• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sistem Ekonomi Alternatif

Dalam dokumen HUKUM PERBANKAN SYARIAH (Halaman 31-34)

C. Sistem Ekonomi Syariah

4. Sistem Ekonomi Alternatif

Berbeda dengan Sistem Ekonomi Kapitalis atau Liberalis dan Sistem Ekonomi Sosialis yang telah diuraikan di atas, Ekonomi Islam menerapkan Sistem Ekonomi Syariah yang berdasar pada moral dan hukum bersama yang jujur dan adil untuk menegakkan bangunan Sistem Ekonomi Syariah sebagai alternatif yang lebih praktis. Atas dasar prioritas yang diakui bersama, Islam mengemuka-kan ”konsep keseimbangan” antara kepentingan individu (khusus) dan kepen-tingan negara (umum) yang bersumber dari al-Qur’an dan al-Sunnah.

Berdasar pada konsep keseimbangan tersebut, dapat dipahami bahwa sistem ekonomi yang dikehendaki oleh Islam adalah kumpulan dasar umum ekonomi yang disimpulkan dari al-Qur’an dan al-Sunnah. Bangunan yang didirikan di atas landasan tersebut sesuai dengan setiap lingkungan dan waktu. Oleh karena itu, al- Qur’an dan al-Sunnah merupakan sumber utama yang memegang peranan penting dalam memberikan dasar-dasar pada Sistem Ekonomi Syariah.

Prinsip-prinsip utama yang dikemukakan Islam sebagai dasar Sistem Ekonomi Syari’ah adalah:

a. kebutuhan dasar manusia mengenai ekonomi:

b. ciri-ciri Sistem Ekonomi Syariah: dan c. kebebasan ekonomi menurut Islam.

Selain dari hal-hal tersebut, Islam dengan al-Qur’an dan al-Sunnah juga mampu menyelesaikan permasalahan yang berkaitan dengan faktor produksi, distribusi, pemasaran, dan pemanfaatan, serta pendayagunaan barang dan jasa melalui Akad menurut Islam. 40

Ekonomi menurut Islam merupakan bagian dari sistem Islam secara integral, yang membedakanya dari sistem ekonomi hasil penemuan manusia, yang memisahkan kehidupan ekonomi dan agama. Ekonomi menurut Islam mewujud-kan keseimbangan antara kepentingan individu dan kepentingan umum. Asas keseimbangan tersebut tertulis dalam Al-Qur’an Surat al-Hasyr ayat (7), yang terjemahannya adalah sebagai berikut:

”Begitu juga halnya dengan Harta Perolehan Perang yang berasal dari penduduk kota-kota Yahudi, tidak dibagi menurut ketentuan ghanimah, tetap dia milik Allah yang diperuntukkan bagi Rasul, kaum kerabatnya, anak-anak yatim, orang-orang miskin, dan kaum musafir yang kehabisan perbekalan di perjalalan.

Dibagi sedemikian rupa, sehingga Harta Perolehan Perang itu tidak hanya tersebar di kalangan orang kaya di antaramu saja. Apa-apa Harta Perolehan Perang yang diberikan Rasul kepadamu, ambillah. Sebaliknya mana yang

39 Baca juga uraian Ahmad Muhammad al-Assal. cs. 1980 hlm.11 40 Baca juga uraian H.A. Djazuli. Op.Cit. 2002. hlm.19 sd 20.

dilarangnya, tinggalkanlah. Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah sangat berat siksaan-Nya”.

Berdasar pada firman Allah tersebut di atas, jelaslah bahwa Sistem Ekonomi Syariah sangat berbeda dengan Sistem Ekonomi Kapitalis dan Sistem Ekonomi Sosialis. Sistem Ekonomi Kapitalis lebih mengutamakan kepentingan individu dan Sistem Ekonomi Sosialis lebih mengutamakan kepentingan umum, walau-pun harus melanggar hak individu. Tetapi Sistem Ekonomi Syariah lebih meng-utamakan keseimbangan antara kepentingan individu dan kepentingan umum.41

Asas keseimbangan dalam Sistem Islam memberikan kebebasan kepada setiap individu dalam berekonomi. Tidak seperti yang ditekankan oleh Sistem Sosialis, Sistem Islam juga tidak membebaskannya tanpa kendali seperti yang dilakukan oleh Sistem Kapitalis. Hal ini berarti bahwa kebebasan dalam berekonomi menurut Sistem Islam adalah kebebasan yang terikat. Artinya, Sistem Islam tidak mengizinkan individu memiliki kebebasan mutlak, tetapi mengikat kebebasan itu dengan batas nilai-nilai syariah. Sistem Islam menekankan bahwa kebebasan individu dalam melaksanakan kegiatan ekonomi itu, terikat oleh Syariah Islam.

Ikatan tersebut ditentukan oleh fiman Allah dalam al-Qur’an:

Surat al-Nisa’ ayat (29), yang terjemahannya adalah sebagai berikut:

”Hai orang-orang yang beriman,janganlah memakan harta sesamamu dengan dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perdagangan yang terjadi suka sama suka antaramu. Dan janganlah membunuh dirimu. Sesungguhnya Allah Maha Penyayang kepadamu.

