(Studi Kasus Pada Koperasi Pegawai Republik Indonesia (KPRI) Tumbal Ciamis)
SKRIPSI
untuk memenuhi salah satu syarat ujian guna memperoleh Gelar Sarjana Akuntansi
Program Studi Akuntansi
Disusun Oleh : TRY OKTAVIANY
NIM. 3403170153
PROGRAM STUDI AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS GALUH 2021
DAFTAR ISI
Halaman LEMBAR PENGESAHAN
KATA PENGANTAR ... i
DAFTAR ISI ... v
DAFTAR TABEL... vii
DAFTAR GAMBAR ... viii
BAB I PENDAHULUAN... 1
1.1 Latar Belakang Penelitian... 1
1.2 Fokus Penelitian... 5
1.3 Rumusan Masalah... 6
1.4 Tujuan Penelitian... 6
1.5 Manfaat Penelitian... 6
1.5.1 Manfaat Teoritis... 6
1.5.2 Manfaat Praktis... 7
BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN ... 8
2.1 Kajian Pustaka ... 8
2.1.1 Akuntansi... 8
2.1.1.1 Pengertian Akuntansi... 8
2.1.1.2 Tujuan Akuntansi ... 10
2.1.1.3 Bidang-Bidang Akuntansi ... 11
2.1.1.4 Fungsi Akuntansi ... 12
2.1.2 Akuntansi Keuangan... 14
2.1.2.1 Pengertian Akuntansi Keuangan... 14
2.1.2.2 Informasi Akuntansi Keuangan... 15
2.1.2.3 Pemakai Informasi Akuntansi Keuangan... 16
2.1.3 Koperasi... 18
2.1.3.1 Pengertian Koperasi... 18
2.1.3.2 Prinsip-prinsip Koperasi... 20
2.1.3.3 Jenis-jenis Koperasi... 21
2.1.3.4 Karakterisrik Usaha Koperasi... 21
2.1.4 Pengendalian Intern Kas... 23
2.1.4.1 Pengertian Kas... 23
2.1.4.2 Karakteristik Kas... 24
2.1.4.3 Arus Kas... 25
2.1.4.4 Pengertian Kas Kecil... 26
2.1.4.5 Pengertian Sistem Pengendalian Internal ... 27
2.1.4.6 Tujuan Sistem Pengendalian Internal... 28
2.1.4.7 Komponen Sistem Pengendalian Internal ... 30
2.1.4.8 Sistem Pengendalian Internal Kas... 33
2.1.5 Likuiditas ... 39
2.1.4.1Pengertian Likuiditas... 39
2.1.4.2Tujuan dan Manfaat Likuiditas... 40
2.1.4.3Metode Pengukuran Likuiditas... 40 2.1.6 Peranan Pengendalian Internal Kas dalam
meningkatkan tingkat Likuiditas
...
...
44
2.1.7 Penelitian Terdahulu Yang Relevan... 46
2.2 Kerangka Pemikiran... 48
BAB III METODE PENELITIAN... 52
3.1 Metode Penelitian Yang Digunakan ... 52
3.2 Desain Penelitian ... 54
3.3 Definisi dan Operasionalisasi Variabel ... 55
3.3.1 Definisi Variabel... 55
3.2.2 Operasionalisasi Variabel ... 56
3.4 Sumber Data dan Teknik Pengumpulan Data... 57
3.4.1 Sumber Data ... 57
3.4.2 Teknik Pengumpulan Data ... 58
3.5 Teknik Analisis Data ... 59
3.6 Tempat dan Waktu Penelitian... 61
3.6.1 Tempat Penelitian ... 61
3.6.2 Waktu Penelitian ... 61
DAFTAR PUSTAKA... 63
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Aktivitas Pengendalian Intern Penerimaan Kas... 35
Tabel 2.2 Aktivitas Pengendalian intern Pengeluaran Kas... 37
Tabel 2.3 Standar Rasio Likuiditas... 44
Tabel 2.4 Penelitian Terdahulu... 46
Tabel 3.1 Operasionalisasi Variabel... 56
Tabel 3.2 Waktu Penelitian... 61
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.2 Paradigma Penelitian... 51
1.1 Latar Belakang Penelitian
Koperasi memiliki peranan yang sangat penting dalam menumbuhkan dan mengembangkan potensi ekonomi rakyat serta dalam mewujudkan ekonomi rakyat serta dalam mewujudkan kehidupan demokrasi ekonomi sebagai mana dijelaskan dalam Undang-undang Dasar 1945 Pasal 33 bahwa :
Dalam pasal 33 tercantum dasar demokrasi ekonomi, produksi dikerjakan oleh semua, untuk semua di bawah pimpinan dan pemilikan anggota masyarakat. Kemakmuran masyarakatlah yang diutamanakan bukan kemakmuran perseorangan, sebab itu perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasarkan atas asas kekeluargaan. Bangun perusahaan yang sesuai dengan itu ialah koperasi”
KPRI Tumbal Ciamis adalah suatu badan koperasi yang beranggotakan para Pegawai Negeri Sipil yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan dan taraf hidup anggotanya. Untuk mencapai tujuan tersebut diperlukan dana yang cukup, diantaranya dalam bentuk kas. Aliran kas berlangsung secara terus menerus hampir pada semua transaksi yang terjadi dalam koperasi.
Kas dapat diartikan sebagai uang kontan yang dalam perusahaan (Koperasi) beserta pos-pos lain yang dalam jangka waktu dekat dapat diuangkan sebagai alat pembayaran kebutuhan finansial, yang mempunyai sifat paling tinggi tingkat likuiditasnya. Kas dalam kegiatan operasionalnya diperlukan untuk membelanjai seluruh kegiatan operasi perusahaan sehari har, mengadakan investasi baru dalam aktiva tetap, membayar deviden, pajak, bunga dan pembayaran lainnya.
1
Kas sebagai salah satu unsur modal kerja yang paling tinggi tingkat likuiditasnya. Makin besar jumlah kas yang ada di dalam perusahaan berarti makin tinggi tingkat likuiditasnya. Perusahaan yang mempunyai investasi dalam kas yang cukup besar mungkin akan terhindar dari kesulitan keuangan.
Sebaliknya bila terlalu kecil maka kondisi perusahaan akan illikuid bila sewaktu- waktu terjadi penagihan dari utang-utangnya tidak dapat membayarnya. Karena demikian pentingnya arti kas dalam mendukung likuiditas perusahaan (koperasi) maka perlu adanya pengendalian intern kas agar jumlah kas yang tersedia dapat memenuhi kewajiban finansial.
Pengendalian intern yang baik dapat membantu manajemen dalam menjaga keamanan harta perusahaan dan mencegah serta menemukan kesalahan- kesalahan yang dapat merugikan perusahaan yang dikelola. Sasaran pengendalian intern yang utama adalah melindungi asset perusahaan, memastikan ketepatan dan keandalan data informasi, mendorong efisiensi di semua operasi dan mendorong kepatuhan terhadap kebijakan dan prosedur yang ditetapkan manajemen.
KPRI Tumbal Ciamis tergolong sebagai koperasi serba usaha dan telah berstatus hukum. Adapun jenis usaha yang dilakukan KPRI Tumbal Ciamis yaitu meliputi simpan pinjam, usaha pertokoan, fotocopy, dan sebagainya. Dalam unit usaha pertokoan, KPRI Tumbal Ciamis melakukan penerimaan kas dalam bentuk tunai dan bentuk kredit. Dalam bentuk tunai langsung mendapatkan uang sebelum penyerahan barang, sedangkan dalam bentuk kredit, berarti mempunyai piutang kepada anggotanya sampai batas waktu yang telah ditentukan. Tanpa adanya koordinasi yang baik dalam unit usaha tersebut memungkinkan adanya
penggelapan kas, karena penerimaan oleh bagian kasir yang sekaligus merangkap sebagai pembuku kas, selain itu kas tidak langsung disetorkan ke bank pada hari yang sama pada saat melakukan transaksi.
Unit usaha yang paling dominan dalam KPRI Tumbal Ciamis adalah simpan pinjam. Unit usaha simpan pinjam memberikan pinjaman pada anggota dan menerima simpanan anggota. Terdapat masalah terkait lemahnya sistem informasi dan pengawasan serta administrasi kredit. Hal ini didukung dari hasil wawancara bagian staf kasir KPRI Tumbal Ciamis yang menyatakan bahwa: “Dalam administrasi kredit yang masih sering terjadi, yaitu saat akan mengeluarkan dana pencairan terkadang masih melebihi kuota/kas yang sudah disediakan, karena staf kredit sendiri terkadang kurang teliti kalau kuota pencairan sudah habis tetapi masih menerima pengajuan calon nasabah karena adanya beberapa faktor lain yang membuat menerima pencairan tersebut”. Hal ini tentu dapat menyebabkan kondisi koperasi akan illikuid bila sewaktu-waktu terjadi penagihan dari utang- utangnya tidak dapat membayarnya sehingga koperasi tersebut dapat mengalami kerugian karena adanaya kegagalan pengkreditan dan kredit macet dari anggotanya.
Dari kedua unit usaha ini KPRI Tumbal Ciamis melakukan pengelolaan kas. Pengelolaan kas dilakukan agar koperasi selalu memiliki kas yang cukup sehingga jika pihak kreditur sewaktu-waktu menagih hutang-hutangnya koperasi dapat membayarnya karena keadaan kas yang likuid. Dari unit usaha tersebut terlihat bahwa aliran kas selalu terjadi. Aliran kas masuk (cash inflow) yakni
simpanan dari anggota serta modal dari kreditur pada anggota dan aliran kas keluar (cash outflow) yakni peminjaman pada anggota dan pengeluaran yang lain.
