• Tidak ada hasil yang ditemukan

SISTEMATIKA PENULISAN

Dalam dokumen edukasi rantai nilai halal pada makanan (Halaman 37-150)

Sistematika penulisan dalam tugas akhir ini, disusun sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini berisi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan dan sasaran, luaran yang dicapai, metode pelaksanaan, serta sistematika penulisan.

BAB II KAJIAN TEORI

Bab ini berisi landasan teori tentang edukasi, rantai nilai halal dan makanan halal.

BAB III GAMBAR OBYEK PENELITIAN

Bab ini menjelaskan profil dan lokasi Panti Asuhan Bina Insani.

BAB IV HASIL KEGIATAN

Bagian ini berisi hasil kegiatan dan pembahasan mengenai pengelolaan hidroponik sebagai alternatif kebutuhan pangan.

BAB V PENUTUP

Pada bagian ini berisikan beberapa kesimpulan hasil kegiatan, keterbatasan dalam kegiatan, dan saran dari pelaksana program kegiatan.

BAB II KAJIAN TEORI

A. Edukasi

1. Pengertian Edukasi

Edukasi adalah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan, edukasi atau pendidikan merupakan pemberian pengetahuan dan kemampuan seseorang melalui pembelajaran, sehingga seseorang atau kelompok orang yang mendaapat pendidikandapat melakukan sesuai yang diharapkan pendidik, dari yang tidak tahu menjadi tahu dan dari yang tidak mampu mengatasi kesehatan sendiri menjadi mandiri.

Pendidikan kesehatan adalah proses meningkatkan kontrol dan memperbaiki kesehatan individu maupun masyarakat dengan membuat mereka peduli terhadap pola perilaku dan pola hidup yang dapat mempengaruhi kesehatan.

Edukasi adalah suatu proses usaha memberdayakan perorangan, kelompok, dan masyarakat agar memelihara, meningkatkan dan melindungi kesehatannya melalui peningkatan pengetahuan,

19

kemauan, dan kemampuan, yang dilakukan dari, oleh, dan masyarakat sesuai dengan faktor budaya setempat.

Edukasi pada hakikatnya adalah suatu kegiatan atau usaha menyampaikan pesan kesehatan kepada masyarakat, kelompok atau individu. Dengan adanya pesan tersebut maka diharapkan masyarakat, kelompok atau individu dapat memperoleh pengetahuan tentang kesehatan yang lebih baik.8

2. Tujuan edukasi

Terdapat tiga tujuan utama dalam pemberian edukasi kesehatan agar seseorang itu mampu untuk:

a. Menetapkan masalah dan kebutuhan yang mereka inginkan.

b. Memahami apa yang mereka bisa lakukan terhadap masalah kesehatan dan menggunakan sumber daya yang ada.

c. Mengambil keputusan yang paling tepat untuk meningkatkan kesehatan.

3. Sasaran edukasi

Sasaran edukasi ada tiga sasaran yaitu:

a. Edukasi individu yaitu edukasi yang diberikan dengan sasaran individu.

b. Edukasi pada kelompok yaitu edukasi yang diberikan itu dengan sasaran kelompok.

8Syahbudin, r, “peran pendidikan dalam membangun karakter bangsa yang bermoral”At-ta‟lim,(2018)): 161-169.

c. Edukasi masyarakat yaitu edukasi yang diberikan dengan sasaran masyarakat.

4. Metode edukasi

Berdasarkan pendekatan sasaran yang ingin dicapai, penggolongan metode edukasi yaitu:

a. Metode berdasarkan pendekatan perorangan

Metode ini bersifat individual dan biasanya digunakan untuk membina perilaku baru, atau membina seseorang yang mulai tertarik pada suatu perubahan perilaku atau inovasi. Dasar digunakannya pendekatan individual ini karena setiap orang mempunyai masalah atau alasan yang berbeda-beda sehubungan dengan penerimaan atau perilaku baru tersebut. Ada 2 bentuk pendekatannya yaitu :

