• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sistem Off-Grid

Dalam dokumen laporan tugas akhir penelitan plts (Halaman 31-51)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Landasan Teori

II.1.3 Sistem Off-Grid

Gambar II. 1 Sistem Kerja PLTS Off-Grid

Sistem off-grid adalah sistem yang tidak mengandalkan jaringan lain dan hanya mengandalkan matahari sebagai satu satunya sumber pembangkit.Biasanya sistem ini dipakai di desa desa Datau rumah rumah yang tidak dialiri oleh arus PLN.Tetapi dengan berkurangnya sumber daya fosil yang dipakai maka tidak memungkinkan bahwa di area perkotaan tidak dipasng sistem ini juga karena sistem ini sangat hemat untuk dipakai dan tidak terlalu bergantung pada jaringan PLN.Berikut merupakan sistem kerja PLTS Off-Grid:

Dalam gambar diatas merupakan sistem kerja sistem Off-Grid dan dapat dijabarkan sebagai berikut:

1. Sel surya(Photovoltaic) yang terkena sinar matahri akan meghasilkan listrik DC pada panel tersebut

2. Setelah itu listrik DC akan disalurkan ke solar charge controller(SCC) dengan tujuan unuk mengatur beban DC yang masuk dari panel surya agar tidak terjadi kelebihan beban.

3. Setelah disalurkan ke SCC listrik DC akan disalurkan lagi oleh SCC ini ke sistem baterai yang menampung listrik DC ini.

4. Lalu setelah disalurkan ke baterai agar bisa terpakai dalam kehidupan listrik DC akan dirubah menjadi listrik AC dan peran inverter yang mengubah arus tersebut

5. Setelah dirubah oleh inverter maka listrik tersebut bisa dipakai untuk kehidupan sehari-hari seperti lampu,penggunaan mesin cuci dan penggunaan alat rumah tangga lainnya.

Setelah diketahui sistem kerja dari sistem Off-Grid ini diketahui bahwa dibutuhkan 4 komponen utama untuk pemasangan sistem ini yaitu Panel surya,Solar Charge Controller(SCC),Baterai,dan Inverter.

II.1.3.1 Komponen Sistem Off-Grid

Terdapat 4 komponen utama dalam pembuatan sistem ini dan beberapa komponen pendukung lainnya.Komponen ini sangat berkesinambungan satu sama lain jadi harus ada dan tidak boleh terlewatkan,berikut merupakan komponen utama yang harus ada dalam sistem ini adalah sebagai berikut:

1 Panel Surya (Photovoltaic)

Panel surya adalah komponen paling penting dalam sistem ini adalah sebuah komponen yang dapat mengubah radiasi matahari menjadi energi listrik, perubahan energi ini disebut dengan photovoltaic. Efek photovoltaic sendiri adalah pelepasan muatan positif dan negatif melaui sinar matahri.Jadi secara langsung output berupa arus dan tegangan dipengaruhi oleh intesitas cahaya yang dihasilkan matahari tersebut.

Panel surya biasanya dikemasa dalam satu unit yang disebut modul.Dalam sebuah modul surya tersebut terdiri dari banyak panel surya yang bisa dirangkai secara seri maupun parallel.Sedangkan yang dimaskud dengan surya ialah sebuah elemen semikonduktor yang dapat mengkonversi energi surya menjadi energi listrik atas dasar efek photovoltaic.Ada beberapa macam bentuk panel surya yaitu sebagai berikut

1. Monocrystaline

Gambar II. 2 PLTS Monocrystalline (Sumber : [9] )

Panel monocrystaline adalah panel surya yang terbuat dari batang silikon tunggal berbentuk silinder, yang kemudian diiris tipis menjadi bentuk wafers dengan ketebalan sekitar 200-250 Β΅m, dan pada permukaan atasnya dibuat alur alur (micrograves) yang bertujuan untuk meminimlkan rugi-rugi refleksi atau pantulan.Keunggulan utama dari jenis ialah efisiensinya yang lebih baik sekitar 14- 17%, serta lebih tahan lama (efektif hingga 20 tahum lebih penggunaan)

2. Polycrystaline

Polycrystalline terbuat dari batang silikon yang dihasilkan dengan cara dilelehkan dan dicetak oleh pipa paralel, lalu wafers sel surya ini biasanya berbentuk persegi dengan ketebalan 180- 300 ΞΌm. Polycrystalline dibuat dengan tujuan untuk menurunkan harga produksi, sehingga memperoleh sel surya dengan harga yang lebih murah, namun tingkat efisiensi sel surya ini tidak lebih baik dari polycrystalline yaitu sebesar 12-14%.