Berdasarkan penelitian pendahuluan, diperoleh data rasio aktivitas, likuiditas pada KPRI Tumbal Ciamis periode 2017 - 2021 seperti pada Tabel 1.1 berikut.
Tabel 1.1
Rasio Aktivitas, Likuiditas pada KPRI Tumbal Ciamis Periode 2017 – 2021
No Tahun Likuiditas
1 2017 102,8
2 2018 102,6
3 2019 102,2
4 2020 102,9
5 2021 101,1
Sumber : KPRI Tumbal Ciamis, 2022
Berdasarkan Tabel 1.1 dapat diuraikan bahwa adanya penurunan dan peningkatan rasio likuiditas pada KPRI Tumbal Ciamis periode 2017 - 2021 dari tahun 2017 tahun 2018 dan tahun 2019 mengalami penurunan, sedangkan pada tahun 2020 mengalami peningkatan namun peningkatan tersebut tidak bertahan karena pada tahun selanjutnya yaitu pada tahun 2021 mengalami penurunan kembali.
Dengan adanya permasalahan tersebut, maka Koperasi harus menerapkan Sitem Pengendalian Internal dalam kegiatannya sehingga diharapkan dapat meminimalisir adanya kesalahan dalam pertimbangan keputusan bisnis yang diambil, gangguan dalam pengendalian yang membuat pengurus secara keliru memahami perintah atau membuat kesalahan karena kelalaian dan kelelahan. Karena itu, diperlukan adanya suatu peranan pengendalian internal.
Untuk memenuhi kebutuhan para anggota itu koperasi tidak hanya mengandalkan modal sendiri namun juga modal dari luar yaitu dari pihak kreditur.
Modal dari kreditur tentunya pada saat tertentu harus dikembalikan, untuk dapat memenuhi kewajiban pada kreditur koperasi harus dalam keadaan likuid. Badan usaha yang mempunyai posisi keuangan yang kuat harus mampu memenuhi kewajiban-kewajibannya pada waktunya. Pengelolaan kas yang baik akan menjadikan posisi keuangan koperasi yang likuid. Bentuk pengelolaan kas berupa pengendalian intern penerimaan dan pengeluaran kas. Likuiditas koperasi menimbulkan citra yang baik di mata kreditur karena koperasi dapat membayar kewajibannya pada saatnya.
Dari uraian kondisi-kondisi KPRI Tumbal Ciamis yang telah dikemukakan, peneliti tertarik untuk meneliti pengelolaan kas pada unit usaha yang ada pada KPRI Tumbal Ciamis sehingga KPRI Tumbal Ciamis dapat segera memenuhi kewajibannya pada saat jatuh tempo. Untuk membuktikan bahwa pengendalian intern kas yang efektif berpengaruh terhadap likuiditas koperasi maka peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul “Peranan Pengendalian Intern Kas dalam meningkatkan tingkat likuiditas pada KPRI Tumbal Ciamis”.
1.2 Fokus Penelitian
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut di atas, maka fokus penelitian ini adalah sebagai berikut:
1 Tema dalam penelitian ini adalah peranan pengendalian intern kas dalam meningkatkan tingkat likuiditas pada KPRI Tumbal Ciamis
2 Penelitian ini dilakukan pada KPRI Tumbal Ciamis yang terletak di Jalan Jenderal Sudirman No 36 Kelurahan Ciamis Kecamatan Ciamis Kabupaten Ciamis.
3 Penelitian ini dilakukan pada bagian terkait yang berhubungan dengan pengendalian intern kas dan tingkat likuiditas, yaitu meliputi: Ketua KPRI Tumbal, Pengurus KPRI dan Pengawas pada KPRI Tumbal Ciamis.
1.3 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan penelitian ini adalah :
1. Bagaimana pengendalian intern kas pada KPRI Tumbal Ciamis ? 2. Bagaimana tingkat likuiditas pada KPRI Tumbal Ciamis ?
3. Bagaimana peranan pengendalian intern kas dalam meningkatkan tingkat likuiditas pada KPRI Tumbal Ciamis ?
1.4 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui dan menganalisis : 1. Pengendalian intern kas pada KPRI Tumbal Ciamis.
2. Tingkat likuiditas pada KPRI Tumbal Ciamis.
3. Peranan pengendalian intern kas dalam meningkatkan tingkat likuiditas pada KPRI Tumbal Ciamis.
1.5 Manfaat Penelitian 1.5.1 Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan memberikan manfaat untuk mengaplikasikan berbagai teori yang telah dipelajari dan berguna bagi pengembangan ilmu akuntansi. Selain berguna untuk pengembangan ilmu akuntansi, diharapkan dari hasi penelitian ini dapat memberikan suatu sumbangan pemikiran bagi pihak- pihak yang memerlukannya dan dapat menjadi bahan perbandingan dalam melaksanakan penelitian selanjutnya.
1.5.2 Manfaat Praktis
Adapun manfaat praktis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : a. Bagi KPRI Tumbal Ciamis
Hasil penelitian ini dapat memberikan masukan atau sumbangan pikiran bagi KPRI Tumbal Ciamis dalam hal pelaksanaan pengendalian intern kas.
b. Bagi penulis
Bagi penulis dapat menambah wawasan dan pemahaman penulis tentang peranan pengendalian intern kas dalam meningkatkan likuiditas.
c. Bagi pihak lain
Sebagai tambahan informasi dan pustaka bagi pihak-pihak yang melakukan penelitian lanjutan terkait peranan pengendalian intern kas dalam meningkatkan tingkat likuiditas.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN
2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Akuntansi
2.1.1.1 Pengertian Akuntansi
Akuntansi pada hakikatnya merupakan suatu proses yang dapat menghasilkan informasi yang digunakan manajer untuk menjalankan operasi perusahaan. Akuntansi meliputi beberapa cabang misalnya, akuntansi keuangan, akuntansi manajemen, dan akuntansi pemerintahan.
Menurut Accounting Principles Board dalam Sodikin (2014:1) menyatakan bahwa :
Akuntansi adalah suatu kegiatan jasa. Fungsinya adalah untuk menyediakan informasi kuantitatif, terutama yang bersifat keuangan, tentang entitas ekonomik yang dimaksudkan agar berguna dalam pengambilan keputusan ekonomik, dalam mengambil pilihan-pilihan beralasan diantara berbagai tindakan alternatif.
Menurut PP Nomor 71 tahun 2010, pengertian akuntansi adalah “Proses indentifikasi, pencatatan, pengukuran, pengklasifikasian, pengikhtisaran transaksi dan kejadian keuangan, penyajian laporan serta penginterprestasian atas hasi”.
Sama halnya dengan PP Nomor 71 tahun 2010, American Acounting Association (AAA) dalam Nurfadila (2019:3) juga menyampaikan definisi yang hampir sama, yaitu “Akuntansi adalah proses mengidentifikasikan, mengukur dan melaporkan
8
informasi ekonomi untuk memungkinkan adanya penilaian-penilaian, keputusan yang jelas dan tegas bagi semua yang mengguanakan informasi tersebut”.
Bahri (2016:2) menjelaskan bahwa “Akuntansi adalah seni pencatatan, penggolongan, pengikhtisaran dan pelaporan atas suatu transaksi dengan cara sedemikian rupa, sistematis dalam segi isi dan berdasarkan standar yang diakui umum”. Pihak yang berkepentingan atas perusahaan dapat mengetahui posisi keungan perusahaan serta hasil operasi pada setiap waktu diperlukan sehingga dapat mengambil keputusan maupun pemilihan dari berbagai tindakan alternatif dibidang ekonomi.
Bahri (2016:2) mengatakan bahwa :
Akuntansi dikatakan suatu seni karena diibaratkan beberapa pelukis hendak menggambar atas beberapa objek yang sama, maka pelukis tersebut akan menggunakan cara sesuai dengan kemampuannya dan minimal menghasilkan gambar sesuai dengan obejek gambar. Begitupun dengan Akuntansi, para pelaku bisa membuat laporan sesuai dengan kemampuannya tetapi tetap berdasarkan pada standar akuntansi yang berlaku.
Sochib (2018:2) menjelaskan bahwa ‘Akuntansi sebagai proses mengidentifikasikan, mengukur dan melaporkan informasi ekonomi untuk memungkinkan adanya penilaian dan keputusan yang jelas dan tegas bagi mereka yang menggunakan informasi terebut’. Definisi tersebut menunjukan bahwa akuntansi merupakan proses yang berupa urutan-urutan langkah yang harus dilalui oleh sebuah transaksi. Beberapa langakah tersebut sering disebut dengan suatu proses akuntansi atau siklus akuntansi (accounting cycle).
Sochib (2018:4) mengutip dari pernyataan Kartikahadi (2016:25) bahwa : Bila rumusan pegertian akuntansi berdasarkan pendekatan sistem maka dapat dikatakan akuntansi adalah suatu sistem informasi keuangan yang
bertujuan untuk menghasilkan dan melaporkan informasi yang relevan bagi berbagai pihak yang berkepentingan.
Berdasarkan definisi diatas, akuntansi berfungsi sebagai penyedia informasi kuantitatif, terutama yang bersifat keuangan. Informasi tersebut diharapkan dapat menjadi masukan dalam proses pengambilan keputusan ekonomik dan rasional.
2.1.1.2 Tujuan Akuntansi
Menurut Nurfadila (2019:4) menyatakan bahwa :
Akuntansi bertujuan untuk menyediakan informasi keuangan yang berguna bagi para shareholder (pemegang saham) dan para stakeholder (pihak yang berkepentingan). Informasi tersebut dapat berupa informasi kuantitatif dan informasi kualitatif”.
