai akhir sesuai kontrak waktunya yang telah disepakati kemarin selama 30 menit ya dari pukul 09.00-09.30 WIB”.

Pasien : (mengangguk kecil)

Perawat : “Baik. Sebelumnya apakah ini benar dengan mbak Amara?”

Pasien : “Ya, benar ners”. (nada sangat pelan dan tidak masih menunduk)

35

Perawat : “Nama lengkap dari mbak Amara siapa ya kalau ners boleh tahu?”

Pasien : “Amara Puteri, ners”

Pasien : “Baik, sudah sesuai ya mbak”

Perawat : “Sebelumnya, bagaimana kabarnya hari ini mbak?”

Pasien : “Kabarnya gitu-gitu aja. Mau diapain juga tetap sama” (ketus dan menunduk)

Perawat : “Alhamdulillah, tetap disyukuri apapun keadaannya ya mbak”

Pasien : (diam)

Perawat : “Baik ya mbak, saya mulai proses konsultasinya”

Pasien : (mengangguk)

Perawat : “Boleh saya tahu mbak, perasaan mbak akhir-akhir ini?” (perawat menyentuh bahu pasien tapi ditolak dengan kasar oleh pasien)

Pasien : “Gatau deh ners, saya tidak bisa cerita”

Perawat : “Lhoh, kok seperti itu mbak Amara? Ners sudah berjanji tadi ya untuk mendengarkan dan menemani apapun yang mbak Amara keluh kesahkan. Ini sudah tugas saya mbak”. (masih menyentuh bahu pasien)

Pasien : (menghela napas dalam) “Oke, saya mau cerita karena ners baik sama saya.

Saya akhir-akhir ini merasa sedih dan takut akan kehilangan orang tua dengan kondisi saya yang penyakitan ini dari dulu. Saya menderita DM tipe 1. Tiap kemana-mana harus bawa suntikan insulin. Saya takut tidak bisa survive. Saya merasa sendiri, merasa jelek, merasa sendiri, merasa tidak punya kemampuan apa-apa”. (menangis)

Perawat : (tersenyum) “Baik. Sebelumnya ners ucapkan terimakasih ya sudah mau bercerita dengan, ners. Menangis saja tidak apa-apa ya mbak, itu hal yang wajar”.

(Perawat menepuk bahu pasien lembut)

Perawat : “ Baik, ners mau menanggapi cerita dari mbak Amara ya. Mbak, apa yang mbak rasakan itu sangat wajar. Beberapa orang pasti pernah mengalami hal yang sama mbak. Banyak yang berakhir sesuai dengan apa yang dipikirkan tapi ada yang bisa membuktikan bahwa dia bisa. Mari bangkit bersama ya mbak Amara? saya temani dalam proses pemulihan nanti. Saya yakin mbak punya aspek positif yang dipunya”

(Pasien refleks memeluk perawat, posisi masih duduk)

Pasien : “Terimakasih, ners. Saya senang bisa bertemu orang baik. Ternyata tidak semua orang jahat” (melepas pelukan)

36

Perawat : “Tentu mbak. Tidak semua orang itu jahat” (tersenyum) Pasien : (mengangguk dan sudah mau menatap perawat)

Perawat : “Baik mbak, kali ini saya mau nanya mbak Amara hobi kesukaannya apa ya? Kalau tidak salah mbak Amara kerja di perusahaan konveksi ya?”

Pasien : “Benar ners saya kerja di perusahaan konveksi. Hobi saya merajut”.

Perawat : “Wah, hobinya keren sekali. Saya saja tidak bisa merajut lho mbak. Kapan- kapan ajari saya ya?”

Pasien : “Masa ners sepintar ini tidak bisa merajut. Mudah itu ners”.

Perawat : “Nah ini mbak, tidak semua orang sempurna. Saya kerja jadi perawat tapi tidak bisa merajut seperti Mbak Amara. Oleh karena itu, apa mbak Amara besok mau bertemu saya lagi? Di jam yang sama. Kita latihan merajut bersama mau?”

Pasien : “Mau sekali ners”

Perawat : “Alhamdulillah, mbak Amara hebat. Besok saya siapkan alat rajutnya ya.

Mbak Amara langsung kesini saja. Mungkin untuk hari ini disudahi ya, mbak Amara bisa keluar. Mari saya antarkan”

Pasien : (mengangguk) SP 2

(Pasien sudah duduk)

Perawat : “Selamat pagi, mbak Amara. Bagaimana kabarnya hari ini?”

Pasien : “Alhamdulillah lebih baik, ners”

Perawat : “Alhamdulillah. Ini ya mbak, untuk alat rajutnya” (memberikan benang dan jarum)

Pasien : (menerima alat rajut) “Cantik sekali ners warnanya”

Perawat : “Iya saya pilihkan warna cantik, sesuai sama mbak Amara yang cantik. Bisa dimulai ya mbak rajutnya”

(Pasien mulai merajut dan perawat melihatnya) Perawat : “Wah keren ya, mbak Amara”

(Pasien tersipu malu)

Perawat : “Oh iya mbak, berhubung ini sudah selesai kontrak waktunya. Besok kita ketemu lagi ya mbak. Ini boleh dibawa mbak Amara ya sudah setengah jadi. Boleh diteruskan di kamar. Tapi tidak boleh menyita waktu istirahat ya. Sampai jumpa besok, mari saya antar”

Dokumen terkait