• Tidak ada hasil yang ditemukan

Deskripsi Umum

Dalam dokumen fenomena kehidupan keluarga pelaut yang (Halaman 44-60)

BAB III METODE PENELITIAN

C. Deskripsi Umum

Seperti yang telah diuraikan pada bab IV sub bab 4.1.5 bahwa jumlah karyawan pada PT. Indonesia Ferry cabang Selayar adalah sebanyak 200 orang yang terdiri dari karyawan darat sebanyak 173 orang dan karyawan laut sebanyak 27 orang. sesuai dengan tema yang diangkat penulis, maka yang menjadi fokus penelitian adalah karyawan laut (ABK )sebanyak 27 orang. sepuluh orang responden (5 pasangan suami istri yang menjalani perkawinan terpisah (commuter marriage) yang telah dipilih oleh penulis untuk menjadi informan dalam penelitian Ini. adapun karakteristik responden terpilih tersebut tergambar dalam tabel sebagai berikut :

Tabel 5.1

Karakteristik Responden

No

Jabatan

(Pekerjaan) Jumlah (orang)

1 Nakhkoda 1

2 Muallim 1

3 Markonist 1

4 Juru minyak 1

5 Electrician 1

6 Mahasiswi 1

7 Guru PNS 1

8 IRT 1

9 Perawat 1

10 Pegawai PNS 1

Jumlah 10

Sumber : data diolah

D. Analisis Data

1. Responden I dan Responden II (pasangan pertama)

a. Identitas Diri Responden I dan Responden II (pasangan pertama)

Tabel 5.2

Identitas Diri Responden I dan Responden II

No Uraian Suami Istri

1 Nama /Kode R1 R2

2 Usia 49 tahun 47 tahun

3 Usia pernikahan 22 tahun

4 Lamanya commuter marriage 12 tahun

5 Jumlah anak 3 orang

6 Pekerjaan Pelaut (Nahkoda) IRT

7 Suku Jawa Makassar

8 Pendidikan D3 SMA

9 Agama Islam Islam

Sumber : data diolah

b. Latar Belakang Responden I dan Responden II Menjalani Kehidupan Pernikahan Dengan Tempat Tinggal Terpisah (commuter marriage)

Responden I (R1) atau suami yang berprofesi sebagai pelaut dengan jabatan sebagai seorang Nakhoda kapal, sedangkan Responden II (R2) atau istri adalah seorang ibu rumah tangga . setelah menjalani pernikahan dan hidup bersama dengan istri dan anak-anaknya, Responden I ditugaskan sebagai nakhoda kapal, dan menjalani sebagian besar waktu kerjanya di tengah laut, sedangkan sang istri tetap tinggal di Makassar

bersama dengan ank-anaknya. kondisi ini mengharuskan mereka menjalani kehidupan pernikahan yang terpisah (commuter marriage).

biasanya sang suami pulang setiap 3 bulan sekali, kadang 6 bulan sekali, atau bahkan lebih lama lagi, tergantung dari kebijakan cuti yang diberikan oleh perusahaan. Responden II mengaku dirinya ikhlas dengan keadaan tersebut.Menurutnya itu sudah menjadi konsekuensi pekerjaan yang harus diterima. Bahkan katanya suami tidak memberikan pengertian padanya sama sekali ketika mengetahui halitu .ia sendiri sudah merasa ikhlas menerima kenyataan bahwa mereka harus berpisah. Pekerjaan suaminya adalah sumber keuangan utama keluarga responden sehingga ia merasa ikhlas.

c. Penyesuaian Pernikahan Responden I dan Responden II

Sebelum menjalani commuter marriage, responden I dan responden II tinggal bersama dengan selama kurang lebih 10 tahun. Setelah itu barulah responden I dan responden II menjalanicommuter marriage yang sekarang sudah berjalan 12 tahun. ada perubahan-perubahan yang terjadi dalam pernikahan responden II ketika menjalani commuter marriage seperti perjumpaan dengan suami. jika dulu bisa terus bersama dengan suami maka sekarang ia hanya berjumpa dengan suaminya pada waktu-waktu tertentu saja, seperti 3 bulan sekali, 6 bulan sekali, atau kalau suaminya mendapat cuti saja. Komunikasi juga mengalami perubahan. Dulu ia bisa

langsung berkomunikasi dengan tatap muka langsung dengan suaminya namun sekarang tidak bisa lagi karena mereka jarang berjumpa.

