BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
2. Sumber Data
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
a. Data Primer, yaitu data berupa laporan keuangan perusahaan periode 2017-2021 yang diperoleh secara langsung pada PDAM Tirta jeneberang kabupaten gowa, provinsi Sulawesi Selatan.
b. Data Sekunder, yaitu data yang diperoleh dari luar perusahaan berupa buku-buku atau dokumen-dokumen lain yang berkaitan dengan masalah yang dibahas.
Teknik Pengumpulan Data
Penulisan laporan akhir ini,memerlukan data yang akurat dan sesuai untuk menganalisis permasalahan yang terjadi pada perusahaan. Data tersebut akan digunakan sebagai alat pengambilan keputusan serta sebagai bahan pertimbangan perusahaan dalam manajemen perusahaan yang nantinya terjadi.
Metode pengumpulan data yang penulis lakukan dalam penyusunan laporan akhir ini adalah dokumentasi dan wawancara dengan pimpinan dan staf perusahaan yang berkompeten terhadap masalah yang diteliti. Data yang diperoleh oleh penulis yaitu dalam bentuk catatan atau gambar. Hasil dokumen ini berupa dokumen- dokumen perusahaan yakni laporan keuangan perusahaan untuk tahun 2017- 2021
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif, yaitu data yang disajikan berbentuk angka. Kemudian dalam metode ini menggunakan analisis Break Event Point yang bertujuan untuk mengetahui hubungan antara penjualan, biaya produksi dan laba. Dengan langkah yang dilakukan sebagai berikut:
1. Metode perhitungan break even point dalam unit
Menghitung break even point yang harus diketahui adalah jumlah total biaya tetap, biaya variabel, hasil penjualan total dan harga jual per unit, rumus yang dapat digunakan adalah sebagai berikut:
π΅πΈπ (π) = πΉπΆ π β ππΆ/π’πππ‘
Dimana:
FC = Biaya Tetap (Fixed Cost) VC = Biaya Variabel (Variabel Cost) P = Harga (Price) per unit
Q = Jumlah kuantitas produk yang dijual 2. Metode break even point dalam rupiah
π΅πΈπ = πΉπΆ 1 βππΆ
π
Dimana:
VC = Biaya Variabel (Variabel Cost) S = Volume Penjualan
Adapun metode yang digunakan dalam penelitian ini yaknni metode break even point dalam rupiah.
3. Perhitungan Tingkat Keamanan (Margin Of Safety)
MoS diartikan penurunan persentase penjualan yang aman, atau besarnya penjualan dan perusahaan masih dalam situasi tidak merugi.
a. Margin of Safety MoS (Rp) = Total Penjualan β Penjualan Impas
Umumnya MoS dinyatakan dalam rasio (Persentase), yaitu:
πππ =ππππππ ππ π ππππ‘π¦ (π π) β πππππ’ππππ πΌππππ (π΅πΈπ)
πππππ’ππππ π₯100%
4. Menetukan Target Laba
πππππ’ππππ (π π) =ππππ¦π π‘ππ‘ππ(πΉπΆ) + ππππ 1 βππΆ
π
Definisi Operasional
Menurut Hikmawati (2017:202) Definisi operasional didasarkan pada kriteria yang dapat diobservasi dan yang dimaksud dengan definisi operasional ialah suatu definisi yang didasarkan pada karakteristik yang dapat diobservasi
1. Analisis titik impas atau analisis pulang pokok atau lebih dikenal dengan nama analisis Break Even Point (BEP) merupakan salah satu analisis keuangan yang sangat penting dalam perencanaan keuangan perusahaan. Analisis titik impas ini sering juga disebut analisis perencanaan laba (profit planning).
Break Event Point adalah kondisi dimana penjualan yang didapat oleh perusahaan sama dengan jumlah biaya yang harus dikeluarkan oleh perusahaan, dalam artian bahwa perusahaan sama sekali tidak memperoleh laba dan juga tidak menderita kerugian.