Gambar II. 3 PLTS Polycryssatlline (Sumber : [9] )

3. Amorphus Silicon

Amorphus Silicon diendapkan sebagai film pada penyangga (mis alumunium) memiliki teknologi PV dengan biaya yang lebih murah dibandingkan dengan polycrystalline maupun monocrystaline,tetapi dengan efisiensi yang lebih kecil dengan lapisan plastic atau bahan yang lebih flexible.Efisiensi dari jenis ini hanya 7 sampai 8 % sedangkan untuk modulnya hanya di angka 10 – 11 % kinerja karena banyak hambatan pada elektron didalam fluksnya.

Gambar II. 4 PLTS Amorphus Silicon (Sumber : [9] )

Setelah melihat jenis jenis panel surya yang dijelaskan di gambar II.2,II.3 dan II.4 terdapat lagi sistem instalasi panel surya yang dibagi menjadi dua yaitu sebagai berikut:

1. Rangkaian Seri Sollar Cell

Rangkaian seri solar cell adalah suatu rangkaian yang dihubungkan secara seri yaitu dengan menghubungkan antara bagian depan (+) dari panel surya utama dengan bagian belakang (-) dari panel surya kedua

2. Rangkaian Parallel Sollar Cell

Rangkaian parallel solar cell adalah suatu rangkaian yang dihubungkan secara parallel yaitu dengan menghubungkan antara terminal kutub positif dan negatif dari panel tersebut.

4. Konversi energi

Dalam mengolah energi matahari menjadi energi listrik,terdapat beberapa rumusan yang bisa digunakan dalam pengelohan tersebut yaitu sebagai berikut :

1 Besar energi matahari yang diterima modul surya

Besar energi matahari yang diterima modul surya dapat dilakukan dengan perhitungan intesitas cahaya matahari yang masuk (Pin) yaitu :

𝑃 𝑖𝑛 = 𝐼 π‘Ÿπ‘Žπ‘‘ Γ— 𝐴 π‘π‘Žπ‘›π‘’π‘™β€¦β€¦β€¦(1) Sumber : [10]

Dimana:

P in = energi/daya masuk ke panel surya (watt) I rad = intesitas radiasi matahari (

π‘Š/

𝑀²

)

A panel = luas permukaan panel ( mΒ² ) 2 Besar energi listrik yang dihasilkan modul surya

Besar energi listrik yang dihasilkan dari modul surya (P out) dapat dihitung dengan mengukur tegangan dan arus keluaran modul surya sehingga energi yang dihasilkan merupakan daya keluaran dari panel surya. Dapat digunakan rumus sebagai berikut yaitu :

𝑃 π‘œπ‘’π‘‘ = 𝑉 Γ— 𝐼 … … … (2) Sumber : [10]

Dimana:

P out = energy/daya keluaran dari panel surya (Watt) V= = tegangan yang dihasilkan (Volt)

I = kuat arus ( Ampere )

3 Besar efisiensi yang dihasilkan modul surya

Besar efisiensi yang dihasilkan modul surya dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut :

𝐸𝑓𝑖𝑠𝑖𝑒𝑛𝑠𝑖 = π‘π‘’π‘ π‘Žπ‘Ÿ π‘’π‘›π‘’π‘Ÿπ‘”π‘– π‘¦π‘Žπ‘›π‘” π‘˜π‘’π‘™π‘’π‘Žπ‘Ÿ (𝑃 π‘œπ‘’π‘‘)

π‘π‘’π‘ π‘Žπ‘Ÿ π‘’π‘›π‘’π‘Ÿπ‘”π‘– π‘¦π‘Žπ‘›π‘” π‘‘π‘Žπ‘‘π‘Žπ‘›π‘” (𝑃 𝑖𝑛)………(3) Sumber : [10]

2 Solar Charge Controller

Solar Charge Controller adalah peralatan elektronik yang digunakan untuk mengatur arus searah yang diisi ke baterai dan diambil dari baterai ke beban.Solar charge controller mengatur overcharging (kelebihan pengisian – karena batere sudah penuh dan kelebihan voltase dari panel surya / solar cell. Kelebihan voltase dan pengisian akan mengurangi umur baterai.