Pemenuhan kebutuhan seksual yang dulunya bisa dilakukan dengan mudah sekarang hanya bisa disalurkan hanya ketika ia berjumpa dengan suaminya.

12 tahun menjalani commuter marriage membuat responden II terbiasa dengan berbagai perubahan-perubahan yang terjadi.

2. Responden III dan Responden IV (pasangan kedua)

a. Identitas Responden III dan Responden IV (pasangan kedua) Tabel 5.3

Identitas Responden III dan Responden IV

No Uraian Suami Istri

1 Nama /Kode R3 R4

2 Usia 25 tahun 22 tahun

3 Usia pernikahan 2 tahun 3 bulan

4 Lamanya commuter marriage 2 tahun 3 bulan

5 Jumlah anak 1 orang

6 Pekerjaan Pelaut (Markonist) Mahasiswi

7 Suku Makassar Makassar

8 Pendidikan D3 SMA

9 Agama Islam Islam

Sumber : data diolah

b. Latar Belakang Responden III dan Responden IV Menjalani

Kehidupan Pernikahan Dengan Tempat Tinggal Terpisah (commuter marriage)

Responden IV (istri) adalah seorang mahasiswi semester delapan tingkat akhir di suatu universitas swasta di kota Makassar. Sekarang ia memiliki anak berusia 5 bulan. Mereka menjalani commuter marriage karena mereka ingin tetap mempertahankan karir masing-masing.

Responden IV ingin tetap melanjutkan kuliahnya di Makassar sedangkan suaminya (Responden III) yang di awal pernikahan bahkan ketika masih berstatus pacaran pun dengan responden IV sudah bekerja sebagai pelaut dengan jabatan sebagai Markonist di kapal. hal Inilah yang menyebabkan mereka berpisah. Di Makassar, responden IV tinggal di rumah bersama orangtua dan saudaranya. Selama dirinya ditinggal oleh suami bekerja, ia sibuk dengan perkuliahan dan mengurus anaknya.

c. Penyesuaian Pernikahan Responden III dan Responden IV

Sebelum menikah dan mempunyai anak Responden IV sudah mengetahui bahwa pekerjaan sang suami adalah pelaut, dan konsekuensinya setelah menjalani pernikahan, mereka tidak mungkin bisa hidup dan tinggal normal sebagaimana layaknya pasangan suami istri yang lain. itulah sebabnya, secara psikologis dan emosional Responden III dan Responden IV sudah siap menjalani kehidupan perkawinan commuter marriage.

dengan demikian penyesuaian-penyesuain yang dilakukan pun tidak terlalu

menjadi hal yang memberatkan bagi keduanya. Sebelum memiliki anak, responden IV seringmerasa kesepian karena suaminya tidak tinggal bersamanya. Dia akan pergi ke rumah saudaranya untuk berbagi cerita agar rasa kesepiannya berkurang. Selain itu dia akan berkumpul dengan teman- temannya. Menurutnya hanya statusnya saja yang berubah. Bagaimanapun ia masih wanita umur 22 tahun yang masih suka bergaul dengan teman- teman seumurannya. Setelah memiliki anak, seluruh waktunya dicurahkan pada anaknya. Apabila sudah selesai kuliah, ia akan langsung pulang untuk mengurus anak. Untung bagi responden IV,ia hanya kuliah dari jam 5 sore hingga sebelum maghrib tiba. Ketika dia kuliah, nenek, ibu, dan saudaranya di rumah bersedia menjaga anaknya sehingga bebannya berkurang sedikit.Diakuinya bahwa perannya sebagai mahasiswa sekaligus ibu commuter marriage ini membuatnya sangat menguras pikiran dan fisiknya. Namun anak juga bisa menjadi sumber stress baginya apalagi jika anaknya sedang sakit atau susahminum susu. Hal tersebut mengganggu pikirannya. Semua itu terhapus jika ia melihat anaknya tersenyum.