1) Bimbingan dan penyuluhan 2) Wawancara

b. Metode berdasarkan pendekatan kelompok

Penyuluhan berhubungan dengan sasaran secara kelompok. Dalam penyampaian edukasi dengan metode ini kita perlu. mempertimbangkan besarnya kelompok sasaran serta tingkat pendidikan formal dari sasaran. Berdasarkan metode dan banyaknya peserta, edukasi kelompok dibagi menjadi dua kelompok yaitu kelompok besar dan kelompok

kecil. Kelompok besar yaitu sautu kelompok yang jumlah pesertanya lebih dari 15 orang. Metode yang baik dalam kelompok ini adalah ceramah dan seminar. Metode ceramah merupakan metode yang disampaikan seorang pembicara didepan sebuah forum yang dilakukan secara lisan sehingga kelompok sasaran dapat memperoleh suatu informasi yang disampaikan. Sedangkan seminar merupakan suatu kelompok yang dibuat untuk bersama-sama membahas suatu permasalahan yang ingin diselesaikan yang dipimpin oleh seseorang yang ahli dibidangnya.9

Kelompok kecil merupakan suatu metode dalam edukasi kesehatan dengan jumlah peserta kurang dari 15 orang. Di dalam kelompok kecil terdapat beberapa metode yang bisa dilakukan yaitu diskusi kelompok, bermain peran dan permainan simulasi.

Diskusi kelompok merupakan suatu metode dalam kelompok kecil yang semua anggota kelompok dapat bebas untuk berpartisipasi dalam menyampaikan pendapat. Didalam diskusi ini terdapat seorang pemimpin yang dapat mengatur serta mengarahkan jalannya sebuah diskusi sehingga

9 Subianto, J, “peran keluarga, sekolah, dan masyarakat dalam pembentukan karakter berkualitas. Edukasi”, Jurnal pendidikan islam (2013):

331.

tidak ada peserta yang dominan dalam kelompok tersebut dalam penyampaian pendapat. Bermain peran merupakan suatu metode yang bisa digunakan yaitu dengan memperagakan peran masing-masing yang dilakukan oleh anggota kelompok dengan memperlihatkan interaksi dalam menjalankan tugas.10

Permainan simulasi merupakan suatu metode penggabungan antara metode diskusi kelompok dan bermain peran. Dalam permainan simulasi ini anggota kelompok dibagi menjadi dua, sebagian pemain dan sebagian menjadi narasumber.

B. Rantai Nilai Halal

Pengertian rantai nilai halal merupakan upaya terintegrasi industri muli dari input, produksi, distribusi, pemasaran, dan komsumsi. Dalam menghasilkan produk halal, input bahan baku mesti diperhatikan begitupula dengan teknologi pengolahan yang digunakan.

Industri halal tidak hanya menghasilkan produk berupa barang, namun juga berupa jasa. Dibidang jasa, tren sektor halal yang berkem-bang saat ini diantaranya adalah lembaga keuangan syariah, perbankan syariah, financial technology syariah, juga wisata halal. Selayak-nya dalam produk barang

10Supranoto, H,” Implementasi Pendidikan Karakter Bangsa Dalam Pembelajaran SMA, PROMOSI”,Jurnal Pendidikan Ekonomi,(2015): 141.

halal, produk industri halal dalam bentuk jasa pun memiliki ketentuan agar memenuhi syarat kehalalan sesuai dengan syari‟at Islam.11

Selanjutnya mengenai Proses Produk Halal mulai dari lokasi, tempat, dan alat PPH wajib dipisahkan dengan lokasi, tempat, dan alat penyembelihan, pengolahan, penyimpanan, pengemasan, pendistribusian, penjualan, dan penyajian Produk tidak halal. Lokasi, tempat, dan alat PPH wajib dijaga kebersihan dan higienitasnya; bebas dari najis; dan bebas dari Bahan tidak halal. Pelaku Usaha yang tidak memisahkan lokasi, tempat, dan alat PPH dapat dikenai sanksi administratif berupa peringatan tertulis atau denda administratif. Bahan yang digunakan dalam proses produk halal terdiri dari bahan baku, bahan olahan, bahan tambahan, dan bahan penolong. Bahan yang dimaksud berasal dari hewani, tumbuhan, mikroba atau bahan yang dihasilkan melaui proses kimiawi, proses biologi atau proses rekayasa genetik. Bahan yang berasal dari hewani pada dasarnya halal kecuali yang diharamkan menurut syariat Islam. Bahan yang berasal dari hewan yang diharamkan seperti bangkai, darah, babi dan atau hewan yang disembelih tidak sesuai dengan syariat. Hewan yang digunakan sebagai bahan produk wajib disembelih sesuai syariat Islam dan memenuhi kaidah kesejahteraan hewan serta kesehatan masyarakat veteriner.

