BAB III METODE PENELITIAN
A. Deskripsi Data
Menurut bahasa, kata al-Mujadilah berarti pembantahan.46 Ada juga yang memberi arti surah al-Mujadilah adalah sebagai wanita yang mengajukan gugatan. Surat ini merupakan yang ke-58, terdiri dari 22 ayat, termasuk kelompok surat madaniyah dan diturunkan sesudah surah al- munafiqun. Surat ini dinamai al-Mujadalah karena pada awal surat disebutkan pengaduan seorang istri yang dalam riwayat tersebut bernama Khaulah binti Tsa’labah. Perempuan itu telah di dzihar oleh suaminya sehingga mereka tidak dapat bergaul lagi. Khaulah mencoba untuk memberi pengertian pada suaminya akibat dziharnya. Maka si istri meminta keputusan kepada rasulullah SAW sebagai jawabnya, maka turunlah ayat-ayat di awal surat ini.47
2. Munasabah surah sebelum dan sesudahnya
a. Pada bagian depan surah al-Hadid disebutkan sifat-sifat Allah SWT yang agung, diantaranya adalah al-Zhahir, al-Bathin, yang maha mengetahui segala apa yang masuk ke dalam bumi dan apa yang keluar dari bumi, segala apa yang turun dari langit dan apa yang naik ke langit, dan senantiasa bersama makhluk-Nya di manapun mereka berada.
46 Departemen Agama RI, Al-Quran dan Terjemahannya, (Bandung: Jumanatul ‘Ali-Art, 2004), 543.
Sedangkan pada bagian depan surah al-mujadilah ini disebutkan ayat yang menunjukkan tentang hal itu, yaitu mendengar perkataan si perempuan yang mengadu kepada Allah SWT. Oleh karena itu, Aisyah r.a, ketika turun ayat ini berkata, “ Mahasuci Dzat yang pendengar-Nya meliputi segala suara. Waktu itu, aku tidak mengetahui apa yang dikatakan oleh si perempuan tersebut.48
b. Surah al-Hadiid ditutup dengan ayat yang menerangkan karunia Allah SWT, sementara surah al-mujadilah ini dibuka dengan ayat yang mengisyaratkan beberapa karunia Allah.
c. Dalam surah al-mujadilah pada ayat ketujuh, Allah SWT berfirman
“alam” . ayat ini menjelaskan lebih lanjut keterangan global yang disebutkan dalam surah al-hadid ayat ke empat, “wa huwa”.
3. Teks dan Terjemahan surah al-mujadilah ayat 11
Artinya: “Hai orang-orang beriman apabila dikatakan kepadamu:
"Berlapang-lapanglah dalam majlis", maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu", maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat.
Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan”.49
48 HR sa’id Ibnu Mansur dan al-Bukhari dalam bentuk mu’allaq, Abd Ibnu Humaid, an-Nasa’i, Ibnu Majah, Ibnul Mundzir, Ibnu Murdawih, dan al-Baihaqi dalam sunannya dengan redaksi al- hamdulillah, al-hadiist.
49 Al-Qur’an, 544: 11.
4. Tafsirul Mufrodat
Lafal Tafsir Kata
ْاﻮُﺤﱠﺴَﻔَﺗ Lapangkan,dan hendaklah sebagian kamu melapangkan kepada sebagian yang lain.
ۡﻔَﯾ ِﺢَﺴ
ۖۡﻢُﻜَﻟ ُ ﱠﻟﻠہٱ Allah melapangkan rahmat dan rezekiNya untukmu.
ٱ
ْاوُﺰُﺸﻧ Bangkitlah untuk memberi kelapangan kepada orang-orang yang datang.
َﻓﭑ
ْاوُﺰُﺸﻧ Bangkitlah kamu dan jangan berlambat-lambat.
ۡﺮَﯾ ِﻊَﻓ ُ ﱠﻟﻠہٱ
ْاﻮُﻨَﻣاَء َﻦﯾِﺬﱠﻟٱ Allah meninggikan kedudukan mereka pada hari kiamat.