2. Margin Of Safety menjelaskan penjualan yang berada diatas titik impas sehingga perusahaan tidak mengalami kerugian. Artinya, batas aman yang digunakan untuk mengetahui berapa besar penjualan yang dianggarkan tidak mengalami kerugian.margin of safety mencakup:
a. Penjualan
b. Biaya tetap (fixed cost) c. Laba
d. Biaya variabel (variabel cost) e. Total penjualan
f. Penjualan impas g. Volume penjualan h. Harga per unit
3. Perencanaan laba adalah rencana kerja yang akan dilakukan oleh manajemen perusahaan mengenai keuangan perusahaan dengan memperhitungkan tingkat laba/ rugi yang akan dialami oleh perusahaan.
36
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 1. Karakteristik Peneglolaan Perusahaan
a. Sejarah singkat PDAM kabupaten gowa.
Sebagai sarana pemenuhan kebutuhan air bersih bagi masyarakat Kota Sungguminasa dan penduduk Kabupaten Dati II Gowa umumnya, maka pada tahun 1980 satu unit pengolahan air bersih mulai didirikan oleh Direktorat Jendral Cipta Karya Departemen Pekerjaan Umum cabang Dinas Kabupaten Gowa dimana pengolahan dan pengawasannya dilaksanakan oleh Proyek Pengelolaan Sarana Air Bersih (PPSAB) Propinsi Sulawesi Selatan. Dengan kapasitas produksi air bersih 10 lt/dtk pada tahun 1981 unit pengolahan air Kabupaten Gowa mulai memenuhi kebutuhan air bersih bagi masyarakat Kota Sungguminasa, hingga pada tahun 1982 tanggal 8 September dengan adanya Berita Acara penyerahan ASSET Pemerintah Pusat oleh Departemen Keuangan Republik Indonesia kepada Pemerintah Daerah tingkat II Kabupaten Gowa, bersama itu pula Unit Pengelola Air Minum (BPAM) Kabupaten Gowa dimana pengelolaan dan tanggung jawabnya masih tetap pada PPSAB Propinsi Sulawesi Selatan dengan mengangkat pegawai bagi BPAM dimaksud dan memperbantukan 3 orang Pegawai Negeri Sipil dari Pemerintah Daerah tingkat II Gowa. Sejalan dengan perkembangan pembangunan Kabupaten Dati II Gowa, kebutuhan air bersih masyarakat kota bertambah besar sehingga dengan kapasitas produksi 10 lt/dtk terasa sudah tidak mencukupi lagi Oleh PPSAB
penambahan kapasitas produksi air bersih sebesar 20 lt/dtk. Pada tahun 1985/1986 rencana penambahan kapasitas dapat direalisasikan dengan terlaksananya pembangunan Instalasi Pengolahan Air tersebut yang berlokasi di Kampung Cambaya, Kelurahan Sungguminasa. Tetapi sangat disayangkan bahwa dengan adanya Instalasi Pengolahan Air yang baru tersebut, instalasi yang lama tidak lagi mendapat perhatian dengan baik sehingga unit pengolahan tersebut rusak dan tidak dapat difungsikan lagi.
Pada tahun 1988 oleh Pemerintah Daerah tingkat II Gowa menerbitkan Peraturan Daerah Nomor 2 Tahun 1988 tanggal 15 Maret 1988 Tentang Pendirian Perusahaan Daerah Air Minum Kabupaten Dati II Gowa. Karena unit pengelolaan air bersih telah ada di Kabupaten Gowa yaitu Badan Pengelola Air Minum milik Direktorat Jendral Cipta Karya Departemen PU cabang Dinas Kabupaten Gowa, maka oleh Pemerintah Daerah tingkat II Gowa mengusulkan kepada pemerintah pusat untuk penyerahan pengelolaan Badan tersebut kepada Pemerintah Daerah tingkat II Gowa sehingga pada tahun 1991 tepatnya tanggal 23 Februari, dengan terbitnya SK Menteri P.U. dengan Nomor: 75/KPTS/1991. Tanggal 9 Februari 1991 Tentang Penyerahan Pengelolaan Prasarana dan Sarana Air Bersih di Kabupaten Dati II Gowa, terlaksanalah penandatanganan Berita Acara Penyerahan Pengelolaan Prasarana dan Sarana Pengolahan Air Minum Kabupaten Gowa menjadi PDAM Kabupaten Dati II Gowa.
