(Laporan Praktik Kerja Lapangan)
Oleh Maharani Nizam
NPM 20734015
POLITEKNIK NEGERI LAMPUNG BANDAR LAMPUNG
2024
MAGANG INDUSTRI ANALISIS KADAR AIR CRUDE PALM OIL (CPO) DI PT PERKEBUNAN NUSANTARA VII UNIT USAHA BEKRI
(Laporan Praktik Kerja Lapangan)
Oleh Maharani Nizam
NPM 20734015
POLITEKNIK NEGERI LAMPUNG BANDAR LAMPUNG
2024
i KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga Praktik Kerja Lapangan (PKL) serta laporan Praktik Kerja Lapangan di PT Perkebunan Nusantara VII (PTPN7) Unit Usaha Bekri ini dapat terselesaikan. Penulisan laporan Praktik Kerja Lapangan ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Terapan Program Studi D4 Teknologi Rekayasa Kimia Industri Jurusan Teknologi Pertanian Politeknik Negeri Lampung. Laporan ini didasarkan pada orientasi selama pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan di Bagian Laboratorium PTPN7 Unit Usaha Bekri pada tanggal 04 September 2023 – 19 Januari 2024. Laporan ini disusun dengan judul “Magang Industri Analisis Kimia Kualitas Minyak Crude Palm Oil (CPO) Di PT. Perkebunan Nusantara VII Unit Usaha Bekri”.
Dalam penulisan laporan Praktik Kerja Lapangan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang terlibat dalam pengerjaan PKL dan laporan PKL serta yang telah memberikan dukungan moral dan materi sehingga penulisan laporan PKL ini dapat diselesaikan, antara lain kepada:
1. Kedua Orang Tua, yang telah memberikan banyak doa, motivasi serta dukungan dalam pelaksanaan PKL maupun dalam penyelesaian laporan PKL ini,
2. PT Perkebunan Nusantara VII Unit Usaha Bekri yang telah menyediakan kesempatan kepada penulis untuk melaksanakan program Praktik Kerja Lapangan,
3. Ibu Dewi Ermaya, S.T.P., M.T. selaku Ketua Program Studi Teknologi Rekayasa Kimia Industri,
4. Ibu Vida Elsyana, S.Pd., M.Si. selaku Dosen Pembimbing PKL PT Perkebunan Nusantara VII Unit Usaha Bekri,
5. Bapak Agus Faroni, S.P., M.M., M.H., PIA, selaku Manager PT Perkebunan Nusantara VII Unit Usaha Bekri,
ii 6. Bapak Faris Naufal, S.TP. selaku Pembimbing Lapangan PKL di PT
Perkebunan Nusantara VII Unit Usaha Bekri,
7. Seluruh karyawan Bagian Laboratorium yang telah membimbing penulis dalam penyelesaian laporan PKL,
8. Dan semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah membantu, baik secara materi maupun moral.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan laporan ini masih terdapat banyak kekurangan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan bantuan kritik dan saran yang membangun guna mencapai kesempurnaan di masa mendatang. Penulis berharap laporan Praktik Kerja Lapangan ini berguna untuk mahasiswa lain dalam mengerjakan laporan Praktik Kerja Lapangan.
Bandar Lampung, 15 Desember 2023
Penulis
iii DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL ... vi
DAFTAR GAMBAR ... vii
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Tujuan ... 2
1.3 Waktu dan Tempat Pelaksanaan ... 2
1.4 Metode Pelaksanaan ... 2
II. KEADAAN UMUM 2.1 Sejarah Perusahaan ... 3
2.2 Struktur Organisasi ... 5
2.3 Layout Pabrik ... 6
III. PELAKSANAAN KEGIATAN 3.1 Rencana Pelaksanaan PKL ... 7
3.2 Hasil Pelaksanaan PKL ... 7
3.2.1 Pabrik Pengolahan Kelapa Sawit ... 7
3.2.1.1 Stasiun Penerimaan Buah ... 9
3.2.1.2 Stasiun Perebusan ... 9
3.2.1.3 Stasiun Penebahan ... 10
3.2.1.4 Stasiun Pelumatan ... 11
3.2.1.5 Stasiun Pengepresan ... 11
3.2.1.6 Stasiun Klarifikasi ... 11
3.2.1.7 Pabrik Biji ... 14
3.2.1.8 Proses Pengambilan Minyak dari Slude ... 17
3.2.2 Pabrik Pengolahan Inti Sawit ... 18
3.2.3 Analisis Uji Mutu Bahan Baku dan Produk ... 20
3.2.3.1 Analisis Kadar Asam Lemak Bebas ... 21
3.2.3.2 Analisis Kadar Air ... 22
3.2.3.3 Analisis Kadar Kotoran Inti Sawit ... 23
3.2.3.4 Analisis Efisiensi Ripple Mill ... 24
iv
3.2.3.5 Analisis Material Passing Digester ... 24
3.2.3.6 Analisis Crude Oil ... 25
3.2.3.7 Analisis Material Balance ... 26
3.2.3.8 Analisis Kadar Kotoran Minyak ... 27
3.2.3.9 Analisis Sampel dengan Alat Foss Nirs DA-1650 .... 28
3.2.4 Sistem Utilitas Pada PTPN7 Unit Usaha Bekri ... 32
3.2.4.1 Water Treatment Plant (WTP) ... 33
3.2.4.2 Demineralized Water Plant ... 33
3.2.4.3 Produksi Steam pada Boiler ... 35
3.2.4.4 Produksi Listrik pada Turbin Generator ... 35
3.2.5 Proses Pengolahan Limbah PTPN7 Unit Usaha Bekri ... 36
3.2.5.1 Proses Pengolahan Limbah Padat ... 36
3.2.5.2 Proses Pengolahan Limbah Cair ... 36
3.2.6 Sistem (K3) Pada PTPN7 Unit Usaha Bekri ... 37
3.2.6.1 Pengertian Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3).. 37
3.2.6.2 Dasar Hukum Penerapan K3 ... 37
3.2.6.3 Penerapan K3 di PTPN7 Unit Usaha Bekri ... 38
3.3 Pembahasan ... 39
3.3.1 Analisis Kadar Air CPO dari Fase ... ..40
IV. KESIMPULAN DAN SARAN 4.1 Kesimpulan ... 42
4.2 Saran ... 42
DAFTAR PUSTAKA ... 43
LAMPIRAN ... 44
v DAFTAR TABEL
Tabel 1. Rencana Pelaksanaan PKL ... 7
Tabel 2. Titik Sampling Padatan ... 21
Tabel 3. Titik Sampling Cairan ... 21
Tabel 4. Spesfikasi Air Demin ... 34
Tabel 5. Perlengkapan Safety Bagi Karyawan ... 38
Tabel 6. Kadar Air CPO dari Fase 2 ... 40
vi DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Perusahaan Bekri pada Massa Belanda ... 3
Gambar 2. Perusahaan Bekri pada Saat Ini ... 4
Gambar 3. Komoditi yang Dikembangkan di PTPN7 Unit Usaha Bekri ... 5
Gambar 4. Struktur Organisasi di PTPN7 Unit Usaha Bekri ... 5
Gambar 5. Layout Pabrik ... 6
Gambar 6. Diagram Alir Pengolahan PPKS ... 8
Gambar 7. Diagram Alir Pengolahan PPIS ... 19
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Praktik Kerja Lapangan (PKL) adalah salah satu salah satu mata kuliah yang wajib ditempuh oleh mahasiswa program Sarjana Terapan Politeknik Negeri Lampung dengan bobot 20 Satuan Kredit Semester (SKS). Praktik Kerja Lapangan merupakan salah satu sarana bagi mahasiswa untuk menerapkan ilmu pengetahuan yang telah diperoleh secara teoritis melalui buku ataupun literatur lainnya secara praktik di lapangan. Tujuan pelaksanaan program PKL berdasarkan kerjasama dari pihak perguruan tinggi dan industri adalah memberikan kesempatan bagi mahasiswa untuk dapat menambah wawasan mengenai dunia industri yang ada di Indonesia.
Industri yang berkaitan dengan bidang kimia salah satunya yaitu industri pembuatan Crude Palm Oil (CPO) dan Palm Kernel Oil (PKO). PT Perkebunan Nusantara VII (PTPN7) Unit Usaha Bekri merupakan salah satu Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang menjadi salah satu produsen produk minyak mentah untuk menunjang sektor pangan di Indonesia. PTPN7 Unit Usaha Bekri juga menjadi salah satu industri minyak tertua di Indonesia dengan peralatan proses lama, tetapi tetap berkomitmen untuk menghasilkan produk minyak CPO dan PKO berkualitas tinggi.
Untuk menjaga kualitas CPO dan PKO yang dihasilkan, perlu dilakukan kontrol yang baik dalam proses produksinya dengan melakukan analisis sampel baik pada bahan baku, minyak selama proses produksi, maupun produk yang telah disimpan. Analisis dapat dilakukan antara lain analisis kadar Asam Lemak Bebas (ALB), kadar air, kadar kotoran, dan dobi (warna) yang terdapat pada bahan baku dan minyak. Hasil analisis nantinya dibandingkan dengan standard mutu minyak tersebut. Kualitas minyak yang dihasilkan harus sesuai dengan standar yang disepakati dengan perusahaan yang akan membelinya agar kerjasama terus terjalin dengan baik.