Solar charge controller menerapkan sistem teknologi pulse width modulation(PWM) untuk mengatur fungsi pengisian baterai dan pembebasan arus dari baterai ke beban.Panel surya 12 volt biasanya memiliki tegangan output 16-21 volt.Jadi tanpa solar charge controller,baterai akan rusak karena kelebihan beban dan ketidakstabilan tegangan karena baterai umunya di charge pada tegangan 14-14,7 volt.

Ada beberapa fungsi detail dari solar charge controller ini ialah sebagai berikut:

1. Mengatur arus untuk pengisian ke baterai,menghindari overcharging dan overvoltage.

2. Mengatur arus yang dibebaskan/diambil dari baterai agar tidak full discharge, dan overloading

3. Monitoring temperature baterai.

Solar Charge Controller biasanya terdiri dari : 1 input ( 2 terminal ) yang terhubung dengan output panel surya / solar cell, 1 output ( 2 terminal ) yang terhubung denganbaterai / aki dan 1 output ( 2 terminal ) yang terhubung dengan beban ( load ). Arus listrik DC yang berasal dari baterai tidak mungkin masuk ke panel sel surya karena biasanya ada 'diode protection' yang hanya melewatkan arus listrik DC dari panel surya / solar cell ke baterai, bukan sebaliknya.

Charge Controller bahkan ada yang mempunyai lebih dari 1 sumber daya, yaitu bukan hanya berasal dari matahari, tapi juga bisa berasal dari tenaga angin ataupun mikro hidro. Di pasaran sudah banyak ditemui charge controller 'tandem' yaitu mempunyai 2 input yang berasal dari matahari dan angin. Untuk ini energi yang dihasilkan menjadi berlipat ganda karena angin bisa bertiup kapan saja, sehingga keterbatasan waktu yang tidak bisa disuplai energi matahari secara full, dapat disupport oleh tenaga angin. Bila kecepatan rata-rata angin terpenuhi maka daya listrik per bulannya bisa jauh lebih besar dari energi matahari.

Terdapat dua jenis solar charge controller yaitu jenis PWM(Pulse Wide Modulation) dan MPPT (Maximum Power Point Tracker)

1. PWM (Pulse Wide Modulation)

PWM (Pulse Wide Modulation), seperti namanya menggunakan 'lebar' pulse dari on dan off elektrikal, sehingga menciptakan seakan-akan sine wave electrical form

Gambar II. 5 SCC PWM

2. MPPT (Maximum Power Point Modulation)

Konversi DC to DC (Direct Current). MPPT dapat mengambil maximun daya dari PV. MPPT charge controller dapat menyimpan kelebihan daya yang tidak digunakan oleh beban ke dalam baterai, dan apabila daya yang dibutuhkan beban lebih besar dari daya yang dihasilkan oleh PV, maka daya dapat diambil dari baterai

Gambar II. 6 SCC MPPT

3. Baterai

Baterai merupakan salah satu komponen yang digunakan pada sistem PLTS yang dilengkapi dengan penyimpanan cadangan energi listrik. baterai memiliki fungsi untuk menyimpan energi listrik yang dihasilkan oleh panel surya dalam bentuk energi arus DC. Energi yang disimpan pada baterai berfungsi sebagai cadangan (back up), yang biasanya digunakan pada saat panel surya tidak menghasilkan energi listrik, contohnya pada saat malam hari atau pada saat cuaca mendung, selain itu tegangan keluaran ke sistem cenderung lebih stabil. Satuan kapasitas energi yang dihasilkan pada baterai adalah ampere hour (Ah), yang artinya arus maksimum yang dapat dikeluarkan oleh baterai selama satu jam.

Proses pengosongan baterai (discharge), baterai tidak boleh dikosongkan hingga titik maksimum, sebab hal ini mempengaruhi usia pakai (life time) dari baterai tersebut. Batas pengosongan dari baterai disebut dengan depth of discharge (DOD) yang dinyatakan dalam satuan persen. Suatu baterai memiliki DOD 80%, ini berarti bahwa hanya 80% dari energi yang tersedia dapat dipergunakan dan 20% tetap berada dalam cadangan. Semakin dalam DOD yang diberlakukan pada suatu baterai maka semakin pendek pula siklus dari baterai tersebut

Baterai dapat diartikan sebagai gabungan dari sel-sel yang terhubung seri.

