• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sistem Pembinaan Dalam Bisnis MLM Menurut Fatwa DSN MUI 1. Pengertian Sistem Pembinaan Dalam Bisnis MLM

وبادوواد

F. Sistem Pembinaan Dalam Bisnis MLM Menurut Fatwa DSN MUI 1. Pengertian Sistem Pembinaan Dalam Bisnis MLM

Dalam bisnis MLM mempunyai sistem kerja dengan sistem yang berjenjang dimana para mitra melakukan kegiatan penjualan dan menjalankan bisnis dengan sistem rekruitmen. Setiap mitra memiliki tanggungjawab sendiri-sendiri terhadap jaringan mereka. Terlebih dalam sistem menawarkan produk kepada setiap member. Tentunya dalam sistem ini setiap member baru akan mendapatkan berbagai arahan dan pembinaan maka yang harus dilakukan oleh setiap mitra adalah melakukan pembinaan dalam jaringan mereka.

Ada banyak cara yang dapat dilakukan oleh setiap perusahaan MLM dalam membina setiap mitra. Contohnya mengadakan pertemuan khusus, pertemuan ini biasanya dilakukan oleh perusahaan untuk membina mitra-mitra nya sekaligus sebagai cara rekruitmen dimana biasanya setiap mitra dianjurkan untuk membawa beberapa member baru atau beberapa orang yang mereka prospek. Untuk setiap mitra sendiri tentunya mereka akan diberikan tugas dan kewajiban masing-masing ketika mereka sudah mencapai tingkatan jabatan tertentu. Dimana mereka sudah dianggap siap untuk menjadi leader bagi para member-member (downline) di bawah mereka. Hal yang terbaik adalah leader dan manajer

sekaligus menunjukkan satu kesatuan karena kedua-duanya merupakan pemimpin44.

Sebagaimana dinyatakan Rasululah SAW dalam hadits :

... ِهِتَّيِعََ ْنَع ٌلوُئْسَم ْمُكُّلُكَو عاََ ْمُك ُّلُك

“setiap kalian adalah pemimpin dan setiap pemimpin harus bertanggungjawab atas kepemimpinannya.”(Mutafaqun ‘Alaih dari Ibnu Umar) 45

Begitupun seorang pemimpin. Jika ia hanya sekadar memimpin dan tidak mengelola atau memanajnya dengan baik, maka akan mengakibatkan efek negatif pada suatu organisasi. Ia hanya akan mengarahkan anak buahnya pada tujuannya, bukan tujuan bersama.

Sebenarnya memang agak sulit untuk membedakan antara leader dan manajer. Kalaupun ingin dibedakan, hal itu dapat terjadi pada pembagian tugas saja. Pada hakikatnya, leader dan manajer merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan.46 Paling tidak ada empat kemampuan yang harus dimiliki oleh manajer yang Islami, yaitu sebagai berikut:

a. Mampu menggerakkan motivasi para bawahan

b. Mampu memberikan tuugas kepada bawahan sesuai dengan keahlian masing-masing atau mampu menempatkan orang-orang pada tempat yang benar.

c. Mampu memberikan reward.

44 Didin Hafidhudin dan Hendri Tanjung, Manajemen Syariah dalam Praktik, (Jakarta : Gema Insani, 2003), 15

45 Abu Abdullah bin Muhammad Ismaill al-Buhkari, S}ahi<<<<<<<<<<<<<<h al Bukha<ri<<<<<<<<<<<<<<, Kitab : Jum’at Bab : Shalat Jum’at di Desa dan Kota, No. 844 (Beirut: Dar as-Sa’bu,t.t), 139.

46 Didin Hafidhudin dan Hendri Tanjung, Manajemen Syariah dalam Praktik, 16

d. Mampu memberikan contoh yang baik.47

Dapat dikatakan bahwa kemampuan-kemampuan yang dimiliki oleh seorang leader dalam bisnis MLM harus sama dengan kemampuan- kemampuan yang wajib dimiliki oleh seorang manajer yang Islami. Dan dalam bisnis MLM mewajibkan setiap mitranya untuk menjadi leader karena setiap agen yang sudah mempunyai downline akan mempunyai tanggungjawab terhadap downline-downline di bawahnya.