11Annisa, Arna Asna, “Kopontren dan Ekosistem Halal Value Chain”.

Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam, (2019): 4.

Bahan yang berasal dari tumbuhan pada dasarnya halal, kecuali yang memabukkan dan atau membahayakan kesehatan bagi orang yang mengkonsumsinya.

Lokasi tempat dan alat proses produk halal wajib dipisahkan dengan lokasi, tempat dan alat penyembelihan, pengolahan, penyimpangan, pengemasan, pendistribusian, penjualan dan penyajian produk halal. Lokasi dan tempat dan alat proses produk halal wajib untuk dijaga kebersihan dan higienitasnya, bebas dari najis dan bebas dari bahan tidak halal.12Ketegori terakhir berupa penyajian makanan halal.

Pengemasan makanan halal harus mengikuti standar yang telah ditetapkan seperti pengemasan makanan tidak mudah rusak dan tahan lama.Makanan Halal saat ini telah banyak ditemukan di pasar. Namun, penyebaran makanan yang tidak diakui kehalalannya juga dapat ditemukan oleh konsumen.

Konsumen memerlukan jaminan mutu untuk mengkonsumsi makanan harian. Oleh karena itu jaminan kualitas makanan halal yang ada tidak boleh memberikan keraguan kepada kosumen. Untuk mengantisipasi kualitas makanan tidak halal, pihak pemerintah mendorong lembaga jaminan halal untuk mengeluarkan label halal yang dapat dikenali oleh konsumen. Sehingga dengan adanya standar jaminan mutu makanan halal dapat memberikan kenyamanan kepada

12Departemen Agama ”Pedoman Strategi Kampanye Sosial Produk Halal” Jakarta: Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam Dan Penyelengaraan Haji,( 2003).: 51-52.

konsumen dan pelaku usaha untuk mengembangkan makanan halal secara luas.Sertifikasi halal penting bagi perusahaan terutama industri makanan karena semua entitas atau pelaku usaha harus di perhatian mulai dari bahan baku sampai produk jadi yang sampai ke tangan konsumen.13

C. Makanan Halal

Makanan adalahmakanan yang tepat bagi manusia yang menginginkan mencapaikesalehan pribadi dan kesalehan sosial, sebab makanan itumemberi konstribusi, menurut bahasa adalah terjemahan dari kata tha'am bentuk tunggal dari athi'mah.Dalam bahasa Indoensia makanan berarti segala yang boleh dimakan seperti penganan, lauk pauk dan kue-kue.14

Makanan yang halalan thayyibanadalahmakanan yang dianjurkan Allah Swt. Dan bahkan itulah yangpantas bagi manusia yang mulia (ahsani taqwim). Dan para ulamatelah memberikan informasi, agar tetap memberikan makananyang halal lagi baik, tidak tercampur (sekalipun dikit)yang haram.Mengenai hal terakhir itu ulama telah menetapkan kaedah(fiqhiyah): “Apabila berkumpul barang yang halal dan yang haram(maka hukumnya) dimenangkan yang haram”.

13Ali, M, “Konsep Makanan Halal Dalam Tinjauan Syariah Dan Tanggung Jawab Produk Atas Produsen Industri Halal”, (2016): 291- 306.

14W.J.S. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia , (Jakarta:

Balai Pustaka, 1976): 623.

Menurut al Khalil, seperti dikutip oleh Ibnu Faris dan Ibnu Manzhur, penggunaan kata tha'am (makanan/ ماعط ) dalam percakapan orang Arab dikhususkan pada gandum, seperti sabda Nabi Saw dari Abi Said al Khudry tentang zakat fitrah: " ماعطنماعاص " = satu sha gandum. Menurut Ibnu Manzhur dan Ensiklopedia al-Qur'an, tha'am ( ماعط ) adalah kata yang digunakan untuk semua jenis yang dimakan.