Sejalan dengan Harahap (2015:56) menjelaskan bahwa tujuan akuntansi adalah:
1. Utuk memberi informasi keuangan yang secara handal bisa dipercaya mengenai kewajiban, modal dan sumber ekonomi.
2. Untuk memberi informasi terpercaya tentang perubahan-perubahan yang ada pada sumber-sumber ekonomi sebuah perusahaan yang meuncul karena adanya kegiatan usaha.
3. Memberikan informasi keuangan yang bisa membantu penggunanya dalam memperkirakan potensi perusahaan dalam mendapatkan laba.
4. Memberikan informasi penting yang lain tentang perubahan-perubahan yang terjadi pada ekonomi perusahaan dan kewajiban
5. Menyampaikan sedalam mungkin informasi lain yang masih berkaitan dengan laporan keungan yang masih relevan untuk digunakan oleh pengguna laporan keungan.
Berdasarkan definisi tersebut dapat disimpulakan bahwa akuntansi bertujuan untuk menyampaikan informasi yang berkaitan dengan akuntansi seperti kondisi ekonomi perusahan dan perubahan-perubahan yang terjadi pada perusahaan. Menyampaian informasi akuntansi ini bertujuan untuk dasar
pengambilan keputusan oleh pihak-pihak terkait seperti shareholder dan stakeholder atau pihak lain yang berkepentingan.
2.1.1.3 Bidang-Bidang Akuntansi
Menurut Hanggara (2019:3) dalam praktiknya akuntansi dapat dibagi kedalam beberapa jenis. Jenis-jenis akuntansi tersebut meliputi :
1. Akuntansi Manajemen
Definisi akuntansi manajemen adalah salah satu cabang akuntansi yang memiliki fungsi untuk menyediakan data dan informasi bagi pengambilan keputusan manajemen yang berhubungan dengan operasional dan perencanaan operasional di masa mendatang.
Contohnya menyediakan informasi tentang data biaya yang bermanfaat untuk menentukan harga jual produk atau pertimbangan yang terkait lainnya.
2. Akuntansi Biaya
Akuntansi biaya merupakan bidang akuntansi yang memiliki fungsi sebagai kegiatan paling mendasar dan proses pengendalian biaya selama proses produksi yang dilakukan oleh perusahaan. Aktivitas utama akuntansi biaya adalah menyediakan data yang aktual dan biaya yang di rencanakan oleh perusahaan.
3. Akuntansi Keuangan
Akuntansi keuangan merupakan biadang akuntansi yang berfungsi untuk menjalankan seluruh proses akuntansi sehingga bisa mendapatkan informasi keuangan untuk pihak eksternal. Contoh informasi tersebut di antaranya adalah laporan laba rugi, laporan perubahan laba ditahan, laporan posisi keuangan, dll.
4. Auditing
Auditing adalah cabang akuntansi yang berfungsi untuk melakukan pemeriksaan terhadap laporan keuangan yang telah dibuat oleh perusahaan. Bila proses auditing tersebut dilakukan oleh pihak perusahaan maka auditornya sering disebut dengan internal auditor.
Hasil pemeriksaan dari internal auditor tersebut dapat digunakan untuk kepentingan pihak internal perusahaan. Sedangkan pemeriksaan laporan yang dilakukan oleh pihak luar perusahaan, maka prosesnya akan dilakukan oleh auditor independen atau akuntan publik.
5. Akuntansi Pajak
Akuntansi pajak adalah bidang akuntansi yang berfungsi untuk mempersiapkan data yang berkaitan dengan kewajiban dan hak perpajakan dari setiap transaksi yang dilakukan oleh perusahaan.
Ruang lingkup kerja dari akuntansi pajak meliputi kegiatan
perhitungan pajak yang harus dibayar dari setiap transaksi yang dilakukan perusahaan hingga perhitungan pengembalian pajak yang menjadi hak perusahaan.
6. Sistem Akuntasi
Sistem akuntansi merupakan bidang akuntansi yang memiliki fokus pada kegiatan untuk mendesain dan mengimplemetasikan prosedur serta pengamanan data keuangan perusahaan. Tujuan utama dari sistem akuntansi adalah mengamankan seluruh harga kekayaan yang dimiliki oleh perusahaan.
7. Akuntansi anggaran
Akuntansi anggaran adalah salah satu bidang akuntansi yang berfokus pada pembuatan rencana kerja perusahaan di masa mendatang dengan menggunakan data-data aktual di masa yang lalu. Selain menyusun rencana kerja, akuntansi anggaran juga berfungsi untuk mengendalikan rencana kerja tersebut dengan segala upaya untuk menjamin kegiatan operasional perusahaan dapat berjalan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan.
8. Akuntansi Internasional
Akuntansi Internasional adalah bidang akuntansi yang berfokus kepada persoalan akuntansi yang berhubungan dengan transaksi internasional yang dijalankan oleh perusahaan multi nasional. Hal yang terkait dalam akuntansi internasional ini dapat meliputi semua upaya untuk memahami hukum serta aturan perpajakan setiap negara di mana perusahaan multi nasional beroperasi.
9. Akuntansi Sektor Publik
Akuntansi sektor pubilk adalah akuntansi yang berfokus kepada pencatatan serta pelaporan transaksi lembaga pemerintahan dan organisasi nirlaba lainnya. Hal ini sangat diperlukan oleh organisasi nirlaba karena organisasi yang di dirikan dengan tujuan tidak menghasilkan laba usaha seperti perusahaan komersial lainnya.
Contoh organisasi yang tidak bertujuan menghasilkan laba diantaranya instansi pemerintah, yayasan sosial, panti jompo, rumah sakit, dll
2.1.1.4 Fungsi Akuntansi
Pada dasarnya fungsi akuntasi adalah menciptakan sistem akuntansi membuat prosedur untuk mencatat, menggolongkan dan mememasukan secara singkat transaksi-transaksi perusahaan serta memberikan laporan/keterangan pada manajemen untuk penyusunan anggaran dan pengendalian aktivitas.
Akuntansi bisa dianggap sebagai bahasa perusahaan dalam memberikan informasi berupa data-data keuangan yang digunakan untuk pengambilan keputusan. Setiap perusahaan membutuhkan dua macam informasi tentang perusahaannya, yaitu tentang nilai perusahaan dan informasi mengenai laba/rugi perusahaan. Dengan akuntansi, dapat mengetahui jumlah modal yang dimiliki perusahaan dan perkembangan perusahaan pada periode tertentu. Noiconnotes (2015:1) menjelaskan bahwa “Jika dilihat dari tujun akuntansi, fungsi akuntansi yang utama adalah sebagai informasi keuangan sebuah entitas”.
Pendapat lain juga dismpaikan oleh Jusup (2011:26) yang menjelaskan bahwa :
Salah satu fungsi adalah menyediakan laporan-loporan periodik untuk manajemen, ivestor, kreditur, dan pihak-pihak lain diluar perusahaan.
Laporan keuangan utama yang dihasil dari proses akuntansi terdiri atas neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan modal, laporan arus kas.
Kemudian fungsi akutansi menurut Halim (2012:27) adalah: “Penghubung antara kegiatan ekonomi suatu perusahaan dengan pembuatkeputusan”. Selain dari fungsi-fungsi diatas, Macfoedz (2013:31) juga mengkungkapkan fugsi lainnya dari Akuntansi adalah, seperti dikemukakan, antara lain :
1. Sebagai pedoman bagi lembaga penyusun standar akuntansi.
2. Memberikan kerangka acuan dalam menyelesaikan masalah akuntansi.
3. Menginginkan pemahaman dan keyakinan pembaca terhadap informasi.
yang disajikan dalam laporan keuagan.
4. Agar laporan keuangan dapat diperbandingkan.
5. Memberikan kerangka acuan dalam menilai prosedur dan praktik akuntansi.
Sedangkan menurut American Accounting Association (AAA) dalam Heryadi (2015:21) bahwa :
1. Sebagai recording report, yang berarti merekam catatan transasksi secara sistematis dan kronologis merupakan fungsi utama dari akuntansi. Rekam catatan transaksi ini kemudian dikirim ke Account Ledger sampai akhirnya menyiapkan akun akhir untuk mengetahui profit dan profit dan loss dari bisnis pada akhir periode akuntansi.
2. Sebagai pelindung properti dan aset, yang berarti berfungsi untuk menghitung jumlah penyusutan aset sebenarnya dengan menggunakan metode yang tepat dan berlaku untuk aset tertentu. Semua disikapi tidak sah dari aset akan mengakibatkan sebuah bisnis mengalami kebangkrutan. Itulah sebabnya sistem akuntansi dirancang untuk melindungi properti dan aset bisnis dari pemakaian yang tak sah.
3. Sebagai media komunikasi, yang berarti alat untuk mengkomunikasikan hasil dan transaksi yang dicatat kesemua pihak yang tertarik pada bisnis tertentu. Misalnya investor, kreditor, karyawan, pemerintahan, peneliti dan instansi lain.
4. Sebagai meeting legal, yang berarti fungsi akuntansi juga berhubungan dengan perancanagan dan pengembangan sistem. Misalnya sistem utuk memastikan catatan dan pelaporan hasil selalu memenuhi persyaratan hukum. Sistem ini nantinya diperlukan untuk mengaktifkan kepemilikan atau wewenang untuk mengajukan berbagai pernyataan.
Atas dasar definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa akuntansi berfungsi sebagai sistem yang menyampaikan informasi perusahaan kepada pihak yang berkepentingan guna memberi gambaran tentang perkembangan perusahaan.
