• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tindak Lanjut Temuan Pemeriksaan Sesuai Rekomendasi

B. Hasil Pemeriksaan Pengelolaan Keuangan Daerah dan Kinerja

3. Tindak Lanjut Temuan Pemeriksaan Sesuai Rekomendasi

Rekomendasi adalah saran dari pemeriksa yang relevan berdasarkan temuan pemeriksaannya, yang ditujukan kepada orang dan/atau badan yang berwenang untuk melakukan tindakan dan/atau perbaikan. Setiap temuan pemeriksaan dapat memiliki satu atau lebih rekomendasi. Rekomendasi dapat meminimalisasi akibat yang ditimbulkan dari penyimpangan dalam pengelolaan dan tanggungjawab keuangan. Oleh karena itu, sangat penting untuk ditindaklanjuti terutama berkaitan untuk peningkatan kinerja pemerintah

daerah yang diaudit. Selain itu, tindak lanjut dilakukan agar temuan-temuan hasil pemeriksaan tidak terjadi secara berulang-ulang.

Tindak lanjut rekomendasi hasil pemeriksaan adalah kegiatan dan/atau keputusan yang dilakukan oleh pejabat yang diperiksa dan/atau pihak lain yang kompeten untuk melaksanakan rekomendasi hasil pemeriksaan BPK.

Tindak lanjut rekomendasi hasil pemeriksaan BPK wajib dilakukan oleh pejabat yang diperiksa. Pejabat yang diperiksa wajib memberikan jawaban atau penjelasan kepada BPK tentang tindak lanjut atas rekomendasi hasil pemeriksaan selambat-lambatnya enam puluh hari setelah LHP diterima.

Apabila sebagian atau seluruh rekomendasi tidak dapat dilaksanakan dalam jangka waktu yang ditentukan, maka pejabat wajib memberikan alasan yang sah, dan kemudian apabila tanpa adanya alasan yang sah, maka BPK dapat melaporkan kepada instansi yang berwenang.

Tindak lanjut dari hasil temuan dan rekomendasi dari pemeriksaan masih relatif rendah. Karena berdasarkan temuan-temuan BPK untuk tahun angaran 2012 masih terdapat beberapa temuan yang berulang yang diantaranya:

a. Kas di bendahara pengeluaran tidak dapat diyakini kewajarannya sebesar Rp 637.759.827,00.

b. Penatausahaan persediaan pada beberapa satuan kerja perangkat daerah (SKPD) tidak tertib.

c. Penyajian investasi jangka panjang-investasi non permanen-pinjaman modal sebesar Rp 2.778.237.900,00 disajikan tidak berdasarkan nilai yang dapat direalisasikan.

d. Penyertaan modal kepada enam perusahaan daerah sebesar Rp 326.722.541.570,15 tidak dapat diyakini kewajarannya.

e. Penyajian aset lainnya-kemitraan dengan pihak ketiga sebesar Rp 173.325.179.315,00 tidak dapat diyakini kewajarannya.

Dengan dasar inilah maka penilaian kinerja pengelolaan keuangan Pemerintah Kota Makassar masih relatif rendah. Maka wajar saja Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) memberikan opini Wajar Dengan Pengecualian (WDP) kepada Pemerintah Kota Makassar untuk tahun anggaran 2012.

Opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) sebenarnya bukanlah hal yang sulit untuk diraih asalkan didukung dengan kemauan dan komitmen yang kuat untuk mewujudkannya. Kriteria opini BPK ada empat, yaitu kesesuaian dengan SAP, kecukupan pengungkapan, kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan, dan keandalan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP). Jika keempat kriteria tersebut telah dipenuhi, termasuk temuan pemeriksaan sebelumnya telah ditindaklanjuti, maka ditahun 2013 mungkin saja opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) dapat diraih oleh Pemerintah Kota (Pemkot) Makassar.

BAB VI PENUTUP

A. Simpulan

Penelitian ini mengenai akuntabilitas daerah Kota Makassar terkait kinerja penyelenggaraan pemerintahan, yang dipandang dari hasil pemeriksaan oleh BPK untuk LHP tahun anggaran 2012, yaitu sejauh mana keseriusan Pemerintah Kota (Pemkot) Makassar dalam menindaklanjuti rekomendasi yang diberikan oleh BPK tahun 2011 terkait temuan-temuan atas kelemahan sistem pengendalian intern dan administrasi yang terjadi didalamnya.

Pada latar belakang sebelumnya telah dijelaskan bahwa Pemerintah Kota (Pemkot) Makassar selama kurun waktu 6 tahun terakhir yaitu dari tahun 2006-2011 selalu mendapatkan opini Wajar Dengan Pengecualian (WDP) dari BPK, hal ini dikarenakan masih adanya temuan-temuan BPK dan terutama untuk tahun 2010 dengan 9 temuan serta untuk tahun 2011 dengan 7 temuan.

Selanjutnya untuk tahun 2012 ini, Pemerintah Kota (Pemkot) kembali menerima opini Wajar Dengan Pengecualian (WDP) dari Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) dikarenakan masih adanya temuan-temuan yang berulang.