Sehubungan dengan tinjauan di atas, kami mahasiswa Teknologi Rekayasa Kimia Industri Politeknik Negeri Lampung dengan ini memilih untuk melakukan
2
kegiatan Praktik Kerja Lapangan di PT Perkebunan Nusantara VII (PTPN7) Unit Usaha Bekri. Industri ini memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk mempelajari dan mendalami pengetahuan terkait proses-proses baik secara fisik maupun kimia yang terjadi pada lokasi pabrik secara langsung. Dengan demikian, kami dapat memahami proses produksi dan cara menjaga kualitas mutu CPO dan PKO pada PT Perkebunan Nusantara VII (PTPN7) Unit Usaha Bekri
1.2 Tujuan
Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan ini adalah sebagai berikut :
1. Memenuhi kewajiban kurikulum untuk menyelesaikan studi di Jurusan Teknologi Rekayasa Kimia Industri, Politeknik Negeri Lampung.
2. Mendapatkan pengalaman dalam suatu lingkungan kerja dan mendapat peluang untuk berlatih menangani permasalahan dalam pabrik serta melaksanakan studi perbandingan antara teori yang didapat di kuliah dengan penerapannya di pabrik.
3. Memahami proses produksi dan uji mutu minyak (CPO dan PKO) yang ada di PT Perkebunan Nusantara VII (PTPN7) Unit Usaha Bekri.
4. Mempelajari peralatan skala industri yang digunakan dalam proses produksi di PT Perkebunan Nusantara VII (PTPN7) Unit Usaha Bekri.
1.3 Waktu dan Tempat Pelaksanaan
Praktik Kerja Lapangan ini dilaksanakan pada tanggal 04 September sampai 15 Desember 2023 di PT Perkebunan Nusantara VII (PTPN7) Unit Usaha Bekri.
1.4 Metode Pelaksanaan
Praktik Kerja Lapangan ini dilaksanakan secara langsung di PT Perkebunan Nusantara VII (PTPN7) Unit Usaha Bekri. Selama PKL, kami mempelajari dan memahami proses produksi dan uji mutu minyak dengan menganalisis kadar ALB, kadar minyak, kadar kotoran, dan dobi (warna) minyak. Selain itu, kami juga menganalisis losses minyak yang terjadi selama proses produksi serta analisis lainnya yang berhubungan dengan produksi minyak.
II. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
2.1 Sejarah Perusahaan
PT. Perkebunan Nusantara 7 Unit Bekri untuk pertama kali dibuka oleh bangsa Belanda dengan nama Landbonds Maatschappy Bekri Gevestigda ke Gravenhage yaitu pada tahun 1916, yang selanjutnya diberi nama INTERNATIO I. Pada tahun 1923 perkebunan ini mendirikan pabrik dengan sistem “HAND PRES”, pada tahun 1942-1945 perusahaan ini di miliki oleh bangsa Jepang, adapun peralihan perusahaan dari bangsa Belanda ke bangsa Jepang adalah akibat kalah perang bangsa Belanda terhadap bangsa Jepang.
Pada tahun 1945-1948 perusahan ini di ambil alih oleh bangsa Indonesia, setelah bangsa Indonesia mendeklarasikan Kemerdekaan RI tepat pada tanggal 17 Agustus 1945, dan pada tahun 1948-1958 bangsa Belanda kembali ke Indonesia dan langsung mengambil alih perusahaan dari bangsa Indonesia, saat itu dan Perusahaan di beri nama INTERNATIO II.
Gambar 1. Perusahaan Bekri pada Massa Belanda
Pada tahun 1958-1961 perusahaan dinasionalkan dari bangsa Belanda ke bangsa Indonesia dan selanjutnya ini menjadi PPN KARET IX, yang selanjutnya kantor direksinya berkedudukan di Tanjung Karang atau Lampung. Pada tahun 1961-1964 PPN KARET IX direstruksturisasi kembali menjadi “PPN SUMATRA
4
II” yang kantor direksinya berada di Tanjung Karang. Tahun 1964-1968 perusahaan ini diadakan penggolongan menurut jenis tanaman yang dikelola dan dibudidayakan, dengan sebutan PPN ANEKA TANAMAN III “( ANTAM III )”
sedangkan kantor direksinya berkedudukan di Sumatera Utara ( Medan ) tahun 1968-1980 perusahaan ini mengadakan kembali penggabungan berdasarkan wilayah, dan perkebunan ini diganti nama “PNP X” kantor direksinya berkedudukan di Tanjung Karang.
Pada tanggal 01 Juni 1980 PNP X berubah kembali menjadi PT. Perkebunan X (Persero) dan kantor direksinya berkedudukan di Jalan Tengku Umar Tromol Pos No: 74 Tanjung Karang/ Bandar Lampung, hingga saat ini. Pada tahun 1994 tepatnya tanggal 29 Juni 1994, maka diadakan restrukturisasi BUMN, maka PTP dan PTP XXXI Gula dijadikan satu PT. Perkebunan.
Tepat pada peringatan hari SUPER SEMAR pada tanggal 11 Maret 1996, maka PT Perkebunan X sampai XXXI dan XXII (PERSERO) digabung menjadi
“PT. Perkebunan Nusantara XII” yang kantor direksinya berkedudukan di Jalan Teuku Umar Tromol pos No: 74 Tanjung Karang/ Bandar Lampung, pendirian PTPN XII berdasarkan akte notaris: HARUN KAMIL SH. No.40 tanggal 11 Maret 1996 dan sesuai dengan surat edaran No:7,8/SE/0,1/2010 tentang penulisan dan pemakaian nama perusahaan, dilakukan penertiban penggunaan nama perusahaan menjadi: PT. Perkebunan Nusantara VII atau disingkat PTPN VII (Persero).
Gambar 2. Perusahaan Bekri pada Saat Ini
Komoditas Budidaya yang dikembangkan di Unit Bekri adalah kelapa sawit. Dengan produk yang dihasilkan antara lain:
➢ Minyak Sawit ( CPO / crude palm oil )
➢ Inti sawit
➢ Minyak inti sawit ( PKO / Palm Kernel Oil )
➢ Bungkil inti sawit
➢ Tebu
Gambar 3. Komoditi yang Dikembangkan di PTPN7 Unit Usaha Bekri 2.2 Struktur Organisasi
Adapun struktur organisasi pada ruang lingkup PT Perkebunan Nusantara VII Unit Usaha Bekri adalah sebagai berikut:
Gambar 4. Struktur Organisasi di PTPN7 Unit Usaha Bekri
6
2.3 Layout Pabrik
Adapun layout pabrik PTPN VII Unit Usaha Bekri dapat dilihat pada gambar sebagai berikut:
Gambar 5. Layout Pabrik
PT Perkebunan Nusantara VII Unit Usaha Bekri merupakan pabrik pengolahan kelapa sawit, yang menghasilkan produk minyak mentah CPO (Crude Palm Oil) dan PKO (Palm Kernel Oil). Perusahaan tersebut memliki dua pabrik sebagai mana terdapat dalam gambar 4, yaitu PPKS (Pabrik Pengolahan Kelapa Sawit) dan PPIS (Pabrik Pengolahan Inti Sawit).
III. PELAKSANAAN PKL
3.1 Rencana Pelaksanaan PKL
Rencana pelaksanaan PKL merupakan kegiatan yang akan dilaksanakan selama magang di PT Perkebunan Nusantara VII Unit Usaha Bekri. Berikut tabel rencana pelaksanaan magang yang telah disetujui oleh pembimbing dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Rencana Pelaksanaan PKL
No Kegiatan Jumlah Jam Persetujuan dan Revisi
1
Memahami Proses Analisis Sampel Minyak (CPO dan PKO), Inti Sawit, dan Serabut Untuk Menjaga Baku Mutu Produk dan Mengetahui Losses pada Proses Produksi.
650 Disetujui
2 Memahami Proses Pengolahan Bahan Baku Sampai Menghasilkan Produk
Secara Umum. 70 Disetujui
3
Memahami Sistem Utilitas Pada PTPN7 Unit Bekri Untuk Memenuhi Kebutuhan
Air Pabrik Secara Umum 50 Disetujui
4 Memahami Proses Pengolahan Limbah pada Pabrik PTPN7 Unit Bekri Secara
Umum 50 Disetujui
5 Memahami Sistem Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) pada Pabrik Secara
Umum 30 Disetujui
6
Melakukan Evaluasi Kegiatan PKL dan Berdiskusi dengan Pembimbing Lapang dan Pembimbing Kampus Mengenai Laporan yang Dibuat
57 Disetujui
3.2 Hasil Pelaksanaan Magang
3.2.1 Pabrik Pengolahan Kelapa Sawit (PPKS)
Adapun proses pengolahan TBS (Tandan Buah Segar) menjadi CPO (Crude Palm Oil) pada PTPN VII Unit Bekri adalah sebagai berikut:
8 Gambar 6. Diagram Alir Pengolahan PPKS
3.2.1.1 Stasiun Penerimaan Buah
a. Jembatan Timbang (Weighing Bridge)
Sebelum TBS (tandan Buah Segar) dibawa ke Loading Ramp untuk dilakukan sortasi, maka perlu ditimbang terlebih dahulu. Penimbangan dilakukan dua kali untuk setiap truk pengangkut TBS yang masuk ke pabrik yaitu pada saat masuk, ditimbang untuk memperoleh berat truk berisi TBS (bruto) dan pada saat keluar untuk memperoleh berat truk sesudah TBS dibongkar (tarra). Selisih antara bruto dan tarra merupakan netto.
Setelah dilakukan sortasi, maka akan didapat persentase sortasi yang dikurangi dengan berat netto sehingga akan didapat berat bersih.
