• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bahan Ajar Diklat Teknis Pengelolaan Perpustakaan

N/A
N/A
Seprizal Ari Kusnawan

Academic year: 2024

Membagikan " Bahan Ajar Diklat Teknis Pengelolaan Perpustakaan"

Copied!
75
0
0

Teks penuh

(1)

PENGATALOGAN SUBJEK

PELATIHAN TEKNIS PENGELOLAAN PERPUSTAKAAN

PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN

PERPUSTAKAAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA

(2)

PENGATALOGAN SUBJEK

DIKLAT TEKNIS PENGELOLAAN PERPUSTAKAAN

Penyusun

Suharyanto, S.Sos., M.Hum.

Penyunting

Drs. Ahmad Masykuri, S.S., M.M.

PERPUSTAKAAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA

2014

(3)

Perpustakaan Nasional RI. Data Katalog DalamTerbitan (KDT) Suharyanto.

Pengatalogan Subjek:Bahan Ajar Diklat Teknis Pengelolaan Perpustakaan /disusun oleh Suharyanto ; disunting oleh Ahmad Masykuri.-- Jakarta : Perpustakaan Nasional RI, 2016.

iii, 67 hlm.; 24 cm.

Bibliografi :hlm. 67

ISBN 978-979-008-814-6

1. Tajuk subjek. I. Judul. II. Ahmad Masykuri.

III. Perpustakaan Nasional.

025.49

(4)
(5)

i

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan kelancaran dalam penerbitan Kurikulum dan Bahan Ajar Pendidikan dan Pelatihan (Diklat) Teknis Pengelolaan Perpustakaan sebagai acuan nasional dalam penyelenggaraan Diklat Teknis Pengelolaan Perpustakaan.

Bahan ajar Diklat Teknis Pengelolaan Perpustakaan ini diterbitkan ketiga kalinya oleh Pusat Pendidikan dan Pelatihan, Deputi Bidang Pengembangan Sumber Daya Perpustakaan, Perpustakaan Nasional RI. Penerbitan ini sebagai upaya memenuhi kebutuhan penyelenggaraan diklat yang sesuai dengan Undang-Undang Nomor 43 Tahun 2007 Tentang Perpustakaan.

Terbitnya bahan ajar Diklat Teknis Pengelolaan Perpustakaan ini diharapkan dapat meningkatkan kualitas penyelenggaraan Diklat Teknis Pengelolaan Perpustakaan dan sekaligus mampu meningkatkan kualitas pengelolaan dan penyelenggaraan perpustakaan di tanah air.

Kami ucapkan terima kasih kepada penyusun, tim penyunting, dan seluruh pihak terkait yang telah membantu penyusunan dan penyelesaian bahan ajar diklat ini. Kritik maupun saran untuk penyempurnaan bahan ajar Diklat Teknis Pengelolaan Perpustakaan ini sangat kami harapkan untuk perbaikan dan penyempurnaannya pada terbitan yang akan datang.

Jakarta, 18 September 2014

Kepala Pusat Pendidikan dan Pelatihan Perpustakaan Nasional RI

(6)

ii

DAFTAR ISI

Halaman KATA PENGANTAR ………...………

DAFTAR ISI ………...…………

i

ii

BAB I PENDAHULUAN ……… 1

A Latar Belakang ……….………... 1

B Deskripsi Singkat .……….……….. 2

C Manfaat Modul ………...……….. 2

D Tujuan Pembelajaran ………. 3

E Materi Pokok dan Submateri Pokok ………. 4

F Petunjuk Belajar ……… …………. 5

BAB II KONSEP DASAR KLASIFIKASI DAN TAJUK SUBJEK ………..……... 7

A Pengertian, Tujuan, dan Manfaat Klasifikasi…... 7

B Pengertian, Tujuan, dan Manfaat Tajuk Subjek.. 9

C Latihan ... 10

D Rangkuman ... 10

E Evaluasi ... 11

BAB III ANALISIS SUBJEK BAHAN PERPUSTAKAAN ... 13

A Jenis Konsep ………... 13

B Jenis Subjek ………... 15

C Cara Menentukan Subjek ………... 18

D Deskripsi Indeks ………... 19

E Latihan ... 21

F Rangkuman ... 21

G Evaluasi ... 22

(7)

iii

BAB IV DEWEY DECIMAL CLASSIFICATION (DDC) ... 23

A Sejarah ………... 23

B Ciri-ciri DDC ………... 24

C Struktur DDC 23 ………... 25

D DDC Edisi Ringkas …... 26

E Latihan ……….. 43

F Rangkuman ……… 44

G Evaluasi ………. 44

BAB V DAFTAR TAJUK SUBJEK UNTUK PERPUSTAKAAN... 45

A Perkembangan Daftar Tajuk Subjek Perpustakaan Nasional ... 45

B Tujuan Daftar Tajuk Subjek Perpustakaan Nasional ………... 46

C Jenis Tajuk Subjek …..………... 46

D Prinsip-prinsip Tajuk Subjek Perpustakaan Nasional ………... 48

E Kaidah Bahasa Dalam Tajuk Subjek ... 52

F Subdivisi ………... 55

G Rujukan ………... 56

H Latihan ……… 60

I Rangkuman ……… 60

J Evaluasi ……….. 61

BAB VI PENUTUP ……… 63

DAFTAR PUSTAKA ……… 67

(8)
(9)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Koleksi suatu perpustakaan menurut Undang-undang Republik Indonesia nomor 43 tahun 2007 tentang Perpustakaan, pada Bab I pasal 1 ayat 2, adalah semua informasi dalam bentuk karya tulis, karya cetak, dan atau karya rekam dalam berbagai media yang mempunyai nilai pendidikan, yang dihimpun, diolah, dan dilayankan. Dari batasan ini jelas bahwa semua koleksi yang berhasil dihimpun dan disimpan di perpustakaan perlu diolah agar dapat dimanfaatkan oleh pemustakanya.

Kegiatan pengolahan bahan perpustakaan dibagi menjadi 2 (dua) bagian, yaitu: pengatalogan deskriptif dan pengatalogan subjek. Pengatalogan deskriptif berkaitan dengan uraian deskripsi bibliografis (8 daerah deskripsi) dan penentuan titik akses (entri utama dan entri tambahan) dari suatu bahan perpustakaan. Pengatalogan subjek berkaitan dengan analisis isi suatu bahan perpustakaan. Hasil analis subjek dituangkan dalam dua bentuk, yaitu: Klasifikasi dan tajuk subjek.