Secara umum ada dua jenis baterai yang digunakan untuk keperluan solar electric systems, yaitu lead acid battery (accu) dan nicel cadmium battery. Kedua jenis baterai tersebut memiliki komponen yang hampir sama, hanya saja berbeda dalam jenis elektroda yang dipakai dan jenis elektrolit yang digunakan untuk membangkitkan reaksi elektrokimia. Lead acid battery menggunakan lempengan yang terbuat dari lead, dan sebagai elektrolitnya digunakan H2SO4 (asam sulfur) yang sama seperti pada accu serta memiliki efisiensi 80%. Sedangkan nickel cadmium battery menggunakan cadmium sebagai elektroda negatif dan nikel

sebagai elektroda positif sedang elektrolitnya dipakai potassium hidroksida dan memiliki efisiensi 70%

Baik lead acid baterai maupun nikel cadmium baterai secara umum mempunyai 4 bagian penting. Keempat bagian tersebut mempunyai fungsi yang berbeda-beda yang menunjang proses penyimpanan energi maupun pengeluaranv energi.Empat bagian tersebut adalah :

1. Elektroda

2. Pemisah atau Separator 3. Elektrolit

4. Wadah sel

Dari sekian banyak jenis baterai, jenis baterai lead acid lebih banyak digunakan pada sistem PLTS karena ketersediaan ukuran (Ah) yang ada lebih banyak, lebih murah, dan karakteristik performanya yang cocok. Pada umumnya baterai penyimpanan energi listrik dibagi menjadi dua kategori yaitu:

1. Primary batteries yaitu dapat menyimpan dan mengirim energi listrik ke beban tetapi tidak dapat diisi kembali (recharge). Jenis baterai ini tidak digunakan pada PLTS.

2. Secondary battries yaitu dapat menyimpan dan mengirim energi listrik ke beban, dan dapat juga diisi kembali (recharge). Jenis baterai ini digunakan pada sistem PLTS. Berikut ini adalah tipe tipe dan kelebihan,kekurangan dari secondary batteries.

Tabel II. 1 tipe baterai secondary dan kelebihan,kekurangan ( Sumber : [11] )

Jenis baterai Kelebihan Kekurangan

Lithium-ION

1. Tanpa Efek Memori 2. Memiliki kepadatan

energy yang sangat tinggi,sehingga banyak energy yang disimpan di dalam baterai ini.

3. Tidak cepat kehilangan energi saat tidak digunakan

1. Memiliki umur pemakaian yang tergolong pendek yaitu 2 sampai 3 tahun setelah pemakaian

2. Mengalamai penurunan energi yang drastis setelah terkena panas dibandingkan dengan suhu normal 3. Dapat mengalami penuaan

komponen, meskipun tidak digunakan

Li-Po

1. Empat kali lebih padat dari baterai Nickel Cadmium (Ni-Cad)

2. Sangat ringan dan lentur,dan dapat dibuat hamper dalam semua bentuk

3. Lebih tahan benturan

1. Daya tahan baterai juga sangat kurang yaitu sekitar 300 – 400 siklus jika dirawat dengan baik.

2. Jika mengalami overcharge akan mengalami kebakaran baterai 3. Lebih mahal

Lead – Acid

1. Murah,andal,impedansi internal yang rendah 2. Dapat dibiarkan dalam

kondisi float charge untuk waktu yang lama

3. Dapat mengalirkan arus yang sangat tinggi

1. Besar dan berat

2. Tingkat efisiensi hanya di tingkat 70 %

3. Bahaya overheating saat melakukan charging,tidak cocok untuk fast charging.

Ni-MH

1. Kapasitas lebih tinggi 30 – 40% dibandingkan dengan Ni-Cd

2. Ramah lingkungan

3. Penyimpanan dan transportasi energy sangat mudah

1. Perlu dilakukan maintenance rutin untuk mencegah kristalisasi

2. Waktu pengisian daya lebih lama tidak cocok untuk fast charging 3. Self discharge yang tinggi,performa

menurun jika ditempaktakn di suhu yang tinggi.

Berdasarkan tabel II.1 yang paling bagus dipasang di PLTS Off grid ialah Baterai yang berjenis Lithium-ION karena saat tidak ada energi matahari yang masuk bisa menerima energi yang banyak dan energi tersebut tidak akan cepat hilang saat tidak digunakan.