Sebagian yang lain berpendapat semua yang diairi lalu tumbuh, sebab itu tumbuh tanaman air tersebut menurut Ibnu Katsir, semua yang termasuk dalam kategori biji-bijian seperti gandum dan kurma. Menurut al-Thabary,tha'am ( ماعط ) adalah apa yang dimakan dan diminum. Sedangkan pengertian makanan menurut istilah adalah apa saja yang dimakan oleh manusia dan disantap, baik berupa barang pangan, maupun yang lainnya.15

Bahan yang digunakan dalam Proses Produk Halal terdiri atas bahan baku, bahan olahan, bahan tambahan, dan bahan penolong. Bahan yang dimaksud tersebut berasal dari:

a. hewan; b. tumbuhan; c. mikroba; atau d. bahan yang dihasilkan melalui proses kimiawi, proses biologi, atau proses rekayasa genetik. Bahan yang berasal dari hewan sebagaimana dimaksud pada dasarnya halal, kecuali yang diharamkan menurut syariat.

15Al-Sayyid Sabiq, Fiqh Al-Sunnah, Jilid III (Al-Qahirah: Dar Al Kitab Al Islamy, T. Th.): 246.

Berkembangnya zaman dan pesatnya kemajuan tekhnologi, para produsen memproduksi produk makanan dalam bentuk kemasan yang tidak menutup kemungkinan mencampurkan bahan olahan pangan dengan bahan yang dilarang agama. Sehingga kehalalan produk olahan tersebut diragukan. Bisa saja terjadi, bahan-bahan yang haram dimanfaatkan sebagai bahan baku, bahan tambahan atau bahan penolong pada berbagai produk olahan, karena dianggap lebih ekonomis.

Persepsi masyarakat tentang keharaman sebuah produk masih sangat sederhana sebelum teknologi pengolahan pangan pesat berkembang seperti sekarang. Masalah halal haramnya makanan atau minuman hanya terkait dengan ada atau tidaknya produk yang mengandung babi atau mengandung alkohol. Jika makanan atau minuman yang bebas dari kedua bahan tersebut, otomatis dianggap halal.

Namun kini, teknologi pengolahan pangan telah mengubah persepsi tersebut. Sebab produksi makanan untuk keperluan konsumsi tidak lagi hanya mengandalkan bahan utama saja, tetapi juga memerlukan bahan tamSertifikasi dan labelisasi halal membantu konsumen untuk mengetahui sifat dan produk, sehingga memungkinkan bagi konsumen untuk memilih berbagai produk yang saling bersaing (competing products). Informasi inilah yang dibutuhkan konsumen pada produk panganan halal, dengan informasi yang simetris,

konsumen dapat menentukan pilihannya untuk mengkonsumsi produk panganan halal, karena informasi yang simetris merupakan kesejahteraan (walfare) bagi konsumen, sehingga dengan sertifikasi dan dan labelisasi tercipta keadilan bagi konsumen.Makanan halal maupun haram sama-sama memiliki pengaruh besar dalam kehidupan seseorang, dalam akhlak, kehidupan hati, dikabulkan doa, dan sebagainya. Orang yang senantiasa memenuhi dirinya dengan makanan yang halal, maka akhlaknya akan baik, hatinya akan hidup dan doanya akan dikabulkan. Sebaliknya, orang yang memenuhi dirinya dengan makanan yang haram maka akhlaknya akan buruk, hatinya akan sakit, dan doanya tidak dikabulkan. Dan, seandainya saja akibatnya itu hanya tidak dikabulkannya doa. Maka itu sudah merupakan kerugian yang besar. Sebab, seorang hamba tidak terlepas dari kebutuhan berdoa kepada Allah SWT meskipun hanya sekejap mata.

Sesuatu yang halal itu sudah jelas, demikian pula yang haram, namun diantara keduanya ada perkara syubhat.

