182
SIKAP MODERASI BERAGAMA DALAM
183 ABSTRAK
At the time of the covid-19 pandemic, social media played a role in spreading all values, both positive and negative, in line with the life of modern society which is constaly dynamic, the spread of hoax new during the covid 19 pandemi took place spreading negative values which predicted a moderate attitude towords religion ,the attitude of apathy with jabariyah’s theology is becoming increasingly epidemic due to expusere to social media tha has hit modern society without knowing age and social affilation,social media should not backfire for its users, it should be a positive trigger in growing adull religious moderation, social media is not just a mere entertainment tool , but in it there are several realms of atiran and ethics that must be heeded in the mids of the covid 19 pandemi, precisely what must emerge is the objective attitude that must arise from the users of social media so that it gives birh to a moderat attitude in religion , this study uses qualitative methods, so that the data needed is only limited to the documents analyzed in accordance with research needs, the result of this study state that modern humns as user of social media.
PENDAHULUAN
Agama hadir bersama dengan sejarah peradaban umat manusia dimuka bumi, dan telah mengalami perubahan ataupun evolusi secara berkesinambungan dan juga proses tahapan yang cukup panjang, hal ini menunjukan bahwa agama pada dasarnya bersifat dinamis dan tidak statis, munculnya agama didalam ruang-ruang social yang dinamis dan memiliki kualitas akan berdampak pada proses pemaknaan yang sifatnya
184
baru terhadap entitas bagi objek yang berinteraksi(kahmad, 200) agama sebagai satu sistem keyakinan yang merupakan manisfestasi bagi segala probelema kehidupan yang sulit untuk dipecahkan secara empiric dan juga tehknologi spritualitasi merupakan keyakinan inti dalam sebuah agama mampu memberikan pemaknaan baru yang mendasari perilaku serta tindakan-tindakan manusia dalam mengubah dan memaknai lingkungan alam dan social.
Akhir-akhir ini pola keberagaman di Indonesia tampaknya kembali mndapatkan cobaan dengan adanya wabah virus yang bermuladi wuhan cina yang dikenal dengan covid- 19 dan penyebaran virus ini telah masuk Indonesia sejak pertngahan februari silam, hal ini ditentunya memicu pemerintah untuk melakukan pencegahan penyebaran virus covid-19 dengan berbagai macam pola dan kebijakan tersebut tentunya berdampak pada perubahan social masyarakat, adanya prubahan tersebut tentunya sangat berdampak dalam berbagai sisi kehidupan bermasyarakat baik sisi ekonomi, politik, sososiologi, serta agama tentunya.
LITERATUR
Qurais shihab (2019) menegaskan bahwa moderasi beragama atau wasatthiyyah adalah prinsip utamaislam yang hanya dapat ditegakkan dengan tiga hal: ilmu, kebijakan dan keseimbangan, tanpa ketiganya, kehadiran islam yang menjadi rahmat bagi semesta alam akan tetap terus timpang dan pincang, menurut beliau kecenderungan suasana kberagaman di Indonesia,khususnya di berapa tahun belakangan.di mana
185
semangat keberagaman sebagian orang tidak berbekal dengan pengetahuan agama yang mendalam, di tambah lagi dengan serbuan ragam ideology transnasional yang massif, imbasnya adalah, sebagian orang cenderung mudah berkata kasar, memaki, menyebar isu negative dan di saat yang sama, mudah memuji berlebihan terhadap suatu hal yang di sukai. Disisi lain ada juga sebagian orang yang memulai apatis dengan agama.
Merujuk pada beberapa hal agama lantas dituduh sebagai biang kegaduhan dan kemunduran, karena itu peran agama harus diminimalisir dan urusan-urusan public, kecenderungan ini juga sepenuhnya tidak tepat, ide sekulariasi yang berlebihan juga akan menyeret peradaban manusia ke dalam lonceng kehampaan spritualisasi, karena itu dua kecenderungan ini harus dipahami bersama, diakui dan dimengerti sebagai sebuah penyakit yang harus diobati bersama, saat ini sebagian orang beragama yang telah terpapar ekstremismedan libralisme harus dirangkul ulang.