Hasil dari penelitian ini menjelaskan bahwa hasil pemeriksaan oleh BPK terkait kelemahan sistem pengendalian intern, ketidakpatuhan terhadap ketentuan perundang-undangan, dan tindak lanjut atas temuan pemeriksaan yang sesuai dengan rekomendasi digunakan kurang baik oleh Pemerintah Kota

73

(Pemkot) Makassar, hal ini dikarenakan masih adanya temuan-temuan yang berulang, terutama pada 8 kelemahan Pemerintah Kota (pemkot) Makassar terhadap pengendalian intern. Itulah mengapa Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) memberikan opini yang sama seperti tahun 2011 lalu, yaitu Wajar Dengan Pengecualian (WDP) kepada Pemerintah Kota (Pemkot) Makassar.

Opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) sebenarnya bukanlah hal yang sulit untuk diraih asalkan didukung dengan kemauan dan komitmen yang kuat untuk mewujudkannya dari Pemerintah Kota (Pemkot) Makassar. Secara garis besar, kriteria opini BPK ada empat, yaitu kesesuaiarn dengan SAP, kecukupan pengungkapan, kepatuhan terhadap peraturan perundang- undangan, dan keandalan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP). Jika keempat kriteria tersebut telah dipenuhi, termasuk temuan pemeriksaan sebelumnya telah ditindaklanjuti dengan baik, maka opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) pasti dapat diraih oleh Pemerintah Kota (Pemkot) Makassar ditahun anggaran 2013 mendatang.

B. Keterbatasan

Penelitian ini dilakukan dengan berbagai keterbatasan seperti berikut:

a. Penelitian ini menggunakan sumber data dari website bpk.go.id dan beberapa media online seperti Berita Kota, Tribun Timur dan Fajar guna mendapatkan informasi mengenai temuan-temuan BPK terhadap hasil laporan keuangan Pemerintah Kota (Pemkot) Makassar tahun anggaran 2010, 2011 dan 2012.

b. Informasi mengenai temuan-temuan tersebut penulis dapatkan tidak melalui Pemkot Makassar secara langsung dikarenakan objek penelitian tidak dapat memberikan informasi yang berkenaan dengan tindak lanjut, karena menurut yang bersangkutan informasi tersebut bersifat prinsipal.

C. Saran

Berdasarkan keterbatasan penelitian yang telah dilakukan di atas, penelitian lanjutan dapat dilakukan dengan melakukan hal-hal berikut ini:

a. Menggunakan sumber data lain seperti langsung dari kantor Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) di bagian Humas dan Hukum untuk pengumpulan data Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP) yang lebih akurat dan kompeten.

b. Wawancara langsung dengan pihak-pihak yang memiliki kewenangan terhadap Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP) guna mendapatkan informasi yang lugas mengenai tindak lanjut yang dilakukan oleh Pemerintah Kota (Pemkot) Makassar.

DAFTAR PUSTAKA

Adisasmita, Rahardjo. 2011. Pengelolaan, Pendapatan & Anggaran Daerah, Graha Ilmu, Yogyakarta.

Agung Rai, I Gusti. 2008. Audit Kinerja pada Sektor Publik, Salemba Empat, Jakarta.

Ahmad, Komaruddin. 2008. Dasar-Dasar Manajemen Investasi dan Portofolio, Edisi Revisi,Rineka Cipta, Jakarta:.

Bastian, Indra. 2007. Audit Sektor Publik, Edisi 2, Salemba Empat, Jakarta.

Bastian, Indra. 2009. Akuntansi Sektor Publik di Indonesia, BPFE-Yogyakarta, Yogyakarta.

Bratakusumah, Supriadi, Deddy, dan Solihin, Dadang, 2004. Otonomi Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Darise, Nurlan. 2009. Pengelolaan Keuangan Pada Satuan Kerja Perangkat daerah (SKPD) dan (BLU), Edisi Kedua, Indeks, Jakarta.

Hiro, Tugiman. 2006. Standar Profesional Audit Internal, Kanisius, Yogyakarta.

Mahmudi. 2010. Manajemen Kinerja Sektor Publik, Edisi Kedua, UPP STIM YPKN, Yogyakarta.

Mayangsari, Sekar &Puspa Wandanarum. 2013. Auditing Pendekatan Sektor Publik dan Privat, Media Bangsa, Jakarta.

Rahayu, Kurnia, Siti & Ely Suhayati. 2010. Auditing, Konsep Dasar dan.

Pedoman Pemeriksaan Akuntan Publik. Yogyakarta : Graha Ilmu.

Sutaryo. 2013. Pengaruh Pemeriksaan dan Pengawasan Keuangan Daerah terhadap

Kinerja Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah(Studi Empiris pada Pemerintah Kabupaten/Kota di Indonesia).SimposiumNasional Akuntansi XV. Manado.

Pasal 51 Undang-undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara.

76

Dokumen terkait