Rasulullah saw. bersabda,”Sesungguhnya yang halal itu jelas dan yang haram itu jelas. Diantara keduanya ada perkara yang syubhat yang kebanyakan manusia tidak mengetahuinya. Barang siapa yang menjaga dari yang syubhat, berarti dia telah menjaga din dan kehormatannya

dan barang siapa yang terjerumus dalam syubhat berarti dia terjerumus kepada yang haram.

Makanan haram adalahsetiap makanan yang dilarang Allah,larangan bagi umat Islam untukmemakannya.

Larangan inisesungguhnya didasarkan padaakibat buruk yang dapat ditimbulkanbagi setiap orang yangmemakannya.

Islam sebagai agama yangsuci dan menghargai kesucian,mengharamkan makanan-makanan dan minuman yang buruk, kotor, dan yang membahayakan tubuh dan aka lmanusia. Semua yang Allah haramkan untuk kita makan pasti mengandung keburukan bagi kesehatan tubuh dan akal manusia.

Sebagaimana seorang penggembala menggembala di sekitar larangan, maka lambat laun akan masuk ke dalamya.

Ketahuilah bahwa setiap raja memiliki daerah larangan.

Adapun daerah larangan Allah adalah apa yang diharamkan- Nya.” (HR Bukhari & Muslim).16 Maknanya adalah yang halal itu. Berbagai jenis makanan dapat kita peroleh di pasaran, dari makanan yang manis hingga makanan yang masam semuanya dikemas dan disajikan dalam bentuk menarik. Tidak dapat dinafikkan lagi bahwa penyajian dan penampilan suatu makanan memegang peranan yang penting dalam pemasaran suatu produk makanan, baik makanan siap santapmaupu makanan dalam kemasan. Sehingga ada yang

16Zulaekah,”Halal Dan Haram Makanan Dalam Islam”, Fakultas Ilmu Kedokteran Universitas Muhammadiyah Surakarta. (2005): 27.

mengatakan manusia memakan dengan mata bukan dengan mulut. Bagi umat Islam ada satu faktor yang jauh lebih penting dari sekedar rasa dan penampilan yaitu halal atau haram suatu makanan.

Umat Islam diajarkan untuk makan makanan yang bersih dan selamat. Islam sangat memperhatikan sekali sumber dan kebersihan makanan, cara memasak, cara menghidangkan, cara makan sampai pada cara membuang sisa makanan.Makanan halal maupun haram sama-sama memiliki pengaruh besar dalam kehidupan seseorang, dalam akhlak, kehidupan hati, dikabulkan doa, dan sebagainya. Orang yang senantiasa memenuhi dirinya dengan makanan yang halal, maka akhlaknya akan baik, hatinya akan hidup dan doanya akan dikabulkan. Sebaliknya, orang yang memenuhi dirinya dengan makanan yang haram maka akhlaknya akan buruk, hatinya akan sakit, dan doanya tidak dikabulkan. 17

Yusuf Qardhawi mendefinisikan istilah halal sebagai segala sesuatuyang boleh dikerjakan, syariat membenarkan dan orang yang melakukannya tidak dikenaisanksi dari AllahSwt. Haram berarti segala sesuatu atau perkara- perkara yang dilarang oleh syara‟(hukum Islam), jika perkara tersebut dilakukan akan menimbulkan dosa dan jika ditinggalkan akan berpahala. Segala aktivitas tentunya

17Zulaekah, Siti, Dan Yuli Kusumawati, “Halal Dan Haram Makanan Dalam Islam”, Skripsi, Fakultas Ilmu Kedokteran Universitas Muhammadiyah Surakarta, (2015): 25-28.

dilandasi oleh pencarian yang halal ini, tidak hanya makanan tapi juga termasuk pekerjaan dan kehidupan social lainnya.18 Makanan halal maupun haram sama-sama memiliki pengaruh besar dalam kehidupan seseorang, dalam akhlak, kehidupan hati, dikabulkan doa,dan sebagainya. Orang yang senantiasa memenuhi dirinya dengan makanan yang halal, maka akhlaknya akan baik, hatinya akan hidup dan doanya akan dikabulkan. Sebaliknya, orang yang memenuhi dirinya dengan mengkonsumsi makanan yang haram maka akhlaknya akan buruk,hatinya akan sakit, dan doanya tidak dikabulkan. Dalam konomi Syariah telah dijelskan mengenai Konsumsi yang baik.

