DEWEY DECIMAL CLASSIFICATION (DDC)
D. DDC Edisi Ringkas
3. Tabel-Tabel (Tables)
Kecuali pembagian kelas secara decimal dengan notasi yang terdapat dalam bagan, DDC juga mempunyai sarana lain membagi subjek lebih lanjut yaitu dengan tabel-tabel (tables). Notasi pada tabel-tabel tersebut hanya dapat digunakan dalam rangkaian dengan notasi yang terdapat dalam bagan. Dengan kata lain notasi yang terdapat dalam tabel tidak pernah berdiri sendiri selalu dirangkaikan dengan notasi dalam bagan.
31
Dalam DDC ringkas edisi terdapat 4 (empat) tabel pembantu, yakni :
Tabel 1 : Subdivisi standar
Tabel 2 : Subdivisi untuk Wilayah, Geografi, Manusia Tabel 3 : Subdivisi untuk Sastra dan bentuk sastra dan Tabel 4 : Subdivisi untuk Bahasa
1) Tabel Subdivisi Standar ( Tabel 1)
Bila notasi suatu subjek telah ditemukan dalam bagan, ada kalanya perlu dicantumkan lebih lanjut notasi tambahan, bentuk, yang diambil dari notasi yang terdapat dalam tabel subdivisi standar, (selanjutnya disebut Tabel 1). Tabel ini bertujuan untuk menjelaskan bentuk suatu karya, misalnya -03 adalah bentuk kamus dan ensiklopedi, -05 adalah bentuk terbitan berkala/majalah. Ada kalanya juga untuk menjelaskan bentuk penyajian intelektual.
Misalnya -01 untuk bentuk penyajian yang bersifat teori, dan -09 sejarah dan geografi.
Empat (4) cara penggunaan Tabel 1, yaitu : a) Tidak ada instruksi
Bila dalam bagan tidak terdapat instruksi bagaimana cara penggunaan dan penambahan Tabel l, ini berarti bahwa notasi tersebut dapat ditambahkan
32
langsung dengan notasi yang terdapat dalam Bagan, misalnya pada notasi 641.5 (Bagan) Masakan tidak terdapat instruksi cara penggunaan dan penambahan Tabel 1. Ini berarti pada notasi 641.5 tersebut dapat ditambahkan dengan salah satu notasi yang terdapat dalam Tabel I sehingga notasinya dapat diperluas sbb :
641.5 Masakan (dalam bagan) -05 Majalah (Tabel 1) 641.505 “Majalah Masakan”
b) Terdapat dalam bagan (lengkap)
Di dalam bagan sudah diperkirakan contoh yang lengkap untuk Tabel 1 hanya saja tidak dirinci.
Misalnya dalam klas 100 "Filsafat", notasi Tabel 1 telah tercantum dalam bagan lengkap mulai dari -01 s.d -09 hanya saja disini tidak dirinci seperti notasi lengkapnya, tetapi diambil notasi utama Tabel I saja.
Contoh:
100 Ilmu filsafat 101 Teori filsafat
102 Aneka ragam filsafat
103 Kamus, ensiklopedia dan konkordans filsafat 105 Terbitan berkala di bidang filsafat
106 Organisasi
107 Pendidikan, penelitian, topik-topik berkaitan
33
108 Pengolahan filsafat di antara kelompok- kelompok orang
109 Sejarah filsafat tanpa batas waktu dan tempat c) Terdaftar sebagian
Di dalam bagan ada kalanya sebagian notasi Tabel 1 tersebut sudah terdaftar. Dari contoh yang telah terdaftar berarti dapat pula diperluas dengan notasi Tabel 1 yang lainnya dengan mengikuti contoh penggabungan notasi yang ada pada contoh tersebut. Misalnya notasi 020 Ilmu perpustakaan dan informasi, dibawahya terdapat notasi sebagai berikut :
020 Ilmu perpustakaan dan informasi
.6 Organisasi dan manajemen perpustakaan .7 Pendidikan perpustakaan
Sebenarnya notasi 6 dan 7 setelah 020 adalah sama dengan notasi -06 dan -07 yang terdapat dalam Tabel 1. Bila ingin memperluas notasi 020 dengan notasi Tabel 1 lainnya, pola tersebut diikuti.
