BAB I PENDAHULUAN
A. Urgensi Pemanfaatan Daun Bakau (Avicennia marina)
Terdapat berbagai urgensi pemanfaatan daun bakau seperti sebagai sumber farmakologi yang berasal dari bahan alamiah, untuk mengembangkan sumber daya lokal, dapat mengurangi terjadinya aktivitas impor ke dalam negeri, dapat mengembangkan pengetahuan masyarakat terkait potensi tanaman bakau sebagai agen kontrasepsi herbal, mengurangi pemanfaatan obat-obatan kimiawi yang berefek samping jika digunkan dalam jangka waktu yang panjang, untuk memperbaiki kesehatan dan kesejahteraan masyarakat, untuk menanggulangi masalah kesehatan reproduksi masyarakat dan untuk mengurangi biaya pengobatan karena menggunakan obat-obatan herbal.40 B. Kandungan Daun Bakau (Avicennia marina)
Avicennia marina memiliki potensi yang baik yang dapat digunakan sebagai bahan obat-obatan. Menurut penelitian yang telah dilaksanakan hampir seluruh pada bagian tanaman ini memiliki senyawa metabolit sekunder yang dapat dimanfaatkan dalam bidang farmakologi, salah satunya sebagai agen kontrasepsi herbal. Tumbuhan yang memiliki manfaat sebagai agen kontrasepsi herbal biasanya memiliki aktivitas aniovulasi, antifertilitas, antiinflatasi, antispermatogenesis dan antiestrogenik yang bisa digunakan oleh pria dan wanita. Umumnya kandungan senyawa yang dbutuhkan sebagai agen kontrasepsi herbal diantaranya alkaloid, saponin, tanin, flavonoid, steroid dan
40Kabupaten Mempawah, ‘(Mangrove Plants Utilization By Society Of Bakau Besar Laut Village, Sungai Pinyuh District, Mempawah Regency) S’, 6 (2018), 62–70.
triterpenoid. Avicennia marina diketahui dapat berkhasiat sebagai obat-obatan diantaranya untuk mengobati hepatitis dan leprosy, selain itu tumbuhan ini juga memiliki sifat anti malaria dan sitoksik. 41
Metabolit sekunder merupakan hasil metabolisme yang terdapat pada makhluk hidup yang tidak esensial bagi perkembangan dan pertumbuhan makhluk hidup yang umumnya merupakan senyawa yang aromatik, metabolik sekunder ini merupakan bentuk pertahanan diri yang diproduksi hanya saat dibutuhkan yang dihasilkan oleh tanaman. Metabolit sekunder memiliki struktur yang beragam dipengaruhi oleh letak grafisnya, keragaman secara genetis, berperan sebagai antibiotik, anti bakteri dan anti koagulan darah.
Alkaloid merupakan golongan senyawa organik yang paling banyak ditemukan di alam dan hampir seluruhnya ditemukan di seluruh bagian tumbuhan, alkaloid merupakan senyawa yang bersifat basa yang hanya memiliki satu atau lebih atom N dan berbentuk heterosiklik. Alkaloid juga sering bersifat racun bagi manusia. Banyak dari alkaloid yang memiliki aktivitas fisiologi yang menonjol sehingga banyak dimanfaatkan dalam bidang pengobatan. Alkaloid ini berbentuk seperti kristal. Alkaloid tidak memiliki tata nama yang sistematik dan memiliki struktur banyak jenisnya sehingga pengklaifikasian alkaloid berdasarkan pada strukturnya. Menurut struktur alkaloid dibedakan menjadi : Alkaloid pirolidin, piperidin, isokuinolin, indol, kuinolin, alisklik dan aromatik. 42
41Potensi Avicennia And Marina Sebagai, Logam Cu Pada Tambak Bandeng Wilayah Tapak , 129–38.
42Iswadi, Samingan, and Sartika.