َوٱ ْاﻮُﺗوُأ َﻦﯾِﺬﱠﻟ ۡﻠِﻌٱ ۡﻟ
َٰﺟَرَد َﻢ ﺖ
Dan Allah meninggikan orang- orang yang berilmu diantara mereka, khususnya derajat-derajat dalam kemuliaan dan ketinggian kedudukan
5. Asbabun Nuzul
Ibnu Jarir ath-Thabari meriwayatkan dari Qatadah, ia berkata,
“ketika mereka berada dalam majelis rasulullah SAW, lalu mereka melihat ada orang yang datang, mereka enggan memberikan tempat kepadanya di majelis rasulullah SAW. kemudian, turunlah ayat ini.
Ibnu Abi Hatim meriwayatkan dari muqatil bahwa ayat ini turun pada hari jum’at. Disaat pahlawan-pahlawan badar datang ke tempat pertemuan yang penuh sesak. Orang-orang pada tidak mau memberi tempat kepada yang baru datang itu, sehingga terpaksa mereka berdiri.
Rasulullah menyuruh berdiri kepada orang-orang itu (yang lebih dulu duduk), sedang tamu-tamu itu (para pahlawan badar) disuruh duduk ditempat mereka. Orang-orang yang disuruh pindah tempat merasa tersinggung perasaannya. Lalu turunlah ayat ini sebagai perintah kepada
kaum mukminin untuk menaati perintah rasulullah dan memberikan kesempatan duduk kepada sesama mukminin.50
6. Munasabah ayat sebelum dan sesudahnya
Setelah melarang orang-orang Mukmin melakukan pembicaraan rahasia ketika bersama orang lain, melarang berbisik-bisik yang bertujuan untuk melakukan perbuatan dosa, permusuhan, menyakiti orang lain karena hal itu bisa menjadi penyebab terjadinya kerenggangan hubungan, ketidakharmonisan dan saling membenci, Allah SWT memerintahkan kepada mereka sesuatu yang biasa memupuk rasa cinta kasih, semangat, kasih sayang, dan keharmonisan hubungan yakni berlapang-lapang dalam majelis, saling memberikan ruang dan tempat di majelis, serta berdiri meninggalkan majelis ketika disuruh karena suatu kemaslahatan.
Kemudian Allah SWT menginformasikan bahwa dia meninggikan kedudukan orang-orang mukmin dan ulama beberapa derajat di dalam surga dan juga dunia.51
7. Penafsiran surah al-mujadilah ayat 11 oleh mufassir a. Tafsir Al-Misbah
Dalam surah al-Mujadilah ayat 11 menjelaskan tentang tuntunan akhlak yang memberikan gambaran bagaimana menjalin
50 Shaleh, Asbabun Nuzul ( Latar Belakang Historis Turunnya Al-Qur’an), ( Bandung:
Diponegoro, 2000), 548.
51 Ibid, 409.
hubungan harmonis dalam suatu majlis. adapun Kata tafasahu dan ifsahu terambil dari kata fasaha yakni lapang. Sedang kata insyuzu terambil dari kata nusyuzu yakni tempat yang tinggi. Perintah tersebut pada mulanya berarti beralih ke tempat yang tinggi. Yang dimaksud pindah ke tempat lain untuk memberi kesempatan kepada yang lebih berhak duduk atau berada di tempat yang berhak pindah itu, atau bangkit melakukan aktivitas positif.
Kata majalis adalah bentuk jamak dari kata majlis yang berarti tempat duduk. Ayat ini turun karena ada tujuan perintah yaitu memberi tempat yang berhak serta mengalah kepada orang-orang yang dihormati atau yang lemah. Ayat diatas juga tidak menyebut secara tegas bahwa allah akan meninggikan derajat orang berilmu. tetapi menegaskan bahwa mereka memiliki derajat-derajat yakni yang lebih tinggi dari orang yang hanya beriman. Tidak disebutnya kata meninggikan itu, sebagai isyarat bahwa sebenarnya ilmu yang dimilikinya itulah yang berperan besar dalam ketinggian derajat yang diperolehnya, bukan akibat dari faktor diluar ilmu itu.