Klasifikasi biasanya dilambangkan dengan angka sebagai nomor panggil bahan perpustakaan, misalnya klasifikasi DDC yang dilambangkan dengan notasi angka arab. Tajuk subjek adalah kata, frasa, atau istilah yang digunakan dalam katalog

(10)

2

atau pangkalan data untuk menyatakan tema atau topik suatu bahan perpustakaan.

Standar yang digunakan dalam pengatalogan subjek diantaranya adalah skema klasifikasi Dewey Decimal Classification (saat ini yang digunakan adalah DDC 23) dan Daftar Tajuk Subjek Perpustakaan Nasional.

B. Deskripsi Singkat

Mata Diklat ini membekali peserta dengan pengetahuan tentang pengertian tujuan, manfaat klasifikasi dan tajuk subjek, analisis subjek bahan perpustakaan, penggunaan DDC Edisi Ringkas dan daftar tajuk subjek perpustakaanyang disajikan dengan menggunakan metode pendidikan dan pelatihan yang meliputi ceramah, tanya jawab, diskusi dan praktik.

C. Manfaat Modul

Modul Pengatalogan Subjek bermanfaat bagi peserta maupun pengajar diklat. Peserta dapat menggunakan modul ini sebagai sarana belajar mandiri, panduan praktek kerja dibidang pengatalogan subjek perpustakaan dan sebagai materi utama dalam proses pembelajaran di kelas. Pengajar dapat menggunakan modul ini sebagai acuan dan kerangka materi pembelajaran sehingga sinkron dengan materi yang dipelajari peserta diklat.

(11)

3

Kesesuaian antara yang dipelajari peserta diklat dengan materi yang disampaikan pengajar, dapat lebih mendekatkan pada pencapaian tujuan pembelajaran menjadi lebih efisien.

Namun materi dalam modul ini, masih dapat dikembangkan dan diperkaya dengan tambahan materi lainnya sesuai dengan kebutuhan dan tuntutan di lapangan secara lebih kreatif dan dinamis.

D. Tujuan Pembelajaran 1. Kompetensi Dasar

Setelah mengikuti pembelajaran mata diklat ini, peserta diharapkan mampu mempraktikkan penggunaan DDC ringkas dan daftar tajuk subjek perpustakaan.

2. Indikator Keberhasilan

Setelah mengikuti mata ajar diklat ini, peserta dapat:

a. menjelaskan pengertian, tujuan, dan manfaat klasifikasi b. menjelaskan pengertian, tujuan, dan manfaat tajuk

subjek

c. menganalisis subjek bahan perpustakaan d. mempraktikkan penggunaan DDC edisi ringkas e. mempraktikkan penggunaan daftar tajuk subjek

perpustakaan

(12)

4

E. Materi Pokok dan Submateri Pokok

1. Konsep Dasar Klasifikasi dan Tajuk Subjek a. Pengertian, tujuan, dan manfaat klasifikasi b. Pengertian, tujuan, dan manfaat tajuk subjek 2. Analisis Subjek Bahan Perpustakaan

a. Jenis konsep b. Jenis subjek

c. Cara menentukan subjek d. Deskripsi indeks

3. Dewey Decimal Classification (DDC) a. Sejarah DDC

b. Ciri-ciri umum DDC c. Struktur DDC 23 d. DDC edisi ringkas

4. Daftar Tajuk Subjek untuk Perpustakaan

a. Perkembangan daftar tajuk subjek Perpustakaan Nasional

b. Tujuan daftar daftar tajuk subjek Perpustakaan Nasional

c. Jenis tajuk subjek

d. Prinsip-prinsip tajuk subjek Perpustakaan Nasional e. Kaidah bahasa dalam tajuk subjek

f. Subdivisi g. Rujukan

(13)

5

F. Petunjuk Belajar

Untuk dapat mengerti, memahami dan mempraktikkan seluruh materi pembelajaran dalam modul ini, peserta pelatihan dianjurkan melakukan kegiatan berikut ini:

1. Membaca materi modul secara berurutan dari awal sampai akhir, dari bab satu sampai bab terakhir.

Dengan sistematika berurut, peserta dapat memahami pengatalogan subjek, selanjutnya pendalaman materi dan praktik yang berkaitan dengan pengatalogan subjek.

2. Melakukan self evaluation (evaluasi mandiri) terhadap hasil belajar mandiri melalui modul ini, pada setiap akhir pokok bahasan, dengan menjawab kuis atau soal latihan yang telah disediakan pada setiap akhir pokok bahasan.

3. Mempraktikkan penggunaan DDC ringkas dan daftar tajuk subjek perpustakaan

4. Melakukan ujian sumatif secara komprehensif dari seluruh pokok bahasan yang diuraikan pada mata ajar diklat, sehingga dapat diketahui daya serap peserta terhadap materi yang terdapat dalam keseluruhan modul ini.

(14)

6

(15)

7

BAB II

KONSEP DASAR

KLASIFIKASI DAN TAJUK SUBJEK

A. Pengertian, Tujuan, dan Manfaat Klasifikasi

1. Pengertian

Secara harfiah arti klasifikasi adalah penggolongan atau pengelompokkan. Ada beberapa pengertian mengenai klasifikasi rnenurut Kamus Besar Bahasa Indonesia.

Klasifikasi adalah penyusunan bersistem dalam kelompok atau golongan menurut kaidah atau standar yang ditetapkan. Harrods Librarians Glossary menyebutkan bahwa klasifikasi adalah pengelompok- kan benda secara logis menurut ciri kesamaannya. Menurut Sulistyo Basuki, Klasifikasi adalah pengelompokkan/pengumpulan benda atau entitas yang sama, serta memisahkan benda atas entitas yang tidak sama. Dalam pengertian secara umum bahwa klasifikasi ialah suatu kegiatan yang mengelompokkan benda yang memiliki beberapa ciri yang sama dan memisahkan benda yang tidak sama. Dalam kaitannya di dunia perpustakaan, klasifikasi diartikan sebagai kegiatan pengelompokkan bahan perpustakaan

Indikator Keberhasilan: Setelah mengikuti mata ajar diklat ini, peserta dapat menjelaskan pengertian, tujuan, dan manfaat klasifikasi dan tajuk subjek

(16)

8

berdasarkan ciri-ciri yang sama. Pada dasarnya di perpustakaan dikenal ada 2 (dua) jenis kegiatan klasifikasi.

a. Klasifikasi Fundamental (Fundamental Classification) yaitu klasifikasi bahan perpustakaan berdasarkan subjek/isi buku, sebab pada dasarnya pemustaka lebih banyak mencari informasi tentang subjek tertentu.

b. Klasifikasi Artifisial (Artificial Classification) yaitu klasifikasi bahan perpustakaan berdasarkan ciri-ciri yang ada pada bahan perpustakaan. Misalnya klasifikasi berdasarkan wama, ukuran dsb.

