BAB III METODE PENELITIAN
B. Sumber Data
Data adalah keterangan atau bahan nyata yang dapat dijadikan dasar kajian (analisis atau kesimpulan), data dapat digolongkan menjadi dua macam, data kualitatif dan data kuantitatif.78 Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data yang sesuai dengan fokus penelitian.
Sumber data adalah subjek dari mana data diperoleh, dalam penelitian kualitatif jumlah sumber data bukan kriteia utama, tetapi lebih ditekankan kepada sumber data yang dapat memberikan informasi yang sesuai dengan tujuan penelitian. Sumber data utama dalam penelitian kualitatif ialah kata- kata, dan tindakan selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan lain- lain.79 Penelitian ini peneliti menggunakan dua sumber data yaitu:
1. Sumber data primer adalah data yang langsung dikumpulkan oleh peneliti dari sumber pertamanya yaitu pemangku adat, serta beberapa warga suku
77 Lexy J Moleong , Metodologi Peneltian Kualitatif., 29
78 Wahidmurni, Cara Mudah Menulis Proposal Dan Laporan Penelitian Lapangan, Pendekatan Kualitatif dan Kuantitatif: Skripsi, Tesis dan Disertasi. (Malang: UMPress, 2008), 41.
79 Lexy, J. Moleong, Metodologi Penelitian., 157.
lix
lampung pesisir sebagai calon muwaris dan ahli waris di Pekon Negeri Agung Kecamatan Talang Padang Kabupaten Tanggamus
2. Sumber data sekunder adalah data yang dikumpulkan oleh peneliti sebagai penunjang dari sumber pertama. Data ini berupa dokumen- dokumen , laporan kegiatan, dan data warga.
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu jenis data kualitatif. Karena data yang diperoleh tersebut dapat diukur secara tidak langsung artinya tidak menggunakan angka melainkan menggunakan kata- kata atau kalimat.80 Sedangkan sumber data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Person (nara sumber), merupakan sumber data yang biasa memberikan data berupa jawaban lisan melalui wawancara. Dalam hal ini peneliti mendapatkan data-data atau informasi tentang gambaran umum objek penelitian, karena para nara sumber tersebut dibutuhkan guna kelancaran skripsi penelitian ini.
2. Place (tempat /lokasi) merupakan sumber data yang bisa menyajikan tampilan berupa keadaan, dengan penggunaan metode observasi di Kecamatan Talang Padang Kabupaten Tanggamus seperti letak geografis, kondisi dan lain sebagainya.
3. Paper (dokumen/arsip) merupakan sumber data yang menyajikan tanda- tanda berupa huruf, angka, gambar atau simbol lainnya yang ada di Kecamatan Talang Padang Kabupaten Tanggamus.
C. Teknik Pengumpulan Data
Untuk memperoleh informasi yang jelas, tepat dan lengkap maka peneliti menggunakan beberapa metode, antara lain :
80 Sutrisno Hadi, Metodologi Research, Jilid I, (Yogyakarta : Andi Offset, 1995), 66.
lx 1. Metode Observasi
Observasi adalah cara pengumpulan data dengan cara melakukan pengamatan secara cermat dan sistematik.81 Jadi dalam penelitian ini peneliti melakukan pengamatan secara langsung mengenai kegiatan- kegiatan yang dilakukan oleh pihak yang berkaitan dan mengenai pandangan secara umum tentang proses pembagian warisan adat Lampung Pesisir. Observasi akan dilakukan dengan pedoman yang ada dan dilaksanakan untuk mengetahui seluruh permasalahan penelitian secara mendalam.
2. Metode Interview/Wawancara
Interview (wawancara) adalah salah satu cara pengumpulan informasi dengan tanya jawab dengan bertatap muka dengan responden.