Saponin merupakan senyawa yang aktif dan bersifat seperti sabun dan dapat dideteksi dari kemamuannya membentuk busa dan menghemolissis sel darah. Saponin termasuk dalam golongan senyawa glikosida, senyawa ini menghasilkan aglikon bila terhidrolisis dan bersifat polar. Sifat polar ini dapat dikarenakan glukosa yang dikandung saponin, dimana glukosa memiliki banyak OH yang bersifat polar. Umumnya saponin digunakan sebagai racun ikan. Saponin memiliki rasa yang menusuk, pahit dan menyebabkan iritasi terhadap selaput lendir. Saponin dapat menyebabkan hemolisis pada darah, terdapat dua klasifikasi saponin yaitu saponin steroid dan saponin triterpenoid.
Adapun karakteristik saponin yaitu memiliki karakteristik berupa buih. Di luar sifat racun yang dimiliki oleh saponin, senyawa ini juga bersifat sebagai antibakteri.
Tanin terdapat dalam tumbuhan yang berpembuluh. Khususnya dalam jaringan kayu. Senyawa ini membentuk koloid bila dilarutkan ke air dan mengendapkan protein dari larutannya. Secara kimia tanin dibagi menjdi dua jenis yaitu tanin yang terkondensasi dan tanin yang terhidrolisiskan. Tanin yang terkondensasikan ini banyak tersebar pada tumbuhan paku pakuan dan gymnospermae, angiospermae dan tumbuhan yang berkayu sedaangkan tanin terhidrolisiskan hanya terdapat pada tumbuhan yang berkeping dua.
Flavonoid merupakan senyawa yang termasuk fenol terbesar ditemukan di alam, kerangka dasar karbon flavonoid terdiri dari 15 atom karbon dengan susunan C6-C3-C6. Susunan tersebut dapat menghasilkan 3 jenis struktur yaitu Flavonoid (1,3-diarilpropan), isoflavonoid (1,2- diarilpropan), dan neoflavonoid (1,1-diarilpropan). Banyaknya jenis senyawa flavonoid yang ada di alam disebabkan oleh variasi hidroksilasi, alkoksilasi,
dan glikosilasi pada struktur dasar flavonoid (1,3-diarilpropan). Adapun jenis- jenis Flavonoid yang banyak ditemukan yaitu Flavon, Flavonol dan antosianidin.
Triterpenoid merupakan senyawa yang biosintesisnya diturunkan dari hidrokarbon C30 asiklik, skualena. Senyawa ini memiliki struktur siklik yang rumit, berbentuk kristal, bertitik leleh tinggi, aktif optik, dan umumnya sulit diidentifikasi karena tidak memiliki kereaktifan kimia. Tritepenoid umumnya dibagi menjadi empat golongan senyawa yaitu triterpena, steroid, saponin, dan glikosida (Harborne 1987).43
Terdapat 2 prinsip kerja senyawa antifertilitas yaitu efek sitoksik dan hormonal yang dapat mengganggu keseimbangan hormon, tumbuhan yang memiliki senyawa bioaktif sebagai agen antifertilitas biasanya memiliki struktur yang mirip dengan hormone steroid, mempunyai gugus yang mampu menempati reseptor pada organ reproduksi dan dapat menggangu cara kerja hipotalamus-hipofisis-ovarium. Alkaloid, saponin dan triterpenoid diduga akan ikut ke dalam jalur biosintesis hormone steroid terutama pada hormone estrogen sehingga terbentuk bahan yang mirip dengan struktur hormone tersebut. Kemudian, bahan ini disekresikan ke sel target bersama hormone tersebut sehingga mengakibatkan berkurangnya aksi hormone pada sel target.