2. Tujuan

Tujuan klasifikasi berusaha menemukan kembali bahan perpustakaan yang dimiliki perpustakaan Bila dirinci lebih lanjut, maka tujuan klasifikasi perpustakaan ialah :

a. Dapat menentukan lokasi bahan pustaka di dalam jajaran koleksi perpustakaan sehingga memudahkan temu kembali informasi.

b. Mengumpulkan semua bahan perpustakaan yang rnemiliki subjek yang sama dalam satu jajaran koleksi.

c. Memudahkan dalam penempatan buku baru serta untuk kepentingan penyiangan.

3. Manfaat

1. Untuk mengetahui bahan perpustakaan yang dimiliki Perpustakaan

(17)

9

2. Untuk mengetahui keseimbangan koleksi 3. Untuk mengetahui cakupan ilmu pengetahuan 4. Penuntun berfikir sistematis

5. Membantu dalam menyusun bibliografi

B. Pengertian, Tujuan, dan Manfaat Tajuk Subjek

1. Pengertian

Tajuk subjek secara harfiah berarti sirahan, subjek atau pokok masalah dari sebuah bahan perpustakaan. Tajuk subjek menurut ilmu perpustakaan adalah frasa atau kosa kata yang terkendali dan berstruktur yang digunakan untuk menyatakan topik bahan perpustakaan. Menurut Sulistyo Basuki (2012) Tajuk subjek adalah sebuah titik akses ke cantuman bibliografis, terdiri dari sebuah kata atau frase yang menunjukkan subjek dari materi perpustakaan yang termuat dalam butiran bibliografis.

2. Tujuan

Tujuan tajuk subjek adalah mendata bahan perpustakaan yang dimiliki oleh suatu perpustakaan berdasarkan subjek dokumen. Tajuk subjek memiliki dua tujuan yaitu :

a. Menandai bahan perpustakaan yang berkaitan dengan subjek atau topik tertentu

b. Membantu pemustaka dalam menemukan bahan perpustakaan tentang subjek yang saling berkaitan.

(18)

10

3. Manfaat

Manfaat tajuk subjek adalah membantu pemustaka dalam mengakses dari berbagai pendekatan dan koleksi perpustakaan semakin berdayaguna.

C. Latihan

1. Jelaskan pengertian klasifikasi dalam kaitannya dengan ilmu perpustakaan

2. Jelaskan pengertian tajuk subjek secara harfiah

3. Jelaskan manfaat klasifikasi dan tajuk subjek dalam kaitanya dengan penelusuran informasi

D. Rangkuman

1. Dalam kaitannya di dunia perpustakaan, klasifikasi diartikan sebagai kegiatan pengelompokkan bahan perpustakaan berdasarkan ciri-ciri yang sama. Pada dasarnya di perpustakaan dikenal ada 2 (dua) jenis kegiatan klasifikasi.

Klasifikasi Fundamental (Fundamental Classification) Klasifikasi Artifisial (Artificial Classification)

2. Tajuk subjek menurut ilmu perpustakaan adalah frasa atau kosa kata yang terkendali dan berstruktur yang digunakan untuk menyatakan topik bahan perpustakaan

3. Manfaat dari klasifikasi perpustakaan adalah

a. Untuk mengetahui bahan perpustakaan yang dimiliki Perpustakaan

(19)

11

b. Untuk mengetahui keseimbangan koleksi c. Untuk mengetahui cakupan ilmu pengetahuan d. Penuntun berfikir sistematis

e. Membantu dalam menyusun bibliografi

E. Evaluasi

1. Jelaskan pengertian klasifikasi dan tajuk subjek dengan pendekatan ilmu perpustakaan

2. Jelaskan mengapa klasifikasi dan tajuk subjek diperlukan di perpustakaan

3. Jelaskan tujuan klasifikasi dan tajuk subjek di perpustakaan

(20)

12

(21)

13

BAB III

ANALISIS SUBJEK BAHAN PERPUSTAKAAN

Analisis subjek merupakan langkah awal dalam kegiatan klasifikasi, yaitu proses meneliti, mengkaji dan menyimpulkan isi yang dibahas dalam bahan perpustakaan. Untuk melakukan analisis subjek ini ada dua hal yang perlu dikenali atau dipahami yaitu jenis konsep dan jenis subjeknya.

A. Jenis Konsep

Dalam konsep subjek terdiri dari 3 unsur : 1. Disiplin Ilmu

yaitu yang digunakan untuk satu bidang atau cabang ilmu pengetahuan. Disiplin ilmu dapat dibedakan rnenjadi 2 kategori:

a. Disiplin fundamental, meliputi bagian-bagian utama ilmu pengetahuan. Oleh para ahli, disiplin fundamental dikelompokkan menjadi 3 yakni ilmu- ilmu sosial (social sciences), ilmu-ilmu alamiah (natural sciences) dan ilmu-ilmu kemanusiaan (humanities).

Indikator Keberhasilan : Setelah mengikuti mata ajar diklat ini, peserta dapat menganalisis subjek bahan perpustakaan.

(22)

14

b. Sub disiplin, merupakan bidang spesialisasi dalam satu disiplin fundamental, misalnya dalam disiplin fundamental ilmu-ilmu alamiah, sub disiplin yang merupakan spesialisasi atau cabangnya ialah fisika, kimia, biologi dsb.

2. Fenomena (topik yang dibahas)

Merupakan wujud/benda yang menjadi objek kajian dari disiplin ilmu. Misalnya: Pendidikan remaja. ”Pendidikan”

merupakan konsep disiplin ilmu, sedangkan : ”remaja”

adalah fenomena yang menjadi objek atau sasarannya.

3. Bentuk

Ialah cara bagaimana suatu subjek disajikan. Konsep bentuk dibedakan 3 jenis :

a. Bentuk fisik, yakni medium atau sarana yang digunakan dalam menyajikan suatu subjek.

Misalnya dalam bentuk buku, majalah, pita rekaman, mikrofis, dan sebagainya.

b. Bentuk penyajian, yang menunjukan pengaturan atau organisasi isi bahan perpustakaan/dokumen.

Ada tiga bentuk penyajian, yaitu :

1) Menggunakan lambang-lambang dalam penyajiannya, seperti bahasa, gambar, dan lain- lain.

(23)

15

2) Memperlihatkan tata susunan tertentu misalnya abjad, kronologis, sistematis dan sebagainya.

3) Menyajikannya untuk kelompok tertentu, misalnya Bahasa Inggris untuk pemula, psikologi untuk ibu rumah tangga. Kedua dokumen tersebut adalah mengenai 'bahasa Inggris dan'Psikologi', bukan pada .pemula' atau ibu rumah tangga.

c. Bentuk intelektual, yaitu aspek yang ditekankan dalam pembahasan suatu subjek. Misalnya "Fiisafat sejarah", disini yang menjadi subjeknya adalah sejarah sedangkan filsafat adalah bentuk intelektual.