Yang dimaksud alladzina utu ‘ilmi adalah mereka yang beriman dan menghiasi diri mereka dengan pengetahuan. Ini berarti ayat diatas membagi kaum beriman ada dua kelompok besar. Pertama, hanya
beriman dan beramal shalih dan yang kedua, beriman dan beramal shalih serta memiliki pengetahuan. Derajat kelompok yang kedua ini yang memiliki kedudukan yang lebih tinggi, bukan saja karena nilai ilmu yang disandangnya, tetapi juga amal dan pengajarannya kepada pihak lain baik secara lisan, tulisan dan keteladanan.
Ilmu yang dimaksud oleh ayat diatas bukan saja ilmu agama, tetapi ilmu apapun yang bermanfaat. Allah menguraikan sekian banyak makhluk ilahi, fenomena alam lalu ayat tersebut ditutup dengan menyatakan bahwa: yang takut dan kagum kepada allah dari hamba- hamba-Nya hanyalah ulama.52 Ini menunjukkan bahwa ilmu dalam pandangan al-quran bukan hanya ilmu agama. Disisi lain itu juga menunjukkan bahwa ilmu yang dapat menimbulkan rasa takut dan kagum kepada allah yang dapat mengantarkannya untuk mengamalkan ilmunya serta memanfaatkannya untuk kepentingan makhluk.
b. Tafsir Al-Munir
Yang dimaksud sebagian ayat diatas adalah Wahai orang-orang yang membenarkan, memercayai dan beriman kepada Allah SWT dan Rasul-Nya, apabila kalian diminta untuk memberikan kelapangan tempat di majelis-majelis, tidak mempersempitnya, tidak berdesak-
52 QS. Fathir 35: 27-28.
desakan dan tidak bersikap enggan memberikan ruang dan tempat bagi orang lain, baik itu di majelis Rasulallah SAW atau di tempat-tempat peperangan, hendaklah kalian saling memberikan kelapangan, ruang, dan tempat bagi sebagian yang lain, niscaya allah juga melapangkan untuk kalian dalam surga. Yakni, sesungguhnya balasan adalah sesuai dengan perbuatan.
Ayat tersebut juga bersifat umum yakni mencakup setiap majelis dimana kaum muslimin berkumpul untuk kebaikan dan ganjaran, baik itu majelis pertempuran, majelis dzikir, majelis ilmu, majelis hari jum’at atau hari raya. Setiap orang lebih berhak atas tempat duduknya yang ia lebih dahulu sampai di tempat duduk itu. Akan tetapi ia harus bersikap toleran dengan memberi ruang dan tempat bagi saudara yang lainnya.
Ar-razi menjelaskan kalimat ۡﻢُﻜَﻟ ُ ﱠﻟﻠہٱ ِﺢَﺴ ۡﻔَﯾ (niscaya allah memberikan kelapangan untuk kalian) merupakan bersifat mutlak untuk setiap hal yang mana manusia meminta kelapangan di dalamnya berupa tempat, rezeki, dada,kubur dan surga. Ayat ini menunjukkan bahwa setiap orang yang mau memberikan keluasan, kelapangan dan membuka lebar-lebar pintu-pintu kebaikan dan kenyamanan kepada para hamba allah SWT, Allah juga berkenan membuka lebar-lebar kebaikan-kebaikan dunia dan akhirat untuknya. Dengan kata lain, yang dimaksud memberikan kelapangan dan keluasan adalah mentransfer
kebaikan kepada seorang muslim dan memasukkan kebahagian ke dalam hatinya.