Metode Interview atau wawancara adalah untuk mendapatkan informasi secara langsung dengan cara bertanya secara langsung kepada responden”.82 Wawancara yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara bebas. Pada wawancara bebas, terjadi tanya jawab bebas antara pewawancara dan responden, tetapi pewawancara menggunakan tujuan penelitian sebagai pedoman. Peneliti mengadakan wawancara (interview) secara langsung maupun tidak langsung kepada pemangku adat serta beberapa warga suku Lampung Pesisir sebagai calon muwaris dan ahli waris di Pekon Negeri Agung Kecamatan Talang Padang Kabupaten Tanggamus untuk memperoleh data yang lengkap dan akurat.
81 S. Nasution, Metode Research, (Jakarta: Bumi Aksara, 1996), 106.
8 Ibid, 192.
lxi 3. Metode Dokumentasi
Teknik pengumpulan data dengan dokumentasi adalah pengambilan data yang diperoleh melalui dokumen-dokumen, dan data yang diteliti tersebut dapat berupa berbagai macam, tidak hanya dokumen resmi, akan tetapi hal ini juga dengan cara mencari data mengenai hal-hal berupa catatan, buku, surat kabar, majalah, notulen hasil rapat agenda dan sebagainya.83
D. Teknik Penjamin Keabsahan Data
Penelitian ini menggunakan teknik triangulasi dalam menjamin keabsahan data. Triangulasi pada hakikatnya merupakan pendekatan multimetode yang dilakukan peneliti pada saat mengumpulkan dan menganalisis data. Ide dasarnya adalah bahwa fenomena yang diteliti dapat difahami dengan baik sehingga diperoleh kebenaran tingkat tinggi jika didekati dari berbagai sudut pandang. Karena itu, triangulasi ialah usaha mengecek kebenaran data atau informasi yang diperoleh peneliti dari berbagai sudut pandang yang berbeda-beda dengan cara mengurangi sebanyak mungkin perbedaan yang terjadi pada saat pengumpulan dan analisis data.
Denzin dalam Moeloeng, membedakan empat macam triangulasi diantaranya dengan memanfaatkan penggunaan sumber, metode, penyidik dan teori. Pada penelitian ini, dari keempat macam triangulasi tersebut, peneliti hanya menggunakan teknik pemeriksaan dengan memanfaatkan sumber. Triangulasi dengan sumber artinya membandingkan dan mengecek
83 Irawan Soeharto, Metode Penelitian Sosial, (Bandung : PT. Remaja Rosda Karya, 1999), 70.
lxii
balik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan latar yang berbeda dalam penelitian kualitatif, langkah untuk mencapai kepercayaan itu adalah: 84
1. Membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara.
2. Membandingkan apa yang dikatakan orang di depan umum dengan apa yang dikatakan secara pribadi.
3. Membandingkan apa yang dikatakan orang-orang tentang situasi penelitian dengan apa yang dikatakannya sepanjang waktu.
4. Membandingkan keadaan dan perspektif seseorang dengan berbagai pendapat dan pandangan masyarakat dari berbagai kelas.
5. Membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang berkaitan.
E. Teknik Analisis Data
Sebelum menganalisa suatu data, maka alangkah baiknya jika mengetahui terlebih dahulu tentang maksud dari analisa data. Analisa data adalah proses mengurutkan data kedalam pola, kategori dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan dapat dirumuskan hipotesis kerja seperti yang disarankan oleh data.85 Dalam penerapan teknik analisa data kualitatif deskriprif menggunakan langkah-langkah sebagai berikut:86
1. Reduksi Data
Miles dan Huberman mengatakan bahwa reduksi adalah suatu proes pemilihan, pemusatan, pemerhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan dan transformasi data mentah atau data yang muncul dari
84 Lexy J. Moloeng, Metodologi Penelitian., 331
85 Ibid., 103
86 Ibid, 288
lxiii
catatan-catatan tertulis dilapangan. Data-data yang terkumpul akan semakin bertambah, oleh sebab itu laporan tersebut harus dianalisis sejak dimulainya penelitian kemudian laporan-laporan tersebut perlu direduksi yaitu dengan memilih hal-hal pokok yang sesuai dengan fokus penelitian yang diteliti, kemudian dicari tentang temannya. Data-data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih tajam tentang hasil pengamatan dan mempermudah peneliti untuk mencarinya jika sewaktu- waktu diperlukan.
