• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN TEORI KAJIAN TEORI

1. Supervisi Akademik

a. Pengertian Supervisi Akademik

Supervisi secara morfologi berasal dari dua suku kata yaitu super dan vision. Dalam kamus bahasa Inggris kata super berarti atas atau lebih, sedangkan kata vision berarti melihat atau memantau (Echols dan Shadily, 2015:712). Menurut Maryono, 2013:17 dua kata ini jika digabungkan akan memberikan pengertian bahwa supervisi berarti kegiatan seseorang yang posisinya di atas untuk melihat atau memantau seseorang yang ada di bawahnya.

Definisi super dan vision jika ditarik dalam konteks pendidikan berarti bahwa arti kata “atas” atau “lebih” menunjukkan bahwa orang tersebut mempunyai jabatan yang lebih tinggi atau lebih dalam segala hal berkaitan dengan tugas dan tanggung jawabnya. Ia seseorang yang lebih berpengalaman, lebih senior dan lebih mampu dalam mengelola pembelajaran di kelas. Adapun kata melihat atau memantau, adalah merupakan kegiatan untuk mendiagnosis kelemahan atau kekurangan dari bawahannya kemudian memberikan pembinaan, pembimbingan dan memberikan bantuan sehingga bawahannya mampu bekerja sesuai dengan yang seharusnya. Jadi, definisi supervisi dalam konteks pendidikan merupakan upaya dari seorang supervisor baik pengawas maupun kepala

sekolah untuk membimbing, membina, mengkoordinir, menstimulasi, memperbaiki dan membantu guru supaya mampu untuk mengembangkan bakat dan potensinya dalam mengelola pembelajaran di kelas.

Supervisi merupakan upaya yang dilakukan oleh seorang supervisor (kepala sekolah atau pengawas) untuk membantu, merangsang dan membimbing guru. Menurut Boardman dkk (Sahertian, 2010:17) mengatakan bahwa supervisi adalah suatu usaha menstimulasi, mengkoordinasi dan membimbing secara kontinyu pertumbuhan guru-guru di sekolah baik secara individual maupun secara kolektif, agar lebih mengerti dan lebih efektif dalam mewujudkan seluruh fungsi pengajaran.

Dengan definisi ini para guru setelah mendapatkan supervisi dapat menstimulasi dan membimbing pertumbuhan tiap peserta didik secara kontinyu supaya mampu dan lebih cakap berpartisipasi dalam masyarakat.

Supervisi merupakan serangkaian kegiatan yang berhubungan dengan proses belajar mengajar. Pidarta, (2009:1) mengatakan bahwa dalam dunia pendidikan, kegiatan supervisi selalu berkaitan dengan kegiatan memperbaiki proses pembelajaran di kelas. Dari pendapat di atas dapat diidentifikasi bahwa, supervisi selalu memperhatikan tentang penguasaan guru dalam kelas, strategi pembelajaran yang digunakan guru, dan media pembelajaran yang digunakan oleh seorang guru. Di samping itu juga memperhatikan sejauh mana keterlibatan peserta didik dalam proses belajar mengajar yang sedang berlangsung.

Namun dalam pratiknya, kegiatan supervisi juga berkaitan dengan kegiatan yang lain. Misalnya, berkaitan dengan upaya peningkatan kinerja guru, peningkatan profesi dan kemampuan berkomunikasi atau bergaul, baik dengan warga sekolah maupun dengan masyarakat di sekitar sekolah. Apa yang di katakan oleh Pidarta di atas bukan hanya definisi namun sekaligus tujuan dari supervisi. Pada kalimat tersebut dikatakan bahwa supervisi selalu berkaitan dengan upaya untuk memperbaiki proses pembelajaran di kelas.

Proses pembelajaran yang semula kurang menciptakan situasi belajar yang baik, setelah dilakukan supervisi mengalami peningkatan/perubahan situasi belajar. Hal ini dianggap penting karena dari semua kegiatan supervisi di atas akan bermuara pada kualitas lulusan yang dihasilkan. Jadi, supervisi pendidikan adalah kegiatan membina para guru dalam mengembangkan proses pembelajaran, termasuk segala unsur penunjangnya.