Gambar II. 7 Penggolongan Baterai (Sumber : [12])

Berdasarkan gambar II.7 diatas terdapat 2 penggolongan baterai yaitu primary dan secondary yaitu primary yang kebanyakan untuk baterai-baterai yang bertekanan kecil dan secondary yang mempunyai tegangan yang lebih tinggi.

Untuk mengetahui lamanya pengecasan baterai pada PLTS digunakan rumus sebagai berikut:

𝑇𝐼 =π΄β„Ž π‘π‘Žπ‘‘π‘’π‘Ÿπ‘Žπ‘–

𝐼 ………(4)

(Sumber : [13]) Keterangan:

TI =Lamanya pengisian arus baterai (jam) AH =Besarnya kapasitas baterai (ampere hours) I =Besarnya arus pengisian ke baterai (ampere)

Rumus diatas untuk mengetahui berapa besar arus yang akan di charge selain arus lamanya pengisian baterai dalam daya rumusnya sebagai berikut:

π‘‡π‘Š =π‘Š π΄β„Ž

π‘Š 𝐴 ………...…….(5)

(Sumber : [13])

Keterangan :

TW =Lamanya pengisian daya baterai (jam)

W Ah =Besarnya daya Ah x tegangan baterai (Ampere Hours) W A =Besar daya x besar tegangan baterai (watt)

4. Inverter

Inverter adalah salah satu komponen penting dalam perencanaan panel surya sistem off-grid yaitu komponen yang berfungsi mengubah arus listrik DC ke AC baik satu fasa maupun 3 fasa dengan tegangan dan frekuensi yang dapat diatur.Komponen sangat dibutuhkan dikarenakan dalam PLTS dikareanakan untuk mengubah arus listrik dari panel surya yang didapat dari sinar matahari yang akan diubah setelah disimpan atau disalurkan dari baterai ke inverter agar bisa dipakai dalam rumah tangga atau kehidupan sehari-hari. [14]

Inverter ini adalah sebagai otak dari sistem PLTS Off-Grid,inverter ini berfungsi untuk membentuk jaringan distribusi AC dengan mengatur tegangan dan frekuensi dalam batas yang diijinkan dan menjaga keseimbangan energy di dalam jaringan PLTS Off-Grid ini.Inverter ini biasanya dapat digunakan secara dua arah (bidirectional) dan satu arah (unidirectional) tergantung pada konfigurasi dari sistem.

[15]

Gambar II. 8 Instalasi Inverter Pada Sistem Pembangkit Listrik Tenaga Surya ( Sumber : [15] )

Berdasarkan gambar diatas II.8 diatas sistem pembangkit tenaga surya pada inverter terlihat dari modul panel surya charge arus ke inverter jaringan berupa arys DC kemudian di charge lagi ke AC busbar kemudian dicharge lagi ke inverter baterai dan akan discharge kembali ke AC busbar arus yang di charge akan menjadi arus AC dan akan diubah lagi ke arus DC dan akan disalurkan ke DC busbar.

Fungsi lain dari inverter adalah melindungi bank baterai dari pengisian dengan arus pengisian yang berlebihan dengan mengurangi arus pengisian (charging) ketika baterai sudah penuh.Pengisisian baterai yang berlebihan akan dapat menyebabkan timbulnya gas atau ledakan,tergantung pada teknologi baterai.Selain itu inverter juga berfungsi sebagai untuk melindungi bank baterai dari terkurasnya energi secara berlebih (deeply discharged) dengan cara menghentikan keluaran ketika kondisi penyimpanan energi baterai dibawah batas minimum. [15]

Sistem tegangan inveter dengan rangkaian satu fasa dari saklar elektronik dengan konfigurasi jembatan yang akan diperlihatkan pada gambar dibawah ini :

Gambar II. 9 Rangkaian Inverter Satu Fasa (Sumber : [14])

Gambar II. 10 Rangkaian Inverter 1 Fasa Ekuivalen (Sumber : [14])

Rangkaian inverter (II.9) yang terdiri dari 4 elektronik diatas dapat disederhanakan dengan rangkaian ekuivalen yang akan ditunjukan pada gambar 8.3 dibawah ini.Dengan sumber listrik DC,melalui rangkaian inverter akan didapat output listrik AC dengan cara mengatur keempat saklar elektronik secara bergantian dengan aturan tertentu

