SKALA PENGUKURAN
B. Macam-macam Skala Pengukuran
1. Skala Likert
Skala Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapatan, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang penomena sosial. Dalam penelitian, fenomena sosial ini telah ditetapkan secara spesifik oleh peneliti, yang selanjutnya disebut sebagai variabel penelitian. Dengan Skala Likert, maka variabel yang akan diukur dijabarkan menjadi indikator variabel. Kemudian indikator tersebut dijadikan sebagai titik tolak untuk menyusun item-item instrumen yang dapat berupa pernyataan atau pertanyaan. Prosedur dalam membuat skala likert adalah sebagai berikut:
a. Peneliti mengumpulkan item-item yang cukup banyak, yang relevan dengan masalah yang sedikit diteliti yang terdiri dari item yang cukup terang disukai dan yang cukup terang tidak disukai.
b. Kemudian item-item tersebut dicoba kepada sekelompok responden yang cukup representatif dari populasi yang ingin diteliti.
c. Responden diatas diminta untuk mencek tiap item apakah ia menyenanginya (+) atau tidak menyukai (-). Responsi tersebut dikumpulkan dan dijawab yang memberikan indikasi menyenangi diberikan skor tertinggi. Tidak ada masalah misalnya untuk memberikan angka lima untuk yang tinggi dan skor satu untuk yang terrendah atau sebaliknya. Yang
penting adalah konsistensi dari arah sikap yang diperlihatkan. Demikian juga, apakah jawaban “setuju” atau “tidak setuju” yang disebut disenangi, tergantung dari isi pertanyaan dan isi dari item-item yang disusun.
d. Total skor dari masing-masing individu adalah penjumlahan dari skor masing-masing item dari individu tersebut.
e. Responsi dianalisa untuk mengetahui item-item mana yang sangat nyata batasan antara skor tertinggi dan skor terendah dalam skala total.
Skala Likert mempunyai beberapa kelemahan, antara lain:
a. Karena ukuran yang digunakan adalah ukuran ordinal, skala likert hanya dapat mengurutkan individu dalam skala, tetapi tidak dapat membandingkan beberapa kali satu individu lebih baik dari individu lain.
b. Kadang kala total skor dari individu tidak memberikan arti yang jelas, karena banyak pola responsi terhadap beberapa item akan memberikan skor yang sama.
Jawaban setiap item instrumen yang menggunakan Skala Likert mempunyai gradasi dari sangat positif sampai sangat negatif, yang dapat berupa kata-kata antara lain:
a. Sangat Setuju b. Setuju
c. Ragu-Ragu d. Tidak Setuju
e. Sangat Tidak Setuju a. Selalu b. Sering c. Kadang-Kadang d. Tidak Pernah a. Sangat Positif b. Positif c. Negatif d. Sangat Negatif a. Sangat Baik b. Baik c. Tidak Baik
Untuk keperluan analisis kuantitatif, maka jawaban itu dapat diberikan skor, misalnya:
a. Sangat setuju/ selalu/ sangat positif diberi skor 5
b. Setuju/ sering/ positif diberi skor 4
c. Ragu-ragu/ kadang-kadang/ netral diberi skor 3
d. Tidak setuju/ hampir tidak pernah/ negatif diberi skor 2 e. Sangat tidak setuju/ tidak pernah/ sangat negatif diberi skor 1 Instrumen penelitian yang menggunakan skala Likert dapat dibuat dalam bentuk checklist ataupun pilihan ganda.
a. Contoh Bentuk Checklist;
Berilah jawaban pernyataan berikut sesuai dengan pendapat anda, dengan cara memberi tanda (√) pada kolom yang tersedia.
No Pernyataan Jawaban
SS ST RG TS STS
1.
2.
Sekolah ini akan menggunakan teknologi informasi dalam pelayanan administrasi dan akademik ...
√
SS = Sangat Setuju diberi skor 5
S = Setuju diberi skor 4
RG = Ragu-Ragu diberi skor 3
TS = Tidak Setuju diberi skor 2
STS = Sangat Tidak Setuju diberi skor 1
Kemudian dengan teknik pengumpulan data angket, maka instrumen tersebut misalnaya diberikan kepada 100 orang karyawan yang diambil secara random. Dari 100 orang pegawai setelah dilakukan analisis, misalnya: 25 orang menjawab SS 40 orang menjawab S 5 orang menjawab RG 20 orang menjawab TS 10 orang menjawab STS
Berdasarkan data tersebut 65 orang (40+25) atau 65% stakeholder menjawab setuju dan sangat setuju. Jadi kesimpulannya mayoritas
stakeholder setuju dengan sekolah yang akan menggunakan teknologi
informasi dalam pelayanan administrasi dan akademik.