Perkembangan pembangunan Kabupaten Dati II Gowa yang demikian pesatnya dan dengan adanya pembangunan unit-unit perumahan sebagai akibat Ibu
Kota Propinsi Sulawesi Selatan secara tidak langsung mengakibatkan pertumbuhan jumlah penduduk yang membutuhkan air bersih meningkat pula, sehingga Perusahaan Daerah Air Minum Kabupaten Dati II Gowa dengan tingkat kapasitas produksi 20 lt/dtk dirasakan tidak lagi mencukupi kebutuhan air minum penduduk Kota Sungguminasa. Perusahaan Daerah Air Minum Kabupaten Gowa dalam usaha memenuhi kebutuhan air bersih masyarakat kota yang semakin meningkat, telah memperoleh bantuan pemerintah pusat melalui dana APBN Tahun Anggaran 1994/1995 yaitu penambahan kapasitas produksi 20 lt/dtk yang pembangunannya dapat direalisasikan Januari 1995. Dengan selesainya pembangunan tambahan Instalasi Pengolahan Air pada bulan Maret 1995, maka produksi air bersih menjadi 40 lt/dtk yang mulai beroperasi pada bulan April 1995.
Pada saat kapasitas produksi air bersih PDAM Kabupaten Gowa masih 20 lt/dtk banyak sambungan rumah yang tidak memperoleh air bersih pada saat yang bersamaan, disebabkan jumlah sambungan rumah melebihi kapasitas produksi yaitu sebanyak 2.655 SR.Tetapi setelah beroperasinya instalasi pengolahan air yang baru maka produksi air bertambah 2 kali lebih besar sehingga dengan jumlah langganan per Desember 1995 yang hanya 2.655 SR terasa berlebihan bila dijalankan pool capasity sehingga produksi air yang dilakukan pada saat ini hanya sebesar 30 lt/dtk.
Program Nasional dalam rangka pemenuhan kebutuhan air bersih pada pelita VI ini adalah untuk masyarakat perkotaan sebesar 80% dan untuk masyarakat pedesaan sebesar 60%, sehingga PDAM Kabupaten Gowa sampai saat ini dalam hal pengelolaan air bersih belum mencapai target tersebut, dimana dari jumlah
berkisar 29%, sudah termasuk sambungan rumah BTN. Minasa Upa penduduk Kota Madya Ujung Pandang.
Perusahaan Daerah Air Minum Kabupaten Gowa dalam hal ini harus dapat mengantisipasi perkembangan/pertumbuhan jumlah penduduk urban dalam rangka pencapaian target Program Nasional 80% pemenuhan kebutuhan air bersih masyarakat perkotaan.
Dalam rangka peningkatan pelayanan kepada masyarakat PDAM Kabupaten Gowa perlu memperhatikan beberapa hal antara lain:
1) Efektifitas jaringan distribusi 2) Efisiensi produksi air bersih
3) Peningkatan sumber daya manusia menuju profesionalisme 4) Proporsionalisasi managemen perusahaan.