C. Keunggulan dan Kelemahan Daun Bakau (Avicennia marina)
Daun bakau bakau (Avicennia marina) adalah salah satu tanaman yang dapat dijadikan sebagai bahan obat, daun bakau dapat menghambat bakteri karena daun bakau mempunyai senyawa radioaktif seperti alkaloid,
43Ali Ridlo and others, ‘Aktivitas Antioksidan Ekstrak Daun Mangrove Rhizopora Mucronata’, 6.2 (2017), 1–8.
tannin, steroid, saponin, fenol, glikosida, flavonoid dan trevonoid yang terbukti mampu menekan pertumbuhan bakteri karena bersifat antiseftik, anti virus, anti peradangan dan anti bakteri.44
Daun bakau bakau (Avicennia marina) dapat dimanfaatkan sebagai obat tradisional salah satunya sebagai bahan kontrasepsi alami.Organ tumbuhan bakau yang sering digunakan adalah bagian daunnya karena bagian daun memiliki kandungan senyawa bioaktif.Ekstrak tanaman daun bakau dapat menyebabkan perubahan salah satunya yaitu akibat terjadinya gangguan pada tubulus seminiferus testis adalah penurunan jumlah sel spermatogenik dan ukuran diameter tubulus seminiferus testis.
Penggunaan bahan kimia sebagai antibiotik pada umumnya dapat di gunakan sebagai salah satu pencegahan penyakit sebelum adanya obat yang lebih alami atau sebelum adanya kegiatan budidaya langsung. Namun dalam menggunakan antibiotik dapat menyebabkan resistensi pathogen, membahayakan kesehatan konsumen dan dapat mencemari lingkungan sekitar konsumen . Oleh sebab itu, menggunakan bahan yang alami dapat menjadikan alternatif ntuk menanggulangi penyakit. Salah satu bahan alami yang dapat digunakan sebagai obat herbal yaitu tanaman bakau (Avicennia marina) . Bakau merupakan bahan obat alami yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri karena mempunyai senyawa bioaktif seperti, alkaloid, tannin, steroid, saponin, fenol, glikosida, flavonoid, dan terpenoid yang sudah terbukti dapat
44R. A. Noviantoro, A. Sudaryono, A dan Nugroho, ‘Journal of Aquaculture Management and Technology Online Di : Http://Ejournal-S1.Undip.Ac.Id/Index.Php/Jamt Journal of Aquaculture Management and Technology Online Di : Http://Ejournal- S1.Undip.Ac.Id/Index.Php/Jamt’, Journal of Aquaculture Management and Technology, 4.4 (2017), 95–100.
menghambat pertumbuhan bakteri karena bersifat sebagai antiseptic, anti peradangan, anti bakteri dan anti virus.45
Penggunaan bahan kimia sebagai antibiotik pada umumnya dapat di gunakan sebagai salah satu pencegahan penyakit sebelum adanya obat yang lebih alami atau sebelum adanya kegiatan budidaya langsung. Namun dalam menggunakan antibiotik dapat menyebabkan resistensi pathogen, membahayakan kesehatan konsumen dan dapat mencemari lingkungan sekitar konsumen .Oleh sebab itu, menggunakan bahan yang alami dapat menjadikan alternatif ntuk menanggulangi penyakit. Salah satu bahan alami yang dapat digunakan sebagai obat herbal yaitu tanaman bakau (Avicennia marina).
D. Kaitan Pemanfaatan Ekstrak Daun Bakau Sebagai Antifertilitas Dengan Program KB Pemerintah
1ndonesia merupakan salah satu negaya yang berkembang dengan berbagai jenis masalah.Masalah utama yang dihadapi di Indonesia adalah di bidang kedudukan yang masih tingginya pertumbuhan penduduk.Keadaan penduduk yang demikian telah mempersulit usaha peningkatan saat ini dan pemerataan kesejahteraan rakyat.Semain tinggi pertumbuhan penduduk semakin besar pula usaha yang dilakukan untuk dapat mempertahankan kesejahteraan rakyat Indonesia.Oleh karena itu pemerintah berupaya untuk menekan laju pertumbuhan dengan program kependudukan dan keluarga berencana (KB).Masalah kependudukan di Indonesia saat ini belum optimal untuk diatasi. Permasalahan ini antara lain diwarnai dengan jumlah besar dengan pertumbuhan yang tinggi, serta dengan adanya angka kelahiran yang tinggi. Program KB merupakan salah satu upaya pemerintah untuk
45Noviantoro, A. Sudaryono, A dan Nugroho.
