• Tidak ada hasil yang ditemukan

E. Closing

2. Suggestion

a. It is better for the Government and the DPR to make changes to Article 36 paragraph 4 and Article 61 paragraph 1 and 2 of Law Number 22 of

2022 Concerning Corrections so that the coaching program for women recidivists and women must also be given special guidance according to their needs and differentiated from convicts normal. In this way, the government can help ensure that female recidivism convicts have legal certainty and protection that are safe and are able to guide prisoners properly.

b. Strengthening Correctional Institutions, especially for female recidivists inmates through the establishment of a justice-based correctional system, which aims to monitor the development activities of female recidivist inmates, as well as develop clear and transparent procedures for coaching female recidivist inmates.

c. Cultivating a deterrent effect for female recidivists inmates in the form of special coaching based on the needs of convicts to have a deterrent effect.

GLOSSARY

1. Rekonstruksi : Bangunan dalam arti konstruksi yang dapat memberikan tingkat penjelasan yang meyakinkan; dan sejauh mana memiliki “relevansi”

dan “dapat dimodifikasi” Sifat-sifat konstruksi maupun sifat- sifat rekonstruksi ulang yang dilakukan oleh peneliti-peneliti sebelumnya. Konstruksi di sini yang dimaksud adalah rekonstruksi tugas dan kewenangan Notaris dalam upaya untuk menjelaskan atau menafsirkan pengalaman, dan kebanyakan bersifat dapat mempertahankan dan memperbarui diri. Konstruksi yang dibangun adalah konstruksi perlindungan hukum terhadap tugas kewenangan Notaris khususnya terkait dengan alat bukti otentik dan keterangan saksi, dihasilkan dari sebuah kritik terhadap konstruksi-konstruksi yang bersifat ideal dan

“eksisting” yang sebelumnya berlaku tidak efektif dan efisien. Konstruksi baru ini dapat ditelusuri pada tiga domain bekerjanya hukum di dalam masyarakat, yaitu domain Lembaga Pembuat Peraturan Perundang- undangan, (Law Making Institutions), domain Lembaga-lembaga Penerap Sanksi (Sanctioning Activity Institutions) dan Pemegang Peran (Role Occupant) berdasarkan Teori Bekerjanya Hukum Chambliss-Seidman. Rekonstruksi kewenangan kelembagaan ini berarti upaya untuk membangun konstruksi baru dengan berbekal pada konstruksi ideal dankonstruksi “existing” tentang dasar, tujuan dan isi serta kekuatan alat bukti absolud dari akta otentik yang merupakan bukti utuh atau sempurna.

2. Regulasi: seperangkat peraturan untuk mengendalikan suatu tatanan yang dibuat supaya bebas dari pelanggaran dan dipatuhi semua anggotanya. Bentuk regulasi yang paling umum adalah regulasi pemerintah dan swa-regulasi.

3. Residivis: Menurut Collins Dictionary residivis secara etimologi bermakna sebagai seseorang yang “penyakitnya kambuh”. Penyakit kambuh yang dimaksud adalah perilaku buruk yang diulangi kembali. Secara Terminologi, kamus ini mendefinisikan seorang residivis sebagai seseorang yang telah melakukan kejahatan di masa lalu dan telah mulai melakukan kejahatan lagi, misalnya setelah satu periode di penjara. Residivis bisa disandang oleh seseorang setelah tindakan pelanggaran sebelumnya telah diputuskan oleh hukum yang berlaku di area tersebut.

4. Narapidana: Menurut Pasal 1 ayat 6 Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2022 Tentang Pemasyarakatan menjelaskan bahwa narapidana adalah terpidana yang sedang menjalani pidana penjara untuk waktu tertentu dan seumur hidup atau terpidana mati yang sedang menunggu pelaksanaan putusan, yang sedang menjalani pembinaan di lembaga pemasyarakatan.

5. Keadilan Sosial: Keadilan sosial dilawankan dengan keadilan individual.

Keadilan individual adalah keadilan mikro yang pelaksanaannya tergantung kepada kehendak pribadi sedangkan keadilan sosial adalah keadilan makro yang pelaksanaannya tidak lagi tergantung kepada kehendak pribadi, atau pada kebaikan-kebaikan individu yang bersikap adil, tetapi sudah bersifat struktural.

Artinya, pelaksanaan keadilan sosial sangat tergantung kepada penciptaan

berwujud kemiskinan dan ketertindasan. Sesuai dengan Pasal 33 UUD 1945, keadilan sosial akan terwujud bila : (1) Produksi diusahakan secara bersama berdasar asas kekeluargaan, bangun usaha yang cocok adalah koperasi; (2) Cabang-cabang produksi bagi negara dan menguasai hajat hidup orang banyak dikuasai oleh negara, hanya perusahaan yang tidak penting bagi negara dan tidak menguasai hajat hidup orang banyak saja yang boleh ada ditangan swasta (Penjelasan UUD NRI 1945); (3) bumi, air dan kekayaan alam yang eerkandung didalamnya dikuasai oleh negara dan digunakan untuk sebesar- besar kemakmuran rakyat bukan untuk kepentingan segelintir orang.

6. Sistem: (1) perangkat unsur yg secara teratur saling berkaitan sehingga membentuk suatu totalitas: (2) susunan yg teratur dr pandangan, teori, asas, dsb: -- pemerintahan negara (demokrasi, totaliter, parlementer, dsb); (3) metode: -- pendidikan (klasikal, individual, dsb).

