B. Pembahasan
1. Struktur bentuk patung Arung Palakka di kota Watampone Kabupaten Bone
g. Bentuk celana pada patung Arung Palakka
Gambar 29
Bentuk celana pada patung Arung Palakka (dokumentasi : Andi Qul Anshar ) 2016.
inilah yang dipilih untuk dibuat patung monumennya, untuk mengenang jasa kepahlawanannya, karna pada masa pemerintahan beliau kerajaan Bone mencapai masa keemasaanya atau tepu ketengna Bone. Beliaulah yang berhasil memerdekakan kerajaan Bone dari kekuasaan kerajaan Gowa selama 17 tahun.
Patung Arung Palakka sendiri tidak serta merta didirikan begitu saja, ada beberapa makna tersendiri dari patung mulai dari wujud atau rupa dari patung, struktur patung, hingga arah patung ini berdiri, semuanya melalui perundingan.
Rupa atau wujud patung Arung Palakka dibuat melalui referensi foto dari Kodak oleh tentara Belanda bernama Spelman yang mengabadikan sosok Arung Palakka melalui kutipan kamera, namun referensi foto itu hanya setengah badan, dari kepala hingga perut, sedangkan bagian kakinya dibuat berdasarkan kisah sejarah.
Patung Arung Palakka sendiri dibuat berdiri tegak mengenakan sigara‟
bersumpitkan mahkota emas, dengan membawa tombak dan keris dengan selempang rantai emas yang merupakan bukti penghormatan dari bangsa Belanda.
Tampilan patung tampak bertelanjang dada, mengenakan celana puntung, tidak memakai sandal dan berambut gonrong atau panjang. Banyak beranggapan bahwa patung Arung Palakka tidaklah menunjukan ciri seorang raja karna tidak memakai, baju, mengenakan celana pendek, tidak memakai alas kaki dan berambut panjang. namun alasan dibalik pembuatan struktur patung Arung Palakka yang dibuat hingga sedemikian rupa itu adalah agar semua bisa melihat bagaimana semangat dari perjuangan seorang Arung Palakka dalam membebaskan bangsanya. Terlebih lagi sosok atau ciri khas dari Arung Palakka sendiri memang seperti ini, sebelum jadi raja, beliau sering memakai celana
balocci atau celana perang karena keseharian beliau yang dengan tekun melatih prajurit perang. Disaat itulah beliau diabadikan sosoknya melalui jeppretan kamera Kodak oleh speelman, sehingga referensi nyata yang digunakan dalam membuat patung Arung Palakka adalah dari sebuah foto dan dalam keadaan bertelanjang dada dan berambut panjang. Alasan lainnya dari pembuatan patung Arung Palakka dengan struktur patung yang berdiri tegak, berambut panjang, bertelanjang dada, mengenakan celana pendek, dan tidak memakai alas kaki adalah untuk memperlihatkan sifat kesederhanaan dari seorang raja Bone, dan Arung Palakka sendiri adalah sosok pahlawan yang memang lebih dikenal dengan tampilan seperti itu, apabila patungnya ditampilkan dengan mengenakan songkok to Bone, memakai jas tutu‟(pakaian adat Bone), memakai lipa‟ sabbe atau sarung, maka akan sulit untuk dikenali. Arah patung ini pula melalui perundingan dari pihak terkait, ada banyak pendapat serta pandangan yang berbeda bermunculan, ada yang berpendapat agar patung menghadap ke timur dimaksudkan agar arah patung melihat matahari terbit, adapula yang berpendapat agar menghadap keselatan kearah lapangan merdeka, agar ketika upacara bendera 17 Agustus patung langsung dapat dilihat dan dinikmati oleh mata para peserta upacara.
Sedangkan apabila mengarah ke utara merupakan arah orang mati maka sangat tidak diusulkan mengarah ke utara, hingga akhirnya para sejarahwan dan budayawan sepakat ketika diusulkan agar patung mengarah ke barat karena mengarah ke tempat pusaka peninggalan dari Arung Palakka yang mana pusaka itu ditempatkan dirumah jabatan Bone. Maka telah disepakati bahwa arah patung
monumen Arung Palakka menghadap ke barat menjenjang kearah pusaka peninggalan beliau.
Dibuatlah patung monument Arung Palakka dengan skala yang lebih besar dan ditempatkan ditengah kota Watampone kabupaten Bone dengan referensi dari patung Arung palakka oleh Andi Muh. Yushand yang kemudian pembuatan patung oleh Dicky Chandra. Akan tetapi keberadaan patung Arung Palakka yang menyerupai manusia ditentang oleh para ulama karna mereka merasa keberadaan parung ini mengarah kepada pemujaan, karenanya diadakanlah seminar dengan mengundang para ustad dan ulama, akademisi, sejarahwan, dan budayawan.
