• Tidak ada hasil yang ditemukan

Asuhan Keperawatan Klien Dengan Masalah Gangguan Jiwa : Harga Diri Rendah

N/A
N/A
Mardhiyah Herma

Academic year: 2024

Membagikan "Asuhan Keperawatan Klien Dengan Masalah Gangguan Jiwa : Harga Diri Rendah"

Copied!
40
0
0

Teks penuh

(1)

Asuhan Keperawatan Klien Dengan Masalah Gangguan Jiwa : Harga Diri Rendah Penugasan Ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Kelompok

Mata Kuliah Keperawatan Jiwa 2

Dosen Pengampu :

Ns. Diyan Yuli Wijayanti., S.Kep., M.Kep.

Disusun Oleh : Kelompok 16 (A20.1)

Mezzaluna Pradyna Putri (22020120120005) Siti Mardhiyah Hermaningrum (22020120140042) Tamara Dian Rosalina (22020120140096) Hervintarani Aisyah (22020122187019)

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN DEPARTEMEN ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS DIPONEGORO

TAHUN 2022

(2)

ii

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kepada Tuhan yang Maha Esa, Allah SWT, atas berkat rahmat dan karunia-Nya, kami dapat menyelesaikan penugasan makalah kelompok pada mata kuliah Keperawatan Jiwa 2 dengan topik “Asuhan Keperawatan Klien Dengan Masalah Gangguan Jiwa : Harga Diri Rendah” dengan baik tanpa halangan suatu apapun. Kami mengucapkan banyak terima kasih kepada dosen pengampu mata kuliah ini, Ns. Diyan Yuli Wijayanti., S.Kep., M.Kep., yang telah memberikan segala bimbingan dan bantuan dalam penyusunan makalah kelompok kami. Berkat adanya penugasan makalah kelompok yang diberikan, kami mendapatkan wawasan dan pengetahuan lebih dalam terkait topik yang diberikan. Juga, tidak lupa ucapan terima kasih disampaikan kepada semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan makalah ini.

Kami pun menyadari bahwa penyusunan makalah ini masih jauh dari kata sempurna sehingga permohonan maaf yang sebesar-besarnya kami ucapkan jika terdapat kesalahan dan kekurangan dalam penyusunan makalah ini. Kami berharap adanya masukkan, saran, dan kritik dari pembaca agar kami lebih baik lagi dalam menyusun makalah kedepannya.

Semarang, November 2022

Kelompok 16

(3)

iii DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... iii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 2

1.3 Tujuan ... 2

BAB II TINJAUAN TEORI ... 3

2.1 Definisi Harga Diri Rendah ... 3

2.2 Ciri Perilaku Pada Harga Diri Rendah ... 3

2.3 Faktor Predisposisi dan Presipitasi Harga Diri Rendah ... 5

2.4 Rentang Respon Harga Diri Rendah ... 6

2.5 Cara Meningkatkan Harga Diri Rendah Pada Klien ... 7

BAB III KASUS DAN PEMBAHASAN ... 8

3.1 Gambaran Kasus ... 8

3.2 Pembahasan ... 9

BAB IV PENUTUP ... 32

4.1 Kesimpulan ... 32

4.2 Saran ... 32

DAFTAR PUSTAKA ... 33

LAMPIRAN ... 34

(4)

1 BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Setiap perubahan situasi kehidupan baik positif maupun negatif dapat mempengaruhi keseimbangan fisik, mental, dan psikososial seperti konflik yang dialami sehingga berdampak sangat besar terhadap kesehatan jiwa seseorang yang berarti akan meningkatkan jumlah pasien gangguan jiwa (Keliat, 2011). Gangguan jiwa merupakan manifestasi dari bentuk penyimpangan perilaku akibat adanya distorsi emosi sehingga ditemukan ketidakwajaran dan bertingkah laku. Hal ini terjadi karena menurunnya semua fungsi kejiwaan (Muhith,2011).

Gangguan jiwa yaitu sindrom atau pola perilaku yang secara klinis bermakna yang berhubungan dengan distres atau penderitaan dan menimbulkan gangguan pada satu atau lebih fungsi kehidupan manusia. Fenomena gangguan jiwa pada saat ini mengalami peningkatan yang sangat signifikan, dan setiap tahun di berbagai belahan dunia jumlah penderita gangguan jiwa bertambah. Seseorang yang mempunyai gangguan kejiwaan awalnya dapat dipicu oleh dua hal yaitu faktor lingkungan dan faktor dari diri sendiri seperti gangguan psikologis (Keliat, 2011). Gangguan jiwa menyebabkan pasien tidak sanggup menilai dengan baik kenyataan, tidak dapat lagi menguasai diri untuk mencegah mengganggu orang lain atau merusak/menyakiti diri sendiri untuk itu perlu dilakukan asuhan keperawatan jiwa.

Harga Diri Rendah menurut (Keliat, 2011), adalah perasaan tidak berharga, tidak berarti dan rendah diri yang berkepanjangan akibat evaluasi yang negatif terhadap diri sendiri dan kemampuan diri. Adanya hilang percaya diri, merasa gagal karena tidak mampu mencapai keinginan sesuai ideal diri. Prevalensi HDR di dunia berdasarkan penelitian di dunia tahun 2011 yang menunjukan bahwa data klien harga diri rendah pada berbagai negara, Belanda 24,99%, Norwegia, 22,37%, Australia 36,85%, Swedia 42,90%, Kanada 32,61%, Italia 20,28%, Jerman 16,06%, Inggris 41,73% dan Amerika Serikat 31,92%.

Banyaknya pasien dengan harga diri rendah (HDR) membuat hal ini menjadi salah satu sorotan dalam kasus gangguan jiwa. Mengatasi yang terjadi pada pasien dengan harga diri rendah perawat memiliki peran yang cukup besar dalam membantu pasien

(5)

2

yang dirawat di rumah sakit agar dapat meningkatkan harga diri rendah (HDR) yaitu dengan melakukan upaya kesehatan yang meliputi upaya kesehatan promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana konsep dari harga diri rendah?

2. Bagaimana asuhan keperawatan yang diberikan pada klien dengan harga diri rendah?

1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui konsep dari harga diri rendah.

2. Untuk mengetahui asuhan keperawatan yang diberikan pada klien dengan harga diri rendah.

(6)

3 BAB II TINJAUAN TEORI

2.1 Definisi Harga Diri Rendah

Harga diri (self-esteem) merupakan kumpulan dari perasaan dan pikiran seseorang terhadap nilai, kepercayaan diri, kompetensi, dan kemampuan menghadapi tantangan yang akan berpengaruh sikap positif atau negatif terhadap diri sendiri. Harga diri rendah adalah suatu perasaan sedih atau perasaan duka yang berkepanjangan. Harga diri rendah merupakan emosi normal dari manusia, tetapi secara klinis dapat berarti patologik jika mengganggu perilaku sehari-hari, menjadi pervasive dan muncul bersama penyakit lain.