7. Pemasyarakatan: Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2022 Tentang Pemasyarakatan, yang dimaksud dengan pemasyarakatan adalah : subsistem peradilan pidana yang mcnyelenggarakan penegakan hukum di bidang perlakuan terhadap tahanan, anak, dan warga binaan.

8. Utilitarian: Menurut Sorokin sebagaimana dikutip oleh Satjipto Rahardjo, utilitarian yakni untuk keselamatan hidup manusia, keamanan harta benda dan pemilikan, keamanan dan ketertiban, kebahagiaan dan kesejahteraan masyarakat pada umumnya.

9. Permen: peraturan yang ditetapkan oleh menteri berdasarkan materi muatan dalam rangka penyelenggaraan urusan tertentu dalam pemerintahan.

10. PP: Peraturan Perundang-undangan di Indonesia yang ditetapkan oleh Presiden untuk menjalankan Undang-Undang sebagaimana mestinya.

11. Hukum Progresif: Menurut Lutfil (2017), Hukum progresif adalah sebuah konsep hukum yang tidak terkukung kepada konsep teks Undang-Undang semata, tetapi juga memperhatikan rasa keadilan yang hidup di masyarakat.

12. Hukum represif: Menurut Ketut (2022), Represif berasal dari bahasa Inggris

“reperessive” yang berarti penindasan / menindas. Gagasan hukum represif menganggap bahwa tatanan hukum tertentu dapat berupa ketidakadilan yang tegas. Keberadaan hukum tidak menjamin keadilan apalagi keadilan substantif.

13. Hukum positif: Menurut Ibnu (2020), hukum positif (ius constituendum) dan hukum yang dicita-citakan (ius constitutum). Hukum positif adalah hukum yang berlaku saat ini di suatu Negara. Hukum yang dicita-citakan yaitu hukum yang hidup di masyarakat, tetapi belum menjadi hukum positif secara legal formal.

14. Perlindungan hukum: menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), perlindungan diartikan: (1) tempat berlindung; (2) perbuatan atau hal dan sebagainya memperlindungi. Dari kedua definisi tersebut, maka perlindungan merupakan perbuatan (hal) melindungi, misalnya memberi perlindungan kepada yang lemah. Perlindungan hukum memberikan perlindungan tehadap hak-hak seseorang yang dianggap lemah.

15. Hak Asasi Manusia (HAM): Pengertian Hak Asasi Manusia (HAM) pertamakali dikemukakan oleh John Locke dalam Sutiyoso (2017), yang

menjelaskan bahwa hak asasi manusia adalah hak- hak yang diberikan langsung oleh Tuhan Yang Maha Pencipta sebagai sesuatu yang bersifat kodrati. Karena sifatnya yang demikian, maka tidak ada kekuasaan apapun di dunia yang dapat mencabut hak asasi setiap manusia. HAM adalah hak dasar setiap manusia yang dibawa sejak lahir sebagai anugerah Tuhan Yang Maha Esa; bukan pemberian manusia atau lembaga kekuasaan.

16. Hypermoralitas: menurut Franco (2015), Hypermoralitas merupakan suatu keadaan atau situasi dimana anggota masyarakat tidak bisa menentukan mana yang baik atau yang buruk. Hal tersebutlah yang membuat masyarakat melakukan kekerasan pada seseorang yang dirasa sebagai bentuk tindakan yang benar dan harus dilakukan tapi justru hal tersebutlah yang sudah melanggar aturan hukum, hal ini juga membuktikan bahwa masyarakat saat ini sudah mengalami penurunan nilai dan norma. Sikap hippermoralitas tersebut terjadi sebagai akibat adanya sikap masyarakat yang tidak menjadikan hukum sebagai acuan.

17. Paradigma: menurut Guba and Lincoln, Paradigma merupakan suatu sistem filosofis utama, induk, atau payung yang terdiri dari kajian ontologi, epistemologi, dan metodologi tertentu yang tidak dapat begitu saja dipertukarkan.

18. Sistem Peradilan Pidana: Menurut Mardjono, Sistem Peradilan Pidana merupakan sistem pengendalian kejahatan yang terdiri dari lembaga-lembaga kepolisian, kejaksaan, pengadilan dan pemasyarakatan terpidana.

DAFTAR ISI

HALAMAN DEPAN ………... i HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ………... ii PERNYATAAN ORISINALITAS PENELITIAN ………. iii KATA PENGANTAR ……… iv MOTTO PERSEMBAHAN ……… vi ABSTRAK ……… vii ABSTRACT ……… viii RINGKASAN DISERTASI ……… ix DISSERTATION SUMMARY ……… xlvii GLOSSARY ……… lxxii DAFTAR ISI ………. lxxvii DAFTAR GAMBAR ……… lxxxi DAFTAR TABEL ……… lxxxii BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ... 1 B. Rumusan Masalah... 19 C. Tujuan Penelitian...… 20 D. Kegunaan Penelitian ……… 20 E. Kerangka Konseptual ……… 22 F. Kerangka Teoritik ……… 54 G. Kerangka Pemikiran ……… 70

I. Orisinalitas Penelitian ……… 82 J. Sistematika Penulisan ……… 87 BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Perlindungan Hukum ……… 88 B. Narapidana Residivis Perempuan ……… 102 C. Sistem Pelaksanaan Pidana Penjara ……… 119 D. Lembaga Pemasyarakatan ……… 152 E. Pandangan Hukum Islam Terhadap Narapidana

Residivis Perempuan ……… 169

F. Nilai Keadilan ……… 175

BAB III REGULASI PERLINDUNGAN HUKUM BAGI