• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sumber Data

Dalam dokumen SKRIPSI - Repository IAIN Bengkulu (Halaman 50-106)

BAB III. METODE PENELITIAN

C. Sumber Data

Sumber data dalam penelitian ini yaitu :

1. Data primer adalah data yang didapat langsung dari subyek penelitian, seperti responden/narasumber. Narasumber yang menjadi data primer dalam penelitian ini terdiri dari Guru Kelas I - III yang berjumlah 3 (tiga) orang dan Siswa-Siswi Kelas II - III SDIT Al-Qiswah Kota Bengkulu yang berjumlah 4 (empat) orang. Sedangkan narasumber yang menjadi

data sekunder yang melengkapi data penelitian ini adalah Kepala Sekolah SDIT Al-Qiswah Kota Bengkulu untuk mengetahui data tentang penerapan media belajar berbasis pembelajaran daring di kelas bawah SDIT Al-Qiswah Kota Bengkulu pada masa pandemi covid-19.

Teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah snowball sampling. Menurut Sugiyono, snowball sampling merupakan teknik penentuan sampel yang mula-mula jumlahnya kecil, kemudian membesar. Peneliti memilih snowball sampling karena dalam penentuan sampel, peneliti pertama-tama hanya menentukan satu atau dua orang saja tetapi karena data yang didapat dirasa belum lengkap maka peneliti mencari orang lain yang untuk melengkapi data tersebut.51

2. Data sekunder adalah data yang bersifat membantu dan menunjang dalam melengkapi dan memberikan penjelasan sumber data primer berupa penelitian kepustakaan (library research), seperti koran, internet, majalah, dan sebagainya. 52

D. Fokus Penelitian

Penelitian ini difokuskan untuk meneliti tentang penerapan media belajar berbasis pembelajaran daring di kelas bawah SDIT Al-Qiswah Kota Bengkulu pada masa pandemi covid-19 dan hambatan dalam penerapannya.

E. Teknik Pengumpulan Data

51Sugiyono, Op. Cit., hal. 218.

52Nasution, Metode Research: Penelitian Ilmiah, (Jakarta: Bumi Aksara, 2006), hal. 81.

Untuk mendapatkan pemahaman yang lebih luas dan mendalam, dalam penelitian ini penulis menggunakan teknik pengumpulan data yaitu:

1. Observasi

Observasi adalah seluruh aktivitas yang dilihat di lapangan sesuai dengan masalah dan tujuan penelitian. Gunanya untuk mengumpulkan dan melengkapi data penelitian.53 Observasi dapat digunakan untuk menilai penampilan guru dalam mengajar, suasana kelas, hubungan sosial sesama siswa, hubungan guru dengan siswa, dan prilaku sosial lainnya. Dalam penelitian ini penulis melakukan observasi langsung, maksudnya pengamatan yang dilakukan terhadap gejala atau proses yang terjadi dalam situasi yang sebenarnya dan langsung diamati oleh pengamat.54 Penulis akan melakukan observasi tentang penerapan media belajar berbasis pembelajaran daring di kelas bawah SDIT Al-Qiswah Kota Bengkulu pada masa pandemi covid-19.

2. Wawancara

Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu.

Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara (interviewee) yang memberikan jawaban atas pertanyaan yang diajukan.

Gunanya untuk mendapatkan informasi dari para narasumber.55 Ada dua jenis wawancara yaitu wawancara berstruktur dan wawancara bebas (tak

53Lexy J. Moleong, Op. Cit., hal. 179.

54Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar-Mengajar, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2009), hal. 85.