B. Jenis Subjek

Dalam kegiatan analisis subjek, dokumen terdapat dalam bermacam-macam jenis subjek. Secara umum dapat digolongkan dalam 4 (empat) kelompok, yaitu :

1. Subjek Dasar

Yaitu subjek yang hanya terdiri dari satu disiplin ilmu atau sub disiplin ilmu saja. Misalnya:"Pengantar ekonomi" yang menjadi subjek dasarnya "Ekonomi". "Bunga rampai antropologi" yang menjadi subjek dasarnya "Antropologi".

(24)

16

2. Subjek Sederhana

Yaitu subjek yang hanya terdiri dari satu faset yang berasal dari satu subjek dasar (Faset ialah sub kelompok kelas yang terjadi disebabkan oleh satu ciri pembagian.

Tiap bidang ilmu mempunyai faset yang khas sedangkan fokus ialah anggota dari satu faset). Misalnya :"Pengantar ekonomi Pancasila" terdiri dari subjek dasar ekonomi dan satu faset yaitu Pancasila. "Pertanian di Indonesia" terdiri dari subjek dasar pertanian dan faset tempatnya Indonesia.

3. Subjek Majemuk

Yaitu subjek yang terdiri dari subjek dasar disertai fokus dari dua atau lebih faset. Misalnya "Hukum adat di Indonesia" subjek dasarnya yaitu "hukum" dan dua fasetnya yaitu "hukum adat" (faset jenis) dan "Indonesia"

(faset tempat).

4. Subjek Kompleks

Yaitu subjek yang terdiri dari dua atau lebih subjek dasar dan saling berinteraksi antara satu sama lain. Misalnya

"Pengaruh agama Hindu terhadap agama Islam." Disini terdapat dua subjek dasar yaitu "Agama Hindu" dan

"Agama Islam".

Untuk menentukan subjek yang diutamakan dalam Subjek Kompleks terdapat 4 (empat) fase, yakni :

(25)

17

a. Fase Bias, yaitu suatu subjek yang disajikan untuk kelompok tertentu. Dalam hal ini subjek yang diutamakan ialah subjek yang disajikan. Misalnya

“Statistik untuk Pustakawan", Subjek yang diutamakan ialah "Statistik" bukan "Pustakawan".

b. Fase Pengaruh, yaitu bila dua atau lebih subjek dasar saling mempengaruhi antara satu sama lain.

Dalam hal ini subjek yang diutamakan adalah subjek yang dipengaruhi. Misalnya "Pengaruh Abu Merapi terhadap Pertanian di D.I. Yogyakarta.” Di sini subjek yang diutamakan ialah "Pertanian" bukan

"Abu Merapi"

c. Fase Alat, yaitu subjek yang digunakan sebagai alat untuk menjelaskan atau membahas subjek lain. Di sini subjek yang diutamakan ialah subjek yang dibahas atau dijelaskan. Misalnya “Penggunaan alat kimia dalam analisis darah”. Disini subjek yang diutamakan adalah "Darah" bukan"Kimia".

d. Fase Perbandingan, yaitu dalam satu dokumen/bahan perpustakaan terdapat berbagai subjek tanpa ada hubungannya antara satu sama lain. Untuk menentukan subjek mana yang akan diutamakan, ketentuannya sebagai berikut :

1) Pada subjek yang dibahas lebih banyak.

Misalnya "lslam dan llmu Pengetahuan" lika Islam lebih banyak dibahas utamakan subjek

"Islam" dan sebaliknya.

(26)

18

2) Pada subjek yang disebut pertama kali. Misalnya

"Perpustakaan dan Masyarakat' ditetapkan pada subjek "Perpustakaan".

3) Pada subjek yang erat kaitannya dengan jenis perpustakaan atau pemakai perpustakaan.

Misalnya "Hukum dan Kedokteran". Di Fakultas Hukum akan ditetapkan dalam subjek "Hukum"

dan bila di Perpustakaan Kedokteran akan ditempatkan dalam subjek "Kedokteran".

C. Cara Menentukan Subjek

Untuk mengetahui subjek suatu bahan perpustakaan/dokumen dilakukan dengan analisis subjek. Caranya dengan mengikuti langkah-langkah "pra analisis" sebagai berikut :

1. Melalui judul buku, seringkali melalui judul suatu bahan perpustakaan sudah dapat ditentukan subjeknya, hal ini kebanyakan untuk buku-buku ilmiah.

2. Melalui daftar isi, ada kalanya dengan melihat daftar isi suatu bahan perpustakaan/dokumen sudah diketahui subjeknya.

3. Melalui daftar bahan perpustakaan atau bibliografi yang digunakan oleh pengarang untuk menyusun karya tersebut.

4. Dengan membaca kata pengantar atau pendahulan dari bahan perpustakaan tersebut.

(27)

19

5. Apabila langkah-langkah diatas masih belum dapat membantu hendaklah dengan membaca sebagian atau keseluruhan dari isi buku tersebut.

6. Menggunakan sumber lain seperti bibliografi, ensiklopedi, tinjauan buku, dsb.

7. Seandainya cara terdahulu masih belum juga dapat membantu untuk menentukan subjek bahan perpustakaan, hendaknya menanyakan kepada para ahlinya dalam subjek tersebut.

D. Deskripsi Indeks

Setelah mengetahui "subjek" suatu bahan perpustakaan melalui analisis subjek, selanjutnya menerjemahkan ke dalam kata-kata atau lambang-lambang yang terdapat dalam

"Bahasa Indeks " (Index Language). Bahasa Indeks merupakan bahasa yang terawasi (Controll Language), sedangkan hasil dari analisis subjek disebut dengan "Bahasa Alamiah" (Natural Language). Kegiatan menerjemahkan ini merupakan ”Deskripsi Indeks" untuk bahan perpustakaan tersebut.

Beberapa sistem bahasa indeks : 1. Daftar Tajuk Subjek

Yaitu mendaftarkan sejumlah istilah atau kata-kata dengan memberikan acuan atau penunjukan seperti istilah "see

(28)

20

also" dsb. Tajuk subjek yaitu frasa (kosa kata) yang terkendali dan berstruktur yang digunakan untuk menyatakan topik bahan perpustakaan. Daftar Tajuk Subjek misalnya Sears List Subject Headings edited by Barbara M. Westby (1977), pedoman Tajuk Subjek untuk Perpustakaan (PTSP) oleh Perpustakaan Nasional Rl (1994).