Menurutnya senyuman anaknya bisa membuat lelahnya berkurang dan semangat kembali

3. Responden V dan Responden VI

a. Identitas Diri Responden V dan Responden VI (pasangan ketiga) Tabel 5.4

Identitas Responden V dan Responden VI

No Uraian Suami Istri

1 Nama /Kode R5 R6

2 Usia 30 tahun 25 tahun

3 Usia pernikahan 5 tahun

4 Lamanya commuter marriage 5 tahun

5 Jumlah anak 2 orang

6 Pekerjaan Pelaut (Muallim) Guru PNS

7 Suku Bugis Makassar

8 Pendidikan D3 S1

9 Agama Islam Islam

Sumber : data diolah

b. Latar Belakang Responden V dan Responden VI Menjalani Kehidupan Pernikahan Dengan Tempat Tinggal Terpisah (commuter marriage)

Responden V (suami) dan Responden VI (istri ) menjalani kehidupan pernikahan yang terpisah sejak awal pernikahan. sang suami yang berprofesi sebagai pelaut atau ABK (Muallim) dan istrinya yang berprofesi sebagai seorang guru PNS tentu mengharuskan keduanya harus tinggal terpisah. suami harus menjalani pekerjaan dan menghabiskan waktunya sebagian besar dilaut, dan sang istri juga harus tetap menjalankan tugasnya dirumah untuk menjaga keluarga sambil melaksanakan kewajibannya sebagai seorang guru.

c. Penyesuaian Pernikahan Responden V dan Responden VI

seperti pasangan Responden III dan Responden IV, sebelum menikah, responden V dan responden VI didahului oleh masa pacaran yang cukup lama, sehingga mereka masing-masing sudah mengetahui bahwa pekerjaan sang suami adalah pelaut atau ABK, dan konsekuensinya setelah menjalani pernikahan, mereka tidak mungkin bisa hidup dan tinggal normal sebagaimana layaknya pasangan suami istri yang lain. itulah sebabnya, secara mental dan fisik Responden V dan Responden VI sudah siap menjalani kehidupan perkawinan commuter marriage. dengan demikian penyesuaian-penyesuain yang dilakukan pun tidak terlalu menjadi hal yang menyulitkan bagi

keduanya. komuinikasi yang baik dan saling pengertian serta saling memahami diantara satu sama lain menjadi hal yang hal yang sangat penting dalam menjalani kehidupan pernikahan dengan pasangan yang hidup terpisah seperti pasangan-pasangan commuter marriage yang lain.

4. Responden VII dan Responden VIII (pasangan keempat)

a. Identitas Responden VII dan Responden VIII (pasangan keempat) Tabel 5.5

Identitas Responden VII dan Responden VII

No Uraian Suami Istri

1 Nama /Kode R7 R8

2 Usia 35 tahun 33 tahun

3 Usia pernikahan 10 tahun

4 Lamanya commuter marriage 10 tahun

5 Jumlah anak 3 orang

6 Pekerjaan Pelaut (Electrician) Perawat

7 Suku Bugis Bugis

8 Pendidikan SMA SPK

9 Agama Islam Islam

Sumber : data diolah

a. Latar Belakang Responden VII dan Responden VII Menjalani Kehidupan Pernikahan Dengan Tempat Tinggal Terpisah (commuter marriage)

commuter marriage sudah dijalani oleh pasangan Responden VII dan Responden VIII sejak awal pernikahan mereka. responden VII (suami) yang berprofesi sebagai pelaut atau ABK (Electrician) tentu saja harus tinggal terpisah dengan sang istri yang berprofesi sebagai perawat disebuah rumah sakit di Kabupaten Bulukumba.

b.Penyesuaian Pernikahan Responden V dan Responden VI

seperti pasangan Responden III dan Responden IV,pasangan Responden V dan Responden VII, sebelum menikah Responden VII dan Responden VIII didahului oleh masa pacaran yang cukup lama, sehingga mereka masing-masing sudah mengetahui bahwa pekerjaan sang suami (R7) adalah pelaut atau ABK, dan sang istri (R8) adalah juga wanita karir, yaitu seorang perawat di sebuah RS.