Sebagai perusahaan yang baru melaksanakan pengurusan sendiri dimana diharapkan dapat menjadi perusahaan yang mandiri dan dapat menjadikan salah satu unit kerja yang mampu meningkatkan Kontribusi Pendapatan Asli Daerah bagi Kabupaten Dati II Gowa, maka sangat ditentukan oleh adanya perbaikan dan pembenahan mendasar secara menyeluruh dan konsisten pada Perusahaan Daerah Air Minum Kabupaten Dati II Gowa. Untuk dapat merealisasikan perubahan- perubahan mendasar tersebut maka sangat diharapkan perhatian Pemerintah Daerah yang lebih besar melalui Badan Pengawas untuk menjabarkan kebijaksanaan- kebijaksanaan Pemerintah Daerah yang berkaitan dengan PDAM dalam rangka pelayanan kepada masyarakat.
perusahaan yang harus memperhatikan profit agar dapat terus berproduksi dan juga mempunyai fungsi sosial yaitu mengutamakan penyediaan air bersih bagi kepentingan masyarakat umum.
Perusahaan Daerah Air Minum Kabupaten Gowa pada saat ini masih cukup jauh dari apa yang menjadi tujuan pendiriannya bagi Kabupaten Dati II Gowa utamanya bagi masyarakat secara menyeluruh. Hal ini dapat dilihat dengan banyaknya keluhan langganan dan permohonan menjadi langganan yang belum dapat dipenuhi dan juga dari kebijaksanaan Pemerintah Daerah yang ditargetkan bagi perusahaan belum dapat direalisasikan sepenuhnya. Kendala tersebut disebabkan karena kemampuan perusahaan utamanya pada cadangan dana operasional yang sangat terbatas sehingga kebutuhan-kebutuhan untuk menanggapi keluhan langganan dan permohonan calon langganan tidak semuanya dapat kami laksanakan jika perusahaan tidak melakukan/menerapkan sistem skala prioritas dalam rangka menanggapi permasalahan dari langganan dan juga kewajiban perusahaan kepada Pemerintah Daerah Kabupaten Dati II Gowa yang telah menjadi garis kebijaksanaan Pemerintah Daerah secara keseluruhan.
b. Visi dan Misi PDAM Kabupaten Gowa.
1) Visi:
Perusahaan daerah air minum (PDAM) kabupaten gowa menjadi PDAM mandiri profesional yang mengutamakan kepuasan dengan memberikan pelayanan yang prima kepada masyarakat.
2) Misi:
daerah air minum akan memberikan peneydiaan air yang memenuhi syarat:
Kualitas : air yang sehat dan layak Kuantitas : debet air yang cukup
Kontinutas : mengalirkan air 24 jam operasi
Terjangkau : harga air dapat dibeli oleh masyarakat serta Peningkatan kesejahteraan karyawan yang lebih baik.
B. Struktur organisasi dan pembagian tugas PDAM Gowa Gambar 4.1
Struktur Organisasi PDAM Tirta Jeneberang Kabupaten Gowa
Sumber: PDAM Gowa
a) Menyusun rencana kerja sesuai dengan program kerja perusahaan;
b) Mendistribusikan dan memberi petunjuk pelaksanaan serta mengawasi pelaksanaan tugas dari Subag Pembelian, Subag Gudang, Subag Pengolah dan Subag Rekening;
c) Membina dan memotivasi bawahan dalam rangka meningkatkan produktivitas dan pengembangan karier bawahan;
d) Mengevaluasi hasil kerja bawahan;
e) Mengoreksi bahan penyusunan program dan petunjuk teknis pelaksanaan tugas administrasi umum, perlengkapan, pergudangan, pengolahan data dan elektronik, personalia/administrasi kepegawaian, rumah tangga/
kesekretariatan dan keamanan;
2) Bagian Keuangan mempunyai tugas :
a) Menyusun rencana kerja sesuai dengan program kerja perusahaan;
b) Mendistribusikan dan memberi petunjuk pelaksanaan serta mengawasi pelaksanaan tugas dari Subag Kasir, Subag Pembukuan, Subag Anggaran dan Subag Rekening;
c) Membina dan memotivasi bawahan dalam rangka meningkatkan produktivitas dan pengembangan karier bawahan;