Konsumsi ialah suatu kegiatan yang bertujuan mengurangi atau menghabiskan dayaguna suatu benda, baik berupa barang maupun jasa, untuk memenuhi kebituhan dan kepuasan secara langsung.19 Secara luas konsumsi adalah kegiatan untuk mengurangi atau mneghabiskan nilai guna suatu barang dan jasa, baik secara sekaligus maupun berangsur-angsur untuk memenuhi kebutuhan. Orang yang menghabiskan atau mengurangi kegunaan barang atau jasa disebut konsumen.20

18Yusuf Qardhawi “Halal dan Haram” (Bandung:Jabal,2007): 52.

19Sarwono, “Analisis Perilaku Konsumen Perspektif Ekonomi Islam”, Jurnal Inovasi Pertanian,( 2009): 45.

20Jaribah Bin Ahmadal Haris, “Fikih Ekonomi Umar Bin Khattab”

(Jakarta Timur: Pustaka Al Kausar Group, 2008): 135.

Adatigakriteriadasardalammenentukansuatumakananyan g diperbolehkan atau dilarang untuk dikonsumsi, yaitu halal, haram, dan syubhat.

sedangkan syubhat merupakankondisiyangberada diantara keduanya,dimana terdapatdalilyang tidakjelasmengenaihalal-haramnya suatumakananatau karenaadanya perbedaanpendapatdiantara paraahli fikihdalammenetapkansuatumakanan. Dalammenyikapihal- halyang syubhat,Islammenekankanuntukmengambil sikap hati-hati(wara‟) danmenjauhimakanansyubhatsupaya tidakterjerumus kepadahal-halyangharam.

Dalammemproses suatumakanan,kita

tidakbisalepasdaripemilihan bahan makanan dan penggunaan bahan-bahanmakanan tambahan. Bahan makanantambahan inidibuat dariberbagaisumber baikdari binatangmaupun tumbuhan.Jikadaritumbuhanstatushalaljarang

diragukan,akantetapi bagaimanaapabila bahantambahanmakananiniberasaldaribinatangjika binatang tersebutdarigolonganbinatangyang

diharamkanuntukdimakanmaka statusnyajelas.

Untuk bahan makanantambahanyang berasal dari dari

binatang mungkinakanmenimbulkan

keraguanbagiumatIslam,karena statushalal

makanantersebuttergantung padacarapenyembelihanyang dilakukan.21

Makanan dan minumanyang haram juga berakibat burukpada akal dan jiwa manusia. Orang yang sering makan dan minum yang haram akan menurun tingkat kecerdasan dan kemampuan berpikirnya.

Selain itu, dampak burukmakanan dan minumanyangharamdapat dirasakan tubuhmanusia.

Diantaranya adalahmelemahnya panca indera dan tidakberfungsinya berbagai macamanggota tubuh yang penting sepertijantung, paru-paru, hati, mata ginjal,dan gangguan urat syaraf.

Kehadiran logo halal diposisikan oleh konsumen muslim sebagai intepretasi nilai-nilai keislaman sebagai acuan untuk pemilihan produk halal. Kebersihan, kesucian dan baik atau buruk sesuatu pangan dan produk lainnya yang dikonsumsi oleh muslim senantiasa terkait dengan hukum halal atau haram. Oleh karena itu, seorang muslim perlu mengetahui informasi yang jelas tentang halal dan haram produk lainnya seperti makanan, minuman, kosmetika, obat dan barang lain.

21 Imam Buchori, Siti Musfiqo,“Sistem Ekonomi Islam”(Surabaya:

Uinsapress, 2014): 72.