mengendalikan jumlah penduduk.Meskipun program KB sudah dilakukan, namun jumlah penduduk di Indonesia masih terus meningkat.46
Jumlah penduduk di Indonesia 2020 dari data BPS (Badan Pusat Statistik) untuk jumlah penduduk yang dilakukan dala sensus penduduk menunjukkan peningkatan setiap lima tahun sekali. Bahkan BPS sudah memproyeksikan jumlah penduduk pada tahun 2020.Untuk jumlah penduduk yang ada di Indonesia, data yang terakhir tercatat pada tahun 2015 yaitu sebesar 238.518.000 jiwa di Indonesia. Diproyeksikan pada tahun 2020 akan meningkat sebanyak 271.066.000 jiwa. Pertumbuhan penduduk ini tentu saja berimplikasi secara signifikan terhadap perekonomian dan kesejahteraan Negara.
Keluarga merupakan sebagai institusi terkecil dalam masyarakat yang memiliki pengaruh yang besar dala keberhasilan pembangunan sebuah bangsa, hal ini terkait dengan fungsi keluarga sebagai wahana pembentgukan sumber daya manusia yang sangat berkualitas.Oleh karena itu, sudah sewajarnya jika pemerintah bersama-saa dengan segenap komponen masyarakat berkepentingan untuk membangun keluarga agar menjadi keluarga yang sejahtera yang sehat, maju dan mandiri dengan ketahanan keluarga sesuai denfan pasal 4 undang-undang Nomor 10 Tahun 1992. Pelaksanaan pembangunan keluarga yang sejahtera diatur melalui PP 21 Tahun 1994 Pasal 2 bahwa pembangunan keluarga sejahtera diwujudkan memalui pengembangan kualitas keluarga yang diselenggarakan secara menyeluruh yang terpdu oleh masyarakat dan keluarga. Bila dilihat dari filosofi BKKBN
46Jurnal Moderat, ‘No Title’, 4.November (2018), 131–49.
yang menggerakkan peran serta masyarakat dengan KB melalui “grand strategy” yang ingin menggerakan dan memberdayakan masyarakat dalam KB, memperkuat sumber daya manusia operasional program KB, meningkatkan pembiayaan program KB, dan menata kembali pengelolaan program KB. 47
Keluarga berencana merupakan suatu perencanaan kehamilan yang diinginkan untuk menjadikan norma dalam bekeluarga kecil, bahagia dan sejahtera. Pada hakikatntya keluarga berencana adalah upaya untuk menjaraangkan kelahiran, menghentikan kehailan, bila ibu sudah memiliki anak yang banyak.Secara langsung keluarga berencana (KB) dapat menyehatkan kondisi fisik, sehat ekonomi keluarga dan dapat meningkatkan kesejahteraan ibu dan anak.Alat kontrasepsi memang sangat berguna daalam program keluarga berencana (KB) naun perlu diketahui bahwa tidak semua alat kontrasepsi yang cocok dengan kondisi setiap orang.Adapun pemilihan kontrasepsi adalah bagaimana setiap pribadi harusmemilih kontrasepsi yang cocok untuk diri sendirinya. Berdasarkan lama efektivitasnya, kontrasepsi dapat dibagi menjadi:
1. MKJP (Metode kontrasepsi jangka panjang) yang termasuk kategori ini adalah jenis susuk/implant, IUD, MOP dan MOW
47Fatan Fahriady and Universitas Padjadjaran, ‘PAPER Dalam Rangka Memenuhi Nilai Ujian Tengah Semester Mata Kuliah Politik Hukum Di Susun Oleh : Fatan Fahriady’, November, 2017.
