BAB II TINJAUAN PUSTAKA
B. SHALAT DAN MASALAHNYA
4. SyaratWajibdanSahnyaShalat
Shalat adalah suatu ibadah yang sangat penting dalam kehidupan manusia karena mempunyai manfaat yang sangat lancar. Namun shalat tersebut tidak semua orang yang bisa melakukannya. Oleh karena itu untuk melaksanakan shalat lima waktu ada beberapa shalat wajib yang penulis maksud di antaranya adalah beragama Islam, baliqh dan berakal selain itu ia juga suci dari kotoran dan telah sampai dakwah kepada Allah.
Kitab Fiqh Islam Sulaiman Rasjid (2014:64) 7 syarat wajib shalat lima waktu yaitu :
1) Islam
Orang yang diwajibkan untuk melaksanakan shalat lima waktu adalah orang yang beragama. Sedangkan orang tidak beragama Islam (kafir) tidak wajib atasnya shalat dan tidak juga sah tetapi ia akan dapat siksaan nanti di akhirat sebab ia tidak shalat, sedangkan ia dapat megerjakan shalat dengan jalan masuk Islam terlebih dahulu begitulah seterusnya hukum-hukum terhadap orang yang tidak Islam
Berdasarkan keterangan-keterangan diatas maka dapatlah dipahami bahwa yang megerjakan shalat adalah orang Islam, sedangkan orang kafir belum ada kewajiban untuk megerjakan shalat diwajibkan untuk megerjakan di dunia tetepi ia dituntut untuk mempetanggung jawabkan segala perbuatannya itu.
2) Berakal
Berakal adalah salah satu syarat yang dapat megerjakan shalat lima waktu sebab orang yang berakallah yang dapat membedakan mana yang baik dan mana yang buruk. Oleh karena itu shalat sebagai salah satu ibadah bagi umat Islam yang memerlukan perhatian, ketenagan yang khusus sehingga orang-orang yang berakallah yang mampu melaksanakan dengan penuh perhatian dan khusus. Sedangkan orang yang berakal atau gila ia tidak mampu melaksanakan dan mengkonsentrasikan pikirannya dalam shalat secar baik dan benar.
3) Baligh (sampai umur dewasa)
Baligh atau sampai umur dewasa menjadi persyaratan shalat lima waktu artinya orang yang belum sampai umur dewasa tidak dibebankan untuk megerjakan shalat.
4) Telah sampai dakwah (perintah Rasulullah Saw)
Orang yang telah sampai dakwah kepada mereka berarti telah ada kewajiban melaksanakan shalat lima waktu. Sedangkan orang yang
belum sampai dakwah kepadanya atau belum menerimah perintah tidak dituntut dengan hukum.
5) Melihat atau mendegar
Melihat atau mendegar menjadi syarat wajib shalat walaupun pada suatu waktu untuk kesempatan mempelajari hukum-hukum syara.
Orang yang buta dan tuli sejak dilahirkan tidak dituntut dengan hukum karena tidak ada jalan baginya untuk belajar hukum.
6) Jaga (tidak tidur)
Adalah bahwa orang yang sedang tidur dapat meggugurkan dari kewajiban melaksanakan shalat demikian juga orang yang lupa sekali.
Dengan demikian orang dewasa yang tidak tidur dan berjaga tetap menjadi syarat wajib melaksankan shalat lima waktu.
b. syarat-syarat sahnya shalat
Sebelum melakukan shalat, orang harus memenuhi syarat-syarat agar sah shalatnya.adapun syaarat-syaratnya yaitu
1) Suci dari hadas besar dan hadas kecil
Dalam hukum Islam soal mencuci dan segala seluk beluknya adalah termasuk bahagianya ilmu dan amalan yang penting termasuk karena di antara syarat-syarat shalat telah ditetapkan bahwa seseorang yang akan megerjakan shalat yang wajib suci dari hadas dan suci pula badan, pakaian, dan tempatnya.