Pada masa lampau, supervisi sudah dikenal dengan istilah inspeksi.

Menurut Muslim, (2010:37) sebelum konsep supervisi modern dikenal oleh banyak kalangan akademisi, sebenarnya para guru dan kepala sekolah bahkan para pengawas sudah mengenal yang namanya inspeksi. Walaupun sebenarnya kedua istilah tersebut yakni supervisi dan inspeksi memiliki perbedaan yang sangat jauh. Pertama, keduanya datang dari kawasan manajemen yang berbeda. Dalam fungsi manajemen, supervisi berada pada kawasan “directing”, sedangkan inspeksi berada pada kawasan fungsi

“controlling”. Kedua, supervisi mempunyai arti usaha memberikan bantuan

kepada para guru untuk meningkatkan kualitas pembelajaran di kelas, kinerja guru sekaligus pertumbuhan jabatan guru.

Konsep supervisi seperti yang dikatakan Muslim di atas, nampak jelas bahwa supervisi lebih ditekankan pada usaha membantu guru dengan berpegang pada prinsip yang demokratis. Sedangkan kata inspeksi cenderung untuk mencari kesalahan-kesalahan guru dengan melakukan penyelidikan dan pemeriksaan supaya diketahui penyimpangan dan kekeliruan yang sengaja atau tidak sengaja dibuat oleh guru. Selanjutnya guru tersebut akan diberikan sanksi atau punishment yang sesuai. Dalam pratiknya, inspeksi lebih bersifat langsung dan otoriter, sehingga para guru merasa tertekan dan kurang nyaman. Oleh karenanya, konsep inspeksi ini lambat laun mulai ditinggalkan dan beralih pada supervisi yang lebih modern.

Supervisi di dalam konsep modern, lebih dipahami sebagai bantuan yang diberikan oleh seorang supervisor terhadap guru untuk menciptakan situasi belajar mengajar yang lebih baik. Sebagaimana dikatakan oleh Kimball Wiles (Muslim, 2010:38) bahwa “supervision is assistance in the development of a better teaching-learning situation”. Rumusan ini mengisyaratkan bahwa layanan supervisi meliputi keseluruhan situasi belajar mengajar (goal, material, techniques, method, teacher, student, and environment). Rumusan yang sedikit berbeda tentang supervisi yang dikatakan oleh Hoy dan Forsyth (Muslim, 2010:38) mengemukakan bahwa

“supervision is the set of activities designed to improve the teaching-

learning process”. Bila dicermati definisi yang terakhir ini lebih spesifik bila dibandingkan dengan rumusan supervisi di atas, karena beranggapan bahwa supervisi lebih berfokus pada peningkatkan kualitas pengajaran atau proses belajar mengajar.

Supervisi merupakan bantuan dari seorang supervisor terhadap guru untuk memperbaiki proses belajar mengajar (PBM) di dalam maupun di luar kelas. Dalam Dictionary of Education Good Carter (1959) memberi pengertian bahwa supervisi adalah usaha dari petugas-petugas sekolah dalam memimpin guru-guru dan petugas-petugas lainnya dalam memperbaiki pengajaran, termasuk menstimulasi, menyeleksi pertumbuhan jabatan dan perkembangan guru-guru serta merevisi tujuan-tujuan pendidikan, bahan pengajaran dan metode serta evaluasi pengajaran (Sahertian, 2010:17). Hal yang senada juga disampaikan oleh P Adam dan Frank G Dickey seperti yang dikutip oleh Hendiyat Soetopo (1984: 41) yang mengatakan bahwa supervisi adalah program yang terencana untuk memperbaiki pembelajaran.

Kedua definisi di atas terlihat jelas bahwa penekanan supervisi terletak pada usaha seorang supervisor untuk membantu para guru dalam meningkatkan kualitas pembelajaran di dalam kelas. Peningkatan itu mencakup metode/strategi pembelajaran bahkan juga penggunaan media pembelajaran dengan tujuan akhirnya terciptanya situasi belajar yang lebih baik.

