III. PELAKSANAAN KEGIATAN
3.2 Hasil Pelaksanaan PKL
3.2.4 Sistem Utilitas Pada PTPN7 Unit Usaha Bekri
32
- Apabila terjadi kelainan pada hasil proses analisis Foss Nirs ataupun kelainan pada peralatan Foss Nirs agar segera dilaporkan
6. Tindakan Abnormal/Darurat
1) Seluruh karyawan pabrik memahami kebijakan PT. Perkebunan Nusantara VII.
2) Dilarang merokok ketika berada di area pabrik.
3) Dilarang buang sampah sembarangan.
4) Menggunakan APD sesuai fungsinya
5) Apabila terjadi kecelakaan kerja yang dapat berpotensi abnormal dan darurat segera dibawa ke klinik perusahaan.
6) Dalam melakukan tindakan selalu mempertimbangkan dan melakukan pengelolaan risiko termasuk risiko yang berpotensi kecurangan/farud (kerugian keuangan, suap menyuap, penggelapan dalam jabatan, pemerasan, perbuatan curang, benturan kepentingan, gratifikasi) serta mengarsipkan seluruh dokumen yang berhubungan aktivitas pekerjaan.
7) Apabila terjadi kondisi hujan yang berpotensi terjadinya kerusakan listrik, maka peralatan Foss Nirs harus dimatikan untuk sementara.
7. Jalur Komunikasi
1) Laporkan kepada atasan jika dalam pengoperasian terdapat hal yang janggal dan tidak dapat diselesaikan sendiri.
3.2.4.1Water Treatment Plant (WTP)
Water Treatment Plant (WTP) adalah bagian yang mengolah air dari Danau Bekri untuk digunakan .pada proses produksi dan sanitasi. Berikut proses yang terjadi pada Water Treatment Plant.
a. Proses Flokulasi, Koagulasi, dan Sedimentasi
Partikel tersuspensi berukuran besar dapat dihilangkan melalui penyaringan (filtrasi) tetapi senyawa koloidal tersuspensi harus dihilangkan dengan proses clarification (penjernihan). Partikel-partikel halus ini dinyatakan sebagai turbidity (kekeruhan). Untuk menyempurnakan proses flokulasi dan penjernihan, digunakan bahan kimia koagulasi yaitu Aluminium Sulfat (tawas). Proses flokulasi yang merupakan proses pembentukan flok juga terjadi dengan bantuan pengadukan.
Flok-flok yang terbentuk akan mengendap ke dasar clarifier. Proses pengendapan flok ini disebut dengan proses sedimentasi. Air yang keluar dari clarifier akan ditampung sementara pada Water Tank.
b. Proses filtrasi
Setelah proses penjernihan, dilakukan proses filtrasi untuk menyaring pengotor tersuspensi yang masih lolos dari tahap Penjernihan. Pengotor yang disaring seperti: senyawa organik, partikel halus, senyawa warna, dan mikroorganisme. Proses filtrasi dilakukan di Sand Filter yang berisi media pasir.
Apabila Sand Filter sudah jenuh dan pressure dropnya tinggi, maka dilakukan backwash untuk membersihkan kembali media pasir dari kotoran. Air yang sudah difilter akan dialirkan menuju Tanki 80. Air tersebut disebut dengan water filter.
3.2.4.2 Demineralized Water Plant
Demineralized Water Plant berfungsi untuk memproses filter water supaya bebas dari unsur-unsur mineral dan zat-zat terlarut dalam air dengan pertukaran ion.
Mineral- mineral pengotor dapat menimbulkan endapan dan kerak yang dapat menyebabkan kerusakan dan korosi pada jalur pipa dan peralatan proses. Demin water digunakan untuk berbagai keperluan proses, terutama untuk keperluan make-
34
up Boiler dengan spesifikasi demin water:
Tabel 4. Spesfikasi Air Demin
pH : 6,8 – 7,0
Silica : < 0,01 ppm Conductivity : < 0,25 µmhos
Filtered water yang dihasilkan dari proses water treatment plant masih belum memenuhi syarat-syarat untuk digunakan sebagai air umpan ketel uap bertekanan tinggi karena masih mengandung zat-zat terlarut dengan kadar diatas kadar maksimum yang diperbolehkan. Pada tekanan tinggi, silika akan larut dalam uap air membentuk silika koloidal yang bersifat hampir seperti fluida. Apabila tekanan ketel melebihi 28 kg/cm2 (400 psi), jumlah silika yang terbawa larut dalam uap akan bertambah, sebanding dengan kadar silika dalam air ketel. Silika yang terbawa oleh uap itu akan menempel pada sudu-sudu turbin apabila tekanan uap dalam turbin itu turun. Hal ini akan menyebabkan turunnya efisiensi turbin dan bahkan mungkin menyebabkan kerusakan turbin.