Harga diri rendah berkaitan dengan hubungan interpersonal yang buruk sehingga akan beresiko mengalami depresi dan schizophrenia. Harga diri rendah juga digambarkan sebagai perasaan negatif terhadap diri sendiri termasuk hilangnya rasa percaya diri dan harga diri (Wijayati, dkk. 2020).

Harga diri rendah terbagi menjadi dua yaitu dapat terjadi secara situasional atau kronis. Untuk harga diri rendah situasional adalah evaluasi atau perasaan negatif terhadap diri sendiri atau kemampuan klien sebagai respon terhadap situasi saat ini.

Sedangkan harga diri rendah kronis adalah evaluasi atau perasaan negatif terhadap diri atau kemampuan klien seperti tidak berarti, tidak berharga, tidak berdaya yang berlangsung dalam waktu yang lama dan terus-menerus (PPNI,2016). Pada orang dengan gangguan jiwa yang mengalami harga diri rendah biasanya disebabkan oleh kegagalan yang berkali-kali, pernah mengalami bullying dan kekerasan fisik, keluarga menolak keberadaan yang mengalami gangguan jiwa, kurang kemampuan, dan kehilangan anggota tubuh dan orang terdekat. Hal tersebut akan membuat seseorang mengalami trauma yang dimana mengakibatkan hilang rasa kepercayaan dirinya.

2.2 Ciri Perilaku Pada Harga Diri Rendah

Ciri khas dari gangguan harga diri rendah dapat digambarkan sebagai perasaan negatif terhadap diri sendiri termasuk hilangnya percaya diri dan harga diri (Wijayati, dkk. 2020). Adapun ciri-ciri maupun tanda gejala dari seseorang yang mengalami harga diri rendah situasional dan kronis (PPNI, 2016):

(7)

4 a) Harga Diri Rendah Situasional

Gejala dan Tanda Mayor

Subjektif Objektif

1) Menilai diri negatif (mis. tidak berguna, tidak tertolong) 2) Merasa malu/bersalah

3) Melebih-lebihkan penilaian negatif tentang diri sendiri 4) Menolak penilaian positif

tentang diri sendiri

1) Berbicara pelan dan lirih 2) Menolak berinteraksi dengan

orang lain

3) Berjalan menunduk 4) Postur tubuh menunduk

Gejala dan Tanda Minor

Subjektif Objektif

1) Sulit berkonsentrasi 1) Kontak mata kurang 2) Lesu dan tidak bergairah 3) Pasif

4) Tidak mampu membuat keputusan

b) Harga Diri Rendah Kronis Gejala dan Tanda Mayor

Subjektif Objektif

1) Menilai diri negatif (mis. tidak berguna, tidak tertolong) 2) Merasa malu/bersalah

3) Merasa tidak mampu melakukan apapun

4) Meremehkan kemampuan mengatasi masalah

1) Enggan mencoba hal baru 2) Berjalan menunduk 3) Postur tubuh menunduk

(8)

5 5) Merasa tidak memiliki

kelebihan atau kemampuan positif

6) Melebih-lebihkan penilaian negatif tentang diri sendiri 7) Menolak penilaian positif

tentang diri sendiri

Gejala dan Tanda Minor

Subjektif Objektif

1) Merasa sulit berkonsentrasi 2) Sulit tidur

3) Mengungkapkan keputusasaan

1) Kontak mata kurang 2) Lesu dan tidak bergairah 3) Berbicara pelan dan lirih 4) Pasif

5) Perilaku tidak asertif

6) Mencari penguatan secara berlebihan

7) Bergantung pada pendapat orang lain

8) Sulit membuat keputusan

2.3 Faktor Predisposisi dan Presipitasi Harga Diri Rendah Faktor Predisposisi Harga Diri Rendah:

● Biologi

Faktor keturunan misalnya, latar belakang keluarga masalah mental, riwayat penyakit kronis atau cedera kepala adalah salah satu elemen yang menambah masalah mental.

● Psikologis

Masalah psikologis yang dapat menyebabkan rendahnya kepercayaan diri adalah pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan, penolakan oleh keadaan dan

(9)

6

orang-orang terdekat, dan harapan yang tidak realistis. Kegagalan berulang, kurangnya tanggung jawab, dan ketergantungan yang tinggi pada orang lain merupakan faktor lain yang meningkatkan masalah psikologis. Demikian pula, pasien dengan harga diri rendah memiliki penilaian negatif tentang citra diri mereka, mengalami krisis identitas, kebingungan peran, dan identitas diri yang tidak realistis.

● Faktor Sosial Budaya

Pengaruh sosial budaya yang dapat memicu rendahnya kepercayaan diri adalah evaluasi negatif terhadap lingkungan klien, tingkat sosial ekonomi rendah, pencapaian pendidikan yang rendah, dan riwayat eksklusi lingkungan terhadap tumbuh kembang anak

Faktor Presipitasi Harga Diri Rendah :

● Riwayat trauma: seperti pelecehan seksual dan pengalaman psikologis yang tidak menyenangkan, menyaksikan peristiwa yang mengancam jiwa, menjadi pelaku, korban, atau saksi.

● Ketegangan karakter disebabkan oleh pergeseran peran pertumbuhan. Perubahan yang terkait dengan peningkatan pertumbuhan, seperti dari masa kanak-kanak ke remaja.

● Perubahan peran situasional: terjadi dengan memperluas atau mengurangi kerabat melalui kelahiran atau kematian.

● Pergeseran peran kesehatan-morbid: ini adalah perkembangan dari sehat ke sakit.

Transisi ini dapat dipicu oleh kurangnya perubahan pada bagian tubuh, ukuran tubuh, bentuk, penampilan atau pekerjaan, serta perubahan aktual yang terkait dengan pertumbuhan dan perkembangan normal, prosedur medis dan keperawatan (Nuhalimah, 2016).

2.4 Rentang Respon Harga Diri Rendah

Gambar 2.4 Rentang Respon Konsep Diri (Stuart & Sundeen, 1991)

(10)

7

• Aktualisasi diri : pernyataan diri tentang konsep diri yang positif dengan latar belakang pengalaman nyata yang sukses dan diterima.

• Konsep diri : apabila individu mempunyai pengalaman yang positif dalam beraktualisasi diri

• Harga diri rendah : transisi antara respon konsep diri adaptif dengan konsep diri mal adaptif

• Keracunan identitas : kegagalan aspek individu mengintergrasikan aspek- aspek identitas masa kanak-kanak ke dalam kematang aspek

psikososial, kepribadian pada masa dewasa yang harmonis.

• Depersonalisasi : perasaan yang tidak realistik dan asing terhadap diri sendiri yang berhubungan dengan kecemasan, kepanikan serta tidak dapat membedakan dirinya dengan orang lain. (Kelliat, 1998).

2.5 Cara Meningkatkan Harga Diri Rendah Pada Klien

Menurut (Stuart dan Sundeen 1991) empat cara meningkatkan harga diri rendah pada klien:

• Memberikan kesempatan untuk berhasil

Beri tugas yang memungkinkan dapat diselesaikan kemudian beri pengetahuan dan pujian akan keberhasilan.