2. Tesaurus

Yaitu suatu daftar kosa kata atau istilah dengan menyebutkan istilah GU (Gunakan Untuk), RI (Ruang Lingkup), IK (Istilah Khusus), IB (Istilah Berhubungan).

Misalnya : Makrotesaurus Daftar Istilah Pembangunan Ekonomi dan Sosial (1977).

3. Skema klasifikasi

Yaitu bahasa indeks yang istilah-istilahnya disusun berkelas yang diberi kode/lambang tertentu. Ada kalanya kode/lambang (notasi) terdiri dari huruf atau angka saja atau gabungan huruf dan angka. Umumnya Skema Klasifikasi terdiri dari tiga unsur yaitu Bagan, Indeks Relatif dan Tabel.

Beberapa Skema Klasifikasi yang terkenal :

a. Dewey Decimal Classification (DDC) oleh Melvil Dewey (1875)

b. Colon Classifications (CC) oleh S.R Ranganathan (1933)

(29)

21

c. Universal Decimal Classifications (UDC), oleh Paul Olet (1905)

d. A Bibliographic Classifications oleh H.E. Bliss (1935) e. Library of Congress Classifications, (1899)

f. Subject Classifications, J.D Brown (1906) g. Readers International Classifications (196I)

E. Latihan

1. Jelas unsur-unsur dalam konsep subjek 2. Sebutkan 4 (empat) kelompok jenis subjek

3. Jelaskan langkah-langkah dalam "pra analisis” subjek 4. Jelaskan apa yang dimaksud dengan bahasa indeks

F. Rangkuman

Analisis subjek merupakan langkah awal dalam kegiatan klasifikasi, yaitu proses meneliti, mengkaji dan menyimpulkan isi yang dibahas dalam bahan perpustakaan. Ada 4 (empat) hal yang perlu diperhatikan dalam analisis subjek, yaitu: jenis konsep, jenis subjek, cara menentukan subjek, dan deskripsi indeks. Analisis subjek dituangkan ke dalam bahasa indek seperti tajuk subjek, tesaurus, dan skema klasifiksi.

(30)

22

G.

Evaluasi

1. Jelaskan pengertian analisis subjek

2. Jelaskan pengertian tentang bahasa indeks 3. Sebutkan beberapa contoh dari bahasa indeks 4. Sebutkan beberapa skema klasifikasi

(31)

23

BAB IV

DEWEY DECIMAL CLASSIFICATION (DDC)

A. Sejarah

Dewey Decimal Classification (selanjutnya disingkat DDC) merupakan sistem untuk mengorganisasi pengetahuan secara umum, yang terus menerus direvisi untuk mengikuti perkembangan pengetahuan. DDC disusun oleh Melvil Dewey pada tahun 1873 dan diterbitkan pertama kali pada tahun 1876. Edisi pertama berjudul ”A classification and subject Indeks for Cataloguing and Arranging the Books and pamphlets of Library” terdiri dari 42 halaman, yaitu 12 halaman pendahuluan, 12 halaman Bagan dan 18 halaman Indeks.

Edisi DDC yang termuktahir adalah DDC 23 terbit pada bulan April tahun 2011 diedit oleh Joan S. Mitchell … [et al.] dengan hak cipta DDC 23 pada Online Computer Library Center, Inc.

(OCLC). Publikasi DDC 23 juga diikuti dengan publikasi edisi ringkas ke-15 (Abridged Edition 15) dan versi Web Dewey.

Berikut perkembangan penerbitan DDC dari edisi ke-1 sampai dengan edisi ke-23:

Indikator Keberhasilan: Setelah mengikuti mata ajar diklat ini, peserta dapat mempraktikkan penggunaan DDC edisi ringkas.

(32)

24

Edisi Tahun Edisi Tahun Edisi Tahun

1 1876 9 1915 17 1965

2 185 10 1911 18 1971

3 1888 11 1922 19 1979

4 1891 12 1927 20 1989

5 1894 13 1932 21 1996

6 1899 14 1942 22 2003

7 1911 15 1951 23 2011

8 1913 16 1958

B. Ciri-ciri umum DDC

Ciri-ciri umum dari DDC:

1. merupakan klasifikasi ilmu pengetahuan yang melakukan pembagian subjek secara hirarkis, artinya pembagian subjek dari umum ke khusus.

2. menggunakan prinsip desimal, artinya DDC membagi semua bidang ilmu pengetahuan ke dalam 10 kelas utama.

3. hanya mampu memberikan satu notasi kelas untuk satu subjek. Untuk subjek bahan perpustakaan yang lebih dari satu, DDC harus memilih salah satu subjek yang paling dominan.

(33)

25

C. Struktur DDC 23

Struktur DDC 23 terdiri dari 4 jilid, yaitu:

Jilid 1 Manual dan tabel (6 tabel pembantu: 1. subdivisi standar 2. wilayah 3. subdivisi standar 4. subdivisi bahasa 5. ras 6. bahasa)

Jilid 2 Bagan 000-599 Jilid 3 Bagan 600-900

Jilid 2 dan jilid 3 dikembangkan berdasarkan kelas utama pada DDC, berikut adalah kelas utama pada DDC 23:

000 Computer science, information &general works (Ilmu komputer, informasi & karya umum)

100 Philosophy & psychology (Filsafat dan psikologi)

200 Religion (Agama)

300 Social sciences (Ilmu sosial) 400 Language (Bahasa)

500 Science (Ilmu murni) 600 Technology (Tekmologi)

700 Art & recreation (Seni dan rekreasi) 800 Literature (Sastra)

900 History & geography (Sejarah dan geografi) Jilid 4 Indeks

(34)

26

D. DDC Edisi Ringkas

Perpustakaan Nasional RI pada tahun 2005 hingga tahun 2009 melakukan terjemahan DDC dengan mengacu pada DDC abridged edition 14 (edisi ringkas ke=14). Pada tahun 2009 telah diterbitkan konsep akhir naskah terjemahan Klasifikasi Desimal Dewey : DDC ringkas edisi ke-14. Selain dalam bentuk cetak juga diterbitkan dalam bentuk e-book. E-book DDC 22 (ringkasan 14). DDC ringkas ke-14 memuat sekitar 20

% dari versi lengkap. Edisi ringkas ini ditujukan untuk perpustakaan dengan koleksi sebanyak 20.000 judul atau kurang. Untuk Indonesia dapat digunakan untuk perpustakaan umum, sekolah, madrasah, perguruan tinggi dengan koleksi ditujukan untuk program diploma dan atau program sarjana, politeknik, komunitas, pribadi dan aneka taman bacaan.