d) Bertanggung jawab terhadap perencanaan,pengendalian dan penginventarisasian proses pembayaran dan pembelanjaan perusahaan;
e) Mengurus transaksi penerimaan dan pengeluaran perusahaan baik melalui bank maupun melalui kas perusahaan;
a) Menyusun rencana kerja sesuai dengan program kerja perusahaan;
b) Mendistribusikan dan memberi petunjuk pelaksanaan serta mengawasi pelaksanaan tugas dari Subag Administrasi Kepegawaian dan Subag Pengembangan SDM & Disiplin Pegawai;
c) Melaksanakan Proses kegiatan Penggajian, kenaikan pangkat, kenaikan berkala, mutasi, kesejahteraan pegawai dan pembinaan pegawai;
d) Mengurus Proses Askes, Astek, dan proses pegawai yang telah mencapai usia pensiun dan penghargaan;
e) Mengevaluasi hasil kerja bawahan;
f) Melaksanakan dan mengurus segala hal yang berhubungan dengan kepegawaian;
4) Bagian Transmisi & Distribusi mempunyai tugas :
a) Merencanakan, mengkoordinir dan mengawasi pelaksanaan tugas dari subag transmisi, subag distribusi & subag meter air ;
b) Menyusun rencana kerja sesuai dengan program kerja Perusahaan;
c) Membina dan memotivasi bawahan dalam rangka peningkatan produktivitas dan pengembangan karir bawahan;
d) Mengawasi pemasangan dan pemeliharaan pipa-pipa Transmisi &
Distribusi;
e) Mengkoordinasikan kegiatan perbaikan kebocoran, meter, penertiban pemakaian air bersih dan analisa jaringan untuk menurunkan tingkat kehilangan air;
a) Menyusun rencana kerja sesuai dengan program kerja perusahaan;
b) Mendistribusikan dan memberi petunjuk pelaksanaan serta mengawasi pelaksanaan tugas dari Subag Administrasi & Perencanaan Teknik dan Subag Pengawasan;
c) Membina dan memotivasi bawahan dalam rangka peningkatan produktivitas dan pengembangan karier bawahan;
d) Membuat perencanaan (desain) tentang konstruksi sipil, jaringan pipa dan pengembangan sumber air baru serta perencanaan lainnya sesuai kebutuhan perusahaan;
e) Mengkaji dan menganalisa system dan prosedur yang disesuaikan dengan perkembangan perusahaan;
Penjualan yang harus dipertahankan oleh PDAM Tirta Jeneberang Kabupaten Gowa untuk tidak mengalami kerugian pada tahun 2017, 2018, 2019, 2020 dan 2021 dengan menggunakan analisis break even point (BEP) atau titik impas maka penjelasannya sebagai berikut:
1. Penjualan Tahun 2017
Menurut analisis break even point, penjualan yang harus dipertahankan oleh PDAM Tirta Jeneberang Kabupaten Gowa agar tidak mengalami kerugian di tahun 2017 yaitu sebesar Rp12.612.142.602 dengan jumlah penjualan air sebanyak Rp 3.734.792 mΒ³. Berdasarkan analisis margin of safety, batas maksimum penurunan penjualan yang dialami perusahaan agar tidak mengalami kerugian sebesar 12,77%.
2. Penjualan Tahun 2018
Menurut analisis break even point, penjualan yang harus dipertahankan oleh PDAM Tirta Jeneberang Kabupaten Gowa agar tidak mengalami kerugian di tahun 2018 yaitu sebesar Rp 17.174.928.050 dengan jumlah penjualan air sebanyak Rp 3.738.400 mΒ³. Berdasarkan analisis margin of safety, batas maksimum penurunan penjualan yang dialami perusahaan agar tidak mengalami kerugian sebesar 0,94%
3. Penjualan Tahun 2019
Menurut analisis break even point, penjualan yang harus dipertahankan oleh PDAM Tirta Jeneberang Kabupaten Gowa agar tidak mengalami kerugian di tahun 2019 yaitu sebesar Rp 16.546.607.606 dengan jumlah penjualan air sebanyak Rp 5.036.243 mΒ³. Berdasarkan analisis margin of safety, batas maksimum penurunan penjualan yang dialami perusahaan agar tidak mengalami kerugian sebesar 27,53%.