• Menanamkan gagasan

Berikan gagasan yang dapat memotivasi kreativitas klien untuk berkembang.

• Mendorong aspirasi

Pertanyaan dari klien perlu ditanggapi dengan memberikan penjelasan yang sesuai, berikan pengetahuan dan dorongan untuk aspirasi yang positif dan bermakna.

• Membantu membentuk koping

Pada tiap tahap perkembangan individu mempunyai tugas perkembangan yang harus diselesaikan. Klien akan merasa lebih berhasil jika diterima dan diakui oleh orang lain merasa mampu menghadapi kehidupan merasa dapat mengontrol dirinya, harga diri rendah yang rendah berhubungan dengan interpersonal yang buruk dan terutama menonjol pada pasien skizofrenia dan depresi.

(11)

8 BAB III

KASUS DAN PEMBAHASAN

3.1 Gambaran Kasus

Nn. A berusia 28 tahun datang ke RSJ Tunas Bakti Semarang pada tanggal 28 Oktober 2022 dibawa oleh keluarganya. Sejak masih muda, klien didiagnosa mengalami Diabetes Mellitus Tipe I. Karena inilah klien mengaku sering dibully anak penyakitan oleh temannya di SMA. Meski mendapatkan pembullyan, klien mengatakan tidak pernah menceritakan apa yang dialami kepada kedua orang tuanya. Padahal klien adalah anak bungsu dari 4 bersaudara, yang sangat disayang kedua orang tuanya dan kakak-kakaknya.

Klien mengatakan bahwa pembullyan yang klien rasakan semasa SMA inilah yang membuat klien tidak melanjutkan pendidikannya ke jenjang yang lebih tinggi di perguruan tinggi. Rasa trauma itu masih ada. Setelah lulus SMA Nn. A langsung bekerja di perusahaan konveksi. Sampai saat ini beliau mengatakan belum menikah karena kepercayaan dirinya makin rendah. Nn. A merasa masih belum bisa menerima keadaannya dengan DM Tipe I. Klien merasa buruk karena memiliki penyakit sejak kecil dan merasa membawa sial. Akhir-akhir ini, Nn. A mengaku sering memikirkan bagaimana kedepannya dirinya tanpa kedua orang tuanya dengan penyakit seperti ini.

Kurang lebih 2 minggu ini keluarga mengatakan bahwa Nn. A sangat susah untuk diminta makan dan minum. Nn. A sering membanting pintu jika ada yang menyuruhnya untuk makan maupun minum. Klien akan mengambil makan dan minum jika memang sudah sangat lapar dan haus. Nn. A mengaku malu dengan orang lain terutama orang yang tidak dipercayainya, tidak bisa melakukan aktivitas berat, klien mengatakan merasa bersalah, merasa tidak nyaman ketika berinteraksi dengan lingkungan sekitar, klien mengatakan malu jika bertemu dengan orang lain terutama orang baru, saat berbicara pelan, saat berjalan menunduk, klien tidak mau mengikuti kegiatan sosial yang ada di lingkungan sekitar, enggan menatap mata saat berbicara berhadapan.

Karena keadaan yang semakin memburuk, Nn. A mengatakan mengambil cuti di perusahaan tempatnya bekerja. Saat ini Nn. A hanya fokus untuk beribadah kepada Allah SWT sebagai satu-satunya Zat yang mendengar keluh kesahnya. Keluarga mengatakan bahwa dalam keluarga Nn. A belum ada yang pernah mengalami gangguan

(12)

9

jiwa. Karena pengalaman pertama dalam keluarga inilah yang membuat Nn. A segera dibawa ke RSJ untuk mendapatkan penanganan yang tepat.

3.2 Pembahasan A. Pengkajian

1. Identitas Klien

Nama : Nn. A

Umur : 28 tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Pendidikan : SMA

Pekerjaan : Wirausaha Status Pernikahan : Belum Menikah Alamat : Jl. Mawar, Semarang Tanggal Masuk RS : 28 Oktober 2022 Tanggal Pengkajian : 30 Oktober 2022

Dx. Medis : Diabetes Mellitus Tipe I

2. Alasan Masuk

Akhir-akhir ini, Nn. A mengaku sering memikirkan bagaimana kedepannya dirinya tanpa kedua orang tuanya dengan penyakit seperti ini. Kurang lebih 2 minggu ini Nn. A sangat susah untuk diminta makan dan minum. Nn. A sering membanting pintu jika ada yang menyuruhnya untuk makan maupun minum.

Ia akan mengambil makan dan minum jika memang sudah sangat lapar dan haus. Nn. A malu dengan orang lain terutama orang yang tidak dipercayainya, tidak bisa melakukan aktivitas berat, klien mengatakan merasa bersalah, merasa tidak nyaman ketika berinteraksi dengan lingkungan sekitar, klien mengatakan malu jika bertemu dengan orang lain terutama orang baru, saat berbicara pelan, saat berjalan menunduk, klien tidak mau mengikuti kegiatan sosial yang ada di lingkungan sekitar, enggan menatap mata saat berbicara berhadapan.

(13)

10 3. Faktor Predisposisi

- Nn. A belum pernah mengalami gangguan jiwa sebelumnya sehingga belum pernah mendapatkan pengobatan.

- Trauma yang dirasakan Nn. A adalah pernah di bully secara psikis oleh teman-temannya semasa SMA.

- Dalam keluarga Nn. A tidak ada yang pernah mengalami gangguan jiwa.

- Nn. A mengalami pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan karena pembullyan semasa SMA oleh beberapa teman.

4. Faktor Presipitasi

Kurang lebih 2 minggu ini keluarga mengatakan bahwa Nn. A sangat susah untuk diminta makan dan minum. Nn. A sering membanting pintu jika ada yang menyuruhnya untuk makan maupun minum. Klien akan mengambil makan dan minum jika memang sudah sangat lapar dan haus.

5. Pemeriksaan Fisik

- Kesadaran: Compos mentis - Tanda vital:

TD: 120/80 mmHg N : 80x/i

S : 35,5ºC P : 20x/i.

- Klien memiliki tinggi badan 158 cm dan berat badan 53 Kg.

- Riwayat makan/ minum di rumah:

Klien sangat susah untuk makan dan minum jika dipaksa sering marah.

Tetapi ketika makanan dan minuman itu diletakkan di kamar berkurang meski sedikit.

- Tanda-tanda dehidrasi (bila ada):

Bibir klien kering karena memang sangat susah untuk minum.

- Riwayat penyakit fisik:

Klien sampai saat ini masih mengidap DM Tipe I dan masih menjalani pengobatan secara mandiri.

(14)

11 6. Psikososial dan Spiritual

- Genogram

Dalam 3 generasi, klien tidak memiliki keluarga yang pernah mengalami gangguan jiwa. Klien merupakan anak keempat dari 4 bersaudara.

Sampai saat ini ia tinggal bersama kedua orang tuanya, sedangkan ketiga kakaknya sudah berumah tangga.

Pola asuh : Orang tua selalu mendukung apa yang dilakukan klien.