2. Display Data (Penyajian Data)
Penyajian data adalah penyusunan informasi yang kompleks ke dalam suatu bentuk yang sistematis sehingga menjadi lebih selektif dan sederhana, serta memberikan kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan (Miles dan Huberman). Sehubungan data yang diperoleh terdiri dari kata-kata, kalimat atau paragraf-paragraf, maka uraian (teks) naratif yang panjang dan terpencar-pencar bagian demi bagian tersusun kurang rapi, maka dari itu informasi yang bersifat kompleks disusun ke dalam suatu kesatuan bentuk yang lebih sederhana dan selektif sehingga akan mudah dipahami.
Analisa data dilakukan secara terus menerus guna panarikan suatu kesimpulan yang dapat menggambarkan keadaan yang terjadi di Kecamatan Talang Padang Kabupaten Tanggamus. Analisis data yang terus menerus mempunyai implikasi terhadap pengurangan dan penambahan data yang dibutuhkan, hal ini memungkinkan peneliti untuk kembali lagi kelapangan.
3. Kesimpulan
Tahapan yang paling akhir dalam proses analisa data adalah verifikasi atau kesimpulan hasil yang diperolehnya. Dalam analisa peneliti berusaha mencari pola, model, tema, hubungan, persamaan, hal-hal yang sering muncul dan sebagainya. Jadi dari data yang peneliti dapatkan di Kecamatan Talang Padang Kabupaten Tanggamus itu kemudian peneliti mencoba untuk mengambil kesimpulan, pada mulanya kesimpulan itu kabur tapi lama-kelamaan semakin jelas karena data yang diperoleh semakin banyak dan mendukung serta saling melengkapi satu sama lain.
lxiv BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Subjek Penelitian
1. Letak Geografis Kecamatan Talang Padang
Letak geografis kecamatan talang padang dapat dilihat pada gambar di bawah ini:
Gambar 4.1.
Peta Kecamatan Talang Padang
Kecamatan Talang Padang terletak pada ketinggian 250-400 meter di atas permukaan laut, dengan topografi 90% datar, 9% bergelombang dan 1 % berbukit. Jenis tanahnya adalah tanah latosol. Luas wilayah Kecamatan Talang Padang adalah 4944, 25 ha, dengan jarak dari Kabupaten Tanggamus kurang lebih 25 km dan jarak dari Provinsi Lampung kurang lebih 68 km. Kecamatan Talang Padang memiliki batas wilayah sebagai berikut:
lxv
a. Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Sumberejo dan Kecamatan Pulau Panggung.
b. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Pugung.
c. Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Gunung Alip.
d. Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Pugung.
Luas wilayah administrasi Kecamatan Talang Padang meliputi 20 pekon, 76 dusun, 74 RW (Rukun Warga), 148 Rukun Tetangga (RT), 9 Pekon Swadaya dan 10 Pekon Swakarya.
2. Jumlah Penduduk
a. Berdasarkan Jenis Kelamin
Jumlah penduduk Kecamatan Talang Padang dikelompokkan berdasarkan jenis kelamin akan diuraikan sebagai berikut.
Tabel 4.1.
Jumlah penduduk Kecamatan Talang Padang Berdasarkan Jenis Kelamin
Jenis Kelamin Jumlah (Orang) Persentase (%) Laki-
laki
24.739 49, 77
Peremp uan
24.965 50, 23
Total 49.704 100, 00
Sumber: Monografi Kecamatan Talang Padang, 2018
Berdasarkan Tabel di atas diketahui bahwa jumlah penduduk Kecamatan Talang Padang berdasarkan jenis kelamin memiliki sebaran yang hampir sama, yaitu sebanyak 24.739 orang atau sebesar 49, 77%
penduduk berjenis kelamin laki-laki dan 24.965 orang atau sebesar 50, 23% penduduk berjenis kelamin perempuan.
lxvi b. Berdasarkan Agama/Kepercayaan
Jumlah penduduk Kecamatan Talang Padang berdasarkan agama/kepercayaan dapat dilihat pada Tabel dibawah ini sebagai berikut.