Pada pembuatan Demin water, filtered water yang telah diolah di water treatment plant dilewatkan pada unit Cation Exchanger dengan arah aliran dari atas ke bawah. Cation-cation dari mineral terlarut dalam air diserap oleh resin penukar kation dalam Cation Exchanger. Dari unit penukar kation, air dialirkan ke Anion Echanger unit, juga dari atas ke bawah. Anion-anion dari mineral terlarut dalam air diserap oleh resin penukar anion dalam Anion exchanger.
a. Cation Exchanger
Cation exchanger berupa silinder vertikal yang berisi resin penukar kation yang dapat menukar kation yang terlarut dalam air yang melewati lapisan media itu dengan ion hidrogen.
(Ca2+, Mg2+, Na+)Z + HCl → (Ca2+, Mg2+, Na+) Cl + HZ b. Anion Exchanger
Cation exchanger berupa silinder vertikal yang berisi resin penukar anion yang dapat menukar anion yang melewati lapisan media itu dengan ion hidroksil.
Cl- , SO4- , CO3- , SiO3- + R4NOH → R4N(Cl,SO4- ,COS3- ,SiO3- ) + OH-
c. Feed Tank
Produk air demin disimpan pada feed tank. Pada bagian bawah feed tank terdapat pipa steam spiral yang berfungsi untuk memanaskan air demin sebelum digunakan untuk umpan boiler.
3.2.4.3 Produksi Steam pada Boiler
Pada PTPN7 Unit Usaha Bekri terdapat 2 jenis boiler dengan kapasitas yang berbeda, yaitu Takuma berkapasitas 27 Ton dan Vickers yang berkapasitas 35 Ton.
Meskipun berbeda jenisnya, cara pengoperasian dan cara kerjanya sama. Kedua boiler tersebut dioperasikan secara bergantian. Bahan bakar untuk Tungku Boiler menggunakan cangkang dan fiber dari Stasiun Press. Disisi lain, air demin dari feed tank diinjeksikan senyawa kimia berupa Eonalkalox sebelum dialirkan menuju Deaerator. Deaerator sendiri berfungsi untuk ,menghilangkan kadar oksigen pada air demin dan konsensat dengan proses pemanasan menggunakan uap ekstraksi turbin. Kadar oksigen perlu dihilangkan karena dapat menyebabkan korosi pada peralatan logam seperti boiler. Air demin yang sudah dihilangkan kadar oksigennya diumpankan menuju drum boiler untuk dipanaskan dan membentuk steam. Steam yang dihasilkan akan disimpan pada kamar mesin sebelum digunakan pada Turbin Generator untuk menghasilkan listrik dan pabrik proses (perebusan di Sterilizer dan pabrik produksi minyak lainnya).
3.2.4.4 Produksi Listrik pada Turbin Generator
PTPN7 Unit Bekri yang beroperasi secara terus-menerus 24 jam sehari diperlukan supply listrik yang andal, stabil, dan kontinyu. Dalam pengadaan tenaga listriknya PTPN7 Unit Bekri mempunyai pembangkit/distribusi yang dikelola sendiri. Listrik yang dihasilkan oleh pembangkit Turbin Generator PTPN7 Bekri dikonsumsi sendiri oleh pabrik PTPN7 Bekri dengan kapasitas 1.800 kpa atau dalam 80%-nya sekitar 2.400 Ampere. Turbin Generator berputar dengan bantuan dorongan dari steam yang bertekanan 18-20 kg/cm2. Turbin yang berputar menghasilkan listrik untuk keperluan operasi pabrik dan penerangan. Kemudian steam bekas turbin disimpan pada Back Persust Valve (BPV) yang nantinya akan digunakan untuk proses produksi pabrik.