Komunikasi : Klien mengatakan tidak pernah berbicara tentang apapun yang terjadi pada dirinya karena merasa bahwa ia adalah anak pembawa sial karena berpenyakit sejak kecil,

Pengambilan keputusan : Klien mengatakan tidak pernah bermusyawarah dalam mengambil keputusan, sering mengambil keputusan sendiri.

- Konsep Diri

Gambaran diri : Tidak ada kecacatan.

Identitas diri : Klien anak ke 4 dari 4 bersaudara, klien hanya lulusan SMA yang saat ini dirawat di RSJ Tunas Bakti.

Peran : Klien berperan sebagai anak dan masih lajang, klien sebelumnya tinggal bersama keluarganya.

Ideal diri : Klien merasa takut karena di antarkan ke RSJ Tunas Bakti dan ingin cepat pulang kerumah.

Harga diri : Klien merasa bosan dirawat di RSJ Tunas Bakti dan merasa malu bertemu banyak orang baru.

(15)

12 - Hubungan Sosial

Klien menganggap bahwa keluarganya adalah orang yang sangat berarti dalam hidupnya, Ia sering memikirkan bagaimana ke depannya ia tanpa kedua orang tuanya dengan penyakit seperti ini. Klien mengatakan tidak pernah bersosialisasi dengan teman-teman di RSJ karena merasa buruk dan malu bertemu dengan orang baru.

- Spiritual

Nilai dan keyakinan : Klien beragama Islam dan yakin dengan agamanya.

Kegiatan ibadah : Klien beribadah dengan sholat 5 waktu seperti sebagaimana mestinya.

7. Status Mental - Penampilan

Klien berpenampilan bersih dan rapi.

- Pembicaraan

Klien masih dapat berbicara dan mampu dipahami tetapi lambat.

- Aktivitas Motorik

Klien terlihat diam, lesu, dan menundukkan kepala.

- Alam Perasaan

Klien masih merasa takut jika suatu saat ia hidup sendiri tanpa kedua orang tuanya.

- Afek

Afek klien labil, mudah emosi dan marah terutama ketika dipaksa untuk makan atau minum.

- Interaksi Selama Wawancara

Klien kooperatif, tidak ada kontak mata pada lawan bicara, tidak mudah tersinggung dalam setiap interaksi.

- Persepsi

Klien memiliki persepsi yang baik.

(16)

13 - Proses Fikir

Klien mampu menjawab apa yang ditanya dengan baik tetapi sedikit lambat dan terkesan takut jika jawabannya salah.

- Isi Fikir

Klien dapat mengontrol isi pikirnya, klien tidak mengalami gangguan isi pikir dan tidak ada waham.

- Tingkat Kesadaran

Klien tidak mengalami gangguan orientasi, klien mengenali waktu, orang dan tempat.

- Memori

Klien tidak mengalami gangguan daya ingat jangka pendek maupun panjang.

- Daya Tilik Diri

Klien mengetahui penyakit DM Tipe I yang dideritanya, klien mengetahui bahwa dia sering malu jika berinteraksi dengan orang baru.

8. Mekanisme Koping

Mekanisme koping klien adaptif. Klien mampu berbicara dengan orang lain dan menjawab sapaan meski malu-malu dan sedikit ketus.

9. Masalah Psikososial

Masalah dengan dukungan kelompok: Klien mengatakan dukungan psikososial dan lingkungan di RSJ sangat baik, hanya saja lebih suka menyendiri dan tidak suka bersosialisasi karena malu dengan orang baru.

10. Pengetahuan Kurang Tentang Gangguan Jiwa

Klien tidak mengetahui tentang gangguan jiwa yang dialaminya dan klien tidak tau apa obat yang dikonsumsinya.

(17)

14 B. Diagnosa Keperawatan

1. Analisis Data

No Data Etiologi Problem

1 Ds:

➢ Klien mengatakan malu dengan orang lain terutama orang yang tidak dipercayainya.

➢ Klien mengatakan tidak bisa melakukan

aktivitas berat.

➢ Klien mengatakan masih merasa bersalah.

➢ Klien mengatakan malu jika bertemu dengan orang lain terutama orang baru.

➢ Klien mengatakan merasa tidak nyaman ketika berinteraksi

dengan lingkungan sekitar.

Do:

Merasa malu karena kondisi penyakit yang

dideritanya

Berbicara pelan, saat berjalan menunduk, tidak mau mengikuti

kegiatan sosial, enggan menatap saat

berinteraksi

Harga Diri Rendah Kronis

Gangguan konsep diri:

Harga Diri Rendah (D.0085)

(18)

15

➢ Klien terlihat saat berbicara dengan suara pelan.

➢ Klien tampak berjalan

menunduk.

➢ Klien tampak

tidak mau

mengikuti

kegiatan sosial yang ada di lingkungannya.

➢ Klien terlihat saat berkomunikasi/ber bicara berhadapan dengan orang lain enggan untuk menatap matanya.

2 Ds:

➢ Klien mengatakan tidak bisa melakukan

aktivitas berat.

➢ Klien mengatakan malu jika bertemu dengan orang lain terutama orang baru.

➢ Klien mengatakan merasa tidak

Merasa malu karena kondisi penyakit yang

dideritanya

Berbicara pelan, saat berjalan menunduk, tidak mau mengikuti

kegiatan sosial, enggan menatap saat

Isolasi Sosial (D.0121)

(19)

16 nyaman ketika

berinteraksi dengan lingkungan sekitar.

Do:

➢ Klien terlihat saat berbicara dengan suara pelan.

➢ Klien tampak berjalan

menunduk.

➢ Klien tampak

tidak mau

mengikuti

kegiatan sosial yang ada di lingkungannya.

➢ Klien terlihat saat berkomunikasi/ber bicara berhadapan dengan orang lain enggan untuk menatap matanya.

berinteraksi

Isolasi Sosial

(20)

17 2. Pohon Masalah

3. Diagnosa Keperawatan

1. Gangguan Konsep Diri: Harga Diri Rendah Kronis (D.0085) 2. Isolasi Sosial (D.0121)

C. Intervensi Keperawatan (SP)

No Diagnosa Tujuan Kriteria Hasil Intervensi

1. Gangguan Konsep Diri:

Harga Diri Rendah

Tujuan Umum (TUM):

Setelah diberikan asuhan keperawatan dapat mengatasi masalah gangguan konsep diri : harga diri rendah.

Tujuan Khusus (TUK):

Pasien mampu :

● Klien dapat mengidentifikasi aspek positif dan

1. Mampu

mengidentifikasi aspek positif dan kemampuan yang dimiliki

2. Klien mampu menilai

kemampuan yang dimiliki untuk dilaksanakan.

3. Klien dapat merencanakan kegiatan sesuai dengan

Bina hubungan saling percaya.

SP 1 (Pasien) :

1. Menyapa klien dengan ramah

2. Memperkenalkan diri dengan sopan

3. Menanyakan nama lengkap dan nama panggilan klien 4. Mengidentifikasi

aspek positif yang dimiliki

5. Memilih kemampuan yang akan dilatih

(21)

18 kemampuan yang dimiliki

● Klien dapat menilai

kemampuan yang dimiliki untuk dilaksanakan Klien dapat merencanakan kegiatan sesuai dengan

kemampuan yang dimiliki.