Netto = Bruto – Tarra Berat Bersih = Netto - % Sortasi
Alat timbang di PKS Tandan menggunakan komputerisasi. Seluruh angka-angka akan muncul pada alat timbangan harus dicatat oleh krani timbang dalam bentuk daftar.
b. Sortasi TBS (Tandan Buah Segar)
Sortasi dilakukan di lantai peron loading ramp. Mutu dan rendemen hasil olah sangat dipengaruhi oleh mutu tandan dan mutu panen.
3. Loading Ramp
Fungsi dari Loading Ramp adalah sebagai berikut:
1. Tempat menampung TBS sebelum diproses 2. Mempermudah pemasukan TBS kedalam lori 3. Mengurangi kadar zat pengotor
3.2.1.2 Stasiun Perebusan (Sterilizer Station)
Perebusan TBS merupakan salah satu tahap yang sangat menentukan berhasil atau tidaknya tujuan dari pengolahan kelapa sawit yaitu menghasilkan CPO dan Kernel semaksimal mungkin sesuai dengan rendemen dan mutu yang diharapkan. Adapun fungsi dari perebusan adalah:
10
a. Mengurangi kadar air dalam buah
b. Penyempurnaan dalam pengolahan minyak yaitu pada saat perebusan.
c. Mematikan enzim-enzim untuk mencegah berlanjutnya proses kenaikan asam lemak bebas.
Berikut hal-hal yang dapat mempengaruhi perebusan:
a. Tekanan uap dan lama perebusan
Pengaruh dari tekanan uap dan lama perebusan yang tidak cukup mengakibatkan buah kurang masak sehingga sebagian berondolan tidak lepas dari tandan yang menyebabkan kerugian minyak dalam janjangan kosong bertambah, pelumatan dalam digester tidak sempurna dan ampas basah.
b. Pembuangan udara dan air kondensat
Apabila udara dalam ketel rebusan tidak sempurna dikeluarkan akan terjadi pencampuran udara dan uap yang mengakibatkan perpindahan panas uap kedalam buah tidak sempurna.
3.2.1.3 Stasiun Penebahan (Thresing Station)
Thresing Station adalah suatu alat atau mesin yang berfungsi memisahkan buah kelapa sawit dari tandannya. Pada Threser penebahan buah dilakukan dengan membanting buah ke dalam drum berputar dengan putaran 26 rpm.
a. Hoisting Crane
Tandan buah rebus atau (TBR) akan diolah lebih lanjut dimana TBR dalam lori ditarik dari ketel rebusan menggunakan bantuan capstand bolard di PKS Bekri alat yang digunakan untuk menuangkan TBR kedalam hopper digunakan Hoisting Crane. Pengoperasian hoisting crane dilakukan oleh seorang operator yang posisinya diatas stasiun penebahan. Dari posisi tersebut, operator akan mengatur pengangkatan lori, penuangan buah, penurunan lori dan penempatan lori tepat di rel tengah.
Penebahan dilakukan dengan membanting buah dalam drum berputar. Alat penebah yang dimiliki olen PKS Bekri berjumlah dua unit yaitu alat penebah yang terdiri dari silinder berupa kerangka yang berkapasitas oleh 30 dan 45 ton/jam.
Sudut bantingan threser adalah 450. Jika sudut bantingan drum terlalu kecil akan menyebabkan janjangan kosong terlalu lama dalam threser sehingga bila tandan baru masuk akan mengabsorbsi minyak. Namun jika sudut bantingan drum terlalu besar, maka tandan buah terlalu singkat berada dalam threser. Hal ini menyebabkan bantingan tidak sempurna sehingga banyak buah yang terikut dalam janjangan kosong.
3.2.1.4 Stasiun Pelumatan (Digester Station)
Digester adalah alat untuk melumatkan berondolan sehingga daging buah terpisah dari biji. Digester adalah ketel tegak yang mempunyai dinding rangkap, atas pemutar yang dilengkapi dengan pisau-pisau pengaduk. Di dalam proses digester sebagian telah terjadi pemisahan antara cairan dengan padatan sehingga membentuk minyak. Untuk memisahkan minyak CPO cairan dan endapan padatan agar lebih sempurna.
3.2.1.5 Stasiun Pengepresan (Pressing Station)
Sisa buah (brondolan) yang telah dicincang digester akan keluar melalui oil let chute dan dipress oleh screw press dengan menggunakan air pengencer screw press yang suhunya antara 90 – 95 ◦C. Pada proses pengepresan dilakukan setelah melalui pelumatan untuk mengambil cairan minyak seoptimal mungkin. Dari unit pressing akan dihasilkan minyak yang bercampur dengan sampah dan lumpur kelapa sawit yang kemudian dikirim ke unit-unit klarifikasi (stasiun pemurnian minyak kelapa sawit). Minyak yang telah di press kemudian di kirim ke sand trap tank melalui pipa yang disebut oil guttar. Minyak tersebut masih berupa lumpur minyak (sludge) yang masih bercampur dengan sampah.
3.2.1.6 Stasiun Klarifikasi a. Proses Pemurnian Minyak
12
Stasiun pemurnian minyak adalah stasiun terakhir untuk pengolahan minyak. Minyak kasar hasil pengempaan dikirim ke stasiun ini untuk diproses lebih lanjut sehingga diperoleh minyak produksi. Pada stasiun ini minyak dipisahkan dari air, kotoran serta unsur-unsur yang dapat mengurangi kualitas minyak seminimal mungkin. Beberapa peralatan yang sering digunakan dalam stasiun ini adalah sebagai berikut:
1. Sand Trap Tank
Minyak hasil pengepresan akan dimasukkan ke dalam sand trap tank untuk memisahkan pasir atau kotoran lainnya yang bercampur dengan minyak dan untuk mengendapkan pasir kasar yang tercampur dengan minyak saat pemprosesan.
Untuk mempermudah pemisahan di dalam sand trap tank digunakan suhu 95 °C.
Jika temperatur tidak tercapai maka pada saat blow down akan terlihat NOS yang dikeluarkan masih sangat kental dan masih mengandung minyak.
2. Vibrating Screen (Vibro Double Deck)
Vibrating Screen (saringan bergetar) dipakai untuk memisahkan ampas dari minyak kasar. Ampas tersebut dikembalikan ke digester untuk diproses kembali. Vibrating Screen yang digunakan di Bekri adalah tipe vibro double deck. Vibro double deck memiliki 30 mesh. Saat penyaringan, dilakukan pengenceran dengan penambahan air panas pada temperatur 95 °C. Minyak yang telah disaring akan masuk ke dalam crude oil tank.
3. Crude Oil Tank
Minyak hasil penyaringan vibro separator akan masuk ke dalam crude oil tank dan diberi pemanasan 90 - 95 °C dan ditambahkan air pengencer. Crude Oil Tank merupakan tangki penampung minyak kasar. Fungsi dari Crude Oil Tank juga adalah untuk menurunkan kandungan NOS (Non Oil Solid) kemudian dipompakan ke VCT.
4. Vertical Clarifier Tank (VCT)
VCT berfungsi untuk memisahkan minyak, air, dan NOS secara gravitasi dimana minyak berada di lapisan atas karena berat jenisnya lebih kecil dan air
dengan berat jenisnya sama dengan satu akan berada pada lapisan tengah sedangkan NOS dengan berat jenis lebih besar dari satu berada pada lapisan bawah.
Temperatur yang cukup yaitu 95°C akan mempermudah proses pemisahan. Di VCT, minyak kasar terpisah menjadi minyak dan sludge karena proses pengendapan. Sludge merupakan fasa campuran yang masih mengandung minyak.
Alur minyak dari VCT terbagi 2 yaitu minyak kasar akan dialirkan ke oil tank dan sludge akan dikirim ke vibro single deck.
5. Oil Tank
Fungsi Oil Tank adalah tempat penampungan minyak sementara sebelum diolah ke oil purifier. Di dalam oil tank, minyak dipanaskan dengan steam coil untuk mendapatkan suhu 90 - 95 °C. Panas yang ada menyebabkan air dan kotoran yang terikut akan turun kelapisan bawah. Di PKS Bekri minyak dari oil tank dengan temperatur 95°C di alirkan ke oil purifier. Minyak tersebut masih mengandung air
± 0,6% dan sejumlah kotoran. Blow down yang dihasilkan di sand trap tank, VCT dan oil tank akan dimasukkan ke sludge drain tank.
6. Oil Purifier
Minyak yang diumpankan dari oil tank ke oil purifier dimurnikan dengan sistem pemisahan dengan menggunakan gaya centrifugal untuk mengurangi kadar kotoran pada minyak dengan suhu 90 – 95 °C supaya kadar air cepat menguap dan kemudian akan dialirkan ke dalam vacuum drayer.
7. Vacuum Dryer
Minyak yang keluar dari oil purifier masih mengandung air ± 0,3%, maka untuk mengurangi kadar airnya, minyak dipompakan ke vacuum dryer melalui floating tank. Di dalam vacuum dryer air diuapkan dengan mengabutkan minyak.
Ujung pipa yang masuk ke dalam vacuum dryer dibuat sempit berbentuk nozzle- nozzle sehingga minyak tersedot dan mengabut di dalam vacuum dryer. Temperatur minyak dibuat sekitar 90 – 95 °C agar kadar air cepat menguap dan uap air akan terhisap oleh steam injection dan vacuum pump. Tekanan pada vacuum dryer adalah 550 mmHg.
8. Storage Tank (Tangki Timbun atau Penimbunan Minyak)
14
Minyak yang telah mengalami pengeringan di dalam vacuum dryer kemudian akan di alirkan ke dalam oil storage tank dengan kapasitas 1500 ton/unit sebelum dipasarkan. Di dalam storage tank, minyak produksi hasil dianalisis kadar asam lemak bebas, kadar air dan kadar kotoran setiap hari. Dalam hal ini kebersihan tangki timbun perlu dijaga, dengan melakukan pencucian 2 kali dalam 1 tahun untuk mengurangi meningkatnya kadar asam lemak bebas, kadar air dan kadar zat pengotor.