2) Suci badan, pakaian dan tempat dari pada najis
Suci badan, pakaian dan tempat dari najis termasuk salah satu syarat sahnya shalat yang kerena shalat tersebut adalah suatu ibadah yang suci sehingga tidak mungkin dapat dilaksanakan pada tempat- tempat yang kotor atau yang bernajis. Keterangan ini dapat dipahami dalam Q.S Al- Mudatsir (74) ayat : 4. Dalam Firman-Nya
Terjemahnya :
“Dan pakaianmu bersihkanlah(Kementerian Agama RI,2013:575) Dengan memperhatikan keterangan ayat tersebut, maka dapatlah dipahami bahwa apabila hendak megerjakan shalat haruslah dengan pakaian itu mensucikan diri dari badan, pakaian serta tempat menjadi salah satu syarat sah shalat dengan kata lain bahwa shalat yang dikerjakan tidak dapat diterimah ketika kita berada dalam keadaan berhadats atau bernajis.
3) Menutup Aurat
Adalah salah satu syarat sahnya shalat. oleh karena itu, di dalam shalat di isyaratkan untuk menutup aurat dengan sesuatu yang menghalangi kelihatan warna kulit, yaitu bagi aurat laki-laki antara pusat dengan lutut sedangkan aurat perempuan adalah seluruh badannya kecuali muka dan dua telapak tangan. Keharusan menutup aurat sebagi syarat sahnya shalat..
4) Mengetahui masuknya waktu shalat
Di antara syarat sah shalat ialah megetahui bahwa waktu shalat sudah tiba.
5) Menghadap kiblat ( ka’bah)
Selama dalam shalat, wajib menghadap kiblat. Kalau shalat berdiri atas shalat duduk menghadap dada. Kalau shalat berbaring, menghadap dengan dada dan muka. Kalau salat menelentang, hendaklah dua tapak tangan kaki dan mukanya menghadap ke kiblat kalau mungkind kepalahnya diangkat dengan bantal atau sesuatu yang lain.
C. Pentingnya Shalat Dalam Kehidupan Pribadi Remaja
1 Ibadah Shalat Dalam Relevansinya Dengan Hidup Disiplin
Apabilah shalat ditinjau dari segi kehidupan, maka shalat merupakan pendidikan positif yang menjadikan manusia dan masyarakat hidup teratur dalam masalah waktu, sebab shalat itu sendiri adalah bentuk ibadah wajib yang telah ditentukan waktu pelaksanaanya.
Dengan kewajiban shalat sebanyak lima kali dalam 24 jam, seorang muslim tentu selalu memperhatikan perjalanan masa dan selalu sadar tentang peredaran waktu. Kesadaran tentang waktu akan membawa hidup yang teratur dan hidup penuh manfaat. Waktu adalah pedang, kalau engkau tidak menggunakannya memotong, maka engkau akan dipotongnya, demikian syiar Arab.
Dalam Al-qur’an telah memperintahkan bahwa manusia rugi hidupnya manakalah ia lalai tentang masa dan tidak memelihara disiplin waktu. Sebagaiman dalam firman-Nya Q.S. Al-Ashr (103) : 1-3
Terjemahnya :
1. Demi masa. 2. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, 3.Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran. (Kementrian Agama RI,2013:601)
Nampaknya keterbelakangan masyarakat kita adalah akibat belum memiliki kesadaran waktu. Waktu terlalu banyak dihambur- hamburkan tanpa disadari, tidak ada suatu pertemuan yang dibuka tepat pada waktunya, lebih banyak waktu digunakan untuk santai, dan menganggur dari pada waktu yang digunakan untuk bekerja dan beramal.
Oleh karena itu, Ibnu Sina seorang filosof Islam pernah berdoa bahwa “ ya Tuhanku berikanlah kepadaku hidup walaupun hidup itu tidak panjang, akan tetapi hidup itu penuh arti dan manfaat. Ternyata dengan doa tersebut sekalipun Ibnu Sina hanya di dunia selama 54 tahun tetapi dengan karya-karya dan buah pikirannya dia telah berjasa memimpin ilmu dan rohaniah manusia selama berabad-abad walaupun tulang- belulangnnya telah hancur dalam tanah (Nasaruddin Razak,1971:182)
Betapa indahnya sistem hidup manusia dengan ajaran tersebut.