DDC ringkas edisi ke-14 hanya terdiri dari 1 (satu jilid) berisi : 1. Bagan (Schedules)

2. Indeks Relatif (Relative Indexs) 3. Tabel-tabel (Tabels)

1. Bagan

DDC adalah bagan klasifikasi yang menganut prinsip

"desimal', dengan membagi semua bidang ilmu pengetahuan ke dalam l0 kelas utama yang diberi kode lambang, selanjutnya disebut l0 kelas utama atau 10 ringkasan pertama yaitu :

000 - Karya Umum (Generalities)

(35)

27

100 - Filsafat (Philosophy and related disciplines) 200 - Agama (Religion)

300 - Ilmu-ilmu Sosial (Social Sciences) 400 - Bahasa (Language)

500 - Ilmu-ilmu Murni (Pure Sciences)

600 - Teknologi (Technology/Applied Sciences) 700 - Kesenian (The Arts)

800 - Kesusasteraan (Literature)

900 - Geografi dan Sejarah Umum (General Geography & History)

Setiap kelas utama dibagi lagi secara decimal menjadi 10 Sub Kelas yang disebut Divisi (Division) 100 ringkasan kedua. Contoh untuk kelas 300

300 - Ilmu-ilmu Sosial (Social Sciences):

310 - Statistik (Statistics)

320 - Ilmu Politik (Political Sciences) 330 - Ekonomi (Economics)

340 - Hukum (Law)

350 - Adiministrasi Umum (Public Administration) 360 Masalah Sosial dan Pelayanan (Social problems

& services)

370 - Pendidikan (Education)

380 Perdagangan, Komunikasi, Transportasi (Commerce, Communication and Transportation)

390 - Adat Istiadat, Etiket, Cerita Rakyat (Customs, Etiquette, Folklore)

(36)

28

Kemudian setiap Sub Kelas Divisi dibagi lagi menjadi 10 sub Divisi yang disebut Seksi (Section) 1000 ringkasan ketiga. Contoh : diambil Sub Kelas 370 Pendidikan (Education)

370 - Pendidikan (Education)

371 - Pendidikan secara umum (Generalities of Education)

372 - Pendidikan Dasar (Elementery Education) 373 - Pendidikan Menengah (Secondary Education) 374 - Pendidikan Dewasa (Adult Education)

375 - Kurikulum (Curiculums)

376 - Pendidikan Wanita (Education Of Women) 377 - Sekolah dan Agama (School and Religion) 378 - Pendidikan Tinggi (Higher Education)

379 - Pendidikan dan Negara (Education and The State)

Tiap-tiap seksi dapat dibagi secara decimal apabila dikehendaki, Contoh:

371 Pendidikan Secara Umum (Generalities of Education)

Pengajaran dan Pengajar (Teaching and Teaching Personel)

Administrasi Pendidikan (Educational Administration)

(37)

29

Metode Mengajar dan Belajar (Methods of Instruction and Study)

Bimbingan dan Penyuluhan (Guidance and Counseling)

Disiplin Sekolah (School Dicipline) Sarana Fisik (Physical Plant)

Kesehatan dan Keselamatan Sekolah (School Health and Safety)

Siswa (Student) Pendidikan Khusus

Dari contoh-contoh di atas dapat diambil kesimpulan bahwa makin khusus suatu subjek, semakin panjang notasinya, karena banyak angka yang ditambahkan pada notasi dasarnya. Pembagiannya berlangsung dari umum ke khusus.

2. Indeks Relatif (Relative Index)

Untuk membantu mencari notasi suatu subjek dalam DDC terdapat "Indeks Relatif”. Pada Indeks Relatif ini terdaftar sejumlah istilah yang disusun secara alfabetis. Istilah tersebut mengacu ke nomor kelas yang terdapat dalam bagan. Dalam indeks ini didaftar sinonim untuk istilah hubungannya dengan subjek lainnya.

Contoh:

Polusi

Masalah sosial 363.7 Persediaan air 628.16

(38)

30

Sosiologi 304.2

Teknik kesehatan 628.5

Dengan demikian bila suatu subjek telah ditemukan dalam Indeks Relatif, hendaklah ditentukan lebih lanjut aspek dari subjek yang bersangkutan. Contoh diatas subjek "Polusi”

dapat dilihat dari aspek : masalah sosial, persediaan air, sosiologi dan teknik kesehatan. Cara praktis yang paling tepat untuk menentukan notasi suatu subjek ialah melalui indeks relatif. Tetapi menentukan notasi hanya melalui dan berdasarkan Indeks Relatif saja tidak dapat dibenarkan.

Setelah suatu subjek diperoleh notasinya dalam indeks relatif, harus diadakan pengecekan dengan notasi yang terdapat dalam bagan. Dengan demikian dapat diketahui apakah notasi tersebut betul-betul sesuai dengan karya yang sedang diklasifikasikan.

3. Tabel-Tabel (Tables)

Kecuali pembagian kelas secara decimal dengan notasi yang terdapat dalam bagan, DDC juga mempunyai sarana lain membagi subjek lebih lanjut yaitu dengan tabel-tabel (tables). Notasi pada tabel-tabel tersebut hanya dapat digunakan dalam rangkaian dengan notasi yang terdapat dalam bagan. Dengan kata lain notasi yang terdapat dalam tabel tidak pernah berdiri sendiri selalu dirangkaikan dengan notasi dalam bagan.

(39)

31

Dalam DDC ringkas edisi terdapat 4 (empat) tabel pembantu, yakni :

Tabel 1 : Subdivisi standar

Tabel 2 : Subdivisi untuk Wilayah, Geografi, Manusia Tabel 3 : Subdivisi untuk Sastra dan bentuk sastra dan Tabel 4 : Subdivisi untuk Bahasa

1) Tabel Subdivisi Standar ( Tabel 1)

Bila notasi suatu subjek telah ditemukan dalam bagan, ada kalanya perlu dicantumkan lebih lanjut notasi tambahan, bentuk, yang diambil dari notasi yang terdapat dalam tabel subdivisi standar, (selanjutnya disebut Tabel 1). Tabel ini bertujuan untuk menjelaskan bentuk suatu karya, misalnya -03 adalah bentuk kamus dan ensiklopedi, -05 adalah bentuk terbitan berkala/majalah. Ada kalanya juga untuk menjelaskan bentuk penyajian intelektual.

Misalnya -01 untuk bentuk penyajian yang bersifat teori, dan -09 sejarah dan geografi.