2. Non MKJP (Non Metode Kontrasepsi Jangka Panjang), yang termasuk dalam kategori ini adalah (Kondom, pil, suntik dan metode-metode lain selain metode yang termasuk dalam MKJP). 48
Faktor keputuisan akseptor KB dalam metode menggunakan MKJP tidak terlepas dari factor perilaku yang dimiliki oleh masing-masing individu. Jika dikaitkan dengan teori perilaku bahwa perilaku dipengaruhi oleh 3 faktor yaitu :
a. Predisposing factor yang merupakan pemudah terjadinya perilaku seseorang yang dapat dilihat dari umur, pendidikan, pengetahuan, sikap, paritas dan riwayat kesehatan
b. Enabling factor yang memungkinkan. Factor ini meliputi pelayanan KB (ruangan, alat dan transportasi)
c. Reinforcing factor penguat. Factor yang memperkuat terjadinya perilaku, dala hal ini dukungan suami dan dukungan petugas pelayanan KB.49
World Health Organization (WHO) menyebutkan keluarga berencana merupakan sebuah tindakan yang membantu pasangan suami istri untuk mendapatkan objektif tertentu.Seperti mengatur interval di antara kehailan, mengontrol waktu saat kelahiran dalam hubungan suai sitri, menentukan jumlah anak dan mengatur interval antara
48Kata Kunci, ‘Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Pemilihan Kontrasepsi Di Puskesmas Rambah Samo Kabupaten Rokan Hulu The Factors Affect the Selection of Contraception in Community Health Center Rambah Samo Kabupaten Rokan Hulu’, 3.1 (2015), 34–40.
49Sri Setiasih, Bagus Widjanarko, and Tinuk Istiarti, ‘Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pemilihan Metode Kontrasepsi Jangka Panjang ( MKIP ) Pada Wanita Pasangan Usia Subur ( PUS ) Di Kabupaten Kendal Tahun 2013’, 11.2 (2016).
kehamilan.Program pemerintah ini memiliki peran dalam mengendalikan laju pertumbuhan penduduk yang semakin menambah. Adapun fungsi KB yaitu untuk memenuhi permintaan masyarakat akan pelayanan kesehatan reproduksi (KR), menurunkan angka kematian ibu (AKI) dan angka kematian bayi (AKB)
Untuk mensukseskan program keluarga berencana (KB), pemerintah merencanakan program KB nasional. Penggarapan program KB nasional ini ditekankan kepada lima jalur pemantapan yang terdiri dari:
1. Pemerataan peserta KB 2. Pemerataan persepsi KB
3. Peningkatan kualitas pelayanan KB
4. Menggalakan kemandirian dalam rangka memantapkan kesertaan KB 5. Generasi muda
Bentuk penerapan program KB yang dapat diupayakan oleh pemerintah di Indonesia adalah alat kontrasepsi bagi seluruh penduduk Indonesia.50
Berbagai jenis alat atau metode kontrasepsi yang dapat digunakan masyarakat untuk menghambat bahkan sampai mencegah fertilitas adalah:
1. Kontrasepsi sterilisasi, yaitu pencegahan kehamilan secara permanen dengan cara mengikat vas deferens (vasektomi) pada pria dan tuba falopi pada wanita (tubektomi).
50Firdy Liwang and others, ‘Gambaran Penggunaan Kontrasepsi Hormonal Dan Non Hormonal Di Wilayah Kerja UPT Puskesmas Tampak Siring 1’, 9.3 (2018), 41–46
<https://doi.org/10.1556/ism.v9i3.301>.
2. Kontrasepsi teknik, seperti melakukan ejakulasi di luar vagina (Coitus Interruptus), dan tidak melakukan hubungan intim pada masa subur (sistem kalendar).