Tabel 4.2.
Jumlah penduduk Kecamatan Talang Padang Berdasarkan Agama/Kepercayaan
No. Agama Jumlah (Orang) Persentase(%)
1. Islam 48.744 98, 67
2. Kristen 207 0, 42
3. Khatolik 126 0, 26
4. Hindu 0, 00 0, 00
5. Budha 325 0, 65
Total 49.402 100, 00
Sumber: Monografi Kecamatan Talang Padang, 2013
Berdasarkan Tabel 4.2 diketahui bahwa penduduk Kecamatan Talang Padang mayoritas (98, 67%) beragama Islam, sedangkan sebesar 0, 42% beragama Kristen, sebesar 0, 26% beragama Khatolik dan sebesar 0, 65% beragama Budha.
3. Sejarah Masyarakat Lampung Pesisir
Penduduk pribumi Lampung secara historis-kultural terbagi dalam dua komunitas besar, yaitu Pepadun dan Pesisir (Sai Batin).87 Tipologi masyarakat Sai Batin dalam menentukan status seseorang lebih cenderung mencerminkan komunitas yang didasarkan atas ascribed status and tradition (status yang diwariskan dalam koridor tradisi), dan achieved status and contract bagi masyarakat adat Pepadun memiliki ciri di mana
87 Syarifudin Basyar, Determinasi Nilai-Nilai Tradisi Terhadap Religiusitas Masyarakat (Kajian Adat Ninjuk dalam Budaya Lampung), (Lampung: Pusat Penelitian dan Penerbitan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat IAIN Rafden Intan Lampung, 2014), 6.
lxvii
status seseorang diukur dari prestasi dan ditentukan oleh kontrak sosial dalam sidang kerapatan Perwatin. Selain itu, kedua masyarakat adat ini memiliki sistem kepemerintahan tersendiri. Sistem pemerintahan pada masyarakat adat Pesisir bersifat aristokratis, sedangkan masyarakat adat Pepadun lebih kental demokratis.88
Meskipun demikian, secara prinsip kedua marga ini konsisten, teguh dan taat dalam memegang nilai-nilai adat dan budaya warisan leluhur mereka. Warisan leluhur ini tidak hanya berorientasi profane semata, tetapi sakralitas pelaksanaanya diaplikasikan dalam kehidupan dan menjadi falsafah hidup Ulun Lampung, yaitu Piil Pesenggiri.
Secara Genelogis masyarakat adat Lampung merupakan masyarakat penganut sistem kekeluargaan patrilinial yang terbagi-bagi dalam masyarakat seketurunan menurut Poyang asalnya masing-masing yang disebut buway. Misalnya Buway Nunyai, Buway Unyi, Buway Subing, Buway Bolan, Buway Menyarakat, Buway Tambapupus, Buway Nyerupa, Buway Belunguh dan sebagainya. Setiap ke-buway-an itu terdiri dari berbagai Jurai dari ke-buway-an, yang terbagi-bagi pula dalam beberapa kerabat yang terikat pada satu kesatuan rumah asal (nuwou tuhou). Kemudian dari rumah asal itu terbagi lagi dalam beberapa rumah kerabat (nuwou balak). Ada kalanya buway-buway itu bergabung dalam satu kesatuan yang disebut Paksi.
88 Edward Syah Pernong dalam Lampung Post, 100 Tokoh Terkemuka Lampung, (Bandar Lampung: Lampung Post, 2008), 325.
lxviii
Pada umumnya, masyarakat adat Pepadun mendiami daratan wilayah Lampung yang jauh dari pantai laut atau pedalaman, yang meliputi daerah Abung, Way Kanan, Sungkai, Talang Bawang dan Gunung Sugih. Sementara itu, secara kekerabatan masyarakat adat pepadun memiliki empat klan besar yang masing-masing dibagi ke dalam empat kelompok kerabat (buay). Yaitu:
a. Abung Siwo Migou (Abung Sembilan Marga).
b. Tulang Bawang Megow Pak (Tulang Bawang Marga Empat).
c. Way Kanan Buwai Lima (Lima Keturunan).
d. Pubiyan Telu Suku (Pubiyan Tiga Suku).