36
3.2.5 Proses Pengolahan Limbah Pada PTPN7 Unit Usaha Bekri
Limbah pada pengolahan minyak kelapa sawit PTPN7 Unit Usaha Bekri terdapat 2 jenis, yaitu limbah padat dan limbah cair.
3.2.5.1Proses Pengolahan Limbah Padat
Limbah padat seperti cangkang sawit dan fiber (serabut) digunakan sebagai bahan bakar boiler. Sedangkan Tandan Kosong Kelapa Sawit (TKKS) dibuang ke kebun sebagai pupuk kompos kelapa sawit. Selain itu, terdapat limbah padat lain, yaitu abu boiler. Limbah abu boiler berupa campuran abu kasar dan abu halus. Abu Boiler kasar dihisap menggunakan blower (FD-Fan) ke atas untuk disaring abu halusnya, kemudian abu halus yang lolos dari penyaring turun ke Duskolektor. Pada Duskolektor ditambahkan air dari tanki 80. Abu halus yang sudah bercampur air ditampung pada Bak Penampung untuk diendapkan. Saat bak penampung penuh, air akan keluar meluber dan dialirkan ke parit menuju penampungan akhir.
Sedangkan padatan yang mengendap di dasar Bak penampung di ambil menggunakan skip loader dan diangkut menggunakan mobil menuju kebun sawit untuk dibuang.
3.2.5.2Proses Pengolahan Limbah Cair
Limbah cair diolah di IPAL (Instalasi Pengolahan Air limbah). IPAL merupakan salah satu proses pengelolaan limbah cair yang berasal dari proses pengolahan pabrik yang sebelum dibuang ke lingkungan dilakukan pengolahan terlebih dahulu agar tidak mencemari lingkungan sekitar. Pengolahan limbah cair yang berasal dari pabrik diolah secara anaerob. Pengolahan limbah anaerob merupakan pengolahan dengan memanfaatkan mikroorganisme tanpa injeksi udara/
oksigen kedalam proses pengolahan.
Limbah cair dari pabrik akan masuk di stasiun fat-fit. Fat-fit digunakan untuk menampung cairan yang masih mengandung minyak. Pada stasiun ini terdapat beberapa kolam yang pertama yaitu bak pasir sebagai penampungan awal, lalu dari bak pasir akan masuk ke bak fat-fit 1, 2, 3, atau 4. Setelah itu akan masuk ke kolam cooling pond, pada kolam ini sudah tersisa sedikit minyak sehingga dari cooling pond langsung masuk ke kolam Anaerob.
Setelah dari cooling pond akan masuk ke kolam anaerob I. pada kolam tersebut bakteri masih sangat banyak dan jahat jadi dilakukan penambahan Urea sebanyak 200 kg setiap 4 bulan sekali untuk perawatan atau menambah nutrisi bakteri. Selanjutnya di kolam 2, 3, dan 4 sudah tidak perlu penambahan urea lagi dikarenakan bakteri sudah berkembang baik sehingga setelah dari kolam anaerob 4 limbah sudah bisa diaplikasikan ke lahan perkebunan.
3.2.6 Sistem Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Pada PTPN7 Unit Usaha Bekri
3.2.6.1 Pengertian Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)
Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 50 Tahun 2012, Pengertian Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Atau K3 Adalah Segala Kegiatan Untuk Menjamin Dan Melindungi Keselamatan Dan Kesehatan Tenaga Kerja Melalui Upaya Pencegahan Kecelakaan Kerja Dan Penyakit Akibat Kerja. Keselamatan Dan Kesehatan Kerja (K3) Adalah Segala Kegiatan Untuk Menjamin Dan Melindungi Keselamatan Dan Kesehatan Tenaga Kerja Melalui Upaya Pencegahan Kecelakaan Kerja Dan Penyakit Akibat Kerja (OHSAS 18001).
Keselamatan Dan Kesehatan Kerja (K3) Adalah Sebuah Ilmu Untuk Antisipasi, Rekoginis, Evaluasi Dan Pengendalian Bahaya Yang Muncul Di Tempat Kerja Yang Dapat Berdampak Pada Kesehatan Dan Kesejahteraan Pekerja, Serta Dampak Yang Mungkin Bisa Dirasakan Oleh Komunitas Sekitar Dan Lingkungan Umum (ILO 2008).