55Lexy J. Moleong, Op. Cit., hal. 186.

berstruktur). Dalam wawancara berstruktur jawaban telah disiapkan sehingga responden tinggal mengkategorikannya kepada alternatif jawaban yang telah dibuat. Sedangkan pada wawancara bebas, jawaban tidak perlu disiapkan sehingga responden bebas mengemukakan pendapatnya. 56

Dalam penelitian ini penulis akan menggunakan wawancara tidak terstruktur yang merupakan wawancara yang berbeda dengan yang terstruktur. Wawancara semacam ini digunakan untuk menemukan informasi yang bukan baku atau informasi tunggal. Hasil wawancara semacam ini menekankan perkecualian, penyimpangan, penafsiran yang tidak lazim, penafsiran kembali, pendekatan baru, pandangan ahli, atau perspektif tunggal. Wawancara ini sangat berbeda dari wawancara terstruktur dalam hal waktu bertanya dan cara memberikan respons, yaitu jenis ini jauh lebih bebas iramanya. Responden biasanya terdiri atas mereka yang terpilih saja karena sifat-sifatnya yang khas. Biasanya mereka memiliki pengetahuan dan mendalami situasi, dan mereka lebih mengetahui informasi yang diperlukan. 57

3. Dokumentasi

Dokumentasi gunanya untuk melengkapi data penelitian.

Dokumen ialah setiap bahan tertulis ataupun film, dokumen biasanya dibagi atas dokumen pribadi dan dokumen resmi.58 Dokumen sudah lama digunakan dalam penelitian sebagai sumber data karena dalam banyak

56Nana Sudjana, Op. Cit., hal. 68.

57Lexy J. Moleong, Op. Cit., hal. 190.

58Ibid., hal. 216.

hal dokumen sebagai sumber data dimanfaatkan untuk menguji menafsirkan, bahkan untuk meramalkan. Dokumen yang dapat digunakan mencakup budget, iklan, deskripsi kerja, laporan berkala, memo, arsip sekolah, korespondensi, brosur informasi, websites, catatan proses pengadilan, poster, menu, dan lain sebagainya. 59

F. Instrumen Penelitian

Instrumen dalam penelitian ini, yaitu:

1. Instrumen observasi

Dalam penelitian ini, observasi dilakukan untuk memperoleh data secara langsung tentang penerapan media belajar berbasis pembelajaran daring di kelas bawah SDIT Al-Qiswah Kota Bengkulu pada masa pandemi covid-19. Berikut kisi-kisi pedoman observasi yaitu:

Tabel 3.2 Kisi-kisi Observasi60

No Indikator Observasi Keterangan

1 2 3

1. Guru menyiapkan media dan fasilitas yang dibutuhkan dalam pembelajaran daring

2. Guru memiliki keterampilan teknologis dalam pengunaan media dalam pembelajaran daring 3. Guru mengalokasikan waktu dengan tepat dan

proporsional untuk siswa mempelajari materi pelajaran dalam pembelajaran daring

4. Guru mengalokasikan waktu dengan tepat dan proporsional untuk siswa menyelesaikan tugas- tugasnya dalam pembelajaran daring

5. Guru merespons setiap informasi yang

59Emzir, Metodologi Penelitian Pendidikan: Kuantitatif dan Kualitatif, (Jakarta:

Rajagrafindo, 2015), hal. 172.

60Munir, Pembelajaran Jarak Jauh Berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi, (Bandung: Penerbit Alfabeta, 2009), hal. 202.

disampaikan siswa dalam pembelajaran daring 6. Guru menyiapkan dan menyajikan bahan

pelajaran dari berbagai sumber referensi lainnya

1 2 3

7. Guru memberikan bimbingan dan dorongan kepada siswa untuk saling berinteraksi dalam pembelajaran daring

8. Guru memberikan umpan balik secara individual dan berkelanjutan kepada semua siswa dalam pembelajaran daring

9. Guru mendorong siswa agar tetap aktif belajar dan mengikuti diskusi dalam pembelajaran daring

10. Guru membantu siswa agar tetap dapat saling berinteraksi dalam pembelajaran daring 11. Hambatan yang dihadapi guru dalam

penggunaan media belajar dalam pembelajaran daring

2. Instrumen wawancara

Dalam penelitian ini, wawancara dilakukan untuk memperoleh data secara langsung berupa informasi tentang penerapan media belajar berbasis pembelajaran daring di kelas bawah SDIT Al-Qiswah Kota Bengkulu pada masa pandemi covid-19. Berikut kisi-kisi pedoman wawancara yaitu:

Tabel 3.3 Kisi-kisi Wawancara61

No Variabel Indikator Jumlah

Soal

Nomor Soal

1 2 3 4 5

1 Penerapan media belajar berbasis pembelajaran daring di kelas bawah SDIT Al- Qiswah pada

Guru menyiapkan fasilitas dan peralatan (media) yang dibutuhkan dalam kegiatan pembelajaran daring

2 1, 2

Guru memiliki keterampilan 1 3

61Ibid.

masa pandemi covid-19

teknologis untuk memperlancar kegiatan pembelajaran daring

Guru mengalokasikan waktu dengan tepat dan

proporsional untuk siswa mempelajari materi pembelajaran dan

penyelesaian tugas-tugas

2 4, 5

Guru selalu merespons setiap informasi yang disampaikan siswa

1 6

Guru menyiapkan dan menyajikan risalah dan berbagai sumber referensi lainnya

1 7

Guru memberikan bimbingan dan dorongan kepada siswa untuk saling berinteraksi

1 8

Guru memberikan umpan balik secara individual dan berkelanjutan kepada semua siswa

1 9

Guru

menggugah/mendorong siswa agar tetap aktif belajar dan mengikuti diskusi

1 10

Guru membantu siswa agar tetap dapat saling

berinteraksi

1 11

2 Hambatan dalam penerapan media belajar berbasis pembelajaran daring di kelas bawah SDIT Al- Qiswah pada masa pandemi covid-19

Hambatan yang dihadapi guru dalam penggunaan media belajar berbasis pembelajaran daring di kelas bawah SDIT Al- Qiswah Kota Bengkulu pada masa pandemi covid- 19

1 12

3. Instrumen dokumentasi

Sedangkan instrumen dokumentasi dilakukan untuk memperoleh data tentang prodil SDIT Al-Qiswah Kota Bengkulu. Berikut kisi-kisi instrumen dokumentasi yaitu:

Tabel 3.4 Kisi-kisi Dokumentasi

No Variabel Jenis Dokumen Ada/Tidak

1 2 3 4

1 Dokumen yang berhubungan dengan kelembagaan sekolah

a. Profil lembaga b. Visi dan misi c. Struktur organisasi d. Data guru, tenaga

kependidikan, dan karyawan

e. Data siswa

f. Data sarana dan prasarana 2 Dokumen yang

berkaitan dengan program pembelajaran daring

a. Kurikulum pendidikan b. Jadwal pembelajaran c. Absensi siswa d. Absensi guru

G. Uji Keabsahan Data

Cara untuk memperoleh keabsahan data yaitu dengan meningkatkan kredibilitas data. Teknik keabsahan data dalam penelitian ini, yaitu triangulasi. Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain. Di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu. Tujuan dari triangulasi bukan untuk mencari kebenaran tentang beberapa fenomena, tetapi lebih pada

peningkatan pemahaman peneliti terhadap apa yang telah ditemukan.62 Cara terbaik menghilangkan perbedaan kontruksi kenyataan saat mengumpulkan data, sehingga peneliti dapat mengoreksinya dengan membandingkan berbagai sumber dan metode.

1. Triangulasi sumber

Menurut Patton dalam Moleong, triangulasi dengan sumber berarti membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda dalam penelitian kualitatif.63 Hal yang perlu dilakukan untuk menguji kredibilitas adalah membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara, membandingkan apa yang telah dikatakan orang di depan umum dengan apa yang dikatakan secara pribadi, membandingkan apa yang diakatakan tentang situasi penelitian dengan apa yang dikatakan sepanjang waktu, membandingkan keadaan dan prespektif seseorang dari berbagai pendapat dan pandangan orang, dan membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang berkaitan.