BAB III

GAMBAR OBYEK PENELITIAN

A. Profil Panti Asuhan Bina Insani

Panti asuhan Bina Insani berdiri pada tahun 2010 yang didirikan oleh pasangan suami istri yang bernama Ir.H.Ahmad Naziri ST.MT dan Ir.Hj.Lela Wati ST. MT dan terdaftar didinas sosial dengan Nomor:AHU- 3270.AH.01.04.Tahun2011, dengan jumlah anak asuh sebanyak 26 anak yang terdiri dari 11 anak laki-laki dan 15 anak perempuan dan dengan 4 orang pengasuh yang terdiri dari 1 orang pengasuh laki-laki dan 3 orang pengasuh perempuan. Kegiatan yang dilakukan sehari-hari oleh anak- anak panti berupa sholat lima waktu, mengaji,belajar pelajaran sekolah dan bersih-bersih panti.

Struktur Organisasi Panti Asuhan Bina Insani

B. Lokasi

Panti Asuhan Bina Insani Beralamat Di Jalan Simpang Kandis Perumahan Kandis Raya No : 03 RT.20 RW 01. Kec.

Kampung Melayu Kota Bengkulu.

Gambar 1.1 Profil Panti Asuhan Bina Insani Pembina

H. Achmad Nazirin

Bendahara Jamaidah. S.Pd

Pengasuh Mis/Mustopa

Sekretaris Titin Ketua

Hj. Lelawati

35

BAB IV HASIL KEGIATAN

A. Temuan Hasil Kegiatan

Kegiatan pengabdian kepada masyarakat di Panti Asuhan Bina Insani, Jl. Simpang Kandis Perumahan Kandis Raya. Kecamatan Kampung Melayu, Kota Bengkulu dilaksanakan pada tanggal 12 Maret 2021 – 12 Mei 2021 sudah terhitung mulai dari persiapan sampai dengan selesainya kegiatan,kegiatan dilakukan selama 1 jam.

Kegiatan dilaksanakan di Panti Asuhan Bina Insani, Jl.

Simpang Kandis Perumahan Kandis Raya. No, 03 rt. 20 rw.

01 Kecamatan Kampung Melayu, Kota Bengkulu. Kegiatan yang dilaksanakan meliputi:

Rapat bersama pengurus panti yangdilaksanakan pada tanggal sekian di Panti Asuhan Bina Insani, Jl. Simpang Kandis Perumahan Kandis Raya. No, 03 rt. 20 rw. 01 Kecamatan Kampung Melayu, Kota Bengkulu. Kegiatan rapat dilakukan melalui tahapan sebagai berikut:

1. Pembukaan yang dilakukan oleh pelaksana dengan bersama sama membaca lafadz basmallah

2. Mukaddimah yang disampaikan oleh Bima Yazida Akmal

3. Perkenalan sekaligus penyampaian maksud dan tujuan oleh mahasiswa pengabdian

37

4. Tanggapan pengurus panti terkait maksud dan tujuan oleh mahasiswa pengabdian.

5. Penutup dilanjutkan dengan foto bersama

Pada saat rapat pengurus panti asuhan bina insani menjelaskan keadaan panti dan jumlah anak-anak yang ada di panti dan tidak adanya sumber kebutuhan pangan yang selama ini masih sering membeli di pasar. Tak hanya itu pengurus panti juga menjelaskan pola hidup anak-anak dalam segi makanan sudah tercukupi dan ,hanya saja anak- anak dipanti asuhan masih kurang dalam memperhatikan makanan dan minuman kemasan yang sehat dan halal untuk mereka konsumsi.

B. Edukasi Rantai Nilai Halal Pada Makanan Dan Minuman Kemasan

Pengertian edukasi rantai nilai halal pada makanan dan minuman Merupakan upaya terintegrasi industri mulai dari input, produksi, distribusi, pemasaran, komsumsi. Dalam menghasilkan produk halal, input bahan baku mesti diperhatikan begitupula dengan teknologi pengolahan yang digunakan.Secara bahasa kata halal berarti terbuka.

Sedangkan secara istilah, menurut al-Jurjani berarti setiap sesuatu yang tidak dikenakan sanksi penggunaannya atau sesuatu perbuatan yang dibebaskan syariat untuk dilakukan, kemudian dalam penjelasan Imam Syaukani dinyatakan sebagai halal karena telah terurainya simpul tali atau ikatan

Dalam dokumen edukasi rantai nilai halal pada makanan (Halaman 37-150)

Dokumen terkait