Sedangkan masyarakat adat Pesisir memiliki beberapa marga, yaitu:
a. Marga-marga Sekampung Ilir-Melinting, meliputi wilayah tanah di Way Sekampung Ilir.
b. Marga-marga Pesisir Melinting Rajabasa, meliputi wilayah tanah di kaki
gunung Rajabasa dan sekitarnya.
c. Marga-marga Pesisir Teluk, meliputi wilayah tanah di pantai Teluk Lampung.
e. Marga-marga Pesisir Semangka, meliputi wilayah tanah di pantai Teluk Semangka.
f. Marga-marga Pesisir Krui-Belalau, meliputi wilayah ekskewedanaan Krui.
lxix
g. Marga-marga di daerah Danau ranau, Muaradua, Komering sampai Kayu Agung dalam Provinsi Sumatera Selatan.
B. Proses Pembagian Harta Waris Menurut Hukum Adat Masyarakat Lampung Pesisir
Dalam pembagian proses harta waris pada masyarakat lampung pesisir pada dasarnya cenderung mengikuti sistem patrilineal yaitu sistem dimana garis keturunan utama adalah garis bapak yang dapat ditarik lurus sampai nenek moyang sehingga kedudukan istri dalam suatu keluarga tidak terlalu diperhatikan dalam pembagian harta waris. Anak-anak yang lahir menjadi keluarga bapak (Suami), harta yang ada menjadi milik Bapak (Suami) yang nantinya diperuntukkan bagi anak-anak keturunannya yang laki- laki.89
Pernyataan ini mengindikasikan bahwa dalam pembagian ahli waris yang didasarkan pada hukum adat lampung pesisir menunjuk ahli waris utama adalah anak lelaki tertua atau anak lelaki di dalam sebuah keluarga tersebut, apabila dalam sebuah keluarga tersebut tidak mempunyai anak laki-laki maka pihak keluarga tersebut dapat mengangkat anak menantu laki-laki nya untuk menjadi anak angkatnya agar dapat menjadi ahli waris dari pewaris karena menurut hukum adat Lampung bila sebuah keluarga tersebut tidak mempunyai ahli waris (anak laki-laki) maka keluarga tersebut dianggap putus keturunan.
Menurut hukum adat Lampung pesisir yang termasuk warisan bukan hanya harta benda pewaris saja tapi juga nama besar keluarga dan gelar adat yang
89 Wawancara terhadap Bapak Muhammad Rusli, Tokoh Adat Lampung Pesisir Tanggamus pada 22 April 2019
lxx
disandang oleh pewaris di dalam hukum adat. 90 Seorang ahli waris di dalam hukum adat akan memegang peranan penting di dalam keluarganya karena dia dianggap pengganti ayah dalam tanggung jawab keluarga besarnya, baik dalam hal pengurusan harta waris yang ditinggalkan, bertanggung jawab atas anggota keluarga yang ditinggalkan pewaris, dan juga menjaga nama baik keluarga.