Achmad yurianto, (2020) menegaskan bahwa new normal menerut pemerintah Indonesia adalah tatanan baru untuk beradaptasi dengan covid-19 maysrakat harus menjaga produktivitas di tengah pandemi virus corona dengan tatananbaru yang disebut new normal menurutnya, tatanan baru ini sebabnya karena hingga kini belum ditemukan vaksin definitive dengan standar internasional untuk pengobatan virus corona, para ahli masih bekerja keras untuk mengembangkan dan menemukan vaksin agar bisa segera digunakan untuk pengendalian pandemi covid 19 sekarang satu-satunya cara yang harus dilakukan bukan dengan menyerah tidak melakukan
186
apapun,melainkan kita harus menjaga diri agar dalam situasi seperti ini tetap produktif namun aman dari covid 19 sehingga diperlakukan tatanan yang baru. Menurut yuri, tatanan, kebiasaan dan perilaku yang baru berbasis pada adaptasi untuk membudayakan perilaku hidup bersih dan sehat inilah yang kemudian disebut sebagai new normal.
METODE PENELITIAN
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif dengan memakai pola pendekatam studi kepustakaan, baik berupa junal ilmiah, buku ataupun artikel selain itu seorang peneliti dapat memproleh informasi tentang penelitian-penelitian sejenis apapun penelitian yang sudah dilakukan sebelumnya.
PEMBAHASAN
Ada 3 prinsip dasar negara yang di adopsi di Indonesia yang memungkinkan pengembangan konsep moderasi di Indonesia yaitu: 1 Indonesia adalah negara kebangsaan yang berketuhanan dan beragama Indonesia bukanlah negara agama sebab tidak memberlakukan huku m agama sebagai hukum nasional, sebagai negara religious yang tidak memberlakukan hukum agama sebagai hukum nasional, Indonesia juga bukan negara sekuler yang memisahkan sepenuhnya urusan agama dan urusan negara,2 sebagai negara Indonesia bertangung jawab memberikan perlindungan dan kebebasan dalam beragama, berarti menjadikan sebuah ajaran agama sebagai pedoman hidup dalam memperoleh ketenangan 3 negara melindungi keregaman dan kebinekaan dalam agama, budaya
187
dan ras jaminan atas kemejemukan inilah yang menjadi meddalam ia untuk bertumbuh suburnya moderasi beragama.
Hal ini di sebap kan setiap orang yang memeluk agama tertentu dapat mengekspresikan keberagamaan tanpa harus merasa khawatir, takut dan tertekan dari pemeluk agama lain(
kementerian agama RI, 2019) demikian pandangan yang beragam itu sebenarnya semakin menunjukan adanya kesatuan diantara para penganut agama yang secara intutif telah ditangkap oleh scheilmacher ketika ia mengatakan bahwa semakin pesat kemajuan dalam beragama , semkin tampak bahwa dunia keagamaan adalah satu kesatuan yang tak terbagi (ghazali, 2004)
KESIMPULAN
Negara Indonesia adalah negara bangsa yang berketuhanan. Hal ini menjadikan negara Indonesia sebagai negara yang potensial dalam penerapan dan pengembangan konsep moderasi beragama wabah covid-19 yang sedang terjadi di Indonesia mendorong lajunya percepatan perubahan social di masyarakat hal ini berdampak padapola keberagaman masyarakat Indonesia khususnya islam yang sedang menjalankan ibada puasa pada bulan Ramadhan. Pola keberagaman yang telah menjadi bagian dari pada tradisi umat islam yang mana biasanya umat islam dalam menyambut bulan penuh keberkahan ini disebut dengan kemeriahan dan kesenangan hati serta kerelaan dalam menjalankan kewajiban dalam mejalankan kewajibannya dalam berpuasa secara berjamaah kini harus menjalankan ibadah sendiri-sendiri
188
dirumah terlepas dari pro dankontra yang terjadi di masyarakat, terkait larangan beribadah di masjid, tampak bahwa keputusan pemerintah terakait kebijakan PSBB yang didukung oleh MUI dan kebanyakan islam di indonesi justru menampakan wajah islam yang moderat ditengah lajunya arus perubahan social dan dampaknya terdapat polah keberagamaan umat islam itu sendiri sahingah jelaslah bahwa pada dasarnya islam mrupakan ajaran cinta kasih dan rahmat untuk seluruh alam dan sesuai dengan kondisi tiap saman.
DAFTAR PUSTAKA
Ghazali, A. M. (2004). Agama dan Keberagamaan. Bandung:
pustaka Setia.
Kementerian Agama RI. (2019). Moderasi Beragama. Jakarta : badan litbang dan dikltat kementerian Agama RI.
189