Melalui seminar diberikanlah pengertian bahwa keberadaan patung ini bukanlah untuk tempat menyembah melainkan sebagai Patung monumen untuk mengenang sejarah kebesaran Bone. Berdirilah patung monumen Arung Palakka ditengah kota Watampone kabupaten Bone yang mengarah ke rumah jabatan Bone.
Tampilan patung tampak tegar, kokoh dan perkasa dengan struktur anatomi yang ideal, dimana patung tampak berdiri tegap memegang sebuah tombak ditangan kanannya sebagai simbol kehadiran raja dan keris di tangan kiri sebagai tanda keperkasaan/ tanda seorang pejuang, dengan ciri khas dari sosok sang pembebas
„‟Arung Palakka‟‟ yang memakai tanda kebesaran raja di kepalanya yaitu sigara’
dengan tusuk mahkota tanda kebesaran raja, rambut yang terurai panjang sebagai simbol dari kesetiaan akan sumpah janji Arung Palakka kepada rakyatnya, rantai emas dengan dua buah koin emas yang diselampangkan ditubuhnya sebagai tanda penghormatan akan keberanian dan semangat juangnya dalam menghadapi setiap permasalahan, serta celana puntung perang atau balocci yang diikat dengan
sarung pada bagian pinggang yang menandakan bakat dan keterampilan serta ketekunan beliau dalam melatih prajuritnya.
2. Makna yang terkandung dari bentuk simbolik yang ada pada struktur patung Arung Palakka di Watampone Kabupaten Bone
a. Makna simbolik dari bentuk sigara‟ dengan sumpit mahkota pada struktur patung Arung Palakka
Sigara’ merupakan pakaian adat dari Sulawesi Selatan yaitu pakaian/ topi yang dipakai oleh pengantin pria dimana maksud dari sigara‟ pada pengantin pria adalah seorang pengantin pria diibaratkan sebagai raja dengan dipakaikan sigara‟.
Bentuk sigara‟ dengan sumpit mahkota pada patung Arung Palakka memiliki makna sebagai tanda kebesaran, cirri khas dari seorang penguasa atau raja yang mengandung pesan bahwa seorang penguasa memiliki wawasan yang luas dan dapat dipercaya. Sumpit mahkotanya sendiri melambangkan kekuasaan seorang raja, memiliki ujung mahkota berbentuk segitiga, beruas runcing sebanyak 7 ruas yang menandakan akan kepemimpinan yang sakral/ keramat sebagai seorang raja yang mampu membawa attujung atau kebaikan. Sigara‟ itu sendiri diilhami dari Turung Manurungnge di Matajang, raja Bone pertama yang disebut Mata sillompoE yang memakai sigara‟ yang pada bagian belakangnya terdapat sumpit mahkota.
b. Makna simbolik dari bentuk rambut pada patung Arung Palakka
Rambut pada patung arung palakka tampak panjang terurai, bentuk rambut panjangnya ini menyimpan sebuah makna atau sebuah tanda dari kesetiaan akan sumpah janji setia. Dimana pada masa hidupnya, Arung Palakka pernah
bersumpah kepada rakyatnya bahwa beliau tidak akan memotong rambutnya sebelum memerdekakan kerajaan Bone dan Soppeng dan hal itu benar-benar dibuktikan beliau dengan tidak pernah memotong rambutnya sebelum memerdekakan rakyatnya, hingga pada tahun 1672 Arung Palakka memotong rambutnya setelah memerdekakan rakyatnya. Dari sini sehingga rambut panjang pada patung Arung Palakka diambil sebagai simbol kesetian yang mengandung makna bahwa segala ucapan yang dilontarkan harus dibuktikan dengan tindakan.
Hal ini pula memunculkan sebuah kata yang popular di kalangan remaja dan rakyat Bone yaitu, „‟Taro Ada Taro Gau‟‟.
c. Makna simbolik dari bentuk tombak pada patung Arung Palakka
Bentuk pada tombak Arung Palakka atau yang biasa disebut La salaga Sebuah tombak yang pada pegangan dekat mata tombak dihiasi emas. konon memiliki panjang yang sama dengan tinggi dari penggunanya yaitu Arung Palakka, dengan maksud agar lebih menunjang dalam menangkis dan melakukan serangan. Mata tombaknya memiliki runcing mallopa atau berbisa, dengan hanya sedikit saja goresan pada kulit maka dapat mematikan. Bentuk mata tombak pada patung Arung Palakka disesuaikan berdasarkan tombak aslinya yang kini tersimpan di rumah jabatan Bone, bentuk mata tombaknya berbeda dari bentuk tombak pada umumnya, mata tombak ini dibuat dengan lebih meningkatkan keefektifan tikamannya, bagian dasar bilah tombak dibuat bergerigi. Bentuk dari mata tombak sendiri oleh pande dibuat berdasarkan dari karakteristik dari pemakainya, dimana jelas terlihat dari bentuk mata tombak Arung Palakka telah diefektifkan fungsinya dalam membunuh.