Menurut analisis break even point, penjualan yang harus dipertahankan oleh PDAM Tirta Jeneberang Kabupaten Gowa agar tidak mengalami kerugian di tahun 2020 yaitu sebesar Rp 21.247.503.120 dengan jumlah penjualan air sebanyak Rp 6.323.516 mΒ³. Berdasarkan analisis margin of safety, batas maksimum penurunan penjualan yang dialami perusahaan agar tidak mengalami kerugian sebesar 27,53%.
5. Penjualan Tahun 2021
Menurut analisis break even point, penjualan yang harus dipertahankan oleh PDAM Tirta Jeneberang Kabupaten Gowa agar tidak mengalami kerugian di tahun 2021 yaitu sebesar Rp 19.430.740.983 dengan jumlah penjualan air sebanyak Rp 6.503.243 mΒ³. Berdasarkan analisis margin of safety, batas maksimum penurunan penjualan yang dialami perusahaan agar tidak mengalami kerugian sebesar 1,66%.
Banyaknya jumlah penjualan yang dilakukan oleh PDAM Tirta Jeneberang Kabupaten gowa berakibat keuntungan atau kerugian pada tahun 2017, 2018, 2019, 2020 dan 2021 dengan menggunakan analisis break even point (BEP) atau titik impas maka penjelasannya sebagai berikut:
a. Tahun 2017
Penjualan yang didapatkan oleh PDAM Tirta jeneberang kabupaten gowa pada tahun 2017 sebesar Rp 27.703.695.390. analisis break even point di tahun 2017 yaitu sebesar Rp 12.612.142.602 dengan jumlah penjualan air sebanyak 3.734.792 mΒ³, maka PDAM Tirta Jeneberang Kabupaten gowa pada tahun 2017 mengalami keuntungan karena angka penjualan melebihi angka titik impas.
b. Tahun 2018
pada tahun 2018 sebesar Rp 30.213.077.650. analisis break even point di tahun 2018 yaitu sebesar Rp 17.174.928.050 dengan jumlah penjualan air sebanyak 3.738.400 mΒ³, maka PDAM Tirta Jeneberang Kabupaten gowa pada tahun 2018 mengalami keuntungan karena angka penjualan melebihi angka titik impas.
c. Tahun 2019
Penjualan yang didapatkan oleh PDAM Tirta Jeneberang Kabupaten Gowa pada tahun 2019 sebesar Rp 31.929.734.000. analisis break even point di tahun 2019 yaitu sebesar Rp 16.546.607.606 dengan jumlah penjualan air sebanyak 5.036.243 mΒ³, maka PDAM Tirta Jeneberang Kabupaten gowa pada tahun 2019 mengalami keuntungan karena angka penjualan melebihi angka titik impas.
d. Tahun 2020
Penjualan yang didapatkan oleh PDAM Tirta Jeneberang Kabupaten Gowa pada tahun 2020 sebesar Rp 34.403.412.458. analisis break even point di tahun 2020 yaitu sebesar Rp 21.247.503.120 dengan jumlah penjualan air sebanyak 6.323.516 mΒ³, maka PDAM Tirta Jeneberang Kabupaten gowa pada tahun 2020 mengalami keuntungan karena angka penjualan melebihi angka titik impas.
e. Tahun 2021
Penjualan yang didapatkan oleh PDAM Tirta jeneberang kabupaten gowa pada tahun 2021 sebesar Rp 45.684.735.887. analisis break even point di tahun 2021 yaitu sebesar Rp 19.430.740.983 dengan jumlah penjualan air sebanyak 6.503.243 mΒ³, maka PDAM Tirta Jeneberang Kabupaten gowa pada tahun 2021 mengalami keuntungan karena angka penjualan melebihi angka titik impas.