2. Triangulasi teknik/metode

Menurut Sugiyono, triangulasi teknik/metode merupakan teknik untuk menguji kredibilitas data dengan mengecek data kepada sumber yang sama dengan teknik/metode yang berbeda. Pertama menggunakan teknik observasi dan kedua menggunakan teknik wawancara dan dokumentasi. Apabila menghasilkan data yang berbeda maka peneliti

62Lexy J. Moleong, Op. Cit, hal. 327.

63Ibid., hal. 330.

perlu melakukan diskusi lebih lanjut dengan sumber data yang bersangkutan, untuk memastikan mana yang dianggap benar.64 Berikut bagan metode triangulasi, yaitu:

Gambar 3.1

Bagan Metode Triangulasi

H. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis data kualitatif. Aktivitas dalam analisis data yaitu reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan/verifikasi.

1. Reduksi data yang berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, mencari tema dan polanya, lalu membuang data yang tidak perlu.

2. Penyajian data yang berarti data akan diorganisasikan, disusun dalam pola hubungan, sehingga akan semakin mudah dipahami.

3. Penarikan kesimpulan/verifikasi, berarti data yang dikemukakan pada tahap awal akan didukung oleh bukti-bukti yang valid saat penelitian di

64Sugiyono, Op. Cit., hal. 373.

Keabsahan Data Metode Triangulasi

Triangulasi antar sumber data

Triangulasi antar metode pengumpulan data

lapangan, maka kesimpulan akhir akan menjadi kesimpulan yang kredibel. 65

65Sugiyono, Op. Cit., hal. 337.

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Penerapan Media Belajar Berbasis Pembelajaran Daring di Kelas Bawah SDIT Al-Qiswah Kota Bengkulu pada Masa Pandemi Covid-19

Fokus pada penelitian ini yaitu untuk mengetahui penerapan media belajar berbasis pembelajaran daring di kelas bawah SDIT Al- Qiswah Kota Bengkulu pada masa pandemi covid-19. Untuk itu penulis melakukan wawancara dengan 8 (delapan) orang informan, yaitu: Kepala Sekolah, Guru Kelas I - III yang berjumlah 3 (tiga) orang, serta siswa Kelas II - III SDIT Al-Qiswah Kota Bengkulu yang berjumlah 4 (empat) orang.

Kurang lebih dari 16 (enam belas) bulan terakhir ini, pendidikan di Indonesia tengah mengalami perubahan sistem pembelajaran dari yang tadinya belajar tatap muka di sekolah menjadi pembelajaran daring di rumah, anjuran pemerintah untuk melakukan pembelajaran daring di rumah dikarenakan mengantipasikan penyebaran virus corona-19 di Indonesia yang sangat cepat penyebarannya. Ribuan sekolah di negara lain, termasuk Indonesia, menutup sekolah sebagai upaya untuk menghentikan penyebaran virus tersebut. Tanggapan UNESCO sebagai lembaga yang bergerak dibidang pendidikan, sangat menyetujui pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan wadah dalam jaringan (daring) sebagai upaya pembelajaran jarak jauh, sehingga pembelajaran

48

dapat dijangkau oleh siswa dimanapun berada. Pembelajaran daring adalah sebuah inovasi pendidikan yang melibatkan unsur teknologi informasi dalam pembelajarannya. Pembelajaran daring merupakan sistem pendidikan jarak jauh dengan sekumpulan metode pembelajaran dimana terdapat aktivitas pengajaran yang dilaksanakan secara terpisah dari aktivitas belajar.