konsekuensinya setelah menjalani pernikahan, mereka tidak mungkin bisa hidup dan tinggal normal sebagaimana layaknya pasangan suami istri yag lain. oleh karena itu, secara mental dan fisik Responden V dan Responden VI sudah siap menjalani kehidupan perkawinan commuter marriage. dengan demikian penyesuaian-penyesuain yang dilakukan pun tidak terlalu menjadi hal yang menyulitkan bagi keduanya.

komunikasi yang baik dan saling pengertian serta saling memahami

diantara satu sama lain menjadi hal yang hal yang sangat penting dalam menjalani kehidupan pernikahan dengan pasangan yang hidup terpisah seperti pasangan-pasangan commuter marriage yang lain.

5. Responden X dan Responden XI (pasangan kelima)

a. Identitas Responden IX dan Responden X (pasangan kelima) Tabel 5.6

Identitas Responden IX dan Responden X

No Uraian Suami Istri

1 Nama /Kode R9 R10

2 Usia 28 tahun 24 tahun

3 Usia Pernikahan 4 tahun 5 bulan

4 Lamanya commuter marriage 4 tahun 5 bulan

5 Jumlah anak 1 orang

6 Pekerjaan Pelaut (Juru Minyak) PNS

7 Suku Bugis Jawa

8 Pendidikan SMA S1

9 Agama Islam Islam

Sumber : data diolah

c. Latar Belakang Responden IXdan Responden X Menjalani

Kehidupan Pernikahan Dengan Tempat Tinggal Terpisah (commuter marriage)

seperti beberapa pasangan sebelumnya, commuter marriage sudah dijalani oleh pasangan Responden IX dan Responden X sejak awal pernikahan mereka. responden IX (suami) yang berprofesi sebagai pelaut atau ABK (Juru Minyak) harus tinggal terpisah dengan sang istri yang berprofesi sebagai pegawai PNS di sebuah Instansi di Kabupaten Bantaeng.

a. Penyesuaian Pernikahan Responden IX dan Responden X

pasangan Responden IX dan Responden X, seperti beberapa pasangan responden sebelumnya , sebelum didahului oleh masa pacaran.

walaupun tergolong singkat, yang masa penjajakan waktu berpacaran paling tidak sudah bisa dijadikan pembelajaran untuk memahami kondisi pasangan mereka , sehingga mereka 2masing-masing sudah mengetahui bahwa pekerjaan sang suami (R9) adalah pelaut atau ABK, dan sang istri (R10) adalah juga wanita yang bekerja sebagai seorang pegawai PNS di sebuah instansi pemerintah. tentu saja setelah menjalani pernikahan, mereka tidak mungkin bisa hidup dan tinggal normal sebagaimana layaknya pasangan suami istri yang lain. oleh karena itu, Responden IX dan Responden X sudah siap menjalani kehidupan perkawinan commuter marriage. penyesuaian-penyesuain

yang dilakukan pun tidak terlalu menjadi hal yang menyulitkan bagi kedua pasangan ini. intinya, komunikasi yang dijalin dengan baik dan saling pengertian serta saling memahami diantara satu sama lain menjadi hal yang hal yang sangat penting dalam menjalani kehidupan pernikahan dengan pasangan yang hidup terpisah seperti pasangan- pasangan commuter marriage yang lain.

9. Analisis Jenis Commuter Marriage.

Bab II Tinjauan Pustaka disebutkan ada dua jenis pasangan keluarga yang bertempat tinggal terpisah(commuter marriage)Menurut Harriet Gross (dalam Marriage and Family Encyclopedia, 2009), ada dua tipe dari pasangan commuter marriagetersebut, yaitu Pasangan type adjusting (adjusting couple type), yaitu yang pertama pasangan suami istri yang usia perkawinannya cenderung lebih muda, menjalani commuter marriage diawal pernikahan, dan memiliki sedikit atau tidak ada anak dan yang kedua adalah pasangan established(establish couple type), yaitu pasangan suami istri yang usia perkawinannya telah tua, telah lama bersama dalam perkawinan dan memiliki anak yang sudah dewasa yang telah keluar dari rumah.