Contoh :
20 Ilmu Perpustakaan dan Informasi -05 (Tabel l) Majalah
Maka untuk "Majalah Ilmu Perpustakaan dan informasi" notasinya menjadi 020.5
34
d) Ada instruksi penggunaan lebih dari 1 nol.
Di dalam bagan ada kalanya terdapat instruksi untuk penggunaan lebih dari satu nol untuk penambahan notasi Tabel 1. Misalnya pada notasi 636 Peternakan di bawahnya diikuti dengan instruksi "Gunakan 636.001 - 636.009 untuk subdivisi standar", jika ingin memperluas notasi 636 "Peternakan" dengan Tabel 1, maka caranya sebagai berikut :
636 Peternakan (bagan)
(Gunakan 63 6.00 I -63 6.009 untuk subdivisi standar)
-072 Penelitian (Tabel 1) 636.007 2 "Penelitian Peternakan"
2) Tabel : Subdivisi untuk Wilayah, Geografi, Manusia (Tabel2)
Ada kalanya suatu subjek perlu dinyatakan aspek geografisnya (wilayahnya), misalnya "Angkatan Laut Indonesia”, Dalam hal ini notasi subjeknya adalah
“Angkatan Laut” perlu ditambahkan subjek tambahan notasi wilayah (Areas) Indonesia dari tabel 2.
Cara penambahan Tabel 2 adalah sebagai berikut : a) Tidak ada instruksi
Apabila dalam bagan tidak ada instruksi atau petunjuk penambahan Tabel 2. maka langkah- langkahnya ialah pertama tentukan notasi subjek
35
yang bersangkutan lalu tambahkan pada notasi subjek tersebut notasi -09 (aspek geografis dari Tabel 1), kemudian notasi wilayah dari Tabel2.
Contoh : “Perencanaan Kota Jakarta”
711.5 Perencanaan kota (Bagan) -09 Aspek geografis (tabel 1) -5983 Jakarta (tabel 2)
711.5095983 “Perencanaan kota Jakarta”
Rumus:
SUBJEK (Bagan) + -09 (Tabel 1) + wilayah (Tabel 2)
b) Ada instruksi
Ada kalanya dalam bagan terdapat instruksi biasanya berupa instruksi "Tambahkan notasi wilayah dari tabel 2” pada angka dasar.
Contoh 1:
328 Legislatif
Tambahkan notasi wilayah pada angka dasar 328 dari tabel 2.
-45 Italia (tabel 2) 328.45 Parlemen Italia
Contoh 2 : "Geologi Suatu Wilayah"
Untuk subjek geologi suatu wilayah misalnya Geologi India notasinya adalah 55 notasi dasar dari bagan ditambah notasi dari tabel 2 sesuai
36
dengan perintah yang terdapat pada notasi 554- 559.
554-559 Pengolahan menurut benua, wilayah dalam dunia modern dan dunia-dunia lain tambahkan notasi wilayah 4-9 dan label 2 pada angka dasar 55
55 Geologi (Baean) -54 India (T2)
555.4 Geologi India Rumusnya:
55 (NOTASI DASAR (BAGAN) + NOTASI WILAYAH (T2)
Contoh 3 : "Geografi suatu wilayah”
Untuk geografi suatu wilayah sebagai subjek, misalnya "Geografi Jepang", Geografi Indonesia"
dsb. Cara pembentukan ialah angka dasar geografi suatu wilayah yaitu 91- ditambahkan dengan notasi wilayah yang diambil dari Tabel2.
91- Angka dasar geografi suatu wilayah -52 (T2) Jepang
915.2 berarti Geografi Jepang
91- Angka dasar geografi suatu wilayah -598 (T2) Indonesia
915.98 berarti Geografi Indonesia Rumusnya:
91 NOTASI DASAR (BAGAN) + NOTASI WILAYAH (T2)
37
Contoh 4 : "sejarah” suatu wilayah
Untuk sejarah suatu wilayah mendapat notasi 930 - 990, sementara geografi suatu wilayah mendapat notasi 913 - 919, kalau dibandingkan pembentukan notasi geografi suatu wilayah dengan notasi sejarah suatu wilayah terdapat persamaan unsur dari angka yang diambil dari Tabel 2.