Di PKS Bekri, analisis dilakukan setiap hari untuk mengetahui kualitas mutu CPO. Setelah dianalisa, CPO dapat langsung dikirim untuk dipasarkan, karena semakin lama CPO disimpan didalam tangki penimbunan maka akan menyebabkan rendahnya mutu CPO tersebut, kecuali ada kendala seperti transportasi dan jalan yang rusak yang tidak memungkinkan minyak untuk dikirim atau dipasarkan dengan catatan harga jual minyak kelapa sawit menjadi murah. Beberapa persyaratan penimbunan yang baik adalah sebagai berikut:
1) Kebersihan tangki dijaga, khususnya terhadap kotoran dan air
2) Jangan mencampur minyak berkadar ALB tinggi atau minyak kotor berkadar ALB rendah atau bersih atau kering
3) Membersihkan tangki dan memeriksa pipa-pipa uap pemanas, tutup tangki, alat- alat pengukur dan lain-lain setiap ada kesempatan.
4) Memelihara suhu sekitar 40 °C
5) Pipa pemasukan minyak harus terbenam ujungnya di bawah permukaan minyak.
6) Melapisi dinding tangki dengan damar epoksi (hanya untuk minyak sawit bermutu khusus (tinggi).
3.2.1.7 Pabrik Biji
1. Cake Break Conveyor (CBC)
CBC adalah suatu alat yang dilengkapi dengan pisau ulir yang berfungsi untuk memecah gumpalan-gumpalan serabut dan biji hasil dari proses pengepresan sebelumnya. Selain itu, CBC juga memiliki fungsi berfungsi untuk menguapkan sebagian air yang terkandung dalam biji, sehingga kadar air pada biji diharapkan
dapat turun 10% dari 40% menjadi 30%. Dan juga untuk membawa serabut dan biji menuju proses depricarper.
2. Depricarper
Depricarper adalah suatu alat yang berfungsi menghisap bahan yang lebih ringan, seperti serabut untuk dimasukan kedalam boiler sebagai bahan bakar, sedangakan biji yang berat jenisnya lebih besar akan jatuh kebawah dan masuk kedalam polishing drum. Kapasitas depricarper adalah 35 ton TBS/jam.
3. Polishing Drum
Fungsi dari polishing drum adalah untuk memisahkan antara sisa serabut yang masih terikut pada biji, memisahkan biji berukuran normal dengan biji yang tidak normal dan juga memisahkan kotoran.
4. Nut Silo
Biji yang telah bersih akan dibawa ke Nut Silo melalui elevator. Nut Silo merupakan alat yang digunakan sebagai tempat penyimpanan dan pemeranan biji/nutten sebelum dimasukan ke dalam proses Ripple Mill. Lama proses pemeraman yaitu 24-48 jam dengan kadar air sekitar 15%.
5. Ripple Mill
Ripple Mill adalah alat penggilingan biji/nutten berupa skat besi yang bergerigi. Dengan adanya penggilingan biji tersebut maka akan diperoleh inti utuh, inti pecah, nut pecah dan cangkang. Untuk memisahkan hasil penggilingan tersebut, dimasukan ke Light Tenera Dust Seperator (LTDS) melalui conveyor dan elevator.
6. LTDS (Light Tennera Dust Separator)
LTDS adalah alat pemisahan antara inti, serabut dan cangkang Cara kerja LTDS adalah menghisap cangkang yang masih bercampur dengan kernel, sedangkan kernel yang lebih berat jatuh ke claybath. Di LTDS terdapat sebuah alat yang disebut sparating coulumn, cangkang dan inti pada sparating coulumn akan
16
terpisah karena adanya perbedaan kecepatan apung antara inti, serabut dan cangkang tersebut.
Inti dengan berat jenisnya lebih besar akan turun kebawah menuju ke kernel silo melalui conveyor, sedangkan cangkang dan inti yang masih tercampur berada di bagian tengah separating coulum dan akan keluar melalui pipa menuju claybath untuk dilakukan pemisahan lagi. Sedangkan cangkang dan serabut yang berat jenisnya lebih ringan akan dihisap oleh blower menuju boiler sebagai bahan bakar.
7. Claybath
Inti yang masih bercampur dengan cangkang yang belum dapat dipisah di separating coulumn, dimasukan ke claybath untuk dilakukan pemisahan kembali.
Claybath adalah alat yang berupa pengaduk yang berputar, yang didalamanya berisi larutan kaolin. Fungsi dari larutan kaolin tersebut adalah untuk menambah berat jenis air, sehingga memudahkan proses pemisahan antara inti dan cangkan
Prinsip kerja claybath yaitu adanya perbedaan masa jenis antara inti 1,07 g/ml dan cangkang 1,15 – 1,20 g/ml, sehingga inti akan terapung dan dialirkan ketempat pencucian. Selanjutnya inti akan dimasukan ke kemel silo untuk dilakukan pengeringan. Sedangkan cangkang akan mengendap di bawah yang kemudian akan dihisap oleh pipa untuk ditampung di tempat penampung cangkang.
8. Kernel Silo
Inti/kernel yang dihasilkan dari separating coulumn dan claybath akan dilakukan pengeringan di kernel silo, sehingga didapat kadar air berkisar 7%.
Waktu yang dibutuhkan untuk pengeringan ini adalah 10-12 jam. Hal ini bertujuan agar kadar air 7%. Jika kadar air lebih dari 7%, kernel akan berjamur dan mempercepat kenaikan asam lemak bebas. Sedangkan jika kadar air kurang dari 7%
dapat mengakibatkan minyak akan susah keluar dari inti. Kernel yang sudah kering akan dimasukan ke dalam tempat penampungan inti (bagging bin).
9. Kernel Bagging Bin
Kernel Bagging Bin adalah suatu alat yang berfungsi sebagai tempat penampungan inti sementara sebelum dilakukan pengiriman ke pabrik pengolahan inti sawit (PPIS).
3.2.1.8 Proses Pengambilan Minyak dari Slude
Pada umumnya sludge pada proses pengolahan CPO masih mengandung minyak, oleh karena itu perlu dilakukan pengambilan minyak dari sludge.
Pengambilan minyak dari sludge dilakukan dengan tahap-tahap sebagai berikut:
1. Vibro Single Deck
Vibro Single Deck merupakan saringan bergeser yang memiliki saringan satu tingkat. Saringan bergetar ini berfungsi untuk memisahkan kotoran yang terkandung dalam sludge dan memiliki 40 mesh.
2. Sludge Tank
Phase sludge yang berasal dari clarifier tank akan ditimbun pada sludge tank dengan pengaturan suhu berkisar antara 90 – 95 °C . Kemudian cairan sludge yang telah melalui sludge tank akan dimasukkan ke dalam buffer tank sedangkan blow down yang dihasilkan di sludge tank akan dimasukkan ke sludge drain tank.
3. Buffer Tank
Sebelum sludge diproses ke sludge separator, maka sludge dialirkan ke buffer Tank yang berfungsi sebagai tangki umpan sludge. Buffer tank yang dimiliki oleh PKS Tandun dilengkapi dengan steam injeksi. Temperatur tangki harus diatur pada 90-95 °C dan dijaga dari adanya kebocoran-kebocoran.
4. Sludge Separator
Di dalam sludge separator minyak dikutip dengan bantuan air pengencer yang seimbang. Dengan adanya gaya centrifugal, minyak yang berat jenisnya lebih kecil akan bergerak ke poros dan akan terdorong keluar melalui sudut-sudut dan dikirim ke dalam VCT untuk diolah kembali, sedangkan cairan atau ampas yang memiliki berat jenis yang lebih berat akan terdorong kebagian dinding blow dan keluar melalui nozzle atau sering disebut arah buangan separator.
5. Fat-Fit
Fat-fit digunakan untuk menampung cairan-cairan yang masih mengandung minyak yang berasal dari air kondensat dan stasiun klarifikasi. Fat-fit difungsikan
18
sebagai tempat proses pengutipan minyak terakhir sebelum sludge dibuang ke limbah. Pembersihan bak dan pemeriksaan dilakukan setiap satu bulan. Berikut Proses proses yang terjadi di fat-fit:
1) Minyak hasil dari sludge separator sampai ke sludge drain tank dan lumpur yang masih mengandung lumpur masuk ke fat-fit.
2) Sludge hasil dari oil tank, sludge tank yang disebut blow down masuk ke sludge drain tank.
3) Di dalam bak fat-fit cairan ini (sludge) dipanaskan dan akibat perbedaan berat jenisnya maka terjadi pengendapan.
4) Minyak yang berat jenisnya lebih rendah akan berada pada permukaan bagian atas, sedangkan air dan lumpur akan berasa pada bagian bawah dan terbuang ke limbah.
5) Minyak hasil kutipan fat-fit langsung dipompakan ke preclaim tank.
6) Minyak dari preclaim tank/sludge drain tank dimasukkan ke VCT sedangkan lumpur yang masih sedikit mengandung minyak dimasukkan ke fat-fit kembali dan begitu seterusnya.