2.1.2 Akuntansi Keuangan
2.1.2.1 Pengertian Akuntansi Keuangan
Akuntansi keuangan menjadi bagian dari akuntansi yang kaitannya dengan penyiapan laporan untuk pihak luar seperti pemegang saham. Akuntansi keuangan hubungannya erat dengan masalah pencatatan transaksi perusahaan dan penyusunan laporan berkala dari hasil pencatatan. Prinsip utama yang digunakan adalah persamaan akuntansi aset sama dengan liabilitas ditambah ekuitas.
Pengertian akuntansi keuangan menurut Kieso (2011:2) bahwa :
“akuntansi keuangan merupakan sebuah proses yang berakhir pada pembuatan
laporan keuangan menyangkut perusahaan secara keseluruhan untuk digunakan baik oleh pihak-pihak internal maupun pihak eksternal”.
Menurut Harrison (2015:4) pengertian Akuntansi Keuangan (financial accounting) adalah sebagai berikut : “Akuntansi keuangan adalah menyediakan informasi bagi pengambil keputusan diluar entitas, seperti investor, kreditor, agen pemerintahan, dan publik”.
Lebih lanjut menurut Martini (2012:36) menyatakan bahwa :
Akuntansi keuangan memiliki orientasi pada pelaporan dari pihak eksternal. Dengan banyaknya pihak eksternal yang mempunyai tujuan mendetail kepada masing-masing pihak membuat pihak pembuat laporan keuangan berpatokan pada prinsip dan asumsi-asumsi dalam proses pembuatan laporan keuangan.
Sedangkan menurut Sugiarto (2012: 83) bahwa: “Akuntansi keuangan adalah bidang akuntansi yang berfokus pada penyiapan laporan keuangan suatu perusahaan yang dikeluarkan secara berkala”.
Jadi dapat disimpulkan bahwa Akuntansi Keuangan ialah rumpun ilmu dari akuntansi yang berhubungan dengan cara pelaporan perusahaan kepada pelaku ekonomi baik secara internal maupun eksternal yang biasanya laporan berbentuk arus kas, perubahan modal, rugi laba dan neraca.
2.1.2.2 Informasi Akuntansi Keuangan
Menurut Mulyadi (2012: 84) bahwa; “Informasi sebagai suatu fakta, data, pengamatan, serta persepsi atau suatu yang lainnya yang menambah pengetahuan”. Informasi diperlukan manusia untuk mengurangi ketidakpastian dan selalu menyangkut masa yang akan datang yang mengandung berbagai
ketidakpastian dan selalu menyangkut pemilihan berbagai alternatif tindakan yang ada.
Sementara menurut Lako (2012: 96) bahwa:
Informasi keuangan merupakan suatu data, fakta dan pengamatan yang dioleh sedemikian rupa sehingga dapat memenuhi kebutuhan pemakainya. Informasi keuangan dapat digunakan sebagai alat untuk berkomunikasi dengan pihak-pihak yang berkepentingan dengan perusahaan bersumber dari laporan keuangan yang merupakan hasil akhir dari proses akuntansi.
Dari beberapa pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa informasi akuntansi keuangan dapat digunakan sebagai alat untuk berkomunikasi dengan pihak-pihak yang berkepentingan dengan perusahaan bersumber dari laporan keuangan yang merupakan hasil akhir dari proses akuntansi. Informasi laporan keuangan memiliki keunggulan komparatif dibandingkan dengan sumber- sumber informasi bersaing lainnya karena secara langsung dapat lebih dikaitkan pada variable of interest, merupakan sumber informasi yang lebih handal karena telah diaudit oleh auditor independen, dan merupakan sumber informasi yang lebih rendah biayanya dibandingkan sumber informasi lainnya, serta merupakan sumber informasi yang lebih tepat waktu.
2.1.2.3 Pemakai Informasi Akuntansi Keuangan
Pemakai informasi akuntansi dan keuangan, meliputi investor, kreditor (pemberi pinjaman), pemasok dan kreditor usaha lainnya, karyawan, pelanggan, pemerintah serta lembaga-lembaga lainnya dan masyarakat. Mereka menggunakan laporan keuangan untuk memenuhi beberapa kebutuhan informasi yang berbeda.
Menurut Martani, (2012: 33) pengguna informasi laporan keuangan adalah sebagai berikut:
1. Investor
Menilai entitas dan kemampuan entitas membayar deviden di masa mendatang. Investor dapat memutuskan untuk membeli atau menjual saham entitas.
2. Karyawan
Kemampuan memberikan balas jasa, manfaat pensiun, dan kesempatankerja.
3. Pemberian jaminan
Kemampuanmembayar utang dan bunga yang akan memengaruhi keputusan apakah akan memberikan pinjaman.
4. Pemasok dan kreditur lain
Kemampuan entitas membayar liabilitas pada saat jatuh tempo.
5. Pelanggan
Kemapuan entitas menjamin kelangsungan hidupnya.
6. Pemerintah
Menilai bagaimana alokasi sumber daya.
7. Masyarakat
Menilai tren dan perkembangan kemakmuran entitas.
Menurut Harahap (2011:7-9), pengguna laporan keuangan antara lain sebagai berikut:
1. Pemilik Perusahaan
Bagi pemilik perusahaan laporan keuangan dimaksudkan untuk : a) Menilai prestasi atau hasil yang diperoleh manajemen perusahaan;
b) Mengetahui hasil deviden yang akan diterima;
c) Menilai posisi keuangan perusahaan dan pertumbuhannya;
d) Mengetahui nilai saham dan laba perlembar saham
e) Sebagai dasar untuk memprediksi kondisi perusahaan di masa yang akan datang;
f) Sebagai dasar untuk mempertimbangkan menambah atau mengurangi investasi.
2. Manajemen Perusahaan
Bagi manajemen perusahaan laporan keuangan digunakan untuk;
a) Alat untuk mempertanggung jawabkan pengelolaan kepada pemilik;
b) Mengatur tingkat biaya dari setiap kegiatan operasi perusahaan, divisi, bagian segmen tertentu;
c) Mengukur tingkat efisiensi dan tingkat keuntungan perusahaan, divisi, bagian atau segmen tertentu;
d) Menilai hasil kerja individu yang diberikan tugas dan tanggung jawab; e) Untuk menjadi bahan pertimbangan dalam menentukan perlu tidaknya diambil kebijakan baru;
e) Memenuhi ketentuan dalam UU, peraturan, Anggaran Dasar, Pasar Modal, dan lembaga regulator lainnya
3. Investor
Bagi Investor perusahaan laporan keuangan digunakan untuk;
a) Menilai kondisi keuangan dan hasil usaha perusahaan;
b) Menilai kemungkinan menanamkan dana dalam perusahaan;
c) Meniali kemungkinan menambah divestasi (menarik investasi) dari perusahaan;
d) Menjadi dasar memprediksi kondisi perusahaan dimasa datang.
4. Kreditor atau Banker
Bagi Kreditor, Banker atau Supplier laporan keuangan digunakan untuk;
a) Menilai kondisi keuangan dan hasil usaha perusahaan dalam jangka pendek maupun dalam jangka panjang;
b) Menilai kualitas jaminan kredit / investasi untuk menopang kredit yang akan diberikan;
c) Melihat dan memprediksi prospek keuntungan yang mungkin diperoleh dari perusahaan atau menilai rate of return perusahaan.
d) Menilai kemampuan likuiditas, solvabilitas, rentabilitas perusahaan sebagai dasar dalam pertimbangan keputusan kredit;
e) Menilai sejauh mana perusahaan mengikuti perjanjian kredit yang sudah disepakati.
5. Pemerintah dan Regulator
Bagi Pemerintah dan Regulator laporan keuangan digunakan untuk;
a) Menghitung dan menetapkan jumlah pajak yang harus dibayar;
b) Sebagai dasar dalam menetapkan kebijakan-kebijakan baru;
c) Menilai apakah perusahaan memerlukan bantuan atau tindakan lain;
d) Menilai kepatuhan perusahaan terhadap aturan yang ditetapkan;
Berdasarkan beberapa pendapat ahli diatas, dapat penulis simpulkan bahwa yang memakai sistem informasi keuangan meliputi investor, kreditor (pemberi pinjaman), pemasok dan kreditor usaha lainnya, karyawan, pelanggan, pemerintah serta lembaga-lembaga lainnya dan masyarakat.
2.1.3 Koperasi
2.1.3.1 Pengertian Koperasi
Dalam penjelasan Pasal 33 UUD 1945 secara tegas menempatkan koperasi sebagai Soko Guru Perekonomian Nasional dan sebagai bagian integral Perekonomian Nasional. Koperasi Indonesia lahir dengan nilai-nilai dan prinsipnya sendiri yang sangat ideal, yang tidak memfokuskan pada individu dan keuntungan yang maksimal, melainkan pada kebersamaan dan untuk kesejahteraan anggota. Hal ini wajar, karena koperasi merupakan perkumpulan orang (anggota), sehingga anggotalah sebagai pemilik sekaligus pengguna koperasi.
Menurut Fay dalam Hendrojogi (2012:20) koperasi adalah :
Suatu perserikatan dengan tujuan berusaha bersama yang terdiri dari atas mereka yang lemah dan diusahakan selalu dengan semangat tidak memikirkan diri sendiri sedemikian rupa, sehingga masing-masing sanggup menjalankan kewajibannya sebagai anggota dan mendapat imbalan sebanding dengan pemanfaatan mereka terhadap organisasi.
Lebih lanjut menurut Hendrojogi (2012:21) koperasi adalah perkumpulan manusia seorang-seorang yang dengan sukanya sendiri hendak berkerja sama untuk memajukan ekonominya.