B. Deskripsi Data Surah al-Israa’ Ayat 36 1. Penamaan surah al-Israa’
Surat ini menurut mayoritas ulama’ turun sebelum Nabi SAW hijrah ke madinah. Dengan demikian, ia termasuk surah al-makiyah dan surah ke-17 yang terdiri dari 111 ayat.53 Surat al-Israa’ berarti memperjalankan di malam hari karena di dalam surat ini disebutkan peristiwa isra’ nabi Muhammad SAW. Peristiwa ini diabadikan pada ayat pertama surah al- Israa’. Surat ini dinamakan juga surah bani isra’il berarti keturunan israi’il dikarenakan kisah isra’il dengan riwayat bani isra’il pada surah ini memberikan peringatan bahwa umat islam akan mengalami keruntuhan sebagaimana kaum bani isra’il, apabila mereka juga meninggalkan ajaran- ajaran agamanya.54
2. Munasabah surah sebelum dan sesudahnya
a. Munasabah surah al-Israa’ dengan sebelumnya
1) Dalam surah al-Nahl, Allah SWT menyebutkan perselisihan orang yahudi tentang hari sabat. Kemudian pada surah ini dijelaskan syariat orang yahudi dalam taurat.
2) Dalam surah al-Nahl, Allah SWT menerangkan macam-macam ni’mat dimana kebanyakan manusia tidak mensyukurinya. Dalam surat ini disebutkan lagi ni’mat allah SWT yang lebih besar yang
53 M. Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah (Pesan, Kesan dan Keserasian al-quran) volume 7, (Jakarta: Lentera Hati, 2010), 3.
54 Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan tafsirnya, Jilid 5, (Jakarta, Lentera Abadi, 2010), 425.
diberikan kepada bani israil. Tetapi mereka tidak mensyukurinya, bahkan mereka berbuat kerusakan di muka bumi.
3) Dalam surah al-Nahl, Allah SWT mengatakan bahwa madu yang keluar dari lebah merupakan minuman yang mengandung obat bagi manusia. Dalam surah ini diterangkan bahwa al-Qur’an pun menjadi obat bagi penyakit hati dan rahmat nagi orang-orang yang beriman.
b. Munasabah surah al-Israa’ dengan sesudahnya
1) Surah ini dimulai dengan tasbih. Sedangkan surah al-kahfi dibuka dengan tahmid. Tasbih dan tahmid adalah dua kata yang sering bergandengan dalam firman Allah SWT.
2) Menurut riwayat ada tiga buah pertanyaan orang-orang yahudi kepada Rasul SAW yaitu masalah roh, kisah ashabul kahf dan kisah zulkarnain. Masalah roh itu dijawab dalam surah al-israa’ dan dua masalah lainnya pada surah al-kahf.
3. Teks dan Terjemahannya
Artinya: “Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya”.55
55 al-Qur’an, 17:36.
4. Munasabat Ayat
Pada ayat-ayat sebelumnya, Allah SWT menerangkan beberapa perbuatan maksiat yang dilarang seperti berzina, membunuh manusia, mengelola harta anak yatim secara tidak baik dan mengurangi takaran timbangan.
Pada ayat ini Allah SWT juga memerintahkan kepada orang-orang mukmin supaya bersikap hati-hati dalam dalam menerima pendapat oarang lain dan larangan bersikap sombong di muka bumi karena merupakan sikap yang dibenci Allah SWT.56
5. Tafsir Surah al-Israa’ Menurut Mufassir a. Tafsir al-Misbah
Ayat tersebut menjelaskan tentang tuntunan universal. Tuntutan ayat ini mencegah banyak keburukan seperti tuduhan, sangka buruk, kebohongan dan kesaksian palsu serta memberi tuntutan untuk menggunakan pendengaran, penglihatan dan hati sebagai alat meraih pengetahuan. kata bashara merupakan isim tunggal yang memberikan pengertian dalam konteks tanggung jawab. Hal ini dimaksudkan untuk setiap pandangan yang banyak dan berbeda-beda masing-masing secara berdiri sendiri akan dituntut pertanggungjawabannya.57
56 Wahbah Azzuhailli, Tafsir al-Munir, Jilid 8 (Depok:Gema Insani,2014), 87.
57 Ibid, 462.,
Sayyid Qutub berkomentar bahwa ayat tersebut dengan kalimatnya yang sedemikian singkat telah menegakkan suatu sistem yang sempurna bagi hati dan akal, mencakup metode ilmiah yang baru saja dikenal oleh umat manusia, bahkan ayat ini menambah sesuatu yang berkaitan dengan hati manusia dan pengawasan Allah SWT.