Pertama, penulis menanyakan kepada Kepala Sekolah SDIT Al- Qiswah Kota Bengkulu tentang fasilitas dan media belajar yang dibutuhkan dalam kegiatan pembelajaran daring di kelas bawah, berikut jawabannya:

“Permasalahan yang dialami guru di tengah kondisi pandemi covid-19 ini pembelajaran dilaksanakan secara daring dan tidak bisa dilaksanakan secara tatap muka di kelas. Kondisi tersebut menuntut kami para guru untuk melakukan inovasi dalam proses pembelajaran khususnya pembelajaran melalui daring (dalam jaringan). Solusi yang dilakukan selama masa pandemi adalah mencari solusi dengan menggunakan pembelajaran berbasis dalam jaringan. Untuk itu kami para gru dituntut untuk inovatif dalam menggunakan media pembelajaran dengan model daring.

Dalam hal ini kami para guru menyediakan fasilitas untuk memfasilitasi siswa dengan buku-buku dari perpustakaan kelas, modul, buku teks, serta buku-buku pendukung. Dan yang terpenting akses internet. Pembelajaran daring yang digunakan guru di sekolah kami adalah menggunakan WhatsApps (WA) dan WA group. Seminggu sekali kami melakukan tatap muka dengan aplikasi Zoom Meeting. Alasan menggunakan aplikasi WA yaitu lebih mudah dan semua orang tua wali murid dapat menggunakannya dan bukan hal yang asing. Saat ini WA lebih mudah dan dapat dijangkau banyak kalangan. Karena kelebihan dalam penggunaan WA yaitu lebih mudah dalam mengoperasikannya dan lebih mudah dalam pengiriman soal dan materi. Jikapun ingin melakukan pertemuan secara virtual maka guru juga dapat langsung menggunakan fitur WA Video Call. WA bersifat sederhana, efektif dan juga efisien dalam penggunaannya.

Karena itulah aplikasi WA yang paling sering digunakan sekolah

kami untuk proses pembelajaran daring juga berkomunikasi dengan wali murid selama masa pandemi ini”. 66

Terkait hal di atas, penulis juga menanyakannya kepada Guru Kelas I SDIT Al-Qiswah Kota Bengkulu, berikut jawaban informan:

“Pembelajaran daring yang digunakan guru di sekolah kami adalah menggunakan WhatsApps (WA) dan WA group. Seminggu sekali kami melakukan tatap muka dengan aplikasi Zoom Meeting.Fasilitas WhatsApps, dimana kami para guru membuat WhatsApps group sehingga semua siswa dapat terlibat dalam grup. Tugas-tugas diberikan melalui WhatsApps juga. Bahkan jika memang siswa masih belum memahami maka guru juga akan menambahkan dengan mengirimkan video ataupun melakukan WhatsApps Video Call dengan siswa. Penggumpulan tugas pun lebih memudahkan siswa melalui pesan WhatsApps. Tugas dapat juga dikirim lewat WhatsApps dan biasanya siswa memfoto tugas tersebut dan mengirimkan pada guru”. 67

Penulis juga menanyakan kepada Guru Kelas II SDIT Al-Qiswah Kota Bengkulu tentang fasilitas dan media belajar yang dibutuhkan dalam kegiatan pembelajaran daring di kelas bawah, berikut jawabannya:

“Kami sering membuat video tutorial yang dibuat oleh guru yang isinya tentang materi pelajaran yang isinya sebagaimana ketika kami mengajar di kelas, vide tersebut banyak diunggah lewat WhatsApps grup. Selanjutnya siswa mengunduh materi dan mempelajari materi dari guru yang lewat video tutorial tersebut.

Alasan kami para guru memilih menggunakan WA adalah karena lebih praktis, lebih mudah dipahami anak, lebih efektif karena tidak membutuhkan banyak kuota dalam proses pembelajaran.