Sedangkan menurut Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2012 koperasi adalah:
Badan hukum yang didirikan oleh orang perseorangan atau badan hukum koperasi, dengan pemisahan kekayaan para anggotanya sebagai modal untuk menjalankan usaha, yang memenuhi aspirasi dan kebutuhan bersama dibidang ekonomi, sosial, dan budaya sesuai dengan nilai dan prinsip koperasi.
Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan koperasi merupakan suatu badan/lembaga usaha yang beranggotakan orang-seorang untuk
memperbaiki nasib penghidupan ekonomi dalam bentuk kerja sama yang bersifat sukarela yang berdasarkan azas kekeluargaan.
2.1.3.2 Prinsip-prinsip Koperasi
Menurut Undang-Undang No.25 Tahun 1992 Pasal 5 disebutkan prinsip- prinsip koperasi, yaitu sebagai berikut :
1. Keanggotaan bersifat sukarela dan terbuka. Maksudnya koperasi bersifat sukarela terhadap siapapun yang membutuhkan bantuan dalam koperasi dan bersifat terbuka kepada para anggota dan yang lain (mau membaur atau tidak menutup diri dengan anggota koperasi maupun yang lainnya).
2. Pengelolaan dilakukan secara demokratis. Artinya koperasi adalah organisasi yang demokratis, anggotanya bebas memberikan pendapat atau aspirasinya sendiri secara melibatkan diri dengan aktif dalam keputusan. Bagi koperasi setiap anggota mempunyai hak mengundi yang sama ( satu anggota satu undi) dan koperasi dilain peringkat juga diuruskan secara demokratis.
3. Pembagian Sisa Hasil Usaha (SHU) dilakukan secara adil dan sebanding dengan besarnya jasa usaha masing- masing anggota (andil anggota tersebut dalam koperasi). Maksdunya SHU dibagikan secara merata sesuai dengan seberapa besarya jasa anggota tersebut sehingga tidak menimbulkan rasa iri kepada anggota.
4. Pemberian balas jasa yang terbatas terhadap modal. Artinya adalah setiap pinjaman yang dipinjam oleh anggota harus disesuaikan dengan modal yang ditanam didalam koperasi.
5. Kemandirian. Maksudnya adalah koperasi bersifat mandiri, tidak tergantung pada pinjaman atau modal kepada pihak lain tetapi sematamata hanya dari anggota saja.
6. Pendidikan perkoperasian. Maksudnya adalah koperasi memberikan pendidikan dan pelatihan untuk anggotanya, lembaga yang dipilih, pengurus, dan pekerja agar mereka dapat menyumbang secara berkesan kepada kemajuan koperasi
7. Kerjasama antar koperasi. Maksudnya adalah koperasi membantu anggotanya secara lebih berkesan disamping mengukuhkan gerakan koperasi dengan cara bekerja bersama-sama di wilayah yang sama atau di wilayah yang berbeda.
Sedangkan menurut Hendrojogi (2012:46) prinsip-prinsip koperasi adalah pedoman bagi koperasi-koperasi dalam melaksanakan nilai-nilai koperasi dalam praktik. Prisnip-prinsip koperasi tersebut adalah sebagai berikut:
1. Keanggotaan yang sukarela dan terbuka 2. Pengawasan demokratis oleh anggota
3. Partisipasi anggota dalam kegiatan ekonomi 4. Otonomi dan kemandirian (Independence) 5. Pendidikan, pelatihan dan penerangan 6. Kerja sama antar koperasi
7. Kepedulian terhadapt masyarakat
2.1.3.3 Jenis-jenis Koperasi
Di tinjau dari UU NO 17 Tahun 2012 mengenai jenis – jenis koperasi yang tercantum pada : Pasal 83, yang berbunyi : “Jenis Koperasi sebagaimana dimaksud dalam pasal 82 terdiri dari Koperasi Konsumen, Koperasi Produsen, Koperasi Jasa dan Koperasi Simpan Pinjam”
Pasal 84, yang berbunyi :
Ayat (1) : “Koperasi Konsumen menyelenggarakan kegiatan usaha
pelayanan di bidang penyediaan barang kebutuhan anggota dan non- anggota”
Ayat (2) : “Koperasi Produsen menyelenggarakan kegiatan usaha pelayanan di bidang pengadaan sarana produksi dan pemasaran produksi yang dihasilkan anggota kepada anggota dan non-anggota”
Ayat (3) : “Koperasi Jasa menyelenggarakan kegiatan usaha pelayanan jasa non- simpan pinjam yang diperlukan oleh anggota dan non- anggota”
Ayat (4) : “Koperasi Simpan Pinjam menjalankan usaha simpan pinjam sebagai satu – satunya usaha yang melayani anggota”
2.1.3.4 Karakterisrik Usaha Koperasi
Secara umum koperasi dipahami sebagai perkumpulan orang yag secara sukarela mempersatukan diri untuk berjuang meningkatkan kesejahteraan ekonomi mereka melalui pembentukan sebuah badan usaha yang dikelola secara demokratis. Berbeda dengan badan usaha komersial pada umumnya, koperasi memiliki karakteristik tersendiri seperti diungkapkan oleh Rudianto (2010:3) bahwa :
1. Koperasi memiliki oleh anggota yang bergabung atas dasar sedikitnya satu kepentingan ekonomi yang sama.
2. Koperasi didirikan dan dikembangkan berlandaskan nilai-nilai percaya diri untuk menolong serta bertanggung jawab kepada diri sendiri, kesetiakawanan, keadilan, persamaan, dan demokrasi. Selain itu para anggota koperasi percaya pada nilai-nilai etika kejujuran, keterbukaan, tanggung jawab sosial, dan kepedulian terhadap orang lain.
3. Koperasi didirikan, dimodali, dibiayai, diatur dan diawasi, serta dimanfaatkan sendiri oleh anggota.
4. Tugas pokok badan usaha koperasi adalah menunjang kepentingan ekonomi anggotanya dalamrangka memajukan kesejahteraan anggota.
5. Jika terdapat kelebihan kemampuan pelayanankoperasi kepada anggotanya, maka kelebihan tersebut dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat yang bukan anggota koperasi.
Selanjutnya menurut Subandi (2015:20), mengenali karakteristik koperasi adalah sebagai berikut:
1. Koperasi didirikan atas dasar adanya kesamaan kebutuhan di antara para anggotanya.
2. Koperasi didirikan atas dasar kesadaran mengenai keterbatasan kemampuan.
3. Koperasi didirikan atas kesukarelaan dan keterbukaan.
4. Koperasi menjunjung tinggi asas demokrasi.
5. Koperasi didirikan untuk meningkatkan kesejahteraan para anggotanya atas dasar perikemanusiaan.
6. Koperasi memerlukan usaha dan kegiatan di bidang yang dapat memenuhi kebutuhan bersama para anggotanya.
7. Koperasi adalah gerakan ekonomi rakyat yang berdasar atas asas kekeluargaan.
8. Koperasi bertujuan untuk memenuhi kebutuhan dan meningkatkan kesejahteraan anggotanya.
9. Koperasi selain beranggotakan orang-orang, dapat pula beranggotakan badan-badan hukum koperasi.
10. Koperasi merupakan bagian tak terpisahkan dari perjuangan membangun sistem perekonomian sebagai usaha bersama berdasarkan atas asas kekeluargaan.
2.1.4 Pengendalian Intern Kas 2.1.4.1 Pengertian Kas
Dalam bidang ilmu akuntansi, pengertian kas adalah suatu harta kekayaan yang memiliki sifat lebih likuid dan berjangka waktu lebih pendek untuk bisa dimanfaatkan secara bebas dalam pendanaan operasional perusahaan.
Menurut Purwaji dkk (2017:8) menjelaskan bahwa : “Kas merupakan alat pembayaran yang siap di pakai dan bebas di pergunakan untuk membiayai kegiatan- kegiatan umum yang ada di dalam perusahaan”.
Menurut Priyati (2016:89) menyatakan bahwa: “Kas merupakan alat pertukaran yang bisa di sebut suatualat pembayaran yang telah di miliki oleh sebuah perusahaan dan para penggunanya itu tidak pernah di batasi sedikitpun”.
Menurut Martani, dkk (2016:182) menyatakan bahwa : :
Kas merupakan aset keuangan yang bisa di gunakan untuk kegiatan operasional di sebuah perusahaan. Di dalam kas tersebut ada aset yang nilainya paling liquid karena dapat di gunakan untuk membayar kewajiban di perusahaan”.
Kemudian menurut Diana, dkk (2017:101) bahwa :
Kas merupakan asset keuangan. Aset keuangan merupakan asset yang berbentuk kas, instrument ekuitas yang di terbitkan oleh entitas lain, hak kontraktual untuk menerima kas dari entitas lain, atau juga kontrak yang akan di selesaikan dengan menggunakan instrument ekuitas yang di terbitkan oleh entitas”.
Lebih lanjut menurut Ismail (2011:138) menyatakan bahwa : “Kas
merupakan mata uang yang berupa kertas dan logam baik dalam valuta rupiah maupun valuta asing yang masih berlaku sebagai alat pembayaran yang sangat sah”.
Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa kas merupakan aset keuangan yang bisa digunakan untuk kegiatan operasional yang ada di dalam sebuah perusahaan dan kas tersebut bisa di gunakan sebagai alat suatu pembayaran yang tanpa dibatasi seperti waktu dan di dalam kas juga tidak ada sebuah resiko tentang perubahan nilai yang sangat signifikan . Keberadaan yang ada di dalam kas tersebut merupakan sebuah entitas yang sangat penting, karena tanpa kas aktivitas operasi yang ada di dalam perusahaan tersebut tidak dapat berjalan dengan lancar.