Jika kita menganalisa data sebelumnya tentang identitas responden maka dapat tipe-tipe perkawinan commuter marriage dari para responden adalah sebagai berikut

Tabel 5.7

Tipe Perkawinan Terpisah (commuter marriage) Responden Nama/Kode

Responden

Tipe Commuter Marriage

Ciri-Ciri

R1, R2 establish couple Usia perkawinan sudah lama (22 tahun),dan sudah mempunyai anak-anak yang sudah dewasa dan keluar rumah (anak pertama dan kedua sudah kuliah, dan anak ketiga sdh duduk dibangku SMP)

R3, R4 adjusting couple Usia perkawinan masih muda( 2 tahun 3 bulan), dan menjalani perkawinan

commuter marriagebelum

lama,mempunyai anak yang masih kecil.

R5,R6 adjusting couple Usia perkawinan dan lamanya menjalani commuter marriage masih muda (5 tahun), mempunyai anak yang masih kecil.

R7,R8 adjusting couple Usia perkawinan dan lamanya menjalani commuter marriage masih relatif muda(10 tahun), anak yang masih masih relatif kecil (belum keluar dari rumah) R9,R10 adjusting couple Usia perkawinan dan lamanya menjalani

commuter marriage masih muda, mempunyai anak yang masih kecil

dari Tabel 5.7 diatas dapat dilihat bahwa dari 10 orang responden atau 5 pasang keluarga pelaut yang menjadi responden, 8 orang atau lima pasang

diantaranya yaitu pasangan R3 dan R4, pasangan R5 dan R6, pasangan R7 dan R8, serta pasangan R9 dan R10 termasuk dalam pasangan tipe adjusting couple.

sedangkan pasangan responden R1 dan R2 termasuk dalam kategori pasangan tipe establish couple.

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis data yang telah dikemukakan pada bab sebelumnya, maka penulis mempunyai beberapa kesimpulan sebagai berikut:

1. Berdasarkan yang telah diuraikan pasangan keluarga pelaut yang hidup menjalani kehidupan keluarga terpisah yaitu karna kondisi pekerjaan suami yang mereka hidup terpisah ,sementara isri harus tinggal d rumah untuk menjaga anak –anak, atau sang isri juga mempunyai karir atau pekerjaan sendiri yang tdk bisa d tinggalkan oleh sebab itu dengan kondisi yang baik dan salin mengerti dan memahami dengan pasangan

B. Saran

1. Bagi perusahaan, hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan pertimbangan untuk lebih memperhatikan kesejahteraan dan fasilitas karyawannya terutama bagi keluarga karyawan laut, yaitu para pelaut/ABK beserta anak istrinya.

2. Bagi pasangan keluarga yang menjalani kehidupan perkawinan dengan tempat tinggal terpisah (commuter marriage), tulisan ini sedikit banyak bisa memberikan gambaran tentang seperti apacommuter marriage tersebut.

50

3. agar para pasangan yang belum menikah ataupun yag sudah menikah tidak ragu-ragu untuk menjalani pernikahan jarak jauh atau bertempat tinggal terpisah (commuter marriage) dengan melihat beberapa kelebuhan dan kekurangannya.

4. Bagi peneliti lain yang ingin mendalami hal yang sama, tulisan ini bisa menjadi salah satu bahan studi kepustakaan yang berguna.

5. Penambahan jumlah sampel dan perluasan sampel untuk penelitian selanjutnya akan lebih baik sehingga akan didapatkan dinamika yang lebih luas mengenai masalah-masalah yang berhubungan dengan commuter marriag

DAFTAR PUSTAKA

Anderson, Elaine A. & J.W. Spruill, 1993.The Dual-Career Family: A Lifestyle on The Move. Families on The Move: Migration, Immigration, Emigration, and Mobility, The Haworth Press, Inc.

Arikunto, Suharsimi, 2002. Prosedur Penelitian, Jakarta, Rineka Cipta.