Kegiatan supervisi ini dapat berhasil apabila supervisor memiliki ketrampilan yang memadahi tentang pendekatan dan teknik supervisi yang tepat. Pemahaman dan penguasaan terhadap pendekatan supervisi mutlak

harus dimiliki oleh seorang supervisor. Pendekatan ini mencakup pendekatan langsung, tidak langsung maupun kolaboratif. Selain itu, penguasaan dan pemahaman terhadap teknik supervisi juga harus dikuasai oleh seorang supervisor. Teknik ini meliputi teknik supervisi individual maupun teknik supervisi kelompok. Di dalam pelaksanaan supervisi, setiap guru yang disupervisi memiliki keunikannya sendiri. Oleh karenanya diperlukan pendekatan dan teknik yang berbeda antara guru yang satu dengan guru yang lainnya.

Dari beberapa pengertian di atas, terdapat banyak kemiripan dalam mendefinisikan supervisi dalam pembelajaran. Untuk itu menurut penulis ada dua hal (aspek) yang perlu mendapat perhatian dalam supervisi: (1) pelaksanaan kegiatan belajar mengajar, dan (2) hal-hal yang menunjang terhadap pelaksanaan kegiatan belajar mengajar, seperti pengelolaan sekolah, ketatalaksanaan sekolah (administrasi), pelaksanaan bimbingan, kebersihan dan keindahan, ketertiban, pelakasanaan kegiatan ekstra kurikuler dan lain-lain. Aspek yang pertama berkaitan dengan guru, karena berkaitan dengan kegiatan belajar mengajar, sedangkan aspek yang kedua berkaitan dengan kepala sekolah karena lebih menekankan pada pengelolaan (management) sekolah secara umum.

Kegiatan supervisi pendidikan merupakan suatu pembinaan yang lebih diarahkan pada upaya memperbaiki dan atau meningkatkan kinerja guru. Seorang supervisor melaksanakan kegiatan supervisi dengan cara memberi bantuan kepada guru, agar guru tersebut dapat mengembangkan

dan meningkatkan kinerjanya. Jika guru tersebut dapat meningkatkan kinerjanya, maka akan terjadi peningkatan situasi belajar mengajar yang lebih baik. Ketika situasi belajar menjadi lebih baik, maka tingkat kepuasan guru maupun peserta didik bahkan juga orang tua akan terpenuhi.

Setelah mengetahui tentang pengertian supervisi secara umum, maka selanjutnya didefinisikan tentang supervisi akademik. Menurut Arikunto, (2004:5) supervisi dibedakan berdasarkan kegiatannya yakni supervisi akademis dan supervisi administrasi. Supervisi akademik adalah supervisi yang menitikberatkan pada masalah dalam kegiatan pembelajaran.

Sedangkan supervisi adminstrasi lebih menekankan pada aspek-aspek administrasi yang berfungsi sebagai pendukung terlaksananya pembelajaran.

Jika diamati pendapat ini, maka salah jika seseorang mengatakan bahwa supervisi akademik hanya berkutat pada aspek administrasi. Apa yang kita lihat di lapangan tentang supervisi akademik perlu kiranya untuk diluruskan.

Supervisi akademik titik tekannya pada kegiatan pembelajaran guru baik di dalam maupun di luar kelas. Walaupun pada awalnya seorang supervisor akan memeriksa administrasi guru, misalnya perangkat pembelajaran (silabus, RPP, lembar penilaian, daftar hadir dan daftar nilai dan seterusnya).

Supervisi akademik tidak dapat terlepas dari penilaian kinerja guru dalam mengelola pembelajaran. Daresh dan Glickman mengatakan bahwa supervisi akademik adalah serangkaian kegiatan membantu guru mengembangkan kemampuannya mengelola proses pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran. Selanjutnya menurut Sergiovani menegaskan

bahwa refleksi praktis penilaian kinerja guru dalam supervisi akademik adalah melihat kondisi nyata kinerja guru untuk mengetahui lebih jauh mengenai apa yang sebenarnya terjadi di dalam kelas, apa yang sebenarnya dilakukan oleh guru dan peserta didik di dalam kelas, aktifitas-aktifitas mana dari keseluruhan aktifitas di dalam kelas itu yang bermakna bagi guru dan peserta didik, apa yang telah dilakukan oleh guru dalam mencapai tujuan akademik, dan kemudian diketahui dimana kelebihan dan kekurangan guru dan bagaimana cara mengembangkannya (Prasojo dan Sudiyono, 2011:84).