● Klien dapat melakukan kegiatan sesuai rencana yang dibuat.

kemampuan yang dimiliki

4. Klien dapat melakukan

kegiatan sesuai rencana yang dibuat.

6. Memberikan pujian atas keberhasilan klien 7. Memasukkan ke dalam

jadwal klien

Sp 2 (Pasien) :

1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian klien (Sp1)

2. Melatih kemampuan yang dipilih

3. Memberikan pujian atas keberhasilan klien 4. Masukkan ke dalam jadwal kegiatan klien

Sp 3 (Pasien) : 1. Mengevaluasi

kemampuan dan kegiatan harian yang lalu (Sp1 dan Sp 2) 2. Menanyakan jadwal

kegiatan kemarin 3. Menanyakan

bagaimana cara berpenilaian positif 4. Memberikan pujian

atas keberhasilan klien.

SP 1 (Keluarga) :

(22)

19

1. Mendiskusikan

masalah yang

dirasakan keluarga dalam merawat klien.

2. Menjelaskan

pengertian , tanda dan gejala harga diri rendah serta proses terjadinya.

3. Menjelaskan cara merawat klien dengan harga diri rendah.

4. Bermain peran dalam dalam merawat pasien harga diri rendah.

5. Menyusun RTL, keluarga atau jadwal keluarga untuk merawat klien.

SP 2 (Keluarga) : 1. Mengevaluasi

kemampuan keluarga (SP 1).

2. Melatih keluarga merawat langsung klien dengan HDR.

3. Menyusun RTL keluarga atau jadwal keluarga untuk merawat klien.

(23)

20

SP 3 (Keluarga) : 1. Mengevaluasi

kemampuan keluarga (SP 1).

2. Mengevaluasi kemampuan klien.

3. Merencanakan tindak lanjut keluarga dengan follow up dan rujukan.

2. Isolasi Sosial Tujuan Umum (TUM):

Setelah diberikan asuhan keperawatan pertemuan, pasien dapat menyadari perilaku isolasi sosial.

Tujuan Khusus (TUK):

Pasien mampu :

● Membina

hubungan saling percaya

● Menyadari

penyebab isolasi sosial

● Berkenalan dengan perawat

1. Mampu membina hubungan saling percaya ditandai dengan pasien menunjukkan ekspresi wajah bersahabat,

memperlihatkan rasa senang, ada kontak mata, mau berjabat tangan, mau menyebutkan namanya, mau menjawab salam, pasien mau duduk berdampingan dengan perawat, mau

mengutarakan masalah yang

Bina Hubungan Saling Percaya.

SP I (Pasien) : 1. Mengidentifikasi

penyebab isolasi sosial pasien

2. Berdiskusi dengan pasien tentang keuntungan berinteraksi dengan orang lain 3. Berdiskusi dengan

pasien tentang kerugian tidak berinteraksi dengan orang lain 4. Mengajarkan pasien

cara berkenalan dengan satu orang

5. Menganjurkan pasien memasukkan kegiatan latihan berbincang –

(24)

21

dihadapi.

2. Mampu mengenal penyebab isolasi sosial, keuntungan berhubungan dengan orang lain, dan kerugian tidak berhubungan.

3. Mampu

berkenalan dengan perawat.

4. Mampu menyusun jadwal kegiatan harian.

bincang dengan orang lain dalam kegiatan harian.

SP 2 (Pasien) :

1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien 2. Memberikan

kesempatan kepada pasien mempraktekkan cara berkenalan dengan satu orang

3. Membantu pasien memasukkan kegiatan berbincang – bincang dengan orang lain sebagai salah satu kegiatan harian.

SP 3 (Pasien) :

1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien 2. Memberikan

kesempatan kepada pasien cara berkenalan dengan dua orang atau lebih

3. Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian

(25)

22

SP I (Keluarga) :

1. Mendiskusikan masalah yang dirasakan keluarga dalam merawat pasien 2. Menjelaskan pengertian,

tanda dan gejala isolasi sosial yang dialami pasien beserta proses terjadinya

3. Menjelaskan cara – cara merawat pasien isolasi sosial.

SP 2 (Keluarga) :

1. Melatih keluarga mempraktekkan cara merawat pasien dengan isolasi sosial

2. Melatih keluarga melakukan cara merawat langsung kepada pasien isolasi sosial.

SP 3 (Keluarga) :

1. Membantu keluarga membuat jadwal aktivitas di rumah termasuk minum obat (discharge planning) 2. Menjelaskan follow up

(26)

23

pasien setelah pulang.

D. Implementasi dan Evaluasi Keperawatan

Tanggal No.

Dx Implementasi Evaluasi

29 Oktober

2022

I SP 1 Pasien

1. Menyapa klien dengan ramah

2. Memperkenalkan diri dengan sopan

3. Menanyakan nama lengkap dan nama panggilan klien 4. Mengidentifikasi aspek

positif yang dimiliki 5. Memilih kemampuan yang

akan dilatih

6. Memberikan pujian atas keberhasilan klien 7. Memasukkan ke dalam

jadwal klien

S : Klien menjawab salam dengan senyum dan menyebutkan nama panggilannya

O :

1. Klien mau berjabat tangan 2. Klien mau duduk

berdampingan dengan perawat

3. Klien mampu memilih kemampuan yang dimiliki 4. Klien mau mengutarakan

masalahnya tentang sakit yang dideritanya

A : Sp 1 pasien tercapai

1. Menyapa klien dengan ramah 2. Memperkenalkan diri dengan

sopan

3. Menanyakan nama lengkap dan nama panggilan klien 4. Mengidentifikasi aspek

positif yang dimiliki 5. Memilih kemampuan yang

(27)

24

akan dilatih

6. Memasukkan ke dalam jadwal klien

P : Lanjutkan Sp 2 pasien, adakan kontrak waktu berikutnya 1

Novembe r 2022

I Sp 2 Pasien :

1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian klien (Sp1) 2. Melatih kemampuan yang

dipilih

3. Memberikan pujian atas keberhasilan klien

4. Masukkan ke dalam jadwal kegiatan klien

S : klien mengatakan saat di rumah membantu ibunya membersihkan rumah

O : klien mampu melatih

kemampuan yang dipilih yaitu menggambar

A : Sp 2 tercapai

1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian klien (Sp1) 2. Melatih kemampuan yang

dipilih

3. Masukkan ke dalam jadwal kegiatan klien

P : Lanjutkan Sp 3 pasien, adakan kontrak waktu berikutnya 5

Novembe r 2022

I Sp 3 Pasien :

1. Mengevaluasi kemampuan dan kegiatan harian yang lalu (Sp1 dan Sp 2) 2. Menanyakan jadwal

kegiatan kemarin

S :

1. Klien mengatakan mampu melaksanakan kegiatan sesuai dengan jadwal keseharian 2. Klien mengatakan sudah

mulai berfikiran positif

(28)

25 3. Menanyakan bagaimana

cara berpenilaian positif 4. Memberikan pujian atas

keberhasilan klien

terhadap orang lain

O :

1. Klien mengikuti kegiatan positif yang dimiliki sesuai jadwal kegiatan harian yang dibuat.

2. Klien mau mengungkapkan perasaannya

A : Sp 3 tercapai

1. Mengevaluasi kemampuan dan kegiatan harian yang lalu (Sp1 dan Sp 2)

2. Menanyakan jadwal kegiatan kemarin

3. Menanyakan bagaimana cara berpenilaian positif

P : motivasi klien agar mau melaksanakan kegiatan sehari hari dengan percaya diri 9

Novembe r 2022

I SP 1 keluarga :

1. Mendiskusikan masalah yang dirasakan keluarga dalam merawat klien.

2. Menjelaskan pengertian , tanda dan gejala harga diri rendah serta proses

terjadinya.

