• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

2.1 Kajian Pustaka

2.1.4 Pengendalian Intern Kas

2.1.4.8 Sistem Pengendalian Internal Kas

dalammenghadapi risiko-risiko yang akan terjadi dalam mencapai entitas.

4. Informasi dan komunikasi(Informasion and communication) Suatu sistem informasi yang dapat dikatakan relevan pada pelaporan keuangan meliputi berbagai hal yaitu sistem akuntansi yang terdiri dari suatu metode dan pencatatan yang telah ditetapkan untuk mencatat, mengelola, memproses, mengikhtisar, dan melaporkan segala transaksi dalam suatu entitas untuk mempertahankan akuntabilitas aktiva dan hutang yang berkaitan.

5. Pengawasan (monitoring) Pengawasan merupakan suatu proses yang dapat menilai suatu mutu kinerja dalam meliputi seluruh personil yang tepat untuk menilai desain dan operasi pengendalian dengan dasar yang tepat waktu serta mengambil tindakan korektif atau perbaikan sesuai yang diperlukan

Dengan demikian berdasarkan kedua pendapat tersebut diketahui bahwa pengendalian intern mencakup 5 (lima) komponen dasar kebijakan dan prosedur yang dirancang serta digunakan oleh manajemen untuk memberikan keyakinan memadai bahwa tujuan pengendalian dapat dipenuhi.

2. Piutang yang timbul dari penjualan kredit tidak dicatat. Kas yangditerima dari piutang ini di kemudian hari digelapkan.

3. Cek untuk kepentingan pribadi dibebankan sebagai beban perusahaan.

4. Menunda posting (lapping).

Praktik-praktik diatas merupakan sebagain dari yang mungkin ditemukan apabila petugas pemegang kas berfungsi berfungsi juga sebagai pemegangbuku- buku akuntansi.

Sistem pengendalian intern kas meliputi struktur organisasi, metode dan ukuran-ukuran yang dikoordinasikan untuk menjaga kekayaan organisasi berupa kas, mengecek ketelitian dan keandalan data akuntansi, mendorong efisiensi dan mendorong dipatuhinya kebijakan manajemen, dan efektivitas penggunaan kas.

Bentuk pengelolaan kas berupa pengendalian intern penerimaan dan pengeluaran kas. Oleh karea itu pengendalian internal kas dalam penelitian ini meiputi : Pengendalian intern penerimaan kas dan pengeluaran kas.

1. Pengendalian intern penerimaan kas

Menurut Krismiaji (2010:285), pengendalian intern untuk transaksi penerimaan kas mencakup : “otorisasi terhadap penerimaan kas, pengamanan terhadap kas atau Cheque, pemisaan tugas dan penggunaan dokumen dan catatan yang memadai”. Dalam aktivitas sehari-hari perusahaan, pengendalian intern penerimaan kas secara diringkas dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 2.1

Aktivitas Pengendalian Intern Penerimaan Kas

Aktivitas Keterangan

Otorisasi 1. Penerimaan bukti kas masuk

diototrisasi

Pemisahan Tugas 1. Fungsi pelayanan penerimaan kas dan pecatatan

2. Fungsi pencatatan dan otorisasi 3. Fungi otorisasi dan penerimaan kas Dokumen yang dicatatan yang

memadai 1. Dibuat sebelum meminta

konsumen untuk membayar 2. Bernomor urut tercetak

3. Digunakan jurnal voucher standar 4. Jurnal penerimaan kas dibuat

setiap hari

Pengamanan Kas 1. Disektor ke bank setiap hari

2. Blangko bukti setor bank diamankan.

Sumber: Krismiaji (2010:285) Menurut Mulyadi (2016: 393) unsur pengendalian intern yang seharusnya ada dalam sistem akuntansi penerimaan kas dari penjualan tunai yaitu :

1) Organisasi

a. Fungsi Penjualan harus terpisah dari fungsi kas Pemisahan ini mengakibatkan setiap penerimaan kas dari penjualan tunai dilaksanakan oleh dua fungsi yang saling mengecek b. Fungsi kas harus terpisah dari fungsi akuntansi Hal ini

dimaksudkan untuk menjaga kekayaan perusahaan dan menjamin ketelitian serta keandalan data akuntansi.

c. Transaksi penjualan tunai harus dilaksanakan oleh fungsi penjualan, fungsi kas, fungsi pengiriman dan fungsi akuntansi. Dengan dilaksanakannya setiap transaksi penjualan tunai oleh berbagai fungsi tersebut akan tercipta adanya pengecekan intern setiap fungsi tersebut oleh fungsi lainnya.

2) Sistem Otorisasi dan Prosedur Pencatatan.

Sistem otorisasi dan prosedur pencatatan dalam sistem akuntansi penerimaan kas dari penjualan tunai yaitu :

a. Penerimaan order dari pembeli diotorisasi oleh fungsi penjualan dengan menggunakan formulir faktur penjualan tunai.

b. Penerimaan kas diotorisasi oleh fungsi kas dengan membubuhkan cap lunas pada faktur penjualan tunai dan penempelan pita register kas pada faktur tersebut

c. Penjualan dengan kartu kredit bank didahului dengan permintaan otorisasi dari bank penerbit kartu kredit.

d. Penyerahan barang diotorisasi oleh fungsi pengiriman

dengan cara membubuhkan cap “sudah diserahkan” pada faktur penjualan tunai.

e. Pencatatan ke dalam catatan akuntansi harus didasarkan atas dokumen sumber yang dilampiri dengan dokumen pendukung yang lengkap.

f. Pencatatan ke dalam catatan akuntansi harus dilakukan oleh karyawan yang diberi wewenang untuk itu.