1. Cara Pewarisan Adat Lampung
Dalam melaksanakan proses pembagian harta waris adat, masyarakat adat Lampung pesisir biasanya menggunakan beberapa cara proses pewarisan, diantaranya adalah dengan cara penerusan atau pengalihan dan dengan cara penunjukkan. 91 Di daerah Lampung penerusan atau pengalihan hak atas kedudukan dan harta kekayaan, biasanya berlaku setelah pewaris berumur lanjut di mana anak tertua lelaki sudah mantap berumah tangga, demikian pula adik-adiknya. Dengan penerusan dan pengalihan hak dan kewajiban sebagai kepala rumah tangga menggantikan ayahnya atau dalam istilah lampung Ngradu Tuha, maka selama ayah masih hidup, ayah tetap kedudukannya sebagai penasehat dan memberikan laporan dan pertanggungan jawab kekeluargaan. Termasuk dalam arti penerusan atau pengalihan harta kekayaan tertentu, sebagai dasar kebendaan untuk melanjutkan hidup kepada anak-anak yang akan kawin mendirikan rumah tangga baru, misalnya pemberian atau
90 Wawancara terhadap Bapak Ariansyah, warga Lampung Pesisir Tanggamus pada 22 April 2019
91 Wawancara terhadap Bapak Arman Maulana, warga Lampung Pesisir Tanggamus pada 25 April 2019
lxxi
diberikannya rumah dan pekarangan tertentu, bidang-bidang tanah ladang, kebun atau sawah, untuk anak lelaki atau perempuan yang akan berumah tangga. 92
Selain penerusan hak dan kewajiban ahli waris, di daerah Lampung juga dikenal cara penunjukkan atau Pengonjuk jolma tuha oleh orang tua kepada anak-anaknya atau pewaris kepada ahli waris atas harta tertentu, maka berpindahnya penguasaan dan pemilikannya baru berlaku dengan sepenuhnya kepada ahli waris setelah pewaris wafat. Apabila orang tua masih hidup, maka ia berhak dan berwenang menguasai harta yang ditunjukkan itu, tetapi di dalam pengurusan atau pemanfaatannya dari harta itu sudah dapat dinikmati oleh orang atau anak yang ditunjuk. Pada masyarakat Lampung pesisir, biasanya apabila orang tua memberikan sebagian hartanya dengan cara penunjukkan, maka seluruh anak-anaknya dikumpulkan. Misalnya setelah seluruhnya berkumpul, maka si bapak memberikan pernyataan, misalnya sawah yang luasnya satu hektar dan terletak di sini adalah hak untuk anaknya si A, kemudian mobil yang biasa dia pakai untuk anaknya si B. Bila sudah demikian maka jika kelak bapaknya meninggal dunia, barulah si A dan si B berhak atas harta yang diberikan. Bagi masyarakat adat Lampung pesisir selain harta yang sudah diberikan dengan jalan penerusan atau pengalihan dan penunjukkan, maka sisa harta yang tidak dibagi akan dikuasai oleh anak tertua laki-laki, misalnya rumah peninggalan orang tua. Maka walaupun orang tua tidak
92 Wawancara terhadap Bapak Muhammad Rusli, Tokoh Adat Lampung Pesisir Tanggamus pada 22 April 2019
lxxii
meninggalkan wasiat atau pesan terhadap harta yang tidak dibagi, kedudukan harta itu secara otomatis akan dikuasai oleh anak tertua laki- laki. 93
Hal yang menjadi pertimbangan lain dalam pembagian harta waris adat lampung pesisir adalah mengenai kedudukan dari anak angkat. Anak angkat adat mempunyai tanggung jawab sepenuhnya kepada orang tua adat baik dari aspek tanggung jawab sebagai anak pribadi maupun tanggung jawab atas kedudukan orang tua adat yang meliputi tanggung jawab atas segala harta warisan dan kerabat dari orang tua adat anak laki- laki yang telah diambil menjadi suami tersebut kedudukannya menjadi pengganti anak kandung dan bisa sebagai punyimbang, dalam hal menggunakan harta warisan kedudukan suami isteri adalah sejajar, tetapi walaupun hak pakai dari seluruh harta warisan suami isteri sejajar, karena anak laki-laki yang diangkat sebagai anak mentuha ini telah dianggap sebagai pengganti anak kandung, tetap saja kedudukannya suami adalah di tempat si perempuan.