Dewi, N.K, 2013. Commuter Marriage. Ketika Berjauhan Menjadi Sebuah Keputusan, Bogor, IPB Press

Gerstel, N & Gross, H.E, 1982. Commuter Marriage, a Review, dalam Gross H, E, dan Sussman, Marlin B (Eds), Marriage and Family Review (5thEdition, Hal.71-93), New York, Haworth Press.

Hurlock.B.E, 2004.Psikologi Perkembangan, Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan (terjemahan), Jakarta, Erlangga.

Jhonson, C, L, 1988. Ex Familia, Rutger University Press, New Brunswick Purwadarminta,W.J.S, 2003. Pusat Bahasa Indonesia, Jakarta, Balai Pustaka.

Sadarjoen, S.S, 2005. Konflik Marital, Bandung, PT. Refika Aditama

Walgito, B, 2002. Bimbingan dan Konseling Perkawinan, Yogyakarta, Andi Offset Sinaga, Nurmia., 2001. Peranan Sukarelaisme, Kegiatan Sukarela, dan Tenaga Kerja

Sukarela Dalam Pembangunan Masyarakat. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.

Soekanto, Soerjono., 2012. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: PT. Rajawali Pers.

Soetomo., 2006. Strategi-Strategi Pembangunan Masyarakat. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Sugiyono., 2011. Metode Penelitian Deskriptif Kualitatif. Bandung: Alfabeta.

Sumodiningrat, Gunawan., 1997. Pembangunan Daerah dan Pemberdayaan Masyarakat. Jakarta: Bina Rena Pariwara.

DAFTAR RUJUKAN

Arida, Putri & Aprilia Fajar P, 2010.Gambaran Trust Pada Istri Yang Menjalani Commuter Marriage Tipe Adjusting.Skripsi. Medan: Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara (online).

(Http://Repository.USU.ac.id/bitstream/123456789/22497/3/chapter%20II.Pdf,diakse s 11 Maret 2013)

Eryani, P, 2004. Fenomena Perilaku Selingkuh Dalam Perkawinan. Psikodimensia, Semarang,Unika Soegijapranata. Vol 4 No. 2(61-67)

Liza Marini & Julinda, Gambaran Kepuasan Pernikahan Suami Istri Pada Pasangan Commuter Marriage, (Http://Repository.USU.ac.id), Jurnal dipublikasikan, (online), (diakses tanggal 11 Maret 2014)

Rhodes, A, 2002.Long Distance Relationhip In Dual-Career Commuter Couples ; A Review Of Counseling Issues, The Family Journal : Counseling and Therapy For Couples and Families, 10, 398, 404, (Online)

(http://tft.sagepub.com/egl/content/abstract/10/404/398, diakses tanggal 11 Maret 2015)www.wikipedia.com (diakses tangga Arida, Putri & Aprilia Fajar P, 2010.Gambaran Trust Pada Istri Yang Menjalani Commuter Marriage Tipe Adjusting.Skripsi. Medan: Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara (online).

(Http://Repository.USU.ac.id/bitstream/123456789/22497/3/chapter%20II.Pdf,diakse s 11 Maret 2013)

Eryani, P, 2004. Fenomena Perilaku Selingkuh Dalam Perkawinan. Psikodimensia, Semarang,Unika Soegijapranata. Vol 4 No. 2(61-67)

Liza Marini & Julinda, Gambaran Kepuasan Pernikahan Suami Istri Pada Pasangan Commuter Marriage, (Http://Repository.USU.ac.id), Jurnal dipublikasikan, (online), (diakses tanggal 11 Maret 2014)

Rhodes, A, 2002.Long Distance Relationhip In Dual-Career Commuter Couples ; A Review Of Counseling Issues, The Family Journal : Counseling and Therapy For

Couples and Families, 10, 398, 404, (Online)

(http://tft.sagepub.com/egl/content/abstract/10/404/398, diakses tanggal 11 Maret 2015)

www.wikipedia.com (diakses tanggal 11 Maret 2014) l 11 Maret 2014)

Dalam dokumen fenomena kehidupan keluarga pelaut yang (Halaman 44-60)

Dokumen terkait