Ketika fajar shadiq bersifat di ufuk timur, pertanda kewajiban shalat subuh telah datang. Disaat manusia lainnya masih tertidur di bawah selimutnya, umat Islam telah bangun, membersihkan diri, mencuci muka dan anggota badannya untuk wudhu, sebagaiman mandi dan kemudian dengan sadar menunaikan shalat. Ini memberikan arti bahwa sebelum memulai pekerjaaan dan tugas-tugas duniawi yang penuh suka dan duka, umat Islam paling pagi membersihkan diri, jasmani dan rohani menghadap wajah dan hati kepada Allah. Kita melakukan ruku, sujud dan kemudian duduk bersimpun, memohon petunjuk dan memanjatkan doa agar berhasil menunaikan semua tugas hidup dan kehidupan. Jadi hidup seorang muslim dimulai dengan mengisi kesucian dan nifas haid, sehingga hidup itu bertenaga dan optimis.
Di antara masa-masa kerja dan tugas sehari-hari untuk sejak pagi hingga petang diselang-seling kewajiban-kewajiban shalat; zuhur, ashar dan magrib. Kelelahan jasmani karena kerja, keletihan otak akibat kesibukan fikiran-fikiran duniawi, senantiasa mendapatkan penyegaran rohaniah dengan jalan sehat. Oleh karena itu shalat mempunyai hikmah dalam kehidupan manusia.
Melihat hikmah yang demikian besar yang terkandung dalam ibadah shalat, sehingga wajar apabila Nabi Muhammmad Saw harus mi’raj menghadap kehadiran ilahi untuk menerimah perintah ibadah shalat ini, ibadah yang paling istimewah kedudukannya dari ibadah lainnya.
Shalat dalah satu-satunya ibadah yang langsung dari tuhan, sedangkan kewajiban-kewajiban yang lain cukup melalui wahyu yang disampaikan oleh malaikat Jibrit. Dengan demikian tepatlah kalau shalat disamping mampu mencegah seseorang untuk melakukan perbuatan jahat, juga shalat mampu menghilangkan orang selalu bersifat keluh kesah. Diantara ayat-ayat alquran yang menjelaskan hal tersebut dalam surah Al-Ankabut (29) : 45. Dalam Firman-Nya
Terjemahnya :
“Bacalah apa yang Telah diwahyukan kepadamu, yaitu Al Kitab (Al Quran) dan Dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan- perbuatan) keji dan mungkar. dan Sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadat-ibadat yang lain). dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (Kementrian Agama RI,2013 : 401)
Sedangkan ayat Al-Quran yang menjelaskan, bahwa hanyalah orang-orang yang mendirikan shalat yang mampu menghilangkan orang- orang dari sifat-sifat keluh kesah. Dalam Firman Allah. Q.S Al- Ma’arij (70):
19-23
Terjemahnya :
19. Sesungguhnya manusia diciptakan bersifat keluh kesah lagi kikir. 20. Apabila ia ditimpa kesusahan ia berkeluh kesah, 21. Dan apabila ia mendapat kebaikan ia amat kikir, 22. Kecuali orang- orang yang mengerjakan shalat, 23.Yang mereka itu tetap mengerjakan shalatnya, (Kementrian Agama RI,2013:569)
Apabilah ayat tersebut dihubungkan dengan kedisiplinan dalam ibadah shalat, maka akan mencerminkan suatu tingkah laku yang selalu taat dan patuh dalam menjalang kan perintah Allah dan selalu berhati-hati terhadap larangan-larangan Allah. Oleh karena itu, kedisiplinan dalam ibadah shalat lima waktu akan melahirkan sifat ketaatan antara hamba dengan khaliknya.
Manakalah shalat dilakukan dengan tekun dan kontinyu dan disiplin terhadap waktu-waktu yang ditentukan, maka shalat tersebut dapat menjadi alat pendidikan rohani manusia yang efektif, memperbaharui dan memelihara jiwa serta memupuk pertumbuhan kesadaran. Makin banyak shalat dilakukan dengan kesadaran bukan dengan paksaan dan tekanan apapun, berarti sebanyak itu rohani dan jasmani di latih terhadap dengan Zat Maha Suci. Dengan demikian, shalat mendidik kita untuk senantiasa melakukan perbuatan-perbuatan tepat pada waktunya, baik perbuatan itu berhubungan dengan masalah keduniaan maupun dalam hubungan dengan masalah keakhiratan.