3.2.6.2 Dasar Hukum Penerapan K3
Dasar hukum merupakan sesuatu yang mendasari penerapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) pada suatu Industri. Berikut dasar hukum penerapan K3:
1. Undang-undang No. 1 Tahun 1970
Undang-undang 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja adalah Undang- undang yang mengatur tentang keselamatan kerja dalam segala tempat kerja, baik di darat, di dalam tanah, di permukaan air, di dalam air maupun di udara, yang berada di dalam wilayah kekuasaan hukum Republik Indonesia. UU No.
38
1 Tahun 1970 Pasal 9 Ayat 1 menyatakan pengurus diwajibkan untuk menunjukkan dan menjelaskan pada setiap tenaga kerja baru tentang:
• Kondisi-kondisi dan bahaya-bahaya yang dapat timbul dalam tempat kerjanya.
• Semua pengamanan dan alat-alat perlindungan yang diharuskan dalam tempat kerja.
• Alat-alat perlindungan diri bagi tenaga kerja yang bersangkutan.
• Cara-cara dan sikap aman dalam melaksanakan pekerjaan.
3.2.6.3 Penerapan K3 di PTPN7 Unit Usaha Bekri
Penerapan K3 bertujuan untuk mengurangi risiko kecalakaan dan kecacatan akibat kerja bagi karyawan. Salah satu contoh sederhana penerapan K3 di PTPN7 Unit Usaha Bekri adalah penggunaan perlengkapan safety seperti, topi keselamatan, sepatu safety, masker, dan lain sebagainya. Berikut perlengkapan safety yang wajib dikenakan oleh karyawan PTPN 7 Unit Bekri.
Tabel 5. Perlengkapan Safety Bagi Karyawan
Gambar Alat Nama Alat Fungsi Alat
Topi Keselamatan Melundungi kepala dari benturan benda keras
Sepatu Safety Melindungi kaki dari hantaman benda keras dan agar tidak mudah terpeleset ditempat licin
Sarung Tangan Melindungi Tangan saat memegang benda panas dan kasar/tajam
Masker Mengurangi efek
bahaya senyawa kimia dan bau asam yang dikeluarkan CPO kadar ALB tinggi
Ear Plug Melindungi telinga dari kebisingan mesin pabrik
Helm Las Melindungi wajah dari percikan api saat mengelas
3.3 Pembahasan
Pada bagian pembahasan kami mengambil data masing-masing untuk analisis sampel dari suatu alat. Adapun fokus pembahasan yang saya ambil adalah Analisa kadar air dari fase 2.
40
3.3.1 Analisis Kadar Air CPO dari Fase 2
Salah satu Analisis penting dalam pengujian mutu minyak kelapa sawit adalah Analisis kadar airnya. Karena kadar air dapat menentukan tingkat kemurnian suatu minyak dan berhubungan dengan daya simpan, bau, dan rasa. Selain itu, PTPN7 Unit Bekri merupakan perusahaan yang sudah berdiri sejak lama dan alat- alat yang digunakan sebagian sudah ada sejak lama pula. Maka dari itu, perlu dilakukan pengecekan lebih terlebih dahulu sebelum dijual ke pembeli. Berikut hasil data analisis kadar air dari tanggal 12 Oktober 2023 – 19 Oktober 2023 yang diperoleh dari laboratorium PTPN7 Unit Bekri. Dapat dilihat pada table 6.
Tabel 6. Kadar Air CPO dari Fase 2 Tanggal
(Oktober 2023) Kadar Air (%)
12 0,52
13 0,41
14 0,33
15 0,43
16 0,40
17 0,37
18 0,21
19 0,31
(Sumber Data: Laboratorium PTPN7 Unit Usaha Bekri)
Berdasarkan tabel 6 data yang diperoleh kadar air tertinggi didapatkan pada tanggal 12 Oktober 2023. Penetapan kadar air minyak kelapa sawit ini dilakukan dengan 2 metode yaitu pengovenan selama 1 jam dengan suhu 105°C - 110°C dan mengguakan instrumentasi alat foss nirs. Dalam pengambilan data diatas merupakan data dari metode alat instrumentasi foss nirs, karena pengovenan biasanya hanya dilakukan pada minyak yang ada di tangki timbun atau sesuai permintaan dari pihak yang sedang bermitra dengan PTPN7 Unt Bekri.