Bandingkanlah 915.2. Geografi Jepang dan 952 Sejarah Jepang, kalau diperhatikan dengan seksama notasi di atas ternyata terdapat persamaan angka pembentukannya. Pembentukan notasi sejarah suatu wilayah dapat dirumuskan :
9 NOTASI DASAR (BAGAN) + NOTASI WILAYAH (dari 2)
Contoh : "sejarah Indonesia .. 959.9 Bila dirinci adalah sebagai berikut : 9- Sejarah
-598 Indonesia (Tabel2) 959.8 berarti "sejarah Indonesia"
Sebagian besar notasi sejarah suatu wilayah ini telah terdaftar dalam bagan, dan dilengkapi dengan pembagian periode sejarah.
38
3) Tabel Subdivisi Kesusastraan ( Tabel 3)
Tabel 3 hanya digunakan untuk kelas 800 (Kesusastraan) guna penyajian bentuk khusus dari masing-masing kesusastraan yang disebut "Subdivisi masing-masing sastra" (Subdivisions of Individual Literatures) selanjutnya disebut Tabel 3. Misalnya bentuk-bentuk sastra tersebut adalah :
-1 Puisi, -2 Drama, -3 Fiksi dsb.
Cara penggunaan Tabel 3 ini adalah :
a) Sudah terdaftar dalarn bagan tetapi belum lengkap Dalam bagan sudah terdapat notasi yang ditambahkan bentuk sastranya tetapi tidak lengkap.
Bila dirasa perlu untuk memperluas notasi tersebut diambilkan dari Tabel 3 atau dengan kata lain bila notasi Kesusastraannya berakhir dengan angka nol (0), maka angka nolnya dihilangkan terlebih dahulu sehingga yang ada hanya notasi dasar sastranya baru ditambahkan notasi dari tabel 3.
Contoh : 842 Drama Perancis, sesungguhnya angka 2 berasal dari Tabel 3 dengan rincian notasi sbb. : 840 Kesusastraan Perancis
-2 Drama ( tabel3) 842 Drama Perancis
39
b) Tidak terdaftar dalam bagan
Bila dalam bagan belum terdaftar, terutama untuk notasi Kesusastraan yang bukan berakhir dengan angka nol (0), maka untuk memperluas notasinya adalah dengan menambahkan notasi bentuk sastra yang terdapat dalam Tabel 3 ke notasi Kesusatraan yang bersangkutan.
Contoh :
839.31 Sastra Belanda -3 Fiksi (Tabel3 ) 839.313 berarti "Fiksi Belanda"
Dengan demikian cara penambahan notasi bentuk sastra yang terdapat dalam Tabel 3 dapat dirumuskan :
NOTASI DASAR SASTRA + NOTASI BENTUK SASTRA (Tabel3 )
4) Tabel Subdivisi Bahasa ( Tabel 4)
Tabel 4 yang disebut "Subdivisi masing-masing bahasa "(Subdivision of Individual Languages).
Notasi yang terdapat dalam Tabel 4 ini hanya dapat ditambahkan pada notasi dasar suatu bahasa dalam kelas 400. Bila notasi suatu bahasa berakhir dengan angka nol (0), maka nolnya dihilangkan
40
sehingga tinggal notasi dua angka yang disebut dengan notasi dasar. Misalnya "Bahasa Perancis"
"440" notasi dasarnya menjadi 44,"Bahasa ltalia"
'470" notasi dasarnya menjadi 47.
Cara-cara penambahan Tabel 4 adalah sebagai berikut :
a) Sudah terdaftar dalam bagan tetapi belum lengkap. Dalam bagan sudah dicanturnkan notasi yang memberikan bentuk penyajian suatu bahasa, hanya saja belum lengkap.