Pembagian warisan pada masyarakat Lampung Pesisir yang seharusnya dilakukan sesudah pewaris meninggal dunia, berbeda dengan pembagian harta waris yang biasanya berlaku di sebagian besar masyarakat Kecamatan Talang Padang yang dilakukan sebelum pewaris meninggal dunia yaitu dengan cara mengumpulkan anak-anaknya dan mengumumkan pembagian harta waris, namun hak menguasai harta waris
93 Wawancara terhadap Bapak Muhammad Rusli, Tokoh Adat Lampung Pesisir Tanggamus pada 22 April 2019
lxxiii
tetap saja setelah pewaris meninggal dunia.94 Sistem pewarisan sesudah pewaris meninggal, yaitu pewarisan jatuh kepada anak laki-laki tertua sebagai ahli waris yang bertanggung jawab terhadap adik-adiknya serta keluarga menggantikan peran pewaris (ayah) sebagai kepala keluarga.
Pada sistem pewarisan menurut masyarakat adat Lampung Pesisir ahli waris selaku anak laki-laki tertua dapat membagi-bagikan harta warisan kepada adik-adiknya berdasarkan kebijakan dari keluarga, sehingga sistem pewarisan individual tidak dikenal pada Masyarakat Lampung Pesisir.
Namun apabila suatu keluarga tidak memiliki anak laki-laki dan hanya memiliki anak perempuan, maka menantu laki-laki dari anak tertua akan diangkat menjadi anak dan dapat menjadi ahli waris dalam keluarga tersebut. Menantu laki-laki tertua yang menjadi ahli waris dikarenakan tidak adanya anak laki-laki dinamakan semanda. Jadi ahli waris ini tidak memiliki hak waris dari keluarganya, namun memiliki hak waris dari pihak keluarga istrinya. Di sinilah perbedaan mendasar pembagian waris pesisir dari suku pepadun yang apabila tidak memiliki anak laki-laki, maka hak waris akan diberikan kepada keponakan laki-laki dan seterusnya.95
Laki-laki semanda atau menantu yang mendapatkan hak waris dari pihak istri pada dasarnya tidak mendapatkan hak waris dari keluarganya sendiri. Dalam hak harta waris yang didapatkannya dari keluarga istri juga bukan berarti ia memiliki kekuasaan penuh dalam mengaturnya karena
94 Wawancara terhadap Bapak Ariansyah, warga Lampung Pesisir Tanggamus pada 22 April 2019
95 Wawancara terhadap Bapak Ariansyah, warga Lampung Pesisir Tanggamus pada 22 April 2019
lxxiv
hakikat dari dialihkannya hak waris tersebut diharapkan akan dapat diberikan kepada anak laki-laki dari istrinya.
Dari pemaparan data hasil penelitian di atas maka dapat diambil kesimpulan bahwa dalam sistem kekerabatan patrilinial yang dianut oleh masyarakat Lampung sangat jelas menempatkan kaum laki-laki pada kedudukan yang lebih tinggi. Ada tiga unsur yang perlu dibicarakan untuk menelaah hukum kewarisan adat dalam lingkungan adat masyarakat muslim di Lampung, yaitu pewaris, ahli waris, dan harta warisan.
Dalam pembagian harta waris adat lampung, seseorang dapat dinyatakan sebagai Pewaris jika seseorang yang telah meninggal dunia dan meninggalkan sesuatu yang dapat beralih kepada keluarganya yang masih hidup.96 Karena itu yang tergolong sebagai pewaris adalah orang tua, yaitu ayah, ibu, dan saudara-saudara. Selain itu, bila terjadi hubungan perkawinan, yang kemudian salah satu di antara keduanya meninggal dan meninggalkan harta warisan, yang meninggal itu disebut pewaris.
2. Harta Waris dalam Adat Lampung Pesisir
Harta warisan yang dalam masyarakat adat Lampung Pesisir adalah harta pusaka turun temurun dari generasi ke generasi yang diwarisi dan dikuasai oleh anak laki-laki tertua. 97 Bentuk harta yang tidak berwujud yaitu hak-hak atas gelar- gelar adat, kedudukan adat, hak-hak atas pakaian perlengkapan adat, hak mengatur dan mewakili anggota kerabat.
96 Wawancara terhadap Bapak Arman Maulana, warga Lampung Pesisir Tanggamus pada 25 April 2019
97 Wawancara terhadap Bapak Ariansyah, warga Lampung Pesisir Tanggamus pada 22 April 2019