2.1.4.2 Karakteristik Kas
Dalam dunia akuntansi, kas adalah aktiva lancar yang sifatnya sangat likuid karena sering mengalami mutasi. Kas juga mempunyai karakteristik tertentu yang bisa membedakannya dengan aset lain di dalam perusahaan.
Menurut Hery (2013:171) bahwa: “Kas meliputi berbagai macam yaitu seperti uang logam , uang kertas, wesel pos (kiriman uang lewat pos yang bisa di sebut dengan money orders) dan deposito”. Perangko bukan merupakan kas tetapi biaya yang harus di bayar di muka (prepaid ex-pense) atau bisa di sebut dengan beban yang ditangguhkan (deferred expense). Pada umumnya di dalam perusahaan telah membagi kas menjadi dua kelompok yaitu uang yang tersedia di kasir perusahaan (cash on hand) dan uang tunai yang tersimpan di dalam bank (cash in bank).
Menurut Martani, dkk (2016:183) bahwa :“Apabila kas yang telah di cadangkan menggunakan cara yang khusus, makakas tersebut tidak bisa di golongkan sebagai kas, tetapi hanya bisa di klasifikasikan sebagai dana cadangan”. Sejalan dengan pendapat Purwaji Dkk (2017:8) menerangkan bahwa :“Suatu alat pembayaran bisa kategorikan sebagai kas maka harus memenuhi kriteria- kriteria yang di ungkapkan”.
Di dalam kriteria tersebut ada 2 macam di dalam kas yaitu yang pertama adalah yang bisa di terima oleh masyarakat (bisnis) sebagai alat pembayarannya sesuai dengan nominalnya danyang ke dua adalah bisa di pergunakan sebagai alat pembayaran untuk kegiatan-kegiatan perusahaan sehari-harinya (pada setiap saat).
Berdasarkan penjelasan karakteristik kas di atas maka dapat disimpukan bahwa di dalam karakteristik kas itu tidak hanya sebuah catatan saja, tetapi adapun juga ada berbagai macam-macam kas yang berasal dari uang logam, uang kertas, wesel, dan deposito dan karakteristik kas itu tidak bisa di golongkan tetapi bisa di akui sebagai dana cadangan.
2.1.4.3 Arus Kas
Dalam menjalankan usahanya perusahaan selalu membutuhkan kas baik untuk membiayai operasi perusahaan sehari-hari maupun untuk mengadakan investasi baru dalam aktiva tetap. Proses aliran kas akan berlangsung terus menerus selama hidupnya perusahaan. Dari segi perputarannya, pola kas terdiri dari aliran kas masuk (cash flow) dan aliran kas keluar (cash out flow). Menurut Setyowati, Nurchamid, Kusumastuti, dan Ikasari (2016:242) mengemukakan arus kas sebagai berikut:
Arus kas adalah sarana aliran arus kas masuk dan keluar pada suatu periode yang berhubungan dengan tanggung jawab manajemen perusahaan dalam mengelola kas baik dari kegiatan operasional, pendanaan dan maupun investasi
Sedangkan menurut Azra (2018:194), mengemukakan arus kas sebagai berikut “Arus kas adalah yang berisi tentang penerimaan kas, pengeluaran kas, dan saldo kas bersih yang dihasilkan dariaktivitas operasi, aktivitas investasi dan aktivitas pendanaan pada suatu periode tertentu”
Selanjutnya menurut Kariyoto (2017:178) mengungkapkan bahwa : “Arus kas adalah suatu analisis dari semua perubahan yang mempengaruhi kas dalam kategori operasi, investasi dan keuangan”.
Dari beberapa definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa arus kas mengandung pengertian sebagai sarana yang berisiperubahan posisi nilai kas yang berasal dari aktivitas operasi, investasi, dan pendanaan yangmemberikan informasi mengenai arus kas masuk dan arus kas keluarsuatuperusahaan.
2.1.4.4 Pengertian Kas Kecil
Dalam neraca, dana kas kecil (petty cash) merupakan salah satu akun atau rekening yang disajikan oleh perusahaan sebagai salah satu elemen aktiva lancar. Kas meliputi terminal bagi arus lalu lintas transaksi dalam perusahaan serta semua transaksi langsung maupun tidak langsung pasti akan berhubungan dengan kas. Menurut Priyati (2016:89) mengemukakan sebagai berikut : “Kas kecil merupakan uang tunai yang dapat di isikan atau di sediakan untuk di gunakan membayar tentang pengeluaran-pengeluaran yang nominalnya itu sangat relatif kecil”.
Sedangkan menurut Mulyadi (2016:425) menjelaskan bahwa : “Kas kecil
merupakan uang yang di sediakan untuk membayar tentang pengeluaran- pengeluaran yang jumlahnya sangat relatif kecil dan tidak ekonomis apabila di bayar dengan cek”.
Kemudian menurut Diana Dkk (2017:101) menjelaskan bahwa :
Kas kecil merupakan kas yang dapat di sisihkan ke dalam entitas untuk membayar berbagai macam beban dengan jumlah rupiahnya kecil , seperti ongkos taksi , pembelian perlengkapan kantar , atau makan siang untuk karyawan yang ada di dalam perusahaan tersebut”
Berdasarkan pengertian kas kecil di atas dapat di simpulkan kas kecil merupakan uang tunai yang dapat di keluarkan dengan nominal yang sangat relatif kecil.
2.1.4.5 Pengertian Sistem Pengendalian Internal
Menurut Permendagri No. 4 Tahun 2008 Pasal 1 ayat 10, menyatakan bahwa :
Sistem Pengendalian Intern adalah Suatu proses yang dipengaruhi oleh manajeman yang diciptakan untuk memberikan keyakinan yang memadai dalam penciptaan efektivitas, efisiensi, ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan yang berlaku dan keandalan penyajian keuangan daerah.
Sedangkan menurut Akuntan Publik Indonesia (IAPI) 2011 dalam Wahyudi (2018:12) memaparkan bahwa :
Sistem Pengendalian Internal sebagai suatu proses yang dijalankan oleh dewan komunisaris, manajemen dan personel lain entitas yang didesain untuk memberikan keyakinan memadai tentang pencapaian mengenai keandalan pelaporan keuangan, efektivitas dan efisiensi operasi, serta kepatuhan terhadap peraturan yang berlaku.
Pendapat yang berbeda juga disampaikan Hery (2013:156) yang menjelaskan bahwa :
Pengendalian Internal adalah seperangkat kebijakan dan prosedur untuk melindungi aktiva atau kekayaan perusahaan dari segala bentuk tindakan penyalahgunaan, menjamin tersedianya informasi akuntansi perusahaan yang akurat, serta memastikan bahwa semua ketentuan (peraturan)/undang- undang serta kebijakan manajemen telah dipatuhi atau dijalankan sebagaimana mestinya oleh seluruh karyawan perusahaan.
Sedangkan pendapat lain yang dikemukakan oleh Wahyudi (2018:12) menjelaskan bahwa :
Pengendalian Internal adalah suatu cara untuk mengarahkan, mengawasi, dan mengukur sumber daya suatu organisasi. Pengendalian internal berperan penting untuk menegah dan mendeteksi indikasi kecurangan (fraud) dan melindungi sumber daya organisasi baik yang berwujud maupun tidak berwujud.
The Committee Of Sponsoring Organization Of The Tradway Commission (COSO) dalam Wahyudi (2018:12) juga menyatakan bahwa :
Pengendalian Internal adalah suatu proses yang dipengaruhi oleh dewan direksi, manajemen dan karyawan yang dirancang untuk memberikan jaminan yang meyakinkan bahwa tujuan organisasi akan dapat dicapai melalui efisien dan efektivitas operasi penyajian laporan keuangan yang dapat dipercaya, ketaan terhadap undang-undang dan aturan yang berlaku.
Dapat disimpulkan bahwa pengendalian intern adalah seperangkat kebijakan yang meliputi struktur organisasi, metode, ukuran-ukuran untuk melindungi aktiva atau kekayaan organisasi, mengecek ketelitian dan keandalan data akuntansi, mendorong efisiensi dan mendorong dipatuhinya kebijakan manajemen.
2.1.4.6 Tujuan Sistem Pengendalian Internal
Pengendalian internal merupakan sebuah sistem yang didesain untuk mengendalikan, mengawasi dan mengidentifikasi kegiantan yang berkaitan dengan perusahaan atau intansi. Tujuan sistem pengendalian intern adalah untuk menjaga kekayaan organisasi, mengecek ketelitian dan keandalan catatan
akuntansi, mendorong efisiensi, dan mendorong dipatuhinya kebijakan manajemen.
Menurut Wahyudi (2018:13) menuturkan bahwa tujuan pengendalian internal adalah sebagai berikut :
1. Aset yang dimiliki oleh organisasi/perusahaan telah diamankan untuk kepentingan organisasi/perusahaan semata, bukan untuk kepentingan individu oknum karyawan tertentu. Dengan demikian pengendalian internal diterapkan agar seluruh asset organisasi dapat terlindungi dengan baik dari tindak penyelewengan atau kecurangan lainnya.
2. Informasi akuntansi organisasi tersedia secara akurat dan dapat diandalkan. Ini dilakukan dengan cara memperkecl risiko baik atas saji ataupun tidak disengaja.
3. Karyawan telah mencari hukum dan peraturan. Salah satu halyang paling riskan dalam pengendalian internal adalah kecurangan yang dilakukan oleh karyawan (employe fraud). Kecurangan karywan ini adalah tindakan yang disengaja dengan tujuan untuk memperoleh keuntungan pribadi.