kenaikan laba yang dicapai perusahaan sebanyak 25% dari laba tahun 2021. Hal ini dibantu oleh faktor-faktor peningkatan jumlah konsumen tiap tahunnya dan kapasitas air yang masih dimiliki untuk disalurkan konsumen sehingga mengurangi biaya operasional. Penjelasan perencanaan laba tahun 2022 pada PDAM Tirta jeneberang kabupaten gowa sebagai berikut:
Tahun 2022
Pada tahun 2022 peneliti mengestimasi laba sebesar 25% dari laba tahun 2021. Dilihat dari analisis Break even point untuk dapat mencapai target laba yang direncanakan yaitu sebesar 25%, maka PDAM kabupaten gowa harus mampu mencapai pendapatan sebesar Rp. 120.718.15.084 sehingga perhitungan sesuai dengan perencanaan laba yang diinginkan.
1. Analisis break even point sebagai alat perencanaan laba pada PDAM kabupaten gowa.
Analisis break even point atau analisis titik impas adalah salah satu analisis keuangan yang sangat penting dalam perencanaan keuangan perusahaan. Analisis titik impas adalah salah satu teknik analisis perencanaan laba. Dimana kegunaan analisis ini untuk mengetahui pada jumlah berapa hasil penjualan sama dengan jumlah biaya. Maka hal pertama yang harus dilakukan adalah menggolongkan biaya kedalam biaya tetap dan biaya variabel. Biaya tetap adalah biaya yang totalnya tetap tanpa dipengaruhi oleh perubahan output aktivitas dalam batas relevan tertentu,sedangkan biaya perunit berubah berbanding terbalik. Sedangkan biaya variabel adalah biaya yang totalnya berubah secara proporsional dengan perubahan output aktivitas, sedangkan biaya perunitnya tetap dalam batas relevan tertentu.
Semakin tinggi output aktivitas, semakin tinggi total biayanya, dan semakin rendah output aktivitasnya, semakin rendah total biayanya. Jadi untuk menghitung titik impas terlebih dahulu diperlukan pengklasifikasi antara biaya variabel dan biaya tetap.Berikut adalah klasifikasi biaya tetap dan variabel laporan keuangan PDAM Tirta jeneberang kabupaten gowa.
Tabel 4. 1
KLASIFIKASI BIAYA TETAP DAN VARIABEL LAPORAN KEUANGAN PDAM TIRTA JENEBERANG KABUPATEN GOWA.
JENIS BIAYA KLASIFIKASI BIAYA
Biaya Kantor Variabel
Biaya Hubungan Langganan Variabel
Biaya Keuangan Variabel
Biaya Pemeliharaan Variabel
Biaya Penyisihan dan Penghapusan piutang Variabel
Rupa-Rupa biaya umum Variabel
Penyusutan & Amoritas inst.Non Pabrik Variabel
Biaya Pegawai Tetap
Biaya Operasi Sumber Air Tetap
Biaya Pemeliharaan sumber air Tetap
Biaya air baku Tetap
Biaya pemeliharaan Transmisi & Distribusi Tetap Biaya penyusutan Transmisi & Distribusi Tetap
Berdasarkan data yang diperoleh dari tahun 2017 sampai dengan tahun 2021, perusahaan dapat melakukan proyeksi perencanaan biaya, perencanaan laba dan menyusun anggaran lain. Dengan mengetahui anggaran penjualan tahun 2017 sampai dengan tahun 2021 manajemen perusahaan dapat merencanakan laba yang diinginkan perusahaan sesuai dengan kemampuan yang dimiliki oleh perusahaan yang bersangkutan. Dari data yang penulis peroleh dari PDAM Tirta jeneberang kabupaten gowa dilihat laporan laba rugi perusahaan.