Berdasarkan paparan di atas akan diperoleh informasi mengenai kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran. Namun satu hal yang perlu ditegaskan di sini, bahwa setelah melakukan penilaian kinerja harus dilanjutkan pelaksanaan supervisi akademik dengan melakukan tindak lanjut berupa pembuatan program supervisi akademik dan melaksanakan pembinaan dengan sebaik-baiknya. Jadi, penilaian kinerja bukanlah akhir dari pelaksanaan supervisi, namun tujuan utama dari pelaksanaan supervisi adalah untuk menciptakan situasi belajar menjadi lebih baik dan lebih berkualitas.

Supervisi akademik yang biasa dilakukan oleh seorang supervisor dalam hal ini kepala sekolah maupun pengawas, biasanya dilaksanakan sesuai dengan konsep yang dipahami oleh masing-masing supervisor.

Alfonso, Firth dan Neville (Priansa dan somad, 2014:107) menyatakan bahwa ada tiga konsep kunci untuk memahami supervisi akademik adalah terkait dengan pemahaman bahwa: (1) mempengaruhi dan mengembangkan

perilaku guru. (2) desain perilaku supervisor. (3) tujuan akhir supervisi akademik.

Supervisi akademik harus secara langsung mempengaruhi dan mengembangkan perilaku guru dalam mengelola proses pembelajaran. Inilah karakteristik esensial supervisi akademik. Perlu dipahami bahwa tidak ada satupun perilaku supervisi akademik yang baik dan cocok bagi semua guru, sehingga dalam pelaksanaannya perlu juga disesuaikan dengan kebutuhan dan kepentingan guru itu sendiri. Dengan demikian, tingkat kemampuan, kebutuhan, minat, dan kematangan profesional serta karakteristik personal guru lainnya harus dijadikan dasar pertimbangan dalam mengembangkan dan mengimplementasikan program supervisi akademik.

Perilaku supervisor dalam membantu guru mengembangkan kemampuannya harus didesain sedemikian rupa, sehingga jelas waktu mulai dan berakhirnya program pengembangan tersebut. Desain tersebut terwujud dalam bentuk program supervisi akademik yang mengarah pada tujuan tertentu. Oleh karena supervisi akademik merupakan tanggung jawab bersama antara supervisor dan guru, maka alangkah baiknya jika programnya didesain bersama antara guru dan supervisor. Hal ini menjadi penting untuk diperhatikan, karena akan menimbulkan keharmonisan dalam pelaksanaan supervisi akademik antara supervisor dan guru.

Tujuan akhir supervisi akademik adalah agar guru semakin mampu memfasilitasi belajar peserta didiknya, dengan menciptakan situasi belajar yang lebih baik. Lebih lanjut dapat dikatakan bahwa supervisi akademik juga

bertujuan untuk membantu meningkatkan pertumbuhan jabatan guru dan kepala sekolah serta meningkatkan kinerja keduanya.

Dari paparan di atas, dapat dikatakan bahwa supervisi akademik merupakan usaha dari seorang supervisor untuk membantu para guru meningkatkan kualitas pembelajaran di dalam maupun di luar kelas.

Mengingat baiknya tujuan ini, maka seyogyanya semua yang dilakukan oleh supervisor hendaknya dilandasi dengan niat yang tulus dan ikhlas. Dengan adanya supervisi akademik yang efektif, tentu para guru akan merasa terbantu dalam menyelesaikan setiap permasalahan yang dihadapi. Alloh SWT berfirman dalam Al-Qur’an Surat Al-Maidah ayat 2 yang berbunyi:

يَلَع ْاوُنَواَعَتَو ...

رِبۡلٱ

Dokumen terkait