3. Kontrasepsi mekanik, seperti penggunaan kondom yang berguna sebagai penahan sperma, menggunakan cairan spermatisida untuk membunuh sperma yang terbuat dari bahan kimia aktif, menggunakan cincin berlapis karet yang fleksibel (Vaginal diafragma) untuk menutup mulut rahim dan menggunakan Intra Uterine Device (IUD).
4. Kontrasepsi hormonal, seperti menggunakan pil kombinasi Oral Contraception (OC) atau biasanya disebut pil KB oleh masyarakat, koyo KB, susuk KB (implant), dan suntik KB.51
Terdapat berbagai macam faktor yang menjadi pertimbangan yang dapat mempengaruhi masyarakat untuk menggunakan kontrasepsi seperti faktor individu dan faktor kesehatan yang mencakup metode kontrasepsi dan efek samping.52 Faktor individu yang dimaksud adalah seperti kurangnya sumber ataupun akses informasi terkait program KB. Hal tersebut terjadi karena sebagian besar masyarakat Indonesia memiliki minat membaca dan mencari informasi yang rendah.Padahal salah satu indikator kemajuan suatu daerah adalah memiliki penguasaan informasi dalam segala aspek.Selain itu, kurangnya dukungan dari orang-orang terdekat seperti keluarga karena pengaruh tradisi atau kebudayaan serta
51I Ratna Novalia Sari, ‘Kontrasepsi Hormonal Suntik Depo Medroxyprogesterone Acetate (Dmpa) Sebagai Salah Satu Penyebab Kenaikan Berat Badan’, Majority Journal, 4 (2015), 67–72.
52Rendys Septalia And Nunik Puspitasari, ‘Faktor Yang Memengaruhi Pemilihan Metode Kontrasepsi’, Jurnal Biometrika Dan Kependudukan, 5.2 (2016), 91–98.
agama yang dianut dapat menjadi alasan mengapa program KB tidak diikuti.Dalam persepsi mereka yang berlandaskan paham konvensional, pengaturan kelahiran seperti menggunakan metode kontrasepsi tidak diperbolehkan oleh agama (haram).53
Alasan lain yang lebih besar mengapa masyarakat terutama ibu-ibu menolak mengikuti program KB yang diterapkan pemerintah adalah karena faktor kesehatan. Metode kontrasepsi mempunyai berbagai macam efek samping. Efek samping merupakan suatu pengaruh atau dampak merugikan yang muncul akibat pemakaian sesuatu seperti obat-obatan atau intervensi lain. Berdasarkan hasil Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) pada tahun 2007, terdapat 18,1% masyarakat Indonesia berhenti menggunakan alat kontrasepsi karena mengkhawatirkan efek samping yang akan didapatkan setelah pemakaian.54
Terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi masa tubuh saat menggunakan KB.Faktor- itu dikelompokkan menjadi dua, yaitu faktor internal dan faktor eksternal.Faktor internal mencangkup faktor hereditas.Faktor eksternal mencangkup aktivitas fisik, dan asupan makanan.Adapun efek saping dalam menggunakan KB yaitu kenaikan berat badan yang sering dikeluhkan oleh para akseptor KB suntik.Gejala dan keluhan yang dialami yaitu berat badan bertambah.Peningkata berat badan dapat disebabkan oleh banyak factor diantaranya adalah kelebihan makanan,
53Arman Rifat Lette, ‘Sumber Informasi Dan Peran Significant Others Dalam Program Keluarga Berencana Di Klinik Pratama Citra Husada Kupang’, 5.1 (2018), 25–34.