Dalam hal ini untuk memperluas notasinya harus diambilkan rincian yang terdapat dalam Tabel 4. Dengan kata lain Notasi Tabel 4 yang akan ditambahkan ke notasi suatu bahasa yang berakhir dengan nol (0), maka nolnya dihilangkan sehingga tinggal notasi dasarnya yang terdiri dua angka.
Contoh 441 "Sistem tulisan dan Fonologi Bahasa Perancis uraian notasinya adalah :
440 Bahasa Perancis, Notasi dasar 44 -1 Sistem tulisan dan fonologi
441 berarti Sistem tulisan dan fonologi bahasa Perancis
b) Belum terdaftar dalam bagan
Dalam bagan sama sekali belum dicantumkan notasi bentuk bahasa, terutama untuk notasi
41
bahasa yang bukan berakhir dengan angka nol, untuk memperluas notasi suatu bahasa, yang berakhir "bukan" dengan angka nol, maka notasi T4 dapat ditambahkan langsung ke notasi bahasa tersebut.
495.1 Bahasa Cina (dalam bagan) -5 Tata bahasa (dalam Tabel4 ) 499-15 berarti "Tata bahasa Cina"
Dengan demikian untuk penambahan notasi Tabel 4 ini pada dasarnya suatu bahasa dapat dirumuskan sebagai berikut :
NOTASI DASAR SUATU BAHASA + NOTASI BENTUK BAHASA (Tabel4)
c) Kamus dua bahasa
Untuk kamus dua bahasa urutan sitirannya adalah sebagai berikut :
1). Sesuai dengan urutan kata pertama yang terdapat pada kamus tersebut. Misalnya Kamus Jerman - Inggris, maka notasi untuk kamus ini dimasukan pada notasi dasar Bahasa yaitu : 43 Bahasa Jerman
-3 Kamus (Tabel4)
-21 Bahasa Inggris (Tabel 6)
433.21 berarti " Bahasa Jerman - Kamus – Inggris"
42
Rumusnya:
NOTASI BAHASA URUTAN PERTAMA (Bagan) + -3 (TABEL 4) + BAHASA URUTAN KEDUA (TABEL 6) 2). Bila terdapat dua bahasa dalam kamus yang bersangkutan, misalnya Kamus Indonesia Inggris dan Inggris Indonesia (dalam satu buku), maka utamakan terlebih dahulu bahasa yang kurang dikenal, kemudian ditambahkan -3 (dari Tabel 4), kemudian notasi bahasa yang lebih dikenal dari Tabel 6. Jadi notasi untuk contoh ini akan berbeda notasinya jika diolah di Indonesia dan di Inggris.
Pustakawan di Indonesia akan menentukan notasinya sebagai berikut :
42 Bahasa Inggris (Bagan) -3 Kamus (Tabel 4)
-1 Bahasa Indonesia (Tabel 6)
423.1 berarti " Bahasa Inggris - Kamus - Indonesia
Akan tetapi buku ini bagi Pustakawan di Inggris akan memasukkannya ke dalam kelas :
41 Bahasa Indonesia -3 Kamus (Tabel 4)
-2 Bahasa Inggris (Tabel 6)
413.2 berarti "Bahasa lndonesia - Kamus – Inggris Contoh lainnya untuk "Kamus Indonesia -
BelandaIndonesia" akan mendapat notasi dirinci adalah sbb :
43
439.3.1 Bahasa Belanda (kurang di kenal Indenesia)
-3 Kamus (dari Tabel4)
-1 Bahasa Indonesia (lebih dikenal) dari Tabel 6 439.331 berarti "Bahasa Belanda- Kamus – Indonesia”
Bila dirumuskan sbb :
BAHASA YANG KURANG DIKENAL (Bagan) + -3 (T4) + BAHASA YANG LEBIH DIKENAL ( dari T6)
d) Kamus banyak bahasa
Bagi kamus banyak bahasa yaitu mencakup 3 bahasa atau lebih, dimasukkan ke dalam "Kamus poliglot" (polyglot Dictionaries) pada 403 (DDC edisi ringkas).
Contoh : "Kamus Indonesia - Inggris - Arab, akan mendapat notasi 403 "Kamus Jepang-Cina-Rusia - Inggris, juga akan mendapat notasi 403.