3.2.2 Pabrik Pengolahan Inti Sawit (PPIS)
Adapun proses pengolahan biji (nut) menjadi PKO (Palm Kernel Oil) pada PTPN VII Unit Bekri adalah sebagai berikut:
19 Gambar 7. Diagram Alir Pengolahan PPIS
20
Pada pabrik pengolahan inti sawit (PPIS) bahan baku yang masuk berupa inti sawit (palm kernel). Palm Kernel atau inti sawit adalah biji yang merupakan Endosperma (cangkang pelindung inti) dan Embrio (inti) dengan kandungan minyak inti berkualitas tinggi. Kernel ini dihasilkan dari pemisahan daging buah selama proses pengolahan di Pabrik Kelapa Sawit (PKS) dan dikirimkan ke pabrik pengolahan inti sawit (PPIS).
Pada Pabrik Pengolahan inti sawit (PPIS) ini, inti sawit yang telah di transfer oleh PPKS (Pabrik Pengolahan Kelapa Sawit) ditampung di Hopper Stock. Hopper stock disini berfungsi sebagai penampungan inti sawit sebelum dikirim ke proses selanjutnya yaitu hopper press dengan melaui elevator dan dilanjutkan dengan conveyor distributing. Hopper Press merupakan suatu alat yang berfungsi untuk menghasilkan minyak sawit dengan cara kerja memberi tekanan kuat pada inti sawit. Hopper press pada PPIS ini terdiri menjadi 2 yaitu hopper A dan Hopper B.
dimana keduanya mempunyai fungsi yang sama. Hopper Press B merupakan proses penekan ulang agar mendapatkan minyak sawit. Inti sawit (palm kernel) dari hopper masuk ke penampungan kernel yaitu kernel bin akhir sedangkan minyak sawit hasil press ditampung di bak penyimpanan minyak inti sawit yang kemudian di fitrasi sehingga menghasilkan minyak bebas dari kotoran yang kemudian di tampung pada clean oil tank. Pada clean oil tank minyak inti sawit dianggap sudah bebas dari kotoran dan dapat di simpan di tangki timbun (Storage Tank) kemudian di kirimkan ke Tangki DO (DO Tank) dengan melalui bantuan DO pump yang kemudian minyak tersebut sudah dapat di operasikan di pelayanan DO.
3.2.3 Analisis Uji Mutu Bahan Baku dan Produk Industri Kelapa Sawit Analisis pengujian mutu bahan baku dan produk industri kelapa sawit dilakukan secara manual dan menggunakan alat instrumentasi berupa Foss Nirs.
Sampel padat dan cair diambil pada beberapa titik sampling. Adapun titik sampling padatan dan cairan yang dilakukan di PTPN VII Unit bekri adalah sebagai berikut:
Tabel 2. Titik Sampling Padatan
No Titik Sampling Padatan
Metode Sampling Titik Sampling Frekuensi
1 Kernel Produk Matang Ex Kernel Silo
Setiap 2 Jam 2 Fiber Press St Digester dan Press
3 Tandan Kosong HEBC (Horizontal Empty Bunch Conveyor) 4 Condensate Sampling Point Rebusan
5 Katekopen HEBC (Horizontal Empty Bunch Conveyor) 6 LTDS 1 dan LTDS 2 Winowing Atas
Setiap 4 Jam 7 Effisiensi Ripple Mill Crack Mix Conveyor
8 Kernel Produk Mentah Sebelum masuk Kernel Silo 9 Depericaper Boardash Depericarper Atas
10 BITK HEBC (Horizontal Empty Bunch Conveyor) 11 Raw Water Sebelum Klarifier
12 Sand Filter Ex Sand Filter 13 Demin Plant Ex Anion
14 Umpan Boiler Sebelum masuk BFWP 15 Boiler Sampling point Boiler
Tabel 3. Titik Sampling Cairan
No Titik Sampling Cairan
Metode Sampling Titik Sampling Frekuensi
1 CST Produksi CST ke Oil Tank
Setiap 2 Jam 2 Minyak Produksi Ex Pompa Oil Transfer
3 Minyak Separator Ex Light Phase 96 4 Oil Gutter Ex Bottom Plat Press
5 COT Ex Vibro
6 Underflow Sebelum Sluge Vibro 7 Ex Fatpit Sebelum ke Pond 1 8 Ex Klarif Sebelum ke Bak Pasir 9 Drab Akhir Sebelum ke Kolam Limbah 10 Drab Separator Heavy Phase SS
11 Ex Sand Cyclone Ex Sand Cyclone
12 MPD Fruit Elevator 1x Per Shift
3.2.3.1 Analisis Kadar Asam Lemak Bebas
Asam Lemak Bebas (ALB) merupakan salah satu parameter mutu Minyak CPO dan PKO. Minyak CPO yang baik memiliki kada ALB dibawah 5,00%.
22
Analisis Kadar Asam Lemak Bebas (ALB) dilakukan menggunakan Metode Alkalimetri.
a) Analisis Kadar Asam Lemak Bebas CPO Berikut prosedur analisis Kadar ALB CPO:
1) Ditimbang sampel sebanyak 2-5 gram dengan neraca analitik 2) Dimasukan ke dalam Erlenmeyer
3) Tambahkan 10 ml n-hexana
4) Tambahkan 15 ml alkohol 96% dan 3-4 tetes pp indikator
5) Dititrasi dengan larutan KOH ± 0,1 N sampai larutan berwarna merah muda kebiru-biruan.
6) Dicatat volume larutan KOH yang terpakai.
7) Dihitung kadar Asam Lemak Bebas dengan rumus berikut:
𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝐴𝐿𝐵 (%) = 𝐾𝑂𝐻 𝑇𝑒𝑟𝑝𝑎𝑘𝑎𝑖 𝑥 25,6 𝑥 𝐾𝑜𝑛𝑠𝑒𝑛𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 𝐾𝑂𝐻
𝐵𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑆𝑎𝑚𝑝𝑙𝑒 ... 1 b) Analisis Kadar Asam Lemak Bebas PKO
Berikut prosedur analisis Kadar ALB PKO:
1) Ditimbang sample sebanyak 2-5 gram dengan neraca analitik 2) Dimasukan ke dalam erlemeyer
3) Tambahkan 10 ml n-hexana
4) Tambahkan 15 ml alkohol 96% dan 3-4 tetes pp indikator
5) Dititrasi dengan larutan KOH ± 0,1 N sampai larutan berwarna pink seulas.
6) Dicatat volume larutan KOH yang terpakai.
7) Dihitung kadar Asam Lemak Bebas dengan rumus berikut:
𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝐴𝐿𝐵 (%) = 𝐾𝑂𝐻 𝑇𝑒𝑟𝑝𝑎𝑘𝑎𝑖 𝑥 20 𝑥 𝐾𝑜𝑛𝑠𝑒𝑛𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 𝐾𝑂𝐻
𝐵𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑆𝑎𝑚𝑝𝑙𝑒 ... 2
3.2.3.2 Analisis Kadar Air
CPO (Crude Palm Oil) yang baik memilki nilai kadar air dibawah 4,50%.
Analisis kadar air menggunakan Metode Pengovenan. Berikut prosedur analisis Kadar kadar air:
1) Keringkan cawan dalam oven selama 15 menit
2) Biarkan dingin dalam desikator selama 15 menit. Timbang cawan kosong.
3) Masukkan sampel (CPO) 10 gram (W2) ke dalam beaker glass dan ditimbang (W1).
4) Dipanaskan didalam oven selama + 3 jam pada suhu 1050C 5) Didinginkan sampel dalam desikator selama 15 menit.
6) Ditimbang (cawan + sampel) menggunakan neraca analitik sesudah diovenkan (W3)
7) Dihitung kadar airnya dengan rumus berikut:
𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 Air = 𝑊1−𝑊3
𝑊2 𝑥 100% ... 3
Keterangan:
W1 = bobot sampel + bobot beaker glass sebelum diovenkan W2 = bobot sampel
W3 = bobot sampel + bobot beaker glass sesudah diovenkan 3.2.3.3 Analisis Kadar Kotoran Inti Sawit
Analisis kadar kotoran dilakukan untuk mengetahui kadar kotoran (cangkang) yang terikut padea inti sawit setelah dilakukan pemisahan antara inti dan cangkang. Terdapat 4 jenis biji proses yang dilakukan analisis kadar kotoran, yaitu silo, hasil clybatch, losses clybatch, dan olah kering. Berikut prosedur kerja analisis kadar kotoran pada biji:
1) Ambil sampel (biji) dari alat proses di pabrik 2) Timbang sebanyak 500 g sampel awal
3) Pisahkan Inti Utuh (IU), Inti Pecah (IP), Nut Utuh (NU), Nut Pecah (NP), dan Cangkang (C)
4) Pecahkan Nut Utuh (NU) dan Nut Pecah (NP) untuk memisahkan inti dan cangkang
5) Timbang masing-masing bagian yang telah dipisahkan 6) Catat nilai yang di dapat
24
7) Lakukan perhitungan kadar kotoran dengan rumus berikut:
% 𝐼𝑈/ 𝐼𝑃 /𝐶 = 𝐵𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑈/ 𝐼𝑃 /𝐶
𝐵𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑆𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝐴𝑤𝑎𝑙 𝑥 100% ... 4
𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝐾𝑜𝑡𝑜𝑟𝑎𝑛 = %𝐶 ... 5
3.2.3.4 Analisis Efisiensi Ripple Mill
Analisis efisiensi Ripple Mill perlu dilakukan untuk mengetahui kinerja dari alat tersebut. Efisiensi Ripple Mill yang baik adalah berkisar antar 90-96%. Jika efisiensinya berada dibawah range tersebut, maka akan banyak nut yang tidak mampu dipecahkan. Sedangkan jika efisiensinya berada diatas range tersebut, maka inti akan banyak yang ikut pecah, sehingga berpeluang ikut tersedot oleh blower bersama dengan cangkang. Berikut prosedur kerja analisis efisiensi Ripple Mill:
1) Ambil sampel (biji) dari alat Ripple Mill di pabrik 2) Timbang sebanyak 500 g sampel awal
3) Pisahkan Inti Utuh (IU), Inti Pecah (IP), Nut Utuh (NU), Nut Pecah (NP), dan Cangkang (C)
4) Timbang masing-masing bagian yang telah dipisahkan 5) Catat nilai yang di dapat
6) Lakukan perhitungan kadar kotoran dengan rumus berikut:
% 𝐼𝑈/ 𝐼𝑃 /𝑁𝑈 /𝑁𝑃/𝐶 = 𝐵𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑈𝐼/ 𝐼𝑃 /𝑁𝑈 /𝑁𝑃/𝐶
𝐵𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑆𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝐴𝑤𝑎𝑙 𝑥 100% ... 6
𝐸𝑓𝑖𝑠𝑖𝑒𝑛𝑠𝑖 𝑅𝑖𝑝𝑝𝑙𝑒 𝑀𝑖𝑙𝑙 = 𝐵𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑁𝑈+𝑁𝑃
𝐵𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑆𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝐴𝑤𝑎𝑙 𝑥 100% ... 7
3.2.3.5 Analisis Material Passing Digester (MPD)
Analisis MPD dilakukan untuk mengetahui potensi buah sawit yang akan diolahmenjadi CPO dan PKO. Tetapi fokusnya hanya ke CPO yang ada di daging
buah. Analisis MPD dilakukan secara manual dan dengan menggunakan alat instrumentasi Foss Nirs. Bagian dari yang dianalisis dengan Foss Nirs adalah bagian daging buah dengan cara menumbuknya terlebih dahulu sebelum di analisa.