Kehati-hatian dan upaya pembuktian terhadap semua berita, semua fenomena, semua gerak, sebelum memutuskan itulah ajakan al-Qur’an serta metode yang sangat teliti dari ajaran islam. Apabila akal dan hati telah konsisten menerapkan metode ini, maka tidak akan ada lagi tempat bagi waham dan khurafat dalam akidah, tidak ada juga wadah bagi dugaan dan perkiraan dalam bidang ketetapan hukum dan interaksi, tidak juga hipotesa atau perkiraan yang rapuh dalam bidang penelitian, eksperimen dan ilmu pengetahuan.
Pada Ayat tersebut juga menegaskan bahwa manusia akan dituntut mempertanggungjawabkan kerja al-fuad/hati. Para ‘ulama menggarisbawahi bahwa apa-apa yang tersirat dalam hati itu bermacam-macam dan bertingkat-tingkat. Pertama, ada yang menamai dengan hajis yaitu sesuatu yang terlintas dalam pikiran secara spontan dan berakhir seketika. Kedua, khatir yakni yang terlintas sejenak kemudian terhenti. Ketiga, hadits nafs yakni bisikan-bisikan hati yang dari saat ke saat muncul dan bergejolak. Keempat, hamm yakni kehendak melakukan sesuatu sambil memikirkan cara-cara pencapainya. Kelima, ‘azm yakni kebulatan tekad setelah selesainya
seluruh proses hamm dan dimulainya langkah awal bagi pelaksanaan.
Yang dituntut kelak adalah ‘azm, sedang semua yang ada dalam hati dan belum mencapai tingkat ‘azm itu ditoleransi oleh allah SWT.
b. Tafsir al-Munir
Pada ayat tersebut, allah melarang tiga hal yaitu berkata berdasarkan perkiraan, praduga dan prasangka buruk. Itu merupakan cacat dalam perilaku, merusak realitas, menuduh orang lain tanpa dasar yang benar dan melecehkan kesucian ilmu dan kenyataan. Dan arti dari potongan ayat diatas adalah larangan memutuskan sesuatu berdasarkan apa yang tidak diketahui secara benar dan tidak berdasarkan dalil. Hal ini mencakup larangan bagi orang-orang musyrik yang memiliki keyakinan tidak benar tentang ketuhanan dan kenabian karena mentaklid orang-orang sebelum mereka dan mengikuti hawa nafsu.
Pada lanjutan potongan ayat tersebut menjelaskan kunci-kunci pengetahuan yaitu telinga dan mata yang merupakan mediator bagi pengetahuan inderawi dan empiris, serta hati yang merupakan mediator pengetahuan logis, pemiliknya akan ditanya tentang tiga perangkat tadi pada hari kiamat dan semua mediator tersebut juga akan ditanya tentang pemiliknya. Jika seseorang mendengar dan melihat apa yang tidak halal baginya serta bertekad untuk melakukan sesuatu yang tidak halal, maka
dia akan ditanya tentangnya dan akan dihukum karenanya. Sebab, sarana-sarana pengetahuan itu harus dipergunakan dalam ketaatan bukan kemaksiatan.
C. Interpretasi Data
1. Analisis Integrasi Iman, Ilmu dan Amal dalam Pendidikan Islam
Dalam al-Qur’an, kata iman, ilmu, dan amal disandingkan dan selalu beriringan. Hal ini mengisyaratkan bahwa dalam penyelenggaraan pendidikan islam, antara iman, ilmu dan amal juga dijadikan sebagai landasan. Segala materi pembelajaran harus dikaitkan dengan nilai-nilai keimanan yang berfungsi untuk menumbuh-kembangkan keimanan peserta didik melalui pemberian materi pembelajarn keagamaan, teladan yang baik serta menanamkan nilai etika dan moral dalam setiap proses pembelajaran.