Sedangkan pendapat yang disampaikan dalam Mulyadi (2013:163) bahwa tujuan pengendalian internal adalah sebagai berkut :
1. Pengendalian internal Akuntansi (Internal Accounting Control)
Yaitu bagian dari sistem pengendalian internal yang meliputi struktur organisasi, metode dan ukuran-ukuran yang dikoordinasikan terutama untuk menjaga kekayaan dan mengecek ketelitian dan keandalan data akuntansi.
2. Pengendalian Internal Administratif
Yaitu meliputi struktur orgnisasi, metode dan ukuran-ukuran yang dikoordinasikan terutama untuk mendorong efisiensi dan dipatuhinya kebijakan manajemen.
Sejalan dengan pendapat diatas, Thahjono (2016) menyatakan bahwa : Pengendalian intern administrasi mempunyai tujuan meningkatkan efisiensi operasi dan meyakinkan bahwa kebijakan manajemen ditaati karyawan. Sedangkan pengendalian intern akuntansi mempunyai tujuan agar harta milik perusahan bisa terjaga dari kecurangan dan agar catatan- catatan akuntansi dapat dipercaya.
Sedangkan menurut Sanyoto (2012:257) menyatakan bahwa
Salah satu tujuan dari sistem pengendalian internal adalah untuk menjamin efektivitas dan efisiensi operasi”. Biasanya manajemen memiliki tiga tujuan umum dalam merancang sistem pengendalian intern yang efektif yaitu rehabilitas pelaporan keuangan, efisiensi dan efektifitas operasi, dan ketaatan pada hukum dan peraturan.
Maka dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa sistem pengendalian internal bertujuan untuk menekan tindak penyelewengan yang terjadi pada perusahaan demi mengamankan asset perusahaan seperti persediaan barang dll.
2.1.4.7 Komponen Sistem Pengendalian Internal
Menurut Sujarweni (2015:71) sistem pengendalian internal memiliki 5 komponen utama sebagai berikut :
1. Lingkungan Pengendalian
Lingkungan pengendalian merupakan sarana dan prasarana yang ada di dalam organisasi atau perusahaan untuk menjalankan struktur pengendalian internal yang baik. Beberapa komponen yang mempengaruhi lingkungan pengendalian internal adalah :
a. Komitmen manajemen terhadap integritas dan nilai-nilai etika.
Dalam perusahaan harus selalu ditanamkan etika di mana jika etika itu dilanggar itu merupakan penyimpangan. Contoh datang tepat waktu adalah suatu etika yang baik dan begitu sebaliknya.
b. Filosofi yang dianut oleh manajemen dan gaya operasional yang dipakai oleh manajemen, artinya di sini bahwa manajemen akan menegakkan peraturan. Jika yang melanggar akan dikenakan sanksi yang tegas.
c. Struktur Organisasi
1) Metode pembagian tugas dan tanggung jawab. Dalam perusahaan harus jelas dan tegas dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya.
2) Kebijakan dan praktik yang menyangkut sumber daya manusia. Perusahaan dalam memilih karyawan harus selektif dan melalui prosedur tes yang semestinya bukan nepotisme dan sejenisnya.
3) Pengaruh dari luar. Apabila lingkungan dalam perusahaan sudah baik, maka pengaruh buruk akan mudah bersama-sama ditangkal dan pengaruh yang baik akan lebih mudah diterima.
2. Penaksiran Risiko.
Manajemen perusahaan harus dapat mengidentifikasi berbagai risiko yang dihadapi oleh perusahaan. Dengan memahami risiko, manajemen dapat mengambil tindakan pencegahan, sehingga perusahaan dapat
menghindari kerugian yang besar. Ada tiga kelompok risiko yang dihadapi perusahaan, yaitu
a. Risiko strategis, yaitu mengerjakan sesuatu dengan cara yang salah (misalnya: harusnya dikerjakan dengan komputer ternyata dikerjakan secara manual).
b. Risiko finansial, yaitu risiko menghadapi kerugian keuangan. Hal ini dapat disebabkan karena uang hilang, dihambur-hamburkan, atau dicuri.
c. Risiko informasi, yaitu menghasilkan informasi yang tidak relevan atau informasi yang keliru, atau bahkan sistem informasinya tidak dapat dipercaya
3. Aktivitas Pengendalian.
Kegiatan pengawasan merupakan berbagai proses dan upaya yang dilakukan oleh manajemen perusahaan untuk menegakkan pengawasan atau pengendalian operasi perusahaan. Committee of Sponsoring Organizations (COSO) mengidentifikasi setidak-tidaknya ada lima hal yang dapat diterapkan oleh perusahaan, yaitu :
a. Pemberian otorisasi atas transaksi dan kegiatan. Otorisasi dengan cara membubuhkan tanda tangan sebagai bentuk persetujuan dari atasan. Contoh: untuk meminta pergantian peralatan kantor maka bagian pembelian harus meminta persetujuan dari pimpinan dari bagian keuangan, persetujuan dari pimpinan keuangan itu dibuktikan dengan tanda tangan.
b. Pembagian tugas dan tanggung jawab. Pembagian tugas dan tanggung jawab berdasarkan struktur organisasi yang telah dibuat perusahaan.
c. Rancangan dan penggunaan dokumen dan catatan yang baik.
Dokumen sebaiknya mudah dipakai oleh karyawan, dokumen dibuat dengan bahan yang berkualitas agar bertahan lama jika disimpan.
d. Perlindungan yang cukup terhadap kekayaan dan catatan perusahaan. perlindungan yang ketat ini meliputi :
1) Antara pecatat dan pembawa kas harus berbeda orangnya.
2) Tersedia tempat penyimpanan yang baik.
3) Pembatasan akses ruang-ruang yang penting
e. Pemeriksaan terhadap kinerja perusahaan. Pemeriksaan kinerja ini dapat dilakukan dengan salah satu langkah berikut :
1) Membuat rekonsiliasi/pencocokan antara catatan perusahaan dengan bank, maupun rekonsiliasi antara dua catatan yang terpisah mengenai suatu rekening.
2) Melakukan stok opname yaitu mencocokkan jumlah unit persediaan di gudang dengan catatan persediaan.
3) Menjumlah berbagai hitungan dengan cara batch totals, yaitu penjumlahan dari atas ke bawah.
4. Informasi dan Komunikasi.
Merancang sistem informasi perusahaan dan manajemen puncak harus mengetahui hal-hal berikut ini :
a. Bagaimana transaksi diawali.
b. Bagaimana data dicatat ke dalam formulir yang siap dimasukkan ke sistem komputer.
c. Bagaimana fail data dibaca, diorganisasi, dan diperbaharui isinya.
d. Bagaimana data diproses agar menjadi informasi dan informasi diproses lagi menjadi informasi yang lebih berguna bagi pembuat keputusan.
e. Bagimana informasi yang baik dilakukan.
f. Bagaimana transaksi berhasil.
5. Pemantuan
Adalah kegiatan untuk mengikuti jalannya sistem informasi akuntansi, sehingga apabila ada sesuatu berjalan tidak seperti yang diharapkan, dapat segera diambil tindakan. Berbagai bentuk pemantuan di dalam perusahaan dapat dilaksanakan dengan salah satu atau semua proses berikut ini:
a. Supervisi yang efektif, yaitu manajemen yang lebih atas dapat mengawasi manajemen dan karyawan di bawahnya.
b. Akuntansi pertanggungjawaban yaitu perusahaan menerapkan suatu sistem akuntansi yang dapat digunakan untuk menilai kinerja masing-masing manajer, masing-masing departemen, dan masing- masing proses yang dijalankan oleh perusahaan.
c. Audit internal yaitu pengauditan yang dilakukan oleh auditor di dalam perusahaan.
Selanjutnya Tunggal (2016:16) menyatakan bahwa pengendalian intern terdiri dari lima komponen meliputi:
1. Lingkungan pengendalian (control environmen) Merupakan dasar untuk pengendalian internal yang efektif menyediakan disiplin dan struktur yang mencangkup sikap kesadaran, kebijakan, dan tindakan manajemen, dewan direksi mengenai pengendalian internal entitas dan pentingnya pengendalian intern dalam entitas.
2. Penilaian risiko (risk assestment) Mencangkup berbagai cara manajemen dalam mengidentifikasi,menganalisis dan mengelola resiko-resiko yang relevan terhadap penyusunan laporankeuangan yang secara wajar disajikansesuai dengan prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum.Dengan memperkirakan signifikannya, menilai kemungklinan terjadinya, dan menentukan tindakan untuk mengelolanya.
3. Aktivitas pengendalian (controlactivities) Mencangkup semua kebijakan dan prosedur yang dapat membantu dalammeyakinkan dan memastikan bahwasemua tindakan yang diperlikan
dalammenghadapi risiko-risiko yang akan terjadi dalam mencapai entitas.
4. Informasi dan komunikasi(Informasion and communication) Suatu sistem informasi yang dapat dikatakan relevan pada pelaporan keuangan meliputi berbagai hal yaitu sistem akuntansi yang terdiri dari suatu metode dan pencatatan yang telah ditetapkan untuk mencatat, mengelola, memproses, mengikhtisar, dan melaporkan segala transaksi dalam suatu entitas untuk mempertahankan akuntabilitas aktiva dan hutang yang berkaitan.
5. Pengawasan (monitoring) Pengawasan merupakan suatu proses yang dapat menilai suatu mutu kinerja dalam meliputi seluruh personil yang tepat untuk menilai desain dan operasi pengendalian dengan dasar yang tepat waktu serta mengambil tindakan korektif atau perbaikan sesuai yang diperlukan
Dengan demikian berdasarkan kedua pendapat tersebut diketahui bahwa pengendalian intern mencakup 5 (lima) komponen dasar kebijakan dan prosedur yang dirancang serta digunakan oleh manajemen untuk memberikan keyakinan memadai bahwa tujuan pengendalian dapat dipenuhi.