Tabel 4. 2
PENDAPATAN PENJUALAN AIR TAHUN 2017-2021
NO TAHUN JUMLAH
1 2017 Rp 27.703.695.390
2 2018 Rp 30.213.077.650
3 2019 Rp 31.929.734.000
4 2020 Rp 34.403.412.458
5 2021 Rp 45.684.735.887 Sumber: Laporan Keuangan PDAM Gowa.
a. Analisis Titik Impas Dalam Rupiah
Analisis titik impas adalah titik dimana pendapatan sama dengan total
pedoman tentang berapa jumlah produk minimal yang harus diproduksi atau dijual. Tujuannya adalah agar perusahaan mampu memperoleh keuntungan yang maksimal, artinya dengan memproduksi sejumlah barang dengan kapasitas produksi yang dimiliki perusahaan akan mengetahui batas minimal harus dijual dan keuntungan maksimal yang diperoleh apabila diproduksi secara penuh.
Dengan demikian analisis titik impas digunakan sebagai alat pengambilan keputusan dalam perencanaan laba, penjualan dan produksi produk perusahaan.
1) Break Even Point Tahun 2017
Tabel 4.3
Sumber: PDAM Kabupaten Gowa Dalam Angka,2017
BIAYA PERUSAHAAN KEDALAM BIAYA TETAP DAN VARIABEL, 2017
NO KETERANGAN
JENIS BIAYA
BIAYA VARIABEL BIAYA TETAP
1 Biaya Kantor Rp 656.987.133
2 Biaya Hubungan Langganan Rp 1.784.591.699 3 Biaya Penelitian dan Pengembangan Rp 102.633.936
4 Biaya Keuangan Rp 10.000.000
5 Biaya Pemeliharaan Rp 323.115.696
6 Biaya Penyisihan dan Penghapusan piutang
(Rp 1.613.857.762) 7 Rupa-Rupa biaya umum Rp 2.579.306.662 8 Penyusutan & Amoritas inst.Non Pabrik Rp 439.128.890
9 Biaya Pegawai Rp 5.593.845.419
10 Biaya Operasi Sumber Air Rp 212.340.298
11 Biaya Pemeliharaan sumber air Rp 288.750.082
12 Biaya air baku Rp 77.409.864
13 Biaya pemeliharaan Transmisi &
Distribusi
Rp 719.661.969
14 Biaya penyusutan Transmisi &
Distribusi
Rp 3.765.252.867
TOTAL BIAYA Rp 4.281.906.254 Rp 10.657.260.499
terbesar yang dikeluarkan oleh PDAM kabupaten gowa yaitu sebesar Rp 10.657.260.499 sedangkan biaya variabel yang dikeluarkan tahun 2017 yaitu sebesar Rp 4.281.906.254 Dalam menghitung titik impas (break event point) maka langkah pertama yang harus dilakukan adalah menghitung contribution margin dengan rumus berikut ini:
πΆπππ‘ππππ’π‘πππ ππππππ 2017 = πππππ’ππππ β π΅πππ¦π ππππππππ
= Rp 27.703.695.390 - Rp 4.281.906.254 = Rp 23.421.789.135
Jumlah contribution margin untuk tahun 2017 adalah sebesar Rp 23.421.789.135 biaya tetap yang harus dikeluarkan oleh perusahaan sudah lebih kecil dari jumlah margin kontribusi yang didapatkan oleh perusahaan.
Setelah menghitung contribution margin maka langkah selanjutnya dalah menghitung contribution margin ratio dengan rumus sebagai berikut:
ππππ‘ππππ’π‘πππ ππππππ πππ‘ππ 2017 = ππππ‘ππππ’π‘πππ ππππππ πππππ’ππππ Contribution Margin Ratio 2017 = Rp 23.421.789.135 Rp 27.703.695.390
= 0,845 Atau 84,50%
Perhitungan break even point dengan memasukkan jumlah biaya tetap dan jumlah contributiom margin ratio
π΅ππππ ππ£ππ πππππ‘ π‘πβπ’π 2017 = π΅πππ¦π πππ‘ππ
ππππ‘ππππ’π‘πππ ππππππ πππ‘ππ
break even point tahun 2017 = 10.657.260.499,43 0,845