Perpaduan antara iman,ilmu dan amal yang ditegaskan dalam al- quran ini harus selalu menjiwai seluruh pelaksanaan pendidikan islam.
Konsep pendidikan islam dari berbagai sudut pandang telah sesuai dengan nilai-nilai yang ada di dalam al-quran. Hal ini dapat dilihat dari beberapa hal sebagai berikut:
a. Pendidikan Islam adalah proses transinternalisasi pengetahuan dan nilai islam kepada peserta didik melalui upaya pengajaran, pembiasaaan, bimbingan pengasuhan, pengawasan dan pengembangan potensinya guna mencapai keselelarasan dan kesempurnaan hidup di dunia dan di akhirat.
b. Tujuan Pendidikan Islam adalah terbentuknya insan kamil yang didalamnya memiliki wawasan yang kaffah agar mampu menjelaskan tugas-tugas kehambaan, kekhalifahan dan pewaris nabi.
c. Pendidik dalam Pendidikan Islam adalah seorang yang dewasa dan bertanggung jawab dalam memberi pertolongan pada peserta didiknya dalam perkembangan jasmani dan rohaninya agar mencapai tingkat kedewasaan, mampu berdiri sendiri dan mandiri dalam memenuhi tugasnya sebagai hamba dan khalifah Allah SWT.
d. Peserta didik dalam Pendidikan Islam adalah seseorang yang belum dewasa dan memerlukan orang lain untuk menjadikan dirinya dewasa baik secara fisik, psikologis, sosial, dan religius dalam mengarungi kehidupan dunia dan akhirat.
Dengan adanya keterkaitan yang sangat erat antara iman, ilmu dan amal dalam pendidikan islam, maka berikut analisis QS. al-Mujadalah ayat 11 dan Q.S al-Israa’ ayat 36.
a. Analisis surah al-Mujadalah ayat 11
Surah al-Mujadalah ayat 11 membahas adanya perintah untuk menjaga akhlak dan menjalin hubungan harmonis dalam majlis ilmu.
Akhlak merupakan suatu yang melekat pada jiwa seseorang sehingga dapat menimbulkan perbuatan dengan mudah tanpa melalui pertimbangan. Kemudian, didalamnya juga menjelaskan tentang kedudukan orang yang beriman dan berilmu.
1) Akhlak dalam menuntut ilmu Firman Allah SWT:
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, apabila dikatakan kepadamu: “Berlapang-lapanglah dalam majlis-majlis, maka lapangkanlah Niscaya Allah SWT akan melapangkan buat Kamu, dan apabila dikatakan:
berdirilah kamu, maka berdirilah.
Perintah ini ditujukan kepada orang-orang yang beriman saat dalam berada dalam majlis ilmu. Jika dikaitkan dengan dunia pendidikan, penyelenggaraan pendidikan harus didasari dengan akhlak dimana dapat memberikan kemudahan pada setiap orang yang sedang menuntut ilmu. Hal ini dapat dilakukan dengan cara menyiapkan sarana dan prasana dalam lembaga pendidikan seperti menyediakan beberapa kelas, beberapa ruang guru serta sesuai yang dibutuhkan dalam menyelenggarakan pendidikan.
Selain itu, peserta didik harus menjaga akhlak terhadap gurunya terutama dalam proses pembelajaran berlangsung. Peserta didik harus benar-benar memperhatikan penjelasan guru dengan khidmah. Mereka harus bersikap sopan dan ta’dhim dalam apa yang diperintahkannya. Semua itu dilakukan dengan tujuan untuk menciptakan keharmonisan, ketertiban dan ketenangan sehingga dapat mendukung kelancaran dalam proses pembelajaran.
Pendidikan akhlak merupakan salah satu pilar dari pendidikan islam yang bertujuan untuk membersihkan diri dari perilaku rendah dan menghiasi diri dengan perilaku terpuji melalui bimbingan, arahan, dorongan dan pembiasaan dari pendidik
2) Kedudukan orang yang beriman dan berilmu Firman Allah SWT:
Artinya: “Niscaya Allah akan meninggikan orang-orang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat”.