Empat (4) cara penggunaan Tabel 1, yaitu : a) Tidak ada instruksi

Bila dalam bagan tidak terdapat instruksi bagaimana cara penggunaan dan penambahan Tabel l, ini berarti bahwa notasi tersebut dapat ditambahkan

(40)

32

langsung dengan notasi yang terdapat dalam Bagan, misalnya pada notasi 641.5 (Bagan) Masakan tidak terdapat instruksi cara penggunaan dan penambahan Tabel 1. Ini berarti pada notasi 641.5 tersebut dapat ditambahkan dengan salah satu notasi yang terdapat dalam Tabel I sehingga notasinya dapat diperluas sbb :

641.5 Masakan (dalam bagan) -05 Majalah (Tabel 1) 641.505 “Majalah Masakan”

b) Terdapat dalam bagan (lengkap)

Di dalam bagan sudah diperkirakan contoh yang lengkap untuk Tabel 1 hanya saja tidak dirinci.

Misalnya dalam klas 100 "Filsafat", notasi Tabel 1 telah tercantum dalam bagan lengkap mulai dari -01 s.d -09 hanya saja disini tidak dirinci seperti notasi lengkapnya, tetapi diambil notasi utama Tabel I saja.

Contoh:

100 Ilmu filsafat 101 Teori filsafat

102 Aneka ragam filsafat

103 Kamus, ensiklopedia dan konkordans filsafat 105 Terbitan berkala di bidang filsafat

106 Organisasi

107 Pendidikan, penelitian, topik-topik berkaitan

(41)

33

108 Pengolahan filsafat di antara kelompok- kelompok orang

109 Sejarah filsafat tanpa batas waktu dan tempat c) Terdaftar sebagian

Di dalam bagan ada kalanya sebagian notasi Tabel 1 tersebut sudah terdaftar. Dari contoh yang telah terdaftar berarti dapat pula diperluas dengan notasi Tabel 1 yang lainnya dengan mengikuti contoh penggabungan notasi yang ada pada contoh tersebut. Misalnya notasi 020 Ilmu perpustakaan dan informasi, dibawahya terdapat notasi sebagai berikut :

020 Ilmu perpustakaan dan informasi

.6 Organisasi dan manajemen perpustakaan .7 Pendidikan perpustakaan

Sebenarnya notasi 6 dan 7 setelah 020 adalah sama dengan notasi -06 dan -07 yang terdapat dalam Tabel 1. Bila ingin memperluas notasi 020 dengan notasi Tabel 1 lainnya, pola tersebut diikuti.

Contoh :

20 Ilmu Perpustakaan dan Informasi -05 (Tabel l) Majalah

Maka untuk "Majalah Ilmu Perpustakaan dan informasi" notasinya menjadi 020.5

(42)

34

d) Ada instruksi penggunaan lebih dari 1 nol.

Di dalam bagan ada kalanya terdapat instruksi untuk penggunaan lebih dari satu nol untuk penambahan notasi Tabel 1. Misalnya pada notasi 636 Peternakan di bawahnya diikuti dengan instruksi "Gunakan 636.001 - 636.009 untuk subdivisi standar", jika ingin memperluas notasi 636 "Peternakan" dengan Tabel 1, maka caranya sebagai berikut :

636 Peternakan (bagan)

(Gunakan 63 6.00 I -63 6.009 untuk subdivisi standar)

-072 Penelitian (Tabel 1) 636.007 2 "Penelitian Peternakan"

2) Tabel : Subdivisi untuk Wilayah, Geografi, Manusia (Tabel2)

Ada kalanya suatu subjek perlu dinyatakan aspek geografisnya (wilayahnya), misalnya "Angkatan Laut Indonesia”, Dalam hal ini notasi subjeknya adalah

“Angkatan Laut” perlu ditambahkan subjek tambahan notasi wilayah (Areas) Indonesia dari tabel 2.

Cara penambahan Tabel 2 adalah sebagai berikut : a) Tidak ada instruksi

Apabila dalam bagan tidak ada instruksi atau petunjuk penambahan Tabel 2. maka langkah- langkahnya ialah pertama tentukan notasi subjek

(43)

35

yang bersangkutan lalu tambahkan pada notasi subjek tersebut notasi -09 (aspek geografis dari Tabel 1), kemudian notasi wilayah dari Tabel2.

Contoh : “Perencanaan Kota Jakarta”

711.5 Perencanaan kota (Bagan) -09 Aspek geografis (tabel 1) -5983 Jakarta (tabel 2)

711.5095983 “Perencanaan kota Jakarta”

Rumus:

SUBJEK (Bagan) + -09 (Tabel 1) + wilayah (Tabel 2)

b) Ada instruksi

Ada kalanya dalam bagan terdapat instruksi biasanya berupa instruksi "Tambahkan notasi wilayah dari tabel 2” pada angka dasar.

Contoh 1:

328 Legislatif

Tambahkan notasi wilayah pada angka dasar 328 dari tabel 2.

-45 Italia (tabel 2) 328.45 Parlemen Italia

Contoh 2 : "Geologi Suatu Wilayah"

Untuk subjek geologi suatu wilayah misalnya Geologi India notasinya adalah 55 notasi dasar dari bagan ditambah notasi dari tabel 2 sesuai

(44)

36

dengan perintah yang terdapat pada notasi 554- 559.

554-559 Pengolahan menurut benua, wilayah dalam dunia modern dan dunia-dunia lain tambahkan notasi wilayah 4-9 dan label 2 pada angka dasar 55

55 Geologi (Baean) -54 India (T2)

555.4 Geologi India Rumusnya:

55 (NOTASI DASAR (BAGAN) + NOTASI WILAYAH (T2)

Contoh 3 : "Geografi suatu wilayah”

Untuk geografi suatu wilayah sebagai subjek, misalnya "Geografi Jepang", Geografi Indonesia"

dsb. Cara pembentukan ialah angka dasar geografi suatu wilayah yaitu 91- ditambahkan dengan notasi wilayah yang diambil dari Tabel2.

91- Angka dasar geografi suatu wilayah -52 (T2) Jepang

915.2 berarti Geografi Jepang

91- Angka dasar geografi suatu wilayah -598 (T2) Indonesia

915.98 berarti Geografi Indonesia Rumusnya:

91 NOTASI DASAR (BAGAN) + NOTASI WILAYAH (T2)

(45)

37

Contoh 4 : "sejarah” suatu wilayah

Untuk sejarah suatu wilayah mendapat notasi 930 - 990, sementara geografi suatu wilayah mendapat notasi 913 - 919, kalau dibandingkan pembentukan notasi geografi suatu wilayah dengan notasi sejarah suatu wilayah terdapat persamaan unsur dari angka yang diambil dari Tabel 2.