3) Praktik yang Sehat

a. Faktur penjualan tunai bernomor urut tercetak dan pemakaiannya dipertanggungjawabkan oleh fungsi penjualan.

b. Jumlah kas yang diterima dari penjualan tunai disetor seluruhnya ke bank pada hari yang sama dengan transaksi penjualan tunai atau hari kerja berikutnya.

c. Perhitungan saldo kas yang ada di tangan fungsi kas secara periodik dan secara mendadak oleh fungsi pemeriksa intern.

Dari berbagai pendapat diatas dapat diambil kesimpulan bahwa dalam melakukan pengendalian intern yang baik atas penerimaan kas adalah dengan melakukan otorisasi terhadap transaksi penerimaan kas, pengaman terhadap kas, pemisahan tugas, penggunaan dokumen dan catatan yang memadai, dan melakukan audit internal pada selang waktu yang tak terduga.

2. Pengendalian Intern Pengeluaran Kas

Pengendalian intern yang baik mengharuskan setiap pengeluaran kas dilakukan dengan cek. Pengeluaran kas melalui cek dapat menjamin diterimanya pembayaran tersebut oleh perusahaan yang berhak menerimanya dan memungkinkannya melibatkan pihak ketiga (dalam hal itu bank) untuk ikut serta mengawasi pengeluaran kas.

Secara ringkas, menurut Krismiaji (2010:333) pengendalian intern yang diaksanakan pada transaksi pengeluaran kas dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 2.2

Aktivitas Pengendalian intern Pengeluaran Kas

Aktivitas Keterangan

Otorisasi transaksi 1. Bagian utang mengotorisasi pengeluaran kas, bagian keuangan

menyetujui.

Pengamanan terhadap

cek 1. Dibuat atas dasar paket voucher

2. Bernomor urut tercetak

3. Hanya ditangani jika dibuat dengan benar 4. Ditandatangani oleh dua pejabat jika

nilainya melebihi angka tertentu 5. Diposkan oleh karyawan yang tidak

terlibat dalam pembuatan cheque 6. Cheque yang masih beredar dicatat.

Pemisahan tugas 1. Bagian utang dan bagian pengeluaran kas

2. Bagian pengeluaran kas dan bagian buku besar

3. Bagian buku besar dan bagian utang Dokumen dan catatan yang

memadai 1. Dilakukan pengkajian terhadap

kelengkapan paket voucher, khususnya kwitansi

2. Dibatalkan segera setelah cheque ditandatangani

3. Jurnal transaksi pengeluaran kas dibuat setiap hari

Sumber: Krismiaji (2010:333) Menurut Mulyadi (2016: 395) Unsur pengendalian intern yang terdapat dalam sistem akuntansi pengeluaran kas secara tunai melalui kas kecil adalah sebagai berikut :

1. Organisasi

a. Fungsi penyimpan kas harus terpisah dari fungsi akuntansi.

b. Transaksi penerimaan dan pengeluaran kas tidak boleh dilaksanakan sendiri oleh bagian kasa sejak awal sampai akhir, tanpa campur tangan dari fungsi yang lain.

2. Sistem otorisasi dan prosedur pencatatan

a. Pengeluaran kas harus mendapat otorisasi dari pejabat yang berwenang.

b. Pembukaan dan penutupan rekening bank harus mendapatkan persetujuan dari pejabat yang berwenang.

c. Pencatatan dalam jurnal pengeluaran kas harus didasarkan pada bukti kas keluar yang telah mendapat otorisasi dari pejabat yang berwenang dan dilampiri dengan dokumen pendukung yang

lengkap.

3. Praktik yang sehat

a. Saldo kas yang ada ditangan harus dilindungi dari kemungkinan pencurian atau penggunaan yang tidak semestinya.

b. Dokumen dasar dan dokumen pendukung transaksi pengeluaran kas harus dibubuhi cap “lunas” oleh bagian kasa setelah transaksi pengeluaran kas dilakukan.

c. Penggunaan rekening koran bank yang merupakan informasi dari pihak ketiga, untuk mengecek ketelitian catatan kas oleh fungsi pemeriksaan intern yang merupakan fungsi yang tidak terlibat dalam pencatatan dan penyimpanan kas.

d. Semua pengeluaran kas harus dilakukan dengan cek atas nama perusahaan penerima pembayaran.

e. Jika pengeluaran kas hanya menyangkut jumlah yang kecil, dilakukan melalui dana kas kecil, yang diselenggarakan dengan imprest system.

f. Secara periodik diadakan pencocokkan jumlah fisik kas yang ada di tangan dengan jumlah kas menurut catatan akuntansi.

g. Kas yang ada ditangan dan kas yang ada di perjalanan diasuransikan dari kerugian.

h. Kas diasuransikan (Fidelity Bond Insurance).

i. Kasir dilengkapi dengan alat – alat yang mencegah terjadinya pencurian terhadap kas yang ada di tangan. Misalnya mesin register kas, almari besi dan strong room.

j. Semua nomor cek harus dipertanggungjawabkan oleh bagian kasa.

Dari berbagai pendapat diatas dapat diambil kesimpulan bahwa dalam melakukan pengendalian intern yang baik terhadap pengeluaran adalah dengan melakukan otorisasi terhadap transaksi pengeluaran kas, pengamanan terhhadap cek, pemisahan tugas, penggunaan dokumen dan catatan yang memadai, dan melakukan audit internal pada selang waktu yang tak terduga.

Dokumen terkait