Sedangkan analisis manual dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut:
1) Buah yang sudah direbus dan dipisahkan dari tandan sebelumnya ditimbang sebanyak 1 kg sebagai sampel awal
2) Pisahkan antara daging buah, biji (nut), partenokarpi abnormal, partenokarpi normal, dan sampah (kelopak)
3) Timbang masing-masing bagian yang telah dipisahkan
4) Hitung persentase dari masing-masing bagian dengan rumus berikut:
% 𝐵𝑎𝑔𝑖𝑎𝑛 = 𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝐵𝑎𝑔𝑖𝑎𝑛
𝐵𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑆𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝐴𝑤𝑎𝑙 𝑥 100% ... 8
3.2.3.6 Analisis Crude Oil
Tahapan secara keseluruhan pelaksanaan analisis ini meliputi tahap preparasi, pengujian analisis cruide oil menggunakan alat Centrifuge :
1. Pengambilan Sampel
Sampel diambil secara manual, dimana sampel crude oil diambil secara manual oleh analis dibawa ke laboratorium dan di komposit pada setiap pengambilan sampel.
2. Tahap Preparasi
a) Menghomogenkan sampel
b) Memasukkan sampel kedalam tabung reaksi kemudian menaruh pada alat centrifuge dengan kecepatan 15 rpm selama 5-10 menit.
3. Pengujian cruide oil menggunakan alat Centrifuge.
Memasukkan sampel minyak yang akan dianalisis kedalam tabung rekasi kemudian masukkan kedalam centrifuge,menghidupkan alat centrifuge kemudian menunggu analisis otomatis selesai, membaca hasil analisis pada tabung reaksi dan mencatat hasil yang terbaca pada tabung reaksi (Sumber:
Laboratorium Pabrik PT. Perkebunan Nusantara VII).
26
3.2.3.7 Analisis Material Balance Tandan Buah Segar (TBS)
Analisis material balance dilakukan untuk mengetahui rendemen minyak yang terkandung di dalam daging dan inti Buah Tandan Segar (TBS) yang berasal dari kebun langsung. Buah yang diambil adalah buah normal yang sudah membrondol (terjatuh) secara alami minimal sebanyak 5 buah pertandannya.
Analisis ini dilakukan persemester (2 kali pertahun). Berikut prosedur kerja analisis material balance:
1. Ambil Tandan Buah Segar (TBS) langsung dari pohonnya
2. Pisahkan buah dari tangkainya, secara manual dengan menggunakan cutter 3. Pilih dan pisahkan buah bagian luar, tengah, dalam, buah gagal, dan tangkai,
lalu timbang dan catat hasilnya
4. Sisihkan sebanyak 500 gram buah campuran (composite) bagian luar, tengah, dan dalam untuk dianalisa
5. Cacah/pisahkan antara daging dan biji dari buah yang sudah disisihkan sebelumnya
6. Timbang bagian daging dan biji yang sudah dipisahkan 7. Lakukan analisis secara terpisah pada daging dan biji
a. Analisis kadar air dan rendemen daging buah
1) Tumbuk daging buah sebagai sampel awal, lalu masukkan ke dalam cawan yang sudah ditimbang sebelumnya dan timbang lagi cawan yang sudah berisi sampel (standard berat sampel berkisar 10-20 gram) 2) Masukkan cawan berisi sampel ke dalam oven selama 60 menit pada
suhu 130°C
3) Keluarkan sampel dari oven, lalu timbang dan hitung nilai kadar airnya dengan rumus berikut:
𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝐴𝑖𝑟 𝑀𝑖𝑛𝑦𝑎𝑘 𝐶𝑃𝑂(%) = 𝑃𝑒𝑛𝑔𝑢𝑎𝑝𝑎𝑛
𝐵𝑜𝑏𝑜𝑡 𝐷𝑎𝑔𝑖𝑛𝑔 𝐵𝑢𝑎ℎ 𝐴𝑤𝑎𝑙 𝑥 100% ... 9 Keterangan:
Penguapan = Bobot cawan berisi sampel sebelum dioven dikurang cawan berisi sampel sesudah dioven
4) Sampel yang sudah dianalisis kadar airnya, dilanjutkan dengan analisis rendemen minyak pada daging buah dengan cara ekstraksi
5) Sampel dibungkus dengan kertas tipis (sejenis kertas saring) lalu diesktaksi dengan menggunakan eskstraktor soxhlet selama 6 jam (menggunakan pelarut hexana sebanyak 250 ml)
6) Oven minyak hasil ekstraksi selama ± 15 menit untuk menguapkan hexana, lalu timbang dan catat hasilnya
7) Hitung nilai rendemen minyak pada daging buah dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
𝑅𝑒𝑛𝑑𝑒𝑚𝑒𝑛 𝑀𝑖𝑛𝑦𝑎𝑘 𝐶𝑃𝑂 (%) = 𝑀𝑖𝑛𝑦𝑎𝑘 𝐸𝑘𝑠𝑡𝑟𝑎𝑘𝑠𝑖
𝐵𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑆𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝑇𝐵𝑆 𝐴𝑤𝑎𝑙 𝑥 100% .... 10 b. Analisis kadar air dan rendemen Inti Buah Sawit
1) Biji yang sudah dipisahkan daging timbang berat basahnya, lalu dioven pada suhu 130°C selama 60 menit
2) Keluarkan biji dari oven dan tunggu hingga dingin, lalu timbang dan hitung nilai kadar airnya dengan rumus berikut:
𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝐴𝑖𝑟 𝐵𝑖𝑗𝑖 (%) = 𝑃𝑒𝑛𝑔𝑢𝑎𝑝𝑎𝑛
𝐵𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑆𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝐴𝑤𝑎𝑙 𝑥 100% ... 11 Keterangan:
Penguapan = Bobot nampan berisi biji sebelum dioven dikurang bobot nampan berisi biji sesudah dioven
3) Timbang biji, lalu pisahkan inti biji dari cangkangnya dan timbang masing-masing keduanya untuk mengetahui persentase inti dan cangkang dari biji
4) Hitung juga rendemen inti sawit menggunakan rumus berikut:
𝑅𝑒𝑛𝑑𝑒𝑚𝑒𝑛 𝐼𝑛𝑡𝑖 (%) = 𝐵𝑜𝑏𝑜𝑡 𝐼𝑛𝑡𝑖 𝑆𝑎𝑤𝑖𝑡
𝐵𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑆𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝑇𝐵𝑆 𝐴𝑤𝑎𝑙 𝑥 100% ... 12
3.2.3.8 Analisis Kadar Kotoran Minyak (CPO dan PKO)
Analisis kadar kotoran minyak dilakukan untuk mengetahui kadar kotoran (berupa padatan) pada minyak produksi. Berikut prosedur kerja analisis kadar kotoran minyak:
1. Timbang erlenmeyer kosong dan kertas saring baru (belum digunakan)
28
2. Masukkan sampel minyak (CPO/PKO) sebanyak 10-20 gram ke dalam erlenmeyer
3. Tambahkan Hexana sebanyak ±20 ml ke dalam erlenmeyer sebagai pelarut sampel
4. Larutkan sampel dengan cara menggoyangkan erlenmeyer 5. Rangkai alat vacuum yang akan digunakan
6. Pasangkan kertas saring pada alat vacuum
7. Masukkan sampel pada bagian mangkuk (diatas erlenmeyer), lalu vacuum sampel hingga cairan sampel pada mangkuk habis
8. Ambil kertas saring dari alat vacuum, lalu oven selama ±10 menit 9. Timbang kertas saring yang telah dioven
10. Hitung nilai kadar kotoran menggunakan rumus berikut:
𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝐾𝑜𝑡𝑜𝑟𝑎𝑛 (%) = 𝑥
𝑦 𝑥 100% ... 13 Keterangan:
x = Bobot kertas saring + kotoran teroven dikurang massa kertas saring awal y = Bobot sampel minyak (CPO/PKO) awal
3.2.3.9 Analisis Sampel dengan Alat Foss Nirs DA-1650 1. Tujuan dan Lingkup
a. Analisis bertujuan untuk mengetahui mutu dan losis di proses pengolahan PKS/PPIS.
b. Analisis ini meliputi analisis mutu minyak sawit, losis minyak sawit, mutu minyak inti sawit dan losses. Minyak inti sawit di pabrik pengolahan sawit/inti.