Data interval tersebut juga dapat dianalisis dengan menghitung rata-rata jawaban berdasarkan skoring setiap jawaban dari responden. Berdasarkan skor yang telah ditetapkan dapat dihitung sebagai berikut.
Jumlah skor untuk 25 orang yang menjawab SS = 25 x 5 = 125 Jumlah skor untuk 40 orang yang menjawab S = 40 x 4 = 160 Jumlah skor untuk 5 orang yang menjawab RG = 5 x 3 = 15 Jumlah skor untuk 20 orang yang menjawab TS = 20 x 2 = 40 Jumlah skor untuk 10 orang yang menjawab STS = 10 x 1 = 10
Jumlah total = 350
Jumlah skor ideal (kriterium) untuk seluruh item adalah 5 x 100 = 500 (seandainya semua menjawab SS). Jumlah skor yang diperoleh dari penelitian adalah 350. Jadi berdasarkan data itu maka tingkat persetujuan stakeholder terhadap penggunaan teknologi informasi dalam pelayanan administrasi dan akademik sekolah = (350 : 500) x 100% = 70% dari yang diharapkan (100%).
115
diambil secara random. Dari 100 orang pegawai setelah dilakukan analisis, misalnya: 25 orang menjawab SS 40 orang menjawab S 5 orang menjawab RG 20 orang menjawab TS 10 orang menjawab STS
Berdasarkan data tersebut 65 orang (40+25) atau 65%
stakeholder menjawab setuju dan sangat setuju. Jadi kesimpulannya
mayoritas stakeholder setuju dengan sekolah yang akan menggunakan teknologi informasi dalam pelayanan administrasi dan akademik.
Data interval tersebut juga dapat dianalisis dengan menghitung rata-rata jawaban berdasarkan skoring setiap jawaban dari responden. Berdasarkan skor yang telah ditetapkan dapat dihitung sebagai berikut.
Jumlah skor untuk 25 orang yang menjawab SS = 25 x 5 = 125 Jumlah skor untuk 40 orang yang menjawab S = 40 x 4 = 160 Jumlah skor untuk 5 orang yang menjawab RG = 5 x 3 = 15 Jumlah skor untuk 20 orang yang menjawab TS = 20 x 2 = 40 Jumlah skor untuk 10 orang yang menjawab STS = 10 x 1 = 10
Jumlah total = 350
Jumlah skor ideal (kriterium) untuk seluruh item adalah 5 x 100 = 500 (seandainya semua menjawab SS). Jumlah skor yang diperoleh dari penelitian adalah 350. Jadi berdasarkan data itu maka tingkat persetujuan stakeholder terhadap penggunaan teknologi informasi dalam pelayanan administrasi dan akademik sekolah = (350 : 500) x 100% = 70% dari yang diharapkan (100%).
STS TS RG S SS 100 200 300 350 400 500
Jadi berdasarkan data yang diperoleh dari 100 responden maka rata-rata 350 terletak pada daerah mendekati setuju.
b. Contoh bentuk pilihan ganda
Berilah salah satu jawaban terhadap pertanyaan berikut sesuai dengan pendapat anda, dengan cara memberi tanda lingkaran pada nomor jawaban yang tersedia.
Kurikulum baru itu akan segera ditetapkan di lembaga pendidikan anda?
a. Sangat tidak setuju b. Tidak setuju c. Ragu-ragu/ netral d. Setuju
e. Sangat setuju
Dengan bentuk pilihan ganda itu, maka jawaban dapat diletakkan pada tempat yang berbeda-beda. Untuk jawaban di atas “sangat tidak setuju” diletakkan pada jawaban momor pertama. Unutk item selanjutnya jawaban “sangat tidak setuju bisa diletakkan pada jawaban nomor terakhir.
Dalam penyusunan item untuk variabel tertentu, sebaiknya butir-butir pertanyaan dibuat dalam bentuk kalimat positif, netral, atau negatif, sehingga responden dapat menjawab dengan serius dan konsisten. Contoh:
a. Saya setuju dengan Ujian Nasional untuk mengukur kopetensi lulusan sekolah di Indonesia (positif).
b. Ujian nasional telah benyak diterapkan di negara-negara maju (netral).
c. Saya tidak setuju dengan Ujian Nasional untuk mengukur kompetensi lulusan sekolah di Indonesia (negatif).
Dengan cara demikian maka kecenderungan responden untuk menjawab pada kolom tertentu dari bentuk checklist dapat dikurangi. Dengan model ini juga responden akan selalu membaca pertanyaan setiap item instrumen dan juga jawabannya. Pada bentuk checklist, sering jawaban tidak dibaca, karena terletak sudah menentu. Tetapi dengan bentuk checklist, maka akan didapat keuntungan dalam hal ini singkat dalam pembuatannya, hemat kertas, mudah mentabulasikan dat, dan secara visual lebih menarik. Data yang diperoleh dari skala tersebut adalah berupa data interval.