Berdasarkan apa yang sudah disimpulkan tersebut,dalam penulisan karya ilmiah ini penulis dapat memberikan beberapa sumbangsih saran sebagai bentuk rekomendasi berikut:
1. Dengan berlakunya Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2006 Tentang Kewarganegaraan Republik Indonesia yang Hanya membedakan antara Warga Negara Indonesia dan Warga Negara Asing, seyogyanya pembedaan atas golongan penduduk tidak boleh terjadi. Demikian pula telah dihapuskan diskriminasi dengan mencabut peraturan administrasi staatsblad yang membedakan penduduk berdasarkan suku, ras, etnis, dan
agama berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2013 tentang Administrasi Kependudukan.
2. Mengacu pada ketentuan Surat Direktur Jenderal Agraria atas nama Menteri Dalam Negeri tertanggal 20 Desember 1969 Nomor DPT/12/63/12/69 Tentang Surat Keterangan Warisan dan Pembuktian Kewarganegaraan serta ketentuan Pasal 111 Ayat 1 huruf c Peraturan Meteri Agraria/ Kepala Badan Pertahanan Nasional Nomor 3 Tahun 1997 Tentang Ketentuan Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 Tentang Pendaftaran Tanah, yang memberi wewenang kepada Notaris, Balai Harta Peninggalan dan Lurah Camat Untuk membuat bukti sebagai ahli waris, hendaknya segera dicabut dan digantikan dengan aturan lain yang mendukung asas persamaan sesuai dengan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dan Peraturan Perundang- undangan yang menghapuskan penggolongan Penduduk yang didasarkan pada suku, ras, etnis, dan agama.
3. Dalam rangka menuja unifikasi untuk menyatukan pendapat mengenai bentuk dan wewenang Notaris dalam pembuaatn bukti sebagai ahli waris untuk seluruh bangsa Indonesia diusulkan Akta Keterangan Ahli Waris dalam bentuk Akta Notaris. Selain mempunyai kekuatan pembuktian sempurna, Notaris dapat membuatnya untuk seluruh masyarakat Indonesia sesuai dengan wewenang Notaris untuk membuat Akta otentik mengenai semua perbuatan yang diharuskan oleh Undang-Undang atau yang dikehendaki oleh para pihak (Pasal 15 Ayat 1 UUJN). Sehingga diperlukan suatu rekonstruksi pengaturan tentang hukum pewarisan di Indonesia agar sesuai dengan peraturan perundang-undangan lain yang sudah tidak lagi mengakui adanya penggolongan pendudukyang didasarkan pada suku, ras, etnis, dan agama.
4. Diperlukan adanya penyempurnaan terhadap ketentuan Rancangan Undang-undang (RUU) Balai Harta Peninggalan (BHP) Pasal 3 huruf c ataupun Pasal 3 huruf c Permenkumham No 7 Tahun 2021 masih memungkinkan untuk dirubah redaksinya, yaitu: Balai Harta Peninggalan
(BHP) bukan Membuat Surat Keterangan Waris (SKW), melainkan mendaftarkan dan membuka Surat Keterangan Waris yang dikirimkan oleh Notaris.
5. Hendaknya Menkumham menerbitkan Permenkumham untuk menetapkan dan mengesahkan Notaris sebagai Lembaga yang berwenang untuk menetapkan dan mengesahkan Surat Keterangan Waris (SKW) bagi seluruh Rakyat Indonesia yang memerlukan.
6. Diperlukan adanya penyempurnaan terhadap ketentuan Undang-undang Nomor 24 Tahun 2013 tentang Administrasi Kependudukan khususnya terkait dengan rumusan hukum dan atau definisi peristiwa penting yang didalam ketentuan Undang-Undang dimaksud didefinisikan bahwa peristiwa penting adalah kejadian yang dialami oleh seseorang meliputi kelahiran, kematian, lahir mati, perkawinan, perceraian, pengakuan anak, pengesahan anak, pengangkatan anak, perubahan nama dan perubahan status kewarganegaraan. Sehingga kedepan proses pewarisan dan materi mengenai Surat Keterangan Waris perlu di-akomodasi di dalam penyempurnaan Undang-Undang dimaksud.
1
DAFTAR PUSTAKA
A. Kohar, Notaris Berkomunikasi, (Bandung: Alumni, 1984).
A.V Dicey, Pengantar Studi Hukum Konstitusi, (Terjemahan, Bandung : Nusamedia, 2007).
Abdul Ghofur Ashori, Lembaga Kenotariatan Indonesia, Perspektif Hukum dan Etika, (Yogyakarta: UII Press, 2009).
Abdul Khadir Muhammad, Hukum dan Penelitian Hukum, (Jakarta : PT. Citra Aditya Bakti, 2004)
Alfi Afandi, Hukum Waris Hukum Keluarga Hukum Pembuktian, (Jakarta : Rineka Cipta, 2004).
Bagir Manan dan Kuntara Magnar, Peranan Peraturan Perundang-undangan Dalam Pembinaan Hukum Nasional, (Bandung : Armico, 1987).