2. Referensi
1) Vademeccum PTP X Tahun 1993
2) Tim Standarisasi Pengolahan Kelapa Sawit Dirjenbun Tahun 1997 3) ISO 9011:2015 Sistem Manajemen Mutu
4) ISO 14001:2015 Sistem Manajem Lingkungan
5) ISO 37001:2016 Sistem Manajemen Anti Penyuapan (SMAP)
6) SMKE PP 50/2012 Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja 7) ISPO: Perpes no: 44 tahun 2020 dan Permentan no.38 Tahun 2020
8) RSPO (P&C) Roundtable On Sustainable Palm Oil (Prinsip dan Kriteria) 9) RSPO SCCS Roundtable On Sustainable Palm Oil (Supply Chain
Certification Standard)
10) GCG Food Corporate Governance 11) Kriteria Baldrige
3. Bahan dan Alat
- Peralatan dan instrumentasi Foss Nirs DA-1650 - Small cup, large cup, slurry cup
- Tissu
- Sampel proses pengolahan 4. Alat Pelindung Diri (APD)
- Helm - Masker - Sepatu Boot - Sarung Tangan 5. Rincian Kerja
a. Prosedur Menghidupkan Foss Nirs dan Check Sample
1. Untuk menghidupkan alat, tekan tombol power yang berada di belakang alat.
2. Tunggu ±15 menit untuk performance test/check OK
3. Masukkan small cup holder (untuk Check Sample) dan pastikan posisi alat sudah pas pada bracket yang ditandai dengan posisi alat tidak berputar dan tidak lepas dari lingkarannya.
4. Tekan kode check sample 5. Tekan kode scan
6. Beri kode (ketik) CS (Check Sampel) dengan cara menekan kode sampel Number
30
7. Lakukan scan ±2,0 menit hingga keluar bacaan panjang gelombang
8. Setelah melakukan check sampel, maka instrument telah siap digunakan untuk analisa
b. Prosedur Analisis Losis Minyak Sawit/ Minyak Inti Sawit
a) Sampel Losis/kandungan minyak dalam sampel yang dapat dianalisis adalah:
1. Minyak Sawit
- Jajangan kosong (±70 gram)
- Kondensat rebusan, drab akhir, sluge, underflow CST (±150 ml, suhu ±35◦C)
- Ampas press (±30 gram) - Nut (±30 gram)
- Heavy Phase Decanter (±180 ml, suhu ±35◦C) - Solid Decanter (±150 ml, suhu ±35◦C)
- Analisis potensi minyak sawit/mescarp (±70 gram) 2. Minyak Inti Sawit
- Bungkil (±150 gram) b) Prosedur Analisa
- Masukkan sampel ke dalam Large Cup
- Jika sampel padatan, sampel harus diratakan/ dipadatkan sedikit dengan menggunakan tutup stainless.
- Untuk cairan, sampel harus diaduk terlebih dahulu di dalam beaker glass dan dimasukkan kedalam large cup sampai garis large cup (±150 gram)
- Sebelum dilakukan scanning , pastikan sampel cup sudah benar bersih dan pastikan tidak ada sidik jari yang menempel pada kaca cup. Bila ada, harus dibersihkan dengan tisu.
- Masukkan Large cup yang sudah berisi sampel kedalam FOSS NIRS, pastikan posisinya terletak pada bracket sehingga sampel cup tidak goyang dan tutup kembali.
- Pilih jenis sampel yang akan dianalisis dan kemudian tekan kode Scan untuk memulai analisa.
- Masukkan keterangann kode sampel
- Scanning akan berlangsung ±2 menit (hasil akan keluar).
- Setelah scanning sampel, sampel cup dicuci hingga bersih menggunakan sabun/detergen dan kemudian dilap kering.
c. Prosedur Perawatan dan Pemeliharaan Foss Nirs
- Pastikan Sampling Handling Unit (SHU) dalam keadaan bersih dan tidak terdapat kotoran apapun pastikan cover dalam keadaan tertutup apabila instrument tidak digunakan.
- Pastikan baterai UPS masih berfungsi dengan baik untuk mencegah terjadinya umproper shutdown pada instrument Foss Nirs.
- Suhu ruangan maksimal 25°C dan alat FOSS NIRS agar diletakkan tidak terlalu menempel pada tembok untuk menjaga sirkulasi udara.
- Setiap awal bulan , agar mengecek pada menu “Maintenance” untuk melihat kapasitas Hard Disk.
- Jika kapasitas sudah mendekati 90%, data didalam instrument harus diapus dengan terlebih dahulu memastikan data terakhir semuanya sudah terupload keserver FOSS (Hal ini ditandai dengan update yang berhasil dilakukan).
Untuk penghapusan data, harap hubungi Pemakilan/Vendor Foss Nirs.
32
- Apabila terjadi kelainan pada hasil proses analisis Foss Nirs ataupun kelainan pada peralatan Foss Nirs agar segera dilaporkan
6. Tindakan Abnormal/Darurat
1) Seluruh karyawan pabrik memahami kebijakan PT. Perkebunan Nusantara VII.
2) Dilarang merokok ketika berada di area pabrik.
3) Dilarang buang sampah sembarangan.
4) Menggunakan APD sesuai fungsinya
5) Apabila terjadi kecelakaan kerja yang dapat berpotensi abnormal dan darurat segera dibawa ke klinik perusahaan.
6) Dalam melakukan tindakan selalu mempertimbangkan dan melakukan pengelolaan risiko termasuk risiko yang berpotensi kecurangan/farud (kerugian keuangan, suap menyuap, penggelapan dalam jabatan, pemerasan, perbuatan curang, benturan kepentingan, gratifikasi) serta mengarsipkan seluruh dokumen yang berhubungan aktivitas pekerjaan.
7) Apabila terjadi kondisi hujan yang berpotensi terjadinya kerusakan listrik, maka peralatan Foss Nirs harus dimatikan untuk sementara.
7. Jalur Komunikasi
1) Laporkan kepada atasan jika dalam pengoperasian terdapat hal yang janggal dan tidak dapat diselesaikan sendiri.
3.2.4 Sistem Utilitas Pada PTPN7 Unit Usaha Bekri
Sistem utilitas di PTPN7 Unit Usaha Bekri berfungsi untuk memenuhi kebutuhan air proses, air sanitasi, steam, dan listrik pabrik. Berikut penjelasan proses yang terjadi pada sistem utilitas.
3.2.4.1Water Treatment Plant (WTP)
Water Treatment Plant (WTP) adalah bagian yang mengolah air dari Danau Bekri untuk digunakan .pada proses produksi dan sanitasi. Berikut proses yang terjadi pada Water Treatment Plant.
a. Proses Flokulasi, Koagulasi, dan Sedimentasi
Partikel tersuspensi berukuran besar dapat dihilangkan melalui penyaringan (filtrasi) tetapi senyawa koloidal tersuspensi harus dihilangkan dengan proses clarification (penjernihan). Partikel-partikel halus ini dinyatakan sebagai turbidity (kekeruhan). Untuk menyempurnakan proses flokulasi dan penjernihan, digunakan bahan kimia koagulasi yaitu Aluminium Sulfat (tawas). Proses flokulasi yang merupakan proses pembentukan flok juga terjadi dengan bantuan pengadukan.
Flok-flok yang terbentuk akan mengendap ke dasar clarifier. Proses pengendapan flok ini disebut dengan proses sedimentasi. Air yang keluar dari clarifier akan ditampung sementara pada Water Tank.
b. Proses filtrasi
Setelah proses penjernihan, dilakukan proses filtrasi untuk menyaring pengotor tersuspensi yang masih lolos dari tahap Penjernihan. Pengotor yang disaring seperti: senyawa organik, partikel halus, senyawa warna, dan mikroorganisme. Proses filtrasi dilakukan di Sand Filter yang berisi media pasir.
Apabila Sand Filter sudah jenuh dan pressure dropnya tinggi, maka dilakukan backwash untuk membersihkan kembali media pasir dari kotoran. Air yang sudah difilter akan dialirkan menuju Tanki 80. Air tersebut disebut dengan water filter.
3.2.4.2 Demineralized Water Plant
Demineralized Water Plant berfungsi untuk memproses filter water supaya bebas dari unsur-unsur mineral dan zat-zat terlarut dalam air dengan pertukaran ion.
Mineral- mineral pengotor dapat menimbulkan endapan dan kerak yang dapat menyebabkan kerusakan dan korosi pada jalur pipa dan peralatan proses. Demin water digunakan untuk berbagai keperluan proses, terutama untuk keperluan make-
34
up Boiler dengan spesifikasi demin water:
Tabel 4. Spesfikasi Air Demin
pH : 6,8 – 7,0
Silica : < 0,01 ppm Conductivity : < 0,25 µmhos
Filtered water yang dihasilkan dari proses water treatment plant masih belum memenuhi syarat-syarat untuk digunakan sebagai air umpan ketel uap bertekanan tinggi karena masih mengandung zat-zat terlarut dengan kadar diatas kadar maksimum yang diperbolehkan. Pada tekanan tinggi, silika akan larut dalam uap air membentuk silika koloidal yang bersifat hampir seperti fluida. Apabila tekanan ketel melebihi 28 kg/cm2 (400 psi), jumlah silika yang terbawa larut dalam uap akan bertambah, sebanding dengan kadar silika dalam air ketel. Silika yang terbawa oleh uap itu akan menempel pada sudu-sudu turbin apabila tekanan uap dalam turbin itu turun. Hal ini akan menyebabkan turunnya efisiensi turbin dan bahkan mungkin menyebabkan kerusakan turbin.