2. Sistem Pembinaan Dalam Bisnis MLM Menurut Fatwa DSN MUI

Dalam Fatwa DSN MUI No 75 Tahun 2009 Tentang PLBS dalam ketentuan hukumnya poin 11 disebutkan bahwa setiap mitra usaha yang melakukan perekrutan keanggotaan berkewajiban melakukan pembinaan dan pengawasan kepada anggota yang direkrutnya tersebut. Yang dimaksud dalam fatwa tersebut adalah bahwa dalam suatu sistem MLM dengan sistemnya yang berjenjang membuat setiap mitra bisnis tersebut mempunyai amanah untuk melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap para anggota jaringan mereka masing-masing.

Sistem pembinaan dalam bisnis MLM tentunya akan berpengaruh terhadap sistem bonusnya. Karena bonus yang diterima oleh para mitra bisnis MLM merupakan hasil yang biasanya didapatkan dari sistem jaringan yang meluas atau masuknya member-member baru yang mana ada kewajiban bagi setiap mitra untuk melakukan pembinaan bagi downline-downline mereka. Ada perusahaan yang sangat menekankan

47 Ibid., 17

kepada sistem pembinaannya dimana bonus tidak akan dicairkan ketika mitranya tidak melakukan pembinaan meskipun jaringannya selau berkembang. Ada pula perusahaan yang mencairkan bonus pada mitranya bergantung kepada hasil perluasan jaringan sehingga melakukan pembinaan maupun tidak bonus yang didapatkan dari perkembangan jaringan akan tetap dicairkan.

Sistem pembinaan dalam bisnis MLM sangat berpengaruh terhadap bonus yang diperoleh oleh setiap mitra kerja bisnis MLM. Dan bonus yang diberikan oleh perusahaan harus sesuai dengan tingkat kesulitan kerja dalam suatu perusahaan. Jadi, semakin tinggi jabatan seorang mitra dalam bisnis MLM tentunya semakin besar pula tanggungjawabnya dalam membimbing dan membina para mitra di bawahnya. Maka pemberian bonus yang sesuai dengan kaidah fiqh haruslah sepadan dengan tingkat kesulitan kinerja dari seorang mitra.

3. Penetapan Bonus Dalam Bisnis MLM Menurut Fatwa DSN MUI

Bonus dalam Fatwa DSN MUI tentang Penjualan Langsung Berjenjang Syariah merupakan tambahan imbalan yang diberikan oleh perusahaan kepada mitra usaha atas penjualan, karena berhasil melampaui target penjualan barang dan atau produk jasa yang ditetapkan perusahaan. Di dalamnya dijelaskan bahwa bonus yang diberikan oleh perusahaan kepada anggota (mitra usaha) harus jelas jumlahnya ketika dilakukan transaksi (akad) sesuai dengan target penjualan barang dan atau produk jasa yang ditetapkan oleh perusahaan.

Seperti dalam kaidah fiqh :

ِةَّقَشَمْلا ََُِق َىلَع ُرْجلْا

"Ujrah/kompensasi sesuai dengan tingkat kesulitan (kerja)"

Dijelaskan dalam Fatwa DSN MUI bahwa Komisi yang diberikan perusahaan kepada anggotanya baik dari besaran maupun bentuknya harus didasarkan pada prestasi kerja nyata yang berkaitan langsung dengan nilai hasil penjualan barang atau produk jasa, juga harus menjadi pendapatan yang utama mitra usaha dalam PLBS. Dan diantara pemberian bonus dan komisinya tidak boleh ada pemberian secara pasif yang diperoleh secara reguler tanpa melakukan pembinaan dan atau penjualan barang dan atau jasa serta sistem komisi dan bonusnya tidak boleh menimbulkan ighra#<.

51 BAB III

PRAKTIK BISNIS MULTI LEVEL MARKETING PT JANITRA JAYA MULIA STOKIS IMOGEN DI MADIUN

A. Gambaran Umum Tentang PT Janitra Jaya Mulia