3. Menjelaskan cara merawat

S : keluarga mengatakan merasa sedih dengan kondisi yang dialami klien.

O :

1. Keluarga mampu menjelaskan kembali pengertian, tanda dan gejala harga diri rendah serta proses

(29)

26 klien dengan harga diri rendah.

4. Bermain peran dalam dalam merawat pasien harga diri rendah.

5. Menyusun RTL, keluarga atau jadwal keluarga untuk merawat klien.

terjadinya secara singkat dan sesuai bahasa yang dipahami.

2. Keluarga mampu

memperagakan cara merawat klien dengan harga diri rendah.

A : Sp 1 tercapai

1. Mendiskusikan masalah yang dirasakan keluarga dalam merawat klien.

2. Menjelaskan pengertian , tanda dan gejala harga diri rendah serta proses

terjadinya.

3. Menjelaskan cara merawat klien dengan harga diri rendah.

4. Bermain peran dalam dalam merawat pasien harga diri rendah.

5. Menyusun RTL, keluarga atau jadwal keluarga untuk merawat klien.

P : Lanjutkan Sp 2 keluarga, adakan kontrak waktu berikutnya

12 Novembe

r 2022

I SP 2 keluarga :

1. Mengevaluasi kemampuan keluarga (SP 1).

S : Keluarga mengatakan sudah memahami cara merawat klien di rumah.

(30)

27

2. Melatih keluarga merawat langsung klien dengan HDR.

3. Menyusun RTL keluarga atau jadwal keluarga untuk merawat klien.

O : Keluarga mampu melakukan perawatan pada klien secara langsung.

A : Sp 2 tercapai

1. Mengevaluasi kemampuan keluarga (SP 1).

2. Melatih keluarga merawat langsung klien dengan HDR.

3. Menyusun RTL keluarga atau jadwal keluarga untuk

merawat klien.

P : Lanjutkan Sp 3 keluarga, adakan kontrak waktu berikutnya.

15 Novembe

r 2022

I SP 3 keluarga :

1. Mengevaluasi kemampuan keluarga (SP 1).

2. Mengevaluasi kemampuan klien.

3. Merencanakan tindak lanjut keluarga dengan follow up dan rujukan.

S : Keluarga mengatakan sudah mampu merawat klien di rumah.

O :

1. Perawatan yang dilakukan keluarga kepada klien sudah tepat dan mengetahui apa yang harus dilakukan.

2. Keluarga tetap memberikan dukungan pada klien untuk melakukan kegiatan sehari- hari dengan percaya diri.

(31)

28

A : Sp 3 tercapai

1. Mengevaluasi kemampuan keluarga (SP 1).

2. Mengevaluasi kemampuan klien.

3. Merencanakan tindak lanjut keluarga dengan follow up dan rujukan.

P : Berikan keluarga informasi rujukan lebih lanjut.

17 Novembe

r 2022

II SP I Pasien:

1. Mengidentifikasi penyebab isolasi sosial pasien

2. Berdiskusi dengan pasien tentang keuntungan berinteraksi dengan orang lain

3. Berdiskusi dengan pasien tentang kerugian tidak berinteraksi dengan orang lain

4. Mengajarkan pasien cara berkenalan dengan satu orang

5. Menganjurkan pasien memasukkan kegiatan latihan berbincang – bincang dengan orang lain dalam kegiatan harian.

S : Klien mengatakan sejak SMA sering dibully temannya sebagai anak penyakitan karena mengalami DM tipe I.

O :

1. Klien mampu menyebutkan keuntungan berinteraksi dengan orang lain.

2. Klien mampu menyebutkan kerugian tidak berinteraksi dengan orang lain

3. Klien mau mencoba berlatih cara berkenalan dengan orang lain.

A : SP 1 pasien tercapai

1. Mengidentifikasi penyebab isolasi sosial pasien

2. Berdiskusi dengan pasien

(32)

29

tentang keuntungan berinteraksi dengan orang lain

3. Berdiskusi dengan pasien tentang kerugian tidak berinteraksi dengan orang lain

4. Mengajarkan pasien cara berkenalan dengan satu orang 5. Menganjurkan pasien

memasukkan kegiatan latihan berbincang – bincang dengan orang lain dalam kegiatan harian.

P :

1. Latih klien bercakap-cakap sambil melakukan kegiatan harian merapikan tempat tidur 2 x 1 hari

2. Lanjutkan Sp 2 pasien, adakan kontrak waktu berikutnya

18 Novembe

r 2022

II SP 2 Pasien:

1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien 2. Memberikan kesempatan

kepada pasien mempraktekkan cara berkenalan dengan satu orang

S : Klien mengatakan merasa gugup saat akan mencoba berkenalan dengan orang lain.

O :

1. Klien mau mencoba

berkenalan dengan orang lain.

2. Klien masih enggan menatap

(33)

30 3. Membantu pasien

memasukkan kegiatan berbincang – bincang dengan orang lain sebagai salah satu kegiatan harian.

mata orang lain saat berbicara.

3. Suara klien saat berbicara masih pelan.

A : SP 2 pasien tercapai 1. Mengevaluasi jadwal

kegiatan harian pasien 2. Memberikan kesempatan

kepada pasien mempraktekkan cara

berkenalan dengan satu orang 3. Membantu pasien

memasukkan kegiatan

berbincang – bincang dengan orang lain sebagai salah satu kegiatan harian.

P :

1. Latih klien berbicara sosial seperti meminta sampo saat mandi 1 x 1 sehari

2. Lanjutkan Sp 3 pasien, adakan kontrak waktu berikutnya

20 Novembe

r 2022

II SP 3 Pasien:

1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien 2. Memberikan kesempatan

kepada pasien cara berkenalan dengan dua

S : Klien mengatakan sudah tidak terlalu merasa gugup saat akan mencoba berkenalan dengan orang lain.