Pada pembuatan Demin water, filtered water yang telah diolah di water treatment plant dilewatkan pada unit Cation Exchanger dengan arah aliran dari atas ke bawah. Cation-cation dari mineral terlarut dalam air diserap oleh resin penukar kation dalam Cation Exchanger. Dari unit penukar kation, air dialirkan ke Anion Echanger unit, juga dari atas ke bawah. Anion-anion dari mineral terlarut dalam air diserap oleh resin penukar anion dalam Anion exchanger.
a. Cation Exchanger
Cation exchanger berupa silinder vertikal yang berisi resin penukar kation yang dapat menukar kation yang terlarut dalam air yang melewati lapisan media itu dengan ion hidrogen.
(Ca2+, Mg2+, Na+)Z + HCl → (Ca2+, Mg2+, Na+) Cl + HZ b. Anion Exchanger
Cation exchanger berupa silinder vertikal yang berisi resin penukar anion yang dapat menukar anion yang melewati lapisan media itu dengan ion hidroksil.
Cl- , SO4- , CO3- , SiO3- + R4NOH → R4N(Cl,SO4- ,COS3- ,SiO3- ) + OH-
c. Feed Tank
Produk air demin disimpan pada feed tank. Pada bagian bawah feed tank terdapat pipa steam spiral yang berfungsi untuk memanaskan air demin sebelum digunakan untuk umpan boiler.
3.2.4.3 Produksi Steam pada Boiler
Pada PTPN7 Unit Usaha Bekri terdapat 2 jenis boiler dengan kapasitas yang berbeda, yaitu Takuma berkapasitas 27 Ton dan Vickers yang berkapasitas 35 Ton.
Meskipun berbeda jenisnya, cara pengoperasian dan cara kerjanya sama. Kedua boiler tersebut dioperasikan secara bergantian. Bahan bakar untuk Tungku Boiler menggunakan cangkang dan fiber dari Stasiun Press. Disisi lain, air demin dari feed tank diinjeksikan senyawa kimia berupa Eonalkalox sebelum dialirkan menuju Deaerator. Deaerator sendiri berfungsi untuk ,menghilangkan kadar oksigen pada air demin dan konsensat dengan proses pemanasan menggunakan uap ekstraksi turbin. Kadar oksigen perlu dihilangkan karena dapat menyebabkan korosi pada peralatan logam seperti boiler. Air demin yang sudah dihilangkan kadar oksigennya diumpankan menuju drum boiler untuk dipanaskan dan membentuk steam. Steam yang dihasilkan akan disimpan pada kamar mesin sebelum digunakan pada Turbin Generator untuk menghasilkan listrik dan pabrik proses (perebusan di Sterilizer dan pabrik produksi minyak lainnya).
3.2.4.4 Produksi Listrik pada Turbin Generator
PTPN7 Unit Bekri yang beroperasi secara terus-menerus 24 jam sehari diperlukan supply listrik yang andal, stabil, dan kontinyu. Dalam pengadaan tenaga listriknya PTPN7 Unit Bekri mempunyai pembangkit/distribusi yang dikelola sendiri. Listrik yang dihasilkan oleh pembangkit Turbin Generator PTPN7 Bekri dikonsumsi sendiri oleh pabrik PTPN7 Bekri dengan kapasitas 1.800 kpa atau dalam 80%-nya sekitar 2.400 Ampere. Turbin Generator berputar dengan bantuan dorongan dari steam yang bertekanan 18-20 kg/cm2. Turbin yang berputar menghasilkan listrik untuk keperluan operasi pabrik dan penerangan. Kemudian steam bekas turbin disimpan pada Back Persust Valve (BPV) yang nantinya akan digunakan untuk proses produksi pabrik.
36
3.2.5 Proses Pengolahan Limbah Pada PTPN7 Unit Usaha Bekri
Limbah pada pengolahan minyak kelapa sawit PTPN7 Unit Usaha Bekri terdapat 2 jenis, yaitu limbah padat dan limbah cair.
3.2.5.1Proses Pengolahan Limbah Padat
Limbah padat seperti cangkang sawit dan fiber (serabut) digunakan sebagai bahan bakar boiler. Sedangkan Tandan Kosong Kelapa Sawit (TKKS) dibuang ke kebun sebagai pupuk kompos kelapa sawit. Selain itu, terdapat limbah padat lain, yaitu abu boiler. Limbah abu boiler berupa campuran abu kasar dan abu halus. Abu Boiler kasar dihisap menggunakan blower (FD-Fan) ke atas untuk disaring abu halusnya, kemudian abu halus yang lolos dari penyaring turun ke Duskolektor. Pada Duskolektor ditambahkan air dari tanki 80. Abu halus yang sudah bercampur air ditampung pada Bak Penampung untuk diendapkan. Saat bak penampung penuh, air akan keluar meluber dan dialirkan ke parit menuju penampungan akhir.
Sedangkan padatan yang mengendap di dasar Bak penampung di ambil menggunakan skip loader dan diangkut menggunakan mobil menuju kebun sawit untuk dibuang.
3.2.5.2Proses Pengolahan Limbah Cair
Limbah cair diolah di IPAL (Instalasi Pengolahan Air limbah). IPAL merupakan salah satu proses pengelolaan limbah cair yang berasal dari proses pengolahan pabrik yang sebelum dibuang ke lingkungan dilakukan pengolahan terlebih dahulu agar tidak mencemari lingkungan sekitar. Pengolahan limbah cair yang berasal dari pabrik diolah secara anaerob. Pengolahan limbah anaerob merupakan pengolahan dengan memanfaatkan mikroorganisme tanpa injeksi udara/
oksigen kedalam proses pengolahan.
Limbah cair dari pabrik akan masuk di stasiun fat-fit. Fat-fit digunakan untuk menampung cairan yang masih mengandung minyak. Pada stasiun ini terdapat beberapa kolam yang pertama yaitu bak pasir sebagai penampungan awal, lalu dari bak pasir akan masuk ke bak fat-fit 1, 2, 3, atau 4. Setelah itu akan masuk ke kolam cooling pond, pada kolam ini sudah tersisa sedikit minyak sehingga dari cooling pond langsung masuk ke kolam Anaerob.
Setelah dari cooling pond akan masuk ke kolam anaerob I. pada kolam tersebut bakteri masih sangat banyak dan jahat jadi dilakukan penambahan Urea sebanyak 200 kg setiap 4 bulan sekali untuk perawatan atau menambah nutrisi bakteri. Selanjutnya di kolam 2, 3, dan 4 sudah tidak perlu penambahan urea lagi dikarenakan bakteri sudah berkembang baik sehingga setelah dari kolam anaerob 4 limbah sudah bisa diaplikasikan ke lahan perkebunan.
3.2.6 Sistem Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Pada PTPN7 Unit Usaha Bekri
3.2.6.1 Pengertian Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)
Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 50 Tahun 2012, Pengertian Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Atau K3 Adalah Segala Kegiatan Untuk Menjamin Dan Melindungi Keselamatan Dan Kesehatan Tenaga Kerja Melalui Upaya Pencegahan Kecelakaan Kerja Dan Penyakit Akibat Kerja. Keselamatan Dan Kesehatan Kerja (K3) Adalah Segala Kegiatan Untuk Menjamin Dan Melindungi Keselamatan Dan Kesehatan Tenaga Kerja Melalui Upaya Pencegahan Kecelakaan Kerja Dan Penyakit Akibat Kerja (OHSAS 18001).
Keselamatan Dan Kesehatan Kerja (K3) Adalah Sebuah Ilmu Untuk Antisipasi, Rekoginis, Evaluasi Dan Pengendalian Bahaya Yang Muncul Di Tempat Kerja Yang Dapat Berdampak Pada Kesehatan Dan Kesejahteraan Pekerja, Serta Dampak Yang Mungkin Bisa Dirasakan Oleh Komunitas Sekitar Dan Lingkungan Umum (ILO 2008).
3.2.6.2 Dasar Hukum Penerapan K3
Dasar hukum merupakan sesuatu yang mendasari penerapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) pada suatu Industri. Berikut dasar hukum penerapan K3:
1. Undang-undang No. 1 Tahun 1970
Undang-undang 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja adalah Undang- undang yang mengatur tentang keselamatan kerja dalam segala tempat kerja, baik di darat, di dalam tanah, di permukaan air, di dalam air maupun di udara, yang berada di dalam wilayah kekuasaan hukum Republik Indonesia. UU No.
38
1 Tahun 1970 Pasal 9 Ayat 1 menyatakan pengurus diwajibkan untuk menunjukkan dan menjelaskan pada setiap tenaga kerja baru tentang:
• Kondisi-kondisi dan bahaya-bahaya yang dapat timbul dalam tempat kerjanya.
• Semua pengamanan dan alat-alat perlindungan yang diharuskan dalam tempat kerja.
• Alat-alat perlindungan diri bagi tenaga kerja yang bersangkutan.
• Cara-cara dan sikap aman dalam melaksanakan pekerjaan.
3.2.6.3 Penerapan K3 di PTPN7 Unit Usaha Bekri
Penerapan K3 bertujuan untuk mengurangi risiko kecalakaan dan kecacatan akibat kerja bagi karyawan. Salah satu contoh sederhana penerapan K3 di PTPN7 Unit Usaha Bekri a