Surat al-Mulk ayat (15), yang terjemahannya adalah sebagai berikut:

”Dia-lah yang menjadikan bumi serba berguna bagimu.Karena itu melawatlah

ke segenap penjurunya, dan makanlah rizki yang telah diadakan-Nya untuk mu. Dan satu hal yang wajib kamu yakini adalah kamu akan dikembalikan ke-

pada-Nya”.

Surat al-Jumu’ah ayat (10), yang terjemahannya adalah sebagai berikut:

”Dan bila salat Jum’at telah ditunaikan, berpencarlah di permukaan bumi untuk mencari karunia Allah. Dan perbanyaklah mengingat Allah semoga kamu beruntung”.

Maksudnya, setelah menunaikan salat yang berguna untuk kemaslahatan kehidupan akhirat, tunaikan pula usaha-usaha untuk kehidupan duniawi. Namun dalam mencari kehidupan duniawi itu, hendaklah ingat kepada Allah , agar kita terhindar dari sikap ”menghalalkan segala cara” untuk mendapatkan rezeki itu.

Surat al-Baqarah ayat (275), yang terjemahannya adalah sebagai berikut:

”Orang-orang yang makan riba itu tidak dapat berdiri tegak, melainkan seperti berdirinya orang yang kesurupan. Itu disebabkan pendapat mereka yang mengatakan jual beli itu sama dengan sistem riba. Padahal Allah telah

41 Baca juga uraian H.A. Djazuli. Op.Cit. 2002. hlm.20 sd 21.

menghalalkan sistem jual beli dan mengharamkan sistem riba. Barangsiapa yang telah menerima pengajaran dari Tuhannya kemudian dia berhenti, maka untuk dia adalah apa yang sudah diambilnya dahulu. Urusannya terserah kepada Allah. Tetapi siapa yang mengulangi kembali, mereka itu adalah penghuni neraka, mereka kekal di dalamnya”.

Dalam upaya menyempurnakan pengakuan Islam terhadap kebebasan ekonomi, Islam telah memberikan wewenang kepada negara untuk:

a. ikut campur dalam fungsionalisasi Sistem Ekonomi Syariah;

b. melindungi kepentingan masyarakat dari tindakan sewenang-wenang kaum kapitalis, kaum pedagang, dsb;

c. memelihara keselamatan dan mencegah kezaliman dalam kehidupan masyarakat;

d. mengajak masyarakat untuk berbuat kebajikan, memerintah yang makruf dan mencegah yang munkar. Hal ini seiring dengan kebijaksanaan pemimpin terhadap rakyat dalam mewujudkan kemaslahatan atau kesejah teraan.

Berdasar pada uraian di atas, dapat dipahami bahwa pengakuan Islam akan kebebasan ekonomi dengan menentukan ikatan-ikatan adalah bertujuan untuk merealisasikan dua hal:

a. agar kegiatan ekonomi berjalan sesuai dengan ketentuan yang termuat dalam syariah Islam;

b. terjaminnya hak negara dalam ikut campur, baik untuk mengawasi kegi- atan ekonomi terhadap individu maupun untuk melaksanakan beberapa macam kegiatan ekonomi yang tidak mampu ditangani oleh individu atau individu tidak mampu untuk mengeksploitasinya dengan baik. 42

Dengan demikian, jelas bahwa persoalan-persoalan yang berkenaan dengan masalah ekonomi telah tersimpul dalam ajaran Islam, sehingga dapat dinyatakan bahwa aturan Islam tentang ekonomi ini termasuk aturan yang cukup sempurna dan lengkap. Penerapan Sistem Ekonomi Syariah dalam tatanan perekonomian umat dapat memberi peluang besar menuju kepada terwujudnya kesejahteraan dan kemaslahatan umat.

Kesadaran untuk melaksanakan Sistem Ekonomi Syariah tampak semakin hari semakin kentara. Pelaksanaan sistem ekonomi Islam itu tidak hanya dilakukan di negara-negara Islam, melainkan juga di negara-negara yang bukan negara Islam bahkan di negara yang mayoritas penduduknya non-muslim. Dapat dinyatakan bahwa pelaksanaan Sistem Ekonomi Syariah bukan karena muslimnya melain-kan karena sistemnya dirasakan lebih bermanfaat dibandingkan dengan Sistem Ekonomi Kapitalis/Liberal dan Sistem Ekonomi Sosialis.

Keinginan dan upaya untuk menerapkan Sistem Ekonomi Syariah itu telah mulai tampak pula di Indonesia, yakni satu negara yang berideologi bukan Islam, tetapi

42 Baca juga uraian Ahmad Muhammad al-Assal. cs. 1980. hlm.79 sd 80.

mayoritas penduduknya beragama Islam. Keinginan dan upaya itu telah cukup lama dilakukan dan semakin hari semakin tumbuh subur.43 Kini penerapan Sistem Ekonomi Syariah di Indonesia dapat dibuktikan dengan diundangkannya Undang- Undang No.21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah. Undang-undang tersebut merupakan dasar hukum yang kuat dan pasti, tidak hanya bagi berlaku-nya Sistem Hukum dan Ekonomi Syariah, tetapi juga tentang status Perbankan Syariah sebagai landasan hukum beroperasinya alternatif sumber pembiayaan bisnis syariah di samping Sistem Konvensional yang telah ada lebih dulu.

---

Dalam dokumen HUKUM PERBANKAN SYARIAH (Halaman 31-34)