54Sekar Wulan Sari And Yuliasti Eka Purnamaningrum, ‘Gambaran Efek Samping Kontrasepsi Suntik Pada Akseptor Kb Suntik’, Jurnal Kesehatan Ibu Dan Anak, 8.2 (2015), 30–34.
kekurangan aktifitas fisik dan kemudahan hidup, factor psikologis dan genetik dan pola konsumsi makan.55
E. ProspekPemanfaatan Ekstrak Daun Bakau (Avicennia marina) Dimasa Yang Akan Datang
Melalui buku Traditional Medicine Strategy 2014-2023, WHO menghimbau dengan mendukung negara-negara anggota untuk :
1. Memanfaatkan potensi tanaman tradisional di setiap daerah untuk dikontribusikan pada layanan kesehatan tradisional bagi masyarakat yang sangat membutuhkan
2. Mempromosikan penggunaan obat tradisional sebagai bahan alamiah yang aman, mudah dan efektif
3. Perlu adanya dukungan regulasi terhadap bidang penelitian dan pengembangan khusus produk yang berbasis tradisional
4. Penderita percaya akan khasiatnya 5. Menjaga kualitas dan keamanan produk
6. Menyebarluaskan informasi tentang kebijakan daerah, layanan kesehatan dan data penelitian agar dapat memberikan sumber data yang objektif bagi masyarakat luas.
Dalam Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan, tertuang pada Pasal 48 yang berbunyi : Pelayanan Kesehatan Tradisional merupakan salah satu bagian dari 17 upaya pelayanan kesehatan yang harus tersedia dalam fasilitas pelayanan kesehatan secara terpadu dan berkesinambungan. Hal ini diperkuat lagi dengan ditetapkannya Peraturan
55Vol no desember, strada jurnal ilmiah kesehatan pada ibu pasangan usia subur strada jurnal ilmiah kesehatan , 6.2 (2017), 43–47.
Pemerintah Nomor 103 Tahun 2014 tentang Pelayanan Kesehatan Tradisonal.56
Proses pemgolahan obat tradisional oleh masyarakat pada umumnya dapat dilakukan dengan beragam cara seperti digigit-gigit, dihaluskan, dibakar, digoreng, dijemur, direndam, dan dikukus. Bahan alami yang diolah dengan beragam cara tersebut bertujuan untuk memperoleh efek yang berbeda bagi tubuh.
1. Bahan alamiah yang dibakar bertujuan untuk menciptakan karbon aktif sehingga berkhasiat sebagai penyerap zat beracun di dalam tubuh.
2. Bahan alamiah yang digigit dan dihaluskan bertujuan untuk memperoleh senyawa pada bahan tersebut secara langsung sehingga dapat dimanfaatkan secara utuh oleh tubuh.
3. Bahan alamiah yang digoreng dan dijemur pada matahari langsung bertujuan untuk membunuh mikroba sehingga dapat mensterilkan bahan tersebut sebelum diaplikasikan.
4. Bahan alamiah yang dikukus setengah matang bertujuan untuk menghilangkan aroma menusuk dari bahan tersebut sehingga obat tradisional yang dihasilkan memiliki aroma yang khas.
5. Sedangkan bahan alamiah yang direndam bertujuan untuk melunakkan bahan tersebut sehingga pengolahannya lebih mudah tanpa menghilangkan kandungan zat di dalamnya. 57
56Kajian Pengembangan and others, policy of perspective and development strategy original drug lampung based on perception , 11.3 (2018), 1–16.