Tambahan yang lainnya adalah Youtube yaitu dengan mengunggah video agar dapat ditonton oleh siswa. Tentunya video youtube yang berkaitan dengan materi pelajaran yang akan dipelajari”. 68

66Fuji Astuti, Kepala Sekolah SDIT Al-Qiswah Kota Bengkulu, wawancara tanggal 26 Juli 2021.

67Muhammad Alfarisi, Guru Kelas I SDIT Al-Qiswah Kota Bengkulu, wawancara tanggal 27 Juli 2021.

68Erwani Santi, Guru Kelas II SDIT Al-Qiswah Kota Bengkulu, wawancara tanggal 27 Juli 2021.

Selanjutnya, Guru Kelas III SDIT Al-Qiswah Kota Bengkulu juga menambahkan dalam wawancaranya sebagai berikut:

“Selain WA, kami juga menggunakan aplikasi Zoom dan Google Classroom yang hanya dilakukan dalam satu pekan sekali, dengan alasan karena banyak orang tua yang masih bekerja, dan juga siswa tidak semua memiliki gawai/hp pribadi tetapi memakai hp orang tuanya. Penggunaan aplikasi Zoom Meeting bertujuan supaya anak lebih antusias belajar karena termotivasi dengan teman-temannya yang ikut hadir dalam tatap muka pada aplikasi Zoom Meeting, juga dapat membantu siswa mengurangi rasa jenuh belajar sendirian di rumah”. 69

Kedua, penulis menanyakan kepada Guru Kelas I SDIT Al- Qiswah Kota Bengkulu tentang cara guru dalam mengalokasikan waktu dengan tepat dan proporsional terhadap tugas-tugas yang diberikan pada pembelajaran daring di kelas bawah, berikut jawabannya:

“Bentuk tugas yang diberikan untuk siswa bermacam-macam, tidak hanya yang bersifat akademis saja seperti tugas mengerjakan soal-soal latihan, namun juga tugas yang bersifat non-akademis. Bentuk-bentuk tugas non-akademis seperti misalnya tugas membentuk kemandirian siswa diantaranya menyapu, mengelap kaca jendela, membereskan tempat tidur, mencuci piring, menyiram tanaman, dan tugas lainnya yang bisa dilakukan oleh anak-anak kelas 1-3”. 70

Terkait hal di atas, penulis juga menanyakannya kepada Guru Kelas II SDIT Al-Qiswah Kota Bengkulu, berikut jawaban informan:

“Penggumpulan tugas yang memudahkan siswa melalui pesan WhatsApps. Tugas dapat juga dikirim lewat WhatsApps dan

69Fila Rhomadani, Guru Kelas III SDIT Al-Qiswah Kota Bengkulu, wawancara tanggal 28 Juli 2021.

70Muhammad Alfarisi, Guru Kelas I SDIT Al-Qiswah Kota Bengkulu, wawancara tanggal 27 Juli 2021.

biasanya siswa memfoto tugas tersebut dan mengirimkan pada guru”. 71

Selanjutnya, Guru Kelas III SDIT Al-Qiswah Kota Bengkulu juga menambahkan dalam wawancaranya sebagai berikut:

“Tugas yang diberikan dapat dikirimkan dalam bentuk vide dan LKS. Caranya siswa mengerjakan tugas secara manual dengan cara menulis di buku, kemudian foto hasil tugas dikirim lewat chat WhatsApps masing-masing siswa. Pemanfaatan WhatsApps digunakan kami para guru juga sebagai sarana untuk mengumpulkan tugas. Penggunaan aplikasi WA karena lebih mudah dan semua orang tua wali murid dapat menggunakannya dan bukan hal yang asing bagi mereka”. 72

Ketiga, penulis menanyakan kepada Guru Kelas I SDIT Al- Qiswah Kota Bengkulu tentang penerapan media belajar dalam kegiatan pembelajaran daring di kelas bawah, berikut jawabannya:

“Pembelajaran tematik dengan daring pada tatap muka melalui zoom meeting dengan durasi 2 jam dimulai dengan mengucapkan salam sebelum memulai pembelajaran, kemudian menanyakan kabar siswa, lalu guru menyampaikan materi secara singkat. Saya juga membahas tentang tugas yang telah diberikan sebelumnya dan memandu siswa untuk berdiskusi dan tanya jawab bila ada siswa yang tidak memahami materi. Jadi saya ciptakan suasana pembelajaran seperti sedang belajar kelompok karena anggota siswanya yang sedikit walaupun belajarnya melalui aplikasi zoom meeting. Terakhir saya memberikan arahan untuk pengerjaan tugas yang sudah saya siapkan. Setelah itu siswa akan mengerjakan tugas mereka masing-masing di rumah dan dikumpulkan melalui grup whatsap kelas”. 73

Terkait hal di atas, penulis juga menanyakannya kepada Guru Kelas II SDIT Al-Qiswah Kota Bengkulu, berikut jawaban informan:

71Erwani Santi, Guru Kelas II SDIT Al-Qiswah Kota Bengkulu, wawancara tanggal 27 Juli 2021.

72Fila Rhomadani, Guru Kelas III SDIT Al-Qiswah Kota Bengkulu, wawancara tanggal 28 Juli 2021.

73Muhammad Alfarisi, Guru Kelas I SDIT Al-Qiswah Kota Bengkulu, wawancara tanggal 27 Juli 2021.

“Penerapan pembelajaran tematik dengan daring dilakukan pada tatap muka melalui zoom meeting dengan durasi 2 jam. Guru menyampaikan materi secara singkat sambil membahas tugas yang telah diberikan sebelumnya dan memandu siswa untuk berdiskusi dan tanya jawab bila ada siswa yang tidak memahami materi. Jadi kami para guru sengaja menciptakan suasana pembelajaran seperti sedang belajar kelompok karena anggota siswanya sedikit yang ikut aplikasi zoom meeting itu. Bahkan jika memang siswa masih belum memahami maka guru juga akan menambahkan dengan mengirimkan video ataupun melakukan whatsapps video call dengan siswa. Sebelum pembelajaran ditutup, guru memberikan arahan untuk pengerjaan tugas yang sudah disiapkan”. 74

Penulis juga menanyakan kepada Siswa Kelas III SDIT Al- Qiswah Kota Bengkulu tentang penerapan media belajar dalam kegiatan pembelajaran daring di kelas bawah, berikut jawabannya:

“Pembelajaran daring berbeda dengan pembelajaran tatap muka karena di kelas biasanya dijelaskan sedangkan di rumah tidak dijelaskan. Pada pembelajaran daring di mata pelajaran tematik saya merasa kurang senang dan merasa sedih karena tidak ada teman diskusi seperti di kelas. Dalam pembelajaran tatap muka kan ada interaksi antara saya dan guru dan kawan-kawan. Kalau pembelajaran tematik dengan daring adanya tatap muka melalui zoom meeting belajar selama 2 jam. Di aplikasi zoom seperti belajar kelompok tapi cuma bisa melihat teman-teman lewat hp aja susah mau interaksi seperti di kelas. Belajar kelompok di aplikasi zoom biasanya membahas tugas dari guru dan berdiskusi, sering juga tanya jawab sama guru kalau ada materi yang tidak dipahami”. 75

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa penerapan media belajar berbasis pembelajaran daring di kelas bawah SDIT Al-Qiswah Kota Bengkulu pada masa pandemi covid-19 dilaksanakan dengan

74Erwani Santi, Guru Kelas II SDIT Al-Qiswah Kota Bengkulu, wawancara tanggal 27 Juli 2021.

75Fila Rhomadani, Guru Kelas III SDIT Al-Qiswah Kota Bengkulu, wawancara tanggal 28 Juli 2021.

Dalam dokumen SKRIPSI - Repository IAIN Bengkulu (Halaman 50-106)

Dokumen terkait