O :

(34)

31 orang atau lebih 3. Menganjurkan pasien

memasukkan dalam jadwal kegiatan harian

1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien 2. Memberikan kesempatan

kepada pasien cara

berkenalan dengan dua orang atau lebih

3. Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian

A : SP 3 pasien tercapai 1. Mengevaluasi jadwal

kegiatan harian pasien 2. Memberikan kesempatan

kepada pasien mempraktekkan cara

berkenalan dengan satu orang 3. Membantu pasien

memasukkan kegiatan

berbincang – bincang dengan orang lain sebagai salah satu kegiatan harian.

P : Berikan keluarga informasi rujukan lebih lanjut.

(35)

32 BAB IV PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Harga diri rendah adalah suatu perasaan sedih atau perasaan duka yang berkepanjangan. Harga diri rendah merupakan emosi normal dari manusia, tetapi secara klinis dapat berarti patologik jika mengganggu perilaku sehari-hari, menjadi pervasive dan muncul bersama penyakit lain. Harga diri rendah ada dua jenis, yaitu harga diri rendah kronis dan situasional. Dalam mengatasi pasien dengan harga diri rendah, perawat perlu mengkaji kemampuan pasien dan mendukung pasien untuk meningkatkan kepercayaan dirinya dalam melakukan kegiatan sehari-hari. Selain itu, dukungan keluarga juga penting untuk membantu merawat pasien saat di rumah.

4.2 Saran

Untuk mahasiswa diharapkan mampu menjalin kerjasama yang baik dan melakukan bina hubungan saling percaya dengan klien agar asuhan keperawatan dapat diterima dan diterapkan di keseharian klien secara optimal dan dapat mempelajari asuhan keperawatan jiwa khususnya tentang masalah Gangguan Konsep Diri: Harga diri rendah dan lebih mengembangkan teknik komunikasi terapeutik.

Untuk perawat ruangan diharapkan dapat mempertahankan dan melanjutkan asuhan keperawatan dengan baik serta tetap mempertahankan mutu pelayanan asuhan keperawatan dengan mendokumentasikan setiap tindakan yang dilakukan kepada klien dan lebih memotivasi klien untuk melakukan jadwal kegiatan harian yang dilaksanakan sesuai kemampuan klien.

(36)

33

DAFTAR PUSTAKA

Febrina, R. (2018). Asuhan Keperawatan Jiwa Pada Keluarga Dengan Harga Diri Rendah Kronis Di Wilayah Kerja Puskesmas Nanggalo Padang. Poltekkes Kemenkes Padang: Sumatera Barat. (Diakses Pada 28 Oktober 2022 : http://pustaka.poltekkes- pdg.ac.id/)

Kuntari, M., & Nyumirah, S. (2018). Asuhan Keperawatan Pada Tn. N Dengan Gangguan Konsep Diri: Harga Diri Rendah. Akademi Keperawatan Pasar Rebo: Jakarta Timur.

(Diakses Pada 28 Oktober 2022 : https://akper-pasarrebo.e- journal.id/nurs/article/download/59/40/)

PPNI. (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi dan Indikator Diagnostik. Jakarta: DPP PPNI.

Wijayati, F., dkk. (2020). Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Harga Diri Rendah Pasien Gangguan Jiwa. Health Information Jurnal Penelitian, 12(2): 224- 235, doi https://doi.org/10.36990/hijp.v12i2.234.

(37)

34 LAMPIRAN SKENARIO ROLE PLAY

Pada tanggal 1 November 2022 di ruang konsultasi RSJ Tunas Bakti Semarang, dilakukan implementasi dari intervensi yang sudah disiapkan untuk klien Nn. A dengan masalah harga diri rendah (HDR). Adapun tanda-tanda yang sering diperlihatkan klien antara lain susah untuk diminta makan dan minum. Nn. A sering membanting pintu jika ada yang menyuruhnya untuk makan maupun minum, tidak bisa melakukan aktivitas berat, terlihat tidak nyaman ketika berinteraksi dengan lingkungan sekitar, klien mengatakan malu jika bertemu dengan orang lain terutama orang baru, saat berbicara pelan, saat berjalan menunduk, klien tidak mau mengikuti kegiatan sosial yang ada di lingkungan sekitar, serta enggan menatap mata saat berbicara berhadapan. Setelah dilakukan pengkajian dan beberapa pemeriksaan oleh perawat, sudah saatnya Nn. A untuk diperiksa lebih dalam oleh perawat. Sehari sebelumnya, perawat sudah melakukan kontrak waktu dengan Nn. A untuk dilakukan implementasi selama 3 hari dimulai 1 November 2022 pada pukul 09.00 WIB - 09.30 WIB.

Ruang Konsultasi

Nn. A, terlihat sudah duduk manis di kursi konsultasi dengan tatapan menunduk serta terlihat gelisah dengan memainkan jarinya. Perawat V datang dari luar dengan senyum terbaiknya. Perawat memposisikan diri dengan duduk di hadapan Nn. A.

Bina Hubungan Saling Percaya SP 1

Perawat : “Assalamualaikum, selamat pagi mbak”

Pasien : “Waalaikum salam, ners” (menunduk)

Perawat : “Sebelumnya perkenalkan saya perawat Vinta yang bertugas pada hari ini dan akan menemani mbak untuk melakukan konsultasi ya. Jadi nanti jangan takut, saya akan memfasilitasi mbak sampai akhir sesuai kontrak waktunya yang telah disepakati kemarin selama 30 menit ya dari pukul 09.00-09.30 WIB”.

Pasien : (mengangguk kecil)

Perawat : “Baik. Sebelumnya apakah ini benar dengan mbak Amara?”

Pasien : “Ya, benar ners”. (nada sangat pelan dan tidak masih menunduk)

(38)

35

Perawat : “Nama lengkap dari mbak Amara siapa ya kalau ners boleh tahu?”

Pasien : “Amara Puteri, ners”

Pasien : “Baik, sudah sesuai ya mbak”

Perawat : “Sebelumnya, bagaimana kabarnya hari ini mbak?”

Pasien : “Kabarnya gitu-gitu aja. Mau diapain juga tetap sama” (ketus dan menunduk)

Perawat : “Alhamdulillah, tetap disyukuri apapun keadaannya ya mbak”

Pasien : (diam)

Perawat : “Baik ya mbak, saya mulai proses konsultasinya”

Pasien : (mengangguk)

Perawat : “Boleh saya tahu mbak, perasaan mbak akhir-akhir ini?” (perawat menyentuh bahu pasien tapi ditolak dengan kasar oleh pasien)

Pasien : “Gatau deh ners, saya tidak bisa cerita”

Perawat : “Lhoh, kok seperti itu mbak Amara? Ners sudah berjanji tadi ya untuk mendengarkan dan menemani apapun yang mbak Amara keluh kesahkan. Ini sudah tugas saya mbak”. (masih menyentuh bahu pasien)

Pasien : (menghela napas dalam) “Oke, saya mau cerita karena ners baik sama saya.