Bandingkanlah 915.2. Geografi Jepang dan 952 Sejarah Jepang, kalau diperhatikan dengan seksama notasi di atas ternyata terdapat persamaan angka pembentukannya. Pembentukan notasi sejarah suatu wilayah dapat dirumuskan :

9 NOTASI DASAR (BAGAN) + NOTASI WILAYAH (dari 2)

Contoh : "sejarah Indonesia .. 959.9 Bila dirinci adalah sebagai berikut : 9- Sejarah

-598 Indonesia (Tabel2) 959.8 berarti "sejarah Indonesia"

Sebagian besar notasi sejarah suatu wilayah ini telah terdaftar dalam bagan, dan dilengkapi dengan pembagian periode sejarah.

(46)

38

3) Tabel Subdivisi Kesusastraan ( Tabel 3)

Tabel 3 hanya digunakan untuk kelas 800 (Kesusastraan) guna penyajian bentuk khusus dari masing-masing kesusastraan yang disebut "Subdivisi masing-masing sastra" (Subdivisions of Individual Literatures) selanjutnya disebut Tabel 3. Misalnya bentuk-bentuk sastra tersebut adalah :

-1 Puisi, -2 Drama, -3 Fiksi dsb.

Cara penggunaan Tabel 3 ini adalah :

a) Sudah terdaftar dalarn bagan tetapi belum lengkap Dalam bagan sudah terdapat notasi yang ditambahkan bentuk sastranya tetapi tidak lengkap.

Bila dirasa perlu untuk memperluas notasi tersebut diambilkan dari Tabel 3 atau dengan kata lain bila notasi Kesusastraannya berakhir dengan angka nol (0), maka angka nolnya dihilangkan terlebih dahulu sehingga yang ada hanya notasi dasar sastranya baru ditambahkan notasi dari tabel 3.

Contoh : 842 Drama Perancis, sesungguhnya angka 2 berasal dari Tabel 3 dengan rincian notasi sbb. : 840 Kesusastraan Perancis

-2 Drama ( tabel3) 842 Drama Perancis

(47)

39

b) Tidak terdaftar dalam bagan

Bila dalam bagan belum terdaftar, terutama untuk notasi Kesusastraan yang bukan berakhir dengan angka nol (0), maka untuk memperluas notasinya adalah dengan menambahkan notasi bentuk sastra yang terdapat dalam Tabel 3 ke notasi Kesusatraan yang bersangkutan.

Contoh :

839.31 Sastra Belanda -3 Fiksi (Tabel3 ) 839.313 berarti "Fiksi Belanda"

Dengan demikian cara penambahan notasi bentuk sastra yang terdapat dalam Tabel 3 dapat dirumuskan :

NOTASI DASAR SASTRA + NOTASI BENTUK SASTRA (Tabel3 )

4) Tabel Subdivisi Bahasa ( Tabel 4)

Tabel 4 yang disebut "Subdivisi masing-masing bahasa "(Subdivision of Individual Languages).

Notasi yang terdapat dalam Tabel 4 ini hanya dapat ditambahkan pada notasi dasar suatu bahasa dalam kelas 400. Bila notasi suatu bahasa berakhir dengan angka nol (0), maka nolnya dihilangkan

(48)

40

sehingga tinggal notasi dua angka yang disebut dengan notasi dasar. Misalnya "Bahasa Perancis"

"440" notasi dasarnya menjadi 44,"Bahasa ltalia"

'470" notasi dasarnya menjadi 47.

Cara-cara penambahan Tabel 4 adalah sebagai berikut :

a) Sudah terdaftar dalam bagan tetapi belum lengkap. Dalam bagan sudah dicanturnkan notasi yang memberikan bentuk penyajian suatu bahasa, hanya saja belum lengkap.

Dalam hal ini untuk memperluas notasinya harus diambilkan rincian yang terdapat dalam Tabel 4. Dengan kata lain Notasi Tabel 4 yang akan ditambahkan ke notasi suatu bahasa yang berakhir dengan nol (0), maka nolnya dihilangkan sehingga tinggal notasi dasarnya yang terdiri dua angka.

Contoh 441 "Sistem tulisan dan Fonologi Bahasa Perancis uraian notasinya adalah :

440 Bahasa Perancis, Notasi dasar 44 -1 Sistem tulisan dan fonologi

441 berarti Sistem tulisan dan fonologi bahasa Perancis

b) Belum terdaftar dalam bagan

Dalam bagan sama sekali belum dicantumkan notasi bentuk bahasa, terutama untuk notasi

(49)

41

bahasa yang bukan berakhir dengan angka nol, untuk memperluas notasi suatu bahasa, yang berakhir "bukan" dengan angka nol, maka notasi T4 dapat ditambahkan langsung ke notasi bahasa tersebut.

495.1 Bahasa Cina (dalam bagan) -5 Tata bahasa (dalam Tabel4 ) 499-15 berarti "Tata bahasa Cina"

Dengan demikian untuk penambahan notasi Tabel 4 ini pada dasarnya suatu bahasa dapat dirumuskan sebagai berikut :

NOTASI DASAR SUATU BAHASA + NOTASI BENTUK BAHASA (Tabel4)

c) Kamus dua bahasa

Untuk kamus dua bahasa urutan sitirannya adalah sebagai berikut :

1). Sesuai dengan urutan kata pertama yang terdapat pada kamus tersebut. Misalnya Kamus Jerman - Inggris, maka notasi untuk kamus ini dimasukan pada notasi dasar Bahasa yaitu : 43 Bahasa Jerman

-3 Kamus (Tabel4)

-21 Bahasa Inggris (Tabel 6)

433.21 berarti " Bahasa Jerman - Kamus – Inggris"

(50)

42

Rumusnya:

NOTASI BAHASA URUTAN PERTAMA (Bagan) + -3 (TABEL 4) + BAHASA URUTAN KEDUA (TABEL 6) 2). Bila terdapat dua bahasa dalam kamus yang bersangkutan, misalnya Kamus Indonesia Inggris dan Inggris Indonesia (dalam satu buku), maka utamakan terlebih dahulu bahasa yang kurang dikenal, kemudian ditambahkan -3 (dari Tabel 4), kemudian notasi bahasa yang lebih dikenal dari Tabel 6. Jadi notasi untuk contoh ini akan berbeda notasinya jika diolah di Indonesia dan di Inggris.

Pustakawan di Indonesia akan menentukan notasinya sebagai berikut :

42 Bahasa Inggris (Bagan) -3 Kamus (Tabel 4)

-1 Bahasa Indonesia (Tabel 6)

423.1 berarti " Bahasa Inggris - Kamus - Indonesia

Akan tetapi buku ini bagi Pustakawan di Inggris akan memasukkannya ke dalam kelas :

41 Bahasa Indonesia -3 Kamus (Tabel 4)

-2 Bahasa Inggris (Tabel 6)

413.2 berarti