Makna simbolik dari bentuk tombak la salaga pada patung Arung Palakka adalah simbol/tanda kehadiran seorang raja yang gagah berani dalam menaklukkan musuh-musuhnya.
d. Makna simbolik dari bentuk keris pada patung Arung Palakka
La makkawa atau keris Arung Palakka yang biasa dipakainya berperang memiliki motif dari emas yang merupakan pamor yang dibuat oleh panre dan melalui ritual atau disakralkan. Memilik ornament Hindu-Budha yang terpatri di hulu keris karena pada masa itu kepercayaan para pande/ pembuat keris masih didominasi oleh kepercayan Hindu-Budha. Bentuk dari keris bugis sendiri memiliki pengaruh yang sangat kuat pada bentuk keris melayu dan Sumbawa dikarenakan kuatnya pengaruh dari budaya yang dibawah oleh pedagang Sulawesi pada abad 18. Bentuk fisik dari keris memang meliki perbedaan dari tiap daerah, misalnya keris bugis dan jawa yang sekilas terlihat sama namun memiliki perbedaan fisik. Pegangan keris bugis jauh lebih bengkok dari keris jawa, pegangan keris bugis jauh lebih bengkok dari keris jawa. Pegangan keris bugis hampir membentuk huruf L, sehingga lebih menunjang penggunanya dalam menggenggam keris sehingga tidak mudah lepas. Kerangka keris bugis selalu terbagi 3 bagian, yaitu sampir, gandar, sampir, sepatu. Sedangkan penambahan pada wanua/ sarung keris sebagai pencerminan status sosial bagi pemiliknya.
Kalangan raja-raja bugis wanua kerisnya terbuat dari emas, disertai dengan tambahan hiasan seperti sulaman tali emas, disertai dengan tambahan hiasan seperti sulaman tali dari emas dan bunga yang bertaburkan intan berlian.
La makkawa sendiri berasal dari bahasa bugis makkawa yang artinya menyentuh, dimana keris ini sama halnya dengan la salaga atau tombak Arung Palakka juga memiliki runcing mallopa atau beracun. Bentuk keris pada patung Arung Palakka yang memiliki makna perjuangan, ciri khas seorang laki-laki, menunjukkan watak yang keras.
e. Makna simbolik dari bentuk selempang rantai emas pada patung Arung Palakka
Selempang rantai emas atau sembangeng pulaweng pada patung arung palakka merupakan suatu simbol penghormatan, tanda penghormatan, dimana rantai emasnya memiliki bentuk yang berbeda dari bentuk rantai pada umumnya, yaitu berbentuk daun yang saling bertaut satu sama lain yang melambangkan kebersaman yang kuat, melambangkan persatuan. Adalah sebuah rantai emas pemberian raja Belanda sebagai tanda penghormatan yang diserahkan oleh jenderal Joan Maetsueyker dan diselempangkan oleh Cornelis Janszoon Speelman. Rantai emas dengan dua buah koin emas bertuliskan bahasa Belanda sebagai pengakuan Belanda, sebagai bukti penghormatan V.O.C, dua buah medali emas yang tergantung pada rantai itu mengandung makna akan semangat pantang mundur, kekuatan, kegigihan, keperkasaan,pengakuan akan keberanian dan kepemimpinan Arung Palakka. Koin tersebut bertuliskan bahasa belanda sebagai berikut :
“een teken‟‟ (tanda penghormatan)
Een gedencteken, vereert aen Raja Palacca voor getronve oor loghsdienst ap de westrcust van Sumatra oon de camp. Gedaen anno 1666‟‟
Artinya :
„‟suatu tanda peringatan, penghormatan kepada raja Palakka untuk tindakannya yang setia dalam peperangan dipesisir barat Sumatera dibuat dimedan peperangan tahun 1666‟‟
f. Makna simbolik dari bentuk celana pada patung Arung Palakka
Balocci dalam bahasa bugis disebut sebagai celana perang, biasa dipakai oleh Arung Palakka ketika melatih perang di muara Angke. Beliau melatih para prajuritnya dengan menggunakan celana ini dengan sebuah sarung dililitkan dipinggulnya. Bentuk celana ini juga yang dipakai pada bentuk patung Arung Palakka yang mengandung makna ketekunan, keuletan, dan keterampilan dalam membangun, mendidik ,dan menumbuhkan semangat jiwa juang generasi penerus bangsa.