Bambang Waluyo, Penelitian Hukum dalam Praktek, (Jakarta : Sinar Grafika, 1991).
BPHN-Departemen Kehakiman, Simposium Hukum Waris Nasional, (Jakarta : BPHN, 1989).
C.S.T. Kansil, Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Indonesia, (Jakarta : Balai Pustaka, 1989).
Djuhad Mahja, Undang-undang Nomor 30 Tahun 2004 Tentang Jabatan Notaris, (Jakarta: Durat Bahagia, 2005).
Erman Suparman, Hukum Perselisihan, (Bandung : Refika Aditama, 2005).
F. SatriyoWicaksono, Hukum Waris Cara Mudah dan Tepat Membagi Harta Warisan, (Jakarta: Visimedia, cetakan 1, Tahun 2011).
Habib Adjie, Sanksi Perdata dan Administratif terhadap Notaris sebagai Pejabat Publik, (Bandung : PT. Refika Aditama, 2008).
Habib Adjie, Hukum Notaris Indonesia (Tafsir Tematik Terhadap Undang- undang Nomor 30 Tahun 2004 Tentang Jabatan Notaris, (Bandung : PT. Refika Aditama, 2009).
Ida Rosida Suryana, Serba –serbi Jabatan Notaris, Universitas Padjajaran, (Bandung, 1999).
2
Komar Andasasmita, Hukum Harta Perkawinan dan Waris menurut KUHPerdata (Teori dan Praktek), (Bandung : INI Komisariat Daerah Jawa Barat, 1987).
Marhainis Abdulhay, Hukum Perdata Materiil - Jilid I, (Jakarta : Pradnya Paramita, 1984).
Mas Marwan, Pengantar Ilmu Hukum, (Jakarta : Ghalia Indonesia, 2004).
Mochtar Kusuma Almadja, Pembinaan Hukum Dalam Rangka Pembangunan Nasional, (Bandung : Bina Cipta, Bnadung, 1975).
M Yahya Harahap, Hukum Acara Perdata Gugatan, Persidangan, Penyitaan, Pembuktian, dan Putusan Pengadilan, (Jakarta : Penerbit Sinar Grafika, 2009).
Oe Siang Djie,“Tentang Surat Keterangan Hak Waris”, Media Notariat, No. 18- 19, April 1991.
Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, (Jakarta : Kencana Prenada Media Group, 2009).
P. Heru Tunambelaka, “Undang-Undang Kewarganegaraan No 12 Tahun 2006 dan Beberapa Permasalahannya”, Makalah Disampaikan dalam Seminar Nasional di Hotel Grand Mahakam, Jakarta, 20 September 2006.
R. Soeroyo Wongsowidjoyo, Inventarisasi Masalah Hukum Waris dalam Praktek, Makalah pada Simposium Hukum Waris Nasional, (Jakarta : BPHN, 1989).
Satjipto Raharjo, Ilmu Hukum, (Bandung : Alumni, 2003).
Satriyo Wicaksono, Hukum Waris Cara Mudah dan Temat Membagi Harta Warisan, (Jakarta : Visimedia, Cetakan 1, 2011).
Soeprapto, Maria Farida Indrati, Ilmu Perundang-Undangan, Dasar-Dasar Dan Pembentukannya, (Yogyakarta : Kanisius, 2002).
3
Soetojo Prawirohamidjojo dan Marthalena Pohan, Hukum Orang dan Keluarga (Personen en Familie-Recht), (Surabaya : Airlangga University Press, 2000).
Subekti, Pokok-Pokok Hukum Perdata, (Jakarta : Penerbit Intermasa, 1985).
Sudargo Gautama, Aneka Masalah dalam Praktek Pembaharuan Hukum di Indonesia, (Bandung : PT. Citra Aditya Baktu, 1990).
Sudikno Merto Kusumo, Mengenal Hukum Suatu Pengantar, (Yogyakarta : PT.
Citra Aditya Bakti, 2004).
Sunarjati Hartono, Dari Hukum antar Golongan ke Hukum Antar Adat, (Bandung : PT. Citra Aditya Baktu, 1991).
Tan Thong Kie, Studi Notariat dan Serba Serbi Praktek Notaris, (Jakarta : PT.
Ichtiar Baru Van Hoeve, 1994).
Ting Swang Tiong, “Pembuktian hak atas Harta Peninggalan”, Media Notariat, NO.6-7, April, 1988.
———————————, Pembuktian Sebagai Ahli Waris dengan Akta Notaris, (Bandung : Mandar Maju, 2008).
————————————-, Bhinneka Tunggal Ika sebagai Asas Hukum Bagi Pembangunan Hukum Nasional, (Bandung : Alumni, 2006).
————————————-, Kaitan Undang-Undang Perkawinan dengan Penyusunan Hukum Waris, Makalah pada Simposium Hukum Waris Nasional, (Jakarta : BPHN, 1989).
Vollmar, Pengantar Studi Hukum Perdata - Jilid I, Jakarta : Rajawali Pers, 1992).
Peraturan Perundang-Undangan:
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUH Perdata).