Kadar air CPO menurut standar SNI 01-2901-2006 tentang minyak kelapa sawit nilai maksimum adalah 0,45 %, sedangkan dari data yang diperoleh nilai
tertinggi kadar air mencapai 0,52 %. Hal ini menyatakan bahwa pada tanggal 12 Oktober kadar air pada minyak yang dihasilkan sangat tinggi sehingga berpotensi mengakibatkan kerusakan pada minyak.
Terdapat beberapa faktor yang dapat meningkatkan kadar air tinggi, yaitu seperti pengaruh suhu. Secara umum suhu sangat berpengaruh pada reaksi kimia Proses enzimatis pada dasarnya adalah serangkaian reaksi kimia sehingga kenaikan suhu akan meningkatkan kecepatan reaksi. Tetapi karena sifat enzim yang inaktif pada suhu tinggi, maka pada proses enzimatis ada batasan suhu supaya enzim dapat bekerja secara optimal (Toeti Herati Noerhadi, 1984).
Kadar air pada minyak CPO yang masih tinggi akan diolah kembali yang awal mula akan dialirkan ke bak penampungan sementara (Bak reklamet) lalu dialirkan ke oil tank. Pada oil tank minyak CPO akan diendapkan karena berat jenis minyak lebih ringan dari air maka minyak terdapat dilapisan atas kemudian dialirkan ke Oil Purifier dengan suhu 90oC agar minyak bisa terpisah dengan air.
Kandungan air dalam minyak dapat menyebabkan reaksi hidrolisis atau dapat mempercepat kerusakan dalam minyak. Karena, air yang ada dalam minyak dapat menjadi media pertumbuhan mikroorganisme yang dapat menghidrolisis minyak (Ketaren, 1996)
42
IV. KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan
Dari uraian sebelumnya, dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut:
1. Mahasiswa telah mempelajari proses produksi, analisis uji mutu produk, sistem utilitas, pengolahan limbah, dan sistem Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) yang ada di PTPN7 Unit Usaha Bekri.
2. PTPN7 Unit Usaha Bekri memiliki 2 unit plant, yaitu pabrik pengolahan kelapa sawit dan pabrik pengolahan inti sawit.
3. Hasil analisis kadar air pada tanggal 12 Oktober memiliki nilai tertinggi yaitu mencapai 0,52 %, hal ini bisa disebabkan karena suhu yang terlalu rendah dibawah 90oC pada saat produksi, penambahan air yang berlebihan pada saat proses digester tidak sesuai norma 40% air, alat oil purifier dan vacuum dryer yang sedang mengalami kerusakan atau kemampatan.
4.2. Saran
Sistem Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) pada suatu industri sangat penting untuk mengurangi risiko kecelakaan kerja di industri tersebut. Oleh karena itu, saran dari kami sistem K3 di PTPN7 Unit Usaha Bekri perlu ditingkatkan dan disusun secara sistematis demi kebaikan bersama.
DAFTAR PUSTAKA
Badan Standardisasi Nasional. 2006. SNI-01- 2901-2006 - Minyak Kelapa Sawit Mentah (Crude Palm Oil). Jakarta: BSN
Direktorat Jendral Perkebunan. 1995. Petunjuk Teknis Pengolahan Kelapa Sawit.
Departemen Pertanian.
Hasibuan, H. A., & Ramadona. 2012. Monitoring kadar asam lemak bebas (ALB), kadar karoten dan DOBI pada CPO bervariasi ALB selama penyimpanan.
Warta Pusat Penelitian Kelapa Sawit 17: 87-92.
Jaeba, Kushisa Atta, Ega Tridiah Lestari, dan Muhammad Ilham Adelino. 2021.
Oil Losses Pada Fibre From Press Cake Di Pt. Amp Plantation Unit Pom.
Jurnal Teknologi dan Informasi Bisnis. Vol. 3 (1): 234-239.
Ketaren, S. 1986. Pengantar Teknologi Minyak dan Lemak Pangan. Jakarta: UI- Press. Halaman: 32-232.
Toeti Herati Noerhadi. 1984. Kualitas Manusia dalam Pembangunan. Vol. 2: 1-15
44
LAMPIRAN
46