Pengobatan secara tradisional sangat berbeda dengan obat-obatan dari bahan kimiawi.Dari segi harga, obat tradisional lebih murah dan bahkan bisa dibuat langsung di rumah sendiri karena bahan-bahannya sudah tersedia di alam.Tetapi, obat tradisional pada umumnya membutuhkan waktu yang lebih lama untuk mendapatkan hasil yang diinginkan. Hal tersebut dikarenakan tubuh akan lebih lambat dalam mengolah zat dari obat tradisional yang masih kompleks.58
WHO merekomendasikan obat tradisional sebagai obat untuk memelihara kesehatan, sebagai agen untuk mencegah dan mengobati penyakit terutama penyakit degenaratif, penyakit kronis dan penyakit kanker dengan mendukung dalam upaya meningkatkan ikhasiat dan keamanan dari obat tradisional.Selain itu, secara umum, obat tradisional dinilai lebih aman dari efek samping yang merugikan kesehatan meski digunakan dalam waktu jangka panjang dibandingkan dengan obat modern.Oleh karena hal demikian, regulasi obat herbal Indonesia telah melarang dilakukannya penambahan Bahan Kimia Obat (BKO) pada segala jenis obat tradisional karena dapat memberikan dampak yang beresiko bagi keamanan, kesehatan dan keselamatan masyarakat yang mengkonsumsinya.59
57Nafa Christy Lavenia, Aldo Raventio Adam, Januarista Amartya Dyasti And Ksm,
‘Tumbuhan Herbal Dan Kandungan Senyawa Pada Jamu Sebagai Obat Tradisional Di Desa Kayumas , Situbondo (Studi Ethnobotani)’, Jurnal Ksm Eka Prasetya Ui, 1.5 (2019), 1–12.
58Nurmiyati Rinika Dewantari, Monika Lintang L, ‘Jenis Tumbuhan Yang Digunakan Sebagai Obat Tradisional Di Daerah Eks- Karesidenan Surakarta’, Bioedukasi, 11.2 (2018), 117–
22.
59Moch. Amrun Hidayat, ‘Obat Herbal (Herbal Medicine) : Apa Yang Perlu Disampaikan Pada Mahasiswa Farmasi Dan Mahasiswa Kedokteran?’, Jurnal Pengembangan Pendidikan, 3.1 (2006), 141–47.,
Dalam kehidupan zaman dahulu sapai pada zaman sekarang dikenal adanya pengobatan yang tradisional. Adapun cara yang digunakan di kalangan masyarakat yaitu dengan cara yang alternative yang biasa disebut pengobatan tradisional. Pengobatan tradisional ini bertujuan untuk menghambat pertumbuhan penyakit, mengurangi keluhan pengguna, memperbaiki fungsi tubuh dan meningkatkan system imun tubuh.Pengobatan tradisional dan modern diharapkan dapat berkembang baik sehingga dapat saling mendukung dala memberikan pelayanan kesehatan yang optimal pada masyarakat.60Manfaat penggunaan obat tradisional sangat besar, dengan keadaan ekonomi masyarakat. Adanya obat tradisional ini dapat menghemat biaya kehidupan yang dimana pengobatan tradisional ini selain bahannya dapat diperoleh dan pengobatan ini lebih mura, aan dan tidak memiliki efek samping yang besar seperti obat-obat modern karena dapat dicerna oleh tubun serta dapat memperbaiki kerusakan organ yang ada di dalam tubuh kita. 61
Perkembangan ilmu pengobatan yang mengikuti perkembangan peradaban manusia.Semakin berkembang peraadaban manusia maka penyakitpun ikut semakin berkembang.Adapun faktanya yaitu, pesatnya kemajuan pengobatan hingga ditemukannya obat kimia ternyata tidak dapat menggantikan fungsi obat yang herbal.Obat kimia selalu ditakuti karena efek samping obat kimia yang tidak baik bagi tubuh, sedangkan obat herbal lebih
60Prodi Diii, Kebidanan Poltekkes, and Majapahit Mojokerto, ‘Alat Kontrasepsi Dan Aktivitas Seksual Sebagai Faktor Yang Berpengaruh Terhadap Kejadian Keputihan’, November 2017, 371–82 <https://doi.org/10.20473/jbe.v5i3.2017.>.
61Ni Ketut Lestaridewi and Mohammad Jamhari, kajian pemanfaatan tanaman sebagai obat tradisional di desa tolai kecamatan torue kabupaten parigi moutong ni ketut lestaridewi 1 , mohammad jamhari 2 , Isnainar 2 1’, 5.2 (2017), 92–108.