Allah akan mengangkat derajat orang-orang yang beriman dan berilmu. derajat dalam konteks ini diartikan sebagai suatu kehormatan dan kemulian pada seseorang dalam hal urusan dunia dan akhirat. pada ayat ﺖ َٰﺟَرَد َﻢ ۡﻠِﻌٱ ۡﻟ ْاﻮُﺗوُأ َﻦﯾِﺬﱠﻟ َوٱ menunjukkan bahwa kemuliaan di sisi allah SWT adalah dengan ilmu dan iman bukan dengan lebih dulu menempati tempat duduk terdepan. Allah SWT meluhurkan seorang mukmin dengan keimanannya, kemudian dengan keilmuannya.
3) Beramal
Artinya: “Dan Allah SWT maha mengetahui apa yang kamu kerjakan”.
Kemudian di akhir surah al-Mujadilah ayat 11, Allah menegaskan bahwa dia mengetahui yang dilakukan semua makhluk-Nya. Disinilah, letak diperintahkan beramal untuk mengembangkan ilmu pengetahuan yang telah dimiliki dan dilandasi keimanan sehingga ia dapat memiliki derajat yang tingi atau kedudukan yang khusus.
Jika dikaitkan dengan dunia pendidikan, pendidik dan peserta didik diwajibkan untuk mengamalkan ilmunya. Pendidik tugasnya mengajarkan dan mengamalkan sedangkan peserta didik tugasnya mempelajari dan mengamalkan yang ia dapat. Kunci dari keberkahan ilmu terletak pada pengamalannya. Ilmu tanpa amal seperti pohon yang tidak berbuah, ia menjadi mudharat, tidak saja kepada peserta didik akan tetapi kepada orang lain.
b. Analisis surah al-Israa’ ayat 36
Surah al-Israa’ ayat 36 membahas tentang perintah praduga atau prasangka. Maksudnya allah melarang manusia untuk berperilaku buruk seperti berbicara tanpa landasan pengetahuan dan keyakinan terhadap kebenarannya disebabkan lemahnya agama, rusaknya akhlak, degradasi moral, mengikuti hawa nafsu, lemahnya jiwa, tenggelam dalam materi dan hancurnya nilai-nilai agama. Sehingga tujuan diturunkan ayat ini adalah agar manusia selalu termotivasi untuk mengembangkan segala potensi dengan baik karena segala apa yang ia perbuat akan dipertanggung jawabkan.
1) Perintah untuk melakukan sesuatu harus dengan ilmu
Artinya: “Dan janganlah kamu mengikuti sesuatu sesuatu yang tidak kamu ketahui”.
Pada ayat ini, Allah melarang manusia untuk selalu berhati- hati dalam bertindak baik dari segi perkataan maupun perbuatan.
Tujuan utama diciptakan manusia adalah untuk beribadah. Untuk itu manusia diperintahkan untuk memperkaya ilmu pengetahuan dan meningkatkan kualitas hidupnya melalui proses pendidikan.
Jika dikaitkan dengan konteks pendidikan islam, seorang pendidik haruslah memiliki pengetahuan intelektual dan integritasnya yang tinggi karena guru sebagai kompas bagi peserta didiknya. Guru juga harus bersikap hati-hati dalam berkata maupun berbuat karena segala apa yang dilakukan guru akan menjadi contoh bagi peserta didiknya.
Selain itu, potongan ayat tersebut juga memberikan isyarat bagi peserta didik untuk harus rajin belajar dalam mengembangkan potensi yang ada dalam dirinya baik dari segi akademis maupun nona kademis. Allah SWT memberi pendengaran supaya peserta didik dapat menngkap segala mata pelajaran melalui telinga. Allah SWT juga memberi penglihatan supaya mereka dapat melihat apa yang ia pelajari. Allah memberi hati nurani agar peserta didik dapat merasakan kesuacian ilmu yang ia terima. Melalui hati, peserta