2.1.4.8 Sistem Pengendalian Internal Kas
Menurut Jusup (2011:13) mengemukakan bahwa: “Kas merupakan aset perusahaan yang siap digunakan untuk diubah menjadi aset lain, misalkan digunakan untuk membeli persediaan barang, membeli aset tetap (tanah, gedung, mesin dan sebagainya)”.
Kas juga mempunyai sifat yang sangat mudah digelapkan dan disembunyikan. Karena sifatnya yang demikian, kas merupakan aset perusahaan yang sangatrentan terhadap kecurangan. Jusup (2011:13) juga mengemukakan Praktik-praktik yang mungkin dilakukan untuk menyelewengkan kas antara lain sebagai berikut ini:
1. Penerimaan kas dicatat lebih rendah dari yang seharusnya dan selisihnyadimasukkan ke kantong pribadi.
2. Piutang yang timbul dari penjualan kredit tidak dicatat. Kas yangditerima dari piutang ini di kemudian hari digelapkan.
3. Cek untuk kepentingan pribadi dibebankan sebagai beban perusahaan.
4. Menunda posting (lapping).
Praktik-praktik diatas merupakan sebagain dari yang mungkin ditemukan apabila petugas pemegang kas berfungsi berfungsi juga sebagai pemegangbuku- buku akuntansi.
Sistem pengendalian intern kas meliputi struktur organisasi, metode dan ukuran-ukuran yang dikoordinasikan untuk menjaga kekayaan organisasi berupa kas, mengecek ketelitian dan keandalan data akuntansi, mendorong efisiensi dan mendorong dipatuhinya kebijakan manajemen, dan efektivitas penggunaan kas.
Bentuk pengelolaan kas berupa pengendalian intern penerimaan dan pengeluaran kas. Oleh karea itu pengendalian internal kas dalam penelitian ini meiputi : Pengendalian intern penerimaan kas dan pengeluaran kas.
1. Pengendalian intern penerimaan kas
Menurut Krismiaji (2010:285), pengendalian intern untuk transaksi penerimaan kas mencakup : “otorisasi terhadap penerimaan kas, pengamanan terhadap kas atau Cheque, pemisaan tugas dan penggunaan dokumen dan catatan yang memadai”. Dalam aktivitas sehari-hari perusahaan, pengendalian intern penerimaan kas secara diringkas dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 2.1
Aktivitas Pengendalian Intern Penerimaan Kas
Aktivitas Keterangan
Otorisasi 1. Penerimaan bukti kas masuk
diototrisasi
Pemisahan Tugas 1. Fungsi pelayanan penerimaan kas dan pecatatan
2. Fungsi pencatatan dan otorisasi 3. Fungi otorisasi dan penerimaan kas Dokumen yang dicatatan yang
memadai 1. Dibuat sebelum meminta
konsumen untuk membayar 2. Bernomor urut tercetak
3. Digunakan jurnal voucher standar 4. Jurnal penerimaan kas dibuat
setiap hari
Pengamanan Kas 1. Disektor ke bank setiap hari
2. Blangko bukti setor bank diamankan.
Sumber: Krismiaji (2010:285) Menurut Mulyadi (2016: 393) unsur pengendalian intern yang seharusnya ada dalam sistem akuntansi penerimaan kas dari penjualan tunai yaitu :
1) Organisasi
a. Fungsi Penjualan harus terpisah dari fungsi kas Pemisahan ini mengakibatkan setiap penerimaan kas dari penjualan tunai dilaksanakan oleh dua fungsi yang saling mengecek b. Fungsi kas harus terpisah dari fungsi akuntansi Hal ini
dimaksudkan untuk menjaga kekayaan perusahaan dan menjamin ketelitian serta keandalan data akuntansi.
c. Transaksi penjualan tunai harus dilaksanakan oleh fungsi penjualan, fungsi kas, fungsi pengiriman dan fungsi akuntansi. Dengan dilaksanakannya setiap transaksi penjualan tunai oleh berbagai fungsi tersebut akan tercipta adanya pengecekan intern setiap fungsi tersebut oleh fungsi lainnya.
2) Sistem Otorisasi dan Prosedur Pencatatan.
Sistem otorisasi dan prosedur pencatatan dalam sistem akuntansi penerimaan kas dari penjualan tunai yaitu :
a. Penerimaan order dari pembeli diotorisasi oleh fungsi penjualan dengan menggunakan formulir faktur penjualan tunai.
b. Penerimaan kas diotorisasi oleh fungsi kas dengan membubuhkan cap lunas pada faktur penjualan tunai dan penempelan pita register kas pada faktur tersebut
c. Penjualan dengan kartu kredit bank didahului dengan permintaan otorisasi dari bank penerbit kartu kredit.
d. Penyerahan barang diotorisasi oleh fungsi pengiriman
dengan cara membubuhkan cap “sudah diserahkan” pada faktur penjualan tunai.
e. Pencatatan ke dalam catatan akuntansi harus didasarkan atas dokumen sumber yang dilampiri dengan dokumen pendukung yang lengkap.
f. Pencatatan ke dalam catatan akuntansi harus dilakukan oleh karyawan yang diberi wewenang untuk itu.
3) Praktik yang Sehat
a. Faktur penjualan tunai bernomor urut tercetak dan pemakaiannya dipertanggungjawabkan oleh fungsi penjualan.
b. Jumlah kas yang diterima dari penjualan tunai disetor seluruhnya ke bank pada hari yang sama dengan transaksi penjualan tunai atau hari kerja berikutnya.
c. Perhitungan saldo kas yang ada di tangan fungsi kas secara periodik dan secara mendadak oleh fungsi pemeriksa intern.
Dari berbagai pendapat diatas dapat diambil kesimpulan bahwa dalam melakukan pengendalian intern yang baik atas penerimaan kas adalah dengan melakukan otorisasi terhadap transaksi penerimaan kas, pengaman terhadap kas, pemisahan tugas, penggunaan dokumen dan catatan yang memadai, dan melakukan audit internal pada selang waktu yang tak terduga.
2. Pengendalian Intern Pengeluaran Kas
Pengendalian intern yang baik mengharuskan setiap pengeluaran kas dilakukan dengan cek. Pengeluaran kas melalui cek dapat menjamin diterimanya pembayaran tersebut oleh perusahaan yang berhak menerimanya dan memungkinkannya melibatkan pihak ketiga (dalam hal itu bank) untuk ikut serta mengawasi pengeluaran kas.
Secara ringkas, menurut Krismiaji (2010:333) pengendalian intern yang diaksanakan pada transaksi pengeluaran kas dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 2.2
Aktivitas Pengendalian intern Pengeluaran Kas
Aktivitas Keterangan
Otorisasi transaksi 1. Bagian utang mengotorisasi pengeluaran kas, bagian keuangan
menyetujui.
Pengamanan terhadap
cek 1. Dibuat atas dasar paket voucher
2. Bernomor urut tercetak
3. Hanya ditangani jika dibuat dengan benar 4. Ditandatangani oleh dua pejabat jika
nilainya melebihi angka tertentu 5. Diposkan oleh karyawan yang tidak
terlibat dalam pembuatan cheque 6. Cheque yang masih beredar dicatat.
Pemisahan tugas 1. Bagian utang dan bagian pengeluaran kas
2. Bagian pengeluaran kas dan bagian buku besar
3. Bagian buku besar dan bagian utang Dokumen dan catatan yang
memadai 1. Dilakukan pengkajian terhadap
kelengkapan paket voucher, khususnya kwitansi
2. Dibatalkan segera setelah cheque ditandatangani
3. Jurnal transaksi pengeluaran kas dibuat setiap hari
Sumber: Krismiaji (2010:333) Menurut Mulyadi (2016: 395) Unsur pengendalian intern yang terdapat dalam sistem akuntansi pengeluaran kas secara tunai melalui kas kecil adalah sebagai berikut :
1. Organisasi
a. Fungsi penyimpan kas harus terpisah dari fungsi akuntansi.
b. Transaksi penerimaan dan pengeluaran kas tidak boleh dilaksanakan sendiri oleh bagian kasa sejak awal sampai akhir, tanpa campur tangan dari fungsi yang lain.
2. Sistem otorisasi dan prosedur pencatatan
a. Pengeluaran kas harus mendapat otorisasi dari pejabat yang berwenang.
b. Pembukaan dan penutupan rekening bank harus mendapatkan persetujuan dari pejabat yang berwenang.
c. Pencatatan dalam jurnal pengeluaran kas harus didasarkan pada bukti kas keluar yang telah mendapat otorisasi dari pejabat yang berwenang dan dilampiri dengan dokumen pendukung yang
lengkap.
3. Praktik yang sehat
a. Saldo kas yang ada ditangan harus dilindungi dari kemungkinan pencurian atau penggunaan yang tidak semestinya.
b. Dokumen dasar dan dokumen pendukung transaksi pengeluaran kas harus dibubuhi cap “lunas” oleh bagian kasa setelah transaksi pengeluaran kas dilakukan.
c. Penggunaan rekening koran bank yang merupakan informasi dari pihak ketiga, untuk mengecek ketelitian catatan kas oleh fungsi pemeriksaan intern yang merupakan fungsi yang tidak terlibat dalam pencatatan dan penyimpanan kas.
d. Semua pengeluaran kas harus dilakukan dengan cek atas nama perusahaan penerima pembayaran.