Dengan mengatur saklar S1 dan S2 on, dan S3 dan S4 OFF,maka arus listrik akan mengalir dari sumber positif menuju saklar S1 selanjutnya menuju beban dan melewati saklar S2 dan kembali ke sumber daya negatif baterai.Pada kondisi ini arus mengalir dari positif ke negatif beban.Arah arus dan bentuk gelombang akan pada kondisi ini dapat dilihat pada gambar dibawah ini

Gambar II. 11 Arah Aliran Arus dan Bentuk Gelombang Output S1 dan S2 (Sumber : [14])

Tahap selanjurnya setelah mengatur arah aliran arus dan bentuk gelombang output pada gambar II.11 yaitu dengan mengatur S3 dan S4 ON, dan S1 dan S2 OFF,maka arus listrik akan mengalir dari sumber positif menuju saklar S3 selanjutnya menuju beban dan seterusnya melewati saklar S4 dan kembali ke daya negatif baterai.

Gambar II. 12 Arah Aliran Arus dan Bentuk Gelombang S3 dan S4 (Sumber : [14])

Gambar II. 13 Gelombang Output Rangkaian Inverter 1 Fasa (Sumber : [14])

Dengan pengaturan saklar saklar untuk ON dan OFF secara bergantian dengan frekuensi tertentu,maka akan didapat tegangan tegangan output listrik AC seperti gambar II.13 ini:

Tegangan output yang dihasilkan dari rangkaian inverter diatas ini masih berupa gelombang kotak. Bentuk gelombang kotak kurang baik jika digunakan untuk menyuplai beban listrik karena akan menimbulkan panas dan ketidaknormalan kinerja peralatan listrik dan elektronika. Motor listrik akan kurang halus jika apabila diberikan catu daya listrik AC dengan bentuk gelombang kotak.

Selain rangkaian satu fasa terdapat juga rangkaian tiga fasa.Terdapat perbedaan rangkaian untuk 1 fasa dan 3 fasa yaitu seperti gambar dibawah ini:

Gambar II. 14 Rangkaian Inverter 3 Fasa (Sumber : [14])

Prinsip kerja inverter 1 fasa dan 3 fasa tidak jauh berbeda yaitu untuk mengubah listrik DC ke AC diperlukan mekanisme pengendalian kombinasi penyalaan saklar elektronis dengan frekuensi yang sesuai.Masing masing saklar elektronis tidak boleh bekerja simultan karena dapat mengalami gangguan.

Gambar II. 15 Inverter 1 Fasa dan 3 Fasa (Sumber : [14])

Menurut gelombagnya inverter terdiri dari 3 jenis yaitu sebagai berikut:

1. Square wave

Inverter ini adalah inverter yang paling sederhana. Walaupun inverter ini mempunyai tegangan 220v AC,50 HZ namun kualitasnya sangat buruk.

Sehingga hanya pada beberapa alat listrik saja.Hal ini disebabkan karena karakteristik output inverter ini adalah memiliki level total harmonic distortion yang tinngi.

2. Modified Sine Wave

Modified sine wave disebut juga modified square wave atau quasy sine wave karena gelombang modified sine wave hamper sama dengan square wave,namun pada modified sine wave outputnya menyentuh titik 0 untuk beberapa saat sebelum pindah ke positif dan negatif. Selain itu karena modified sine wave mempunyai harmonic distortation yang lebih sedikit dibanding square wave maka dapat dipakai untuk beberapa alat listrik seperti computer,tv dan lampu.Namun tidak bisa beban-beban yang lebih sensitif.

3. Pure Sine Wave

Pure sine wave atau true sine wave merupakan gelombang inverter yang hampir menyerupai gelombang sinusioda sempurna, dengan total harmonic distortion (THD) dibawah 3 %. Sehingga cocok untuk semua alat elektronika.Oleh sebab itu inverter ini disebut juga clean power supply. Teknologi yang digunakan inverter jenis ini umumnya disebut pulse width modulation (PWM) yang dapat mengubah tegangan DC ke AC dengan bentuk gelombang yang hampir sama dengan gelombang sinusioda. [16]

Gambar II. 16 Gelombang Inverter (Sumber : [17])

Dalam dokumen laporan tugas akhir penelitan plts (Halaman 31-51)

Dokumen terkait