Saya akhir-akhir ini merasa sedih dan takut akan kehilangan orang tua dengan kondisi saya yang penyakitan ini dari dulu. Saya menderita DM tipe 1. Tiap kemana-mana harus bawa suntikan insulin. Saya takut tidak bisa survive. Saya merasa sendiri, merasa jelek, merasa sendiri, merasa tidak punya kemampuan apa-apa”. (menangis)

Perawat : (tersenyum) “Baik. Sebelumnya ners ucapkan terimakasih ya sudah mau bercerita dengan, ners. Menangis saja tidak apa-apa ya mbak, itu hal yang wajar”.

(Perawat menepuk bahu pasien lembut)

Perawat : “ Baik, ners mau menanggapi cerita dari mbak Amara ya. Mbak, apa yang mbak rasakan itu sangat wajar. Beberapa orang pasti pernah mengalami hal yang sama mbak. Banyak yang berakhir sesuai dengan apa yang dipikirkan tapi ada yang bisa membuktikan bahwa dia bisa. Mari bangkit bersama ya mbak Amara? saya temani dalam proses pemulihan nanti. Saya yakin mbak punya aspek positif yang dipunya”

(Pasien refleks memeluk perawat, posisi masih duduk)

Pasien : “Terimakasih, ners. Saya senang bisa bertemu orang baik. Ternyata tidak semua orang jahat” (melepas pelukan)

(39)

36

Perawat : “Tentu mbak. Tidak semua orang itu jahat” (tersenyum) Pasien : (mengangguk dan sudah mau menatap perawat)

Perawat : “Baik mbak, kali ini saya mau nanya mbak Amara hobi kesukaannya apa ya? Kalau tidak salah mbak Amara kerja di perusahaan konveksi ya?”

Pasien : “Benar ners saya kerja di perusahaan konveksi. Hobi saya merajut”.

Perawat : “Wah, hobinya keren sekali. Saya saja tidak bisa merajut lho mbak. Kapan- kapan ajari saya ya?”

Pasien : “Masa ners sepintar ini tidak bisa merajut. Mudah itu ners”.

Perawat : “Nah ini mbak, tidak semua orang sempurna. Saya kerja jadi perawat tapi tidak bisa merajut seperti Mbak Amara. Oleh karena itu, apa mbak Amara besok mau bertemu saya lagi? Di jam yang sama. Kita latihan merajut bersama mau?”

Pasien : “Mau sekali ners”

Perawat : “Alhamdulillah, mbak Amara hebat. Besok saya siapkan alat rajutnya ya.

Mbak Amara langsung kesini saja. Mungkin untuk hari ini disudahi ya, mbak Amara bisa keluar. Mari saya antarkan”

Pasien : (mengangguk) SP 2

(Pasien sudah duduk)

Perawat : “Selamat pagi, mbak Amara. Bagaimana kabarnya hari ini?”

Pasien : “Alhamdulillah lebih baik, ners”

Perawat : “Alhamdulillah. Ini ya mbak, untuk alat rajutnya” (memberikan benang dan jarum)

Pasien : (menerima alat rajut) “Cantik sekali ners warnanya”

Perawat : “Iya saya pilihkan warna cantik, sesuai sama mbak Amara yang cantik. Bisa dimulai ya mbak rajutnya”

(Pasien mulai merajut dan perawat melihatnya) Perawat : “Wah keren ya, mbak Amara”

(Pasien tersipu malu)

Perawat : “Oh iya mbak, berhubung ini sudah selesai kontrak waktunya. Besok kita ketemu lagi ya mbak. Ini boleh dibawa mbak Amara ya sudah setengah jadi. Boleh diteruskan di kamar. Tapi tidak boleh menyita waktu istirahat ya. Sampai jumpa besok, mari saya antar”

(40)

37 SP 3

(Pasien sudah duduk)

Perawat : “Halo, selamat pagi mbak Amara. Bagaimana sudah jadi rajutannya?”

Pasien : “Sudah ini, ners” (memberikan rajutannya)

Perawat : “Wah bagus sekali ya, detailnya cantik. Mbak Amara keren, saya mana bisa seperti ini” (tersenyum)

Pasien : “Ah, ners bisa saja”

Perawat : “Oh iya, ners mau nanya ke mbak Amara, dari konsultasi dan latihan kita kemarin mulai dari hari pertama sampai hari ketiga ini. Apa saja sih yang membuat mbak Amara bisa bangkit dan akhirnya berpenilaian positif terhadap diri sendiri?”

Pasien : “Tentu atas dukungan ners. Ners memberitahu bahwa saya berharga, saya memiliki kemampuan, saya punya sesuatu yang positif yang membuat saya ke depannya tidak akan jatuh dan bisa survive. Meski saya berpenyakit, tapi itu adalah takdir. Saya harus menjalani itu. Apalagi saya banyak dikelilingi orang baik seperti ners”.

Perawat : “Alhamdulillah. Keren sekali penjelasannya mbak Amara. Jadi seperti itu ya mbak. Mbak Amara hebat. Semua orang pasti punya kelebihan dan kekurangan. Mbak Amara diberikan penyakit karena Mbak Amara dianggap mampu survive sama Allah SWT.

Yakin itu mbak. Mbak Amara banyak yang sayang. Buktinya keluarga Mbak Amara besok kesini kan?”

Pasien : “Iya ners, keluarga saya mau menjenguk saya. Bawain alat rajut”

Perawat : “Nah, besok keluarganya dipinjam ners dulu ya sebentar buat konsultasi seperti ini. Biar mbak Amara bisa cepat pulang”

Pasien : (mengangguk)

Perawat : “Baik mbak, mungkin konsultasi kita selama 3 hari ini dicukupkan ya.

Merajutnya jangan berhenti yaa. Lakukan apa yang mbak Amara suka. Terimakasih mbak Amara sudah mau kooperatif dengan saya”.

Pasien : “Terimakasih kembali, ners”

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

Alhamdulillahirobil’alamin, segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang senantiasa melimpahkan rahmat serta hidayah-Nya kepada penulis

Harga diri rendah merupakan evaluasi diri dan perasaan tentang diri atau kemampuan diri yang negative terhadap diri sendiri, hilangnya percaya diri dan harga diri,

Gangguan integritas kulit aktual dapat berasal dari luka (PPNI, 2019). Tanda gejala yang biasa muncul pada kerusakan integritas kulit adalah kerusakan lapisan kulit, nyeri,

Implementasi hari pertama klien 1 dan klien 2 dilakukan tindakan keperawatan sama yaitu memonitoring tanda-tanda vital, memonitoring tanda dan gejala hipervolemia,

Hasil dari intervensi pada klien yang menderita penyakit fisik dengan permasalahan psikososial ansietas dan gangguan citra tubuh tersebut menunjukkan bahwa

Apakah mas pernah merasakan kehilangan seperti orang orang yang mas cintai atau kehilangan hal lainnya? Apa yang mas lakukan waktu dirumah? mas sekarang tinggal dengan

Sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa harga diri rendah yaitu dimana individu mengalami gangguan dalam penilaian terhadap dirinya sendiri dan kemampuan yang dimiliki,

Efektifitas penerapan standar asuhan keperawatan jiwa generalis pada pasien skizofrenia dalam menurunkan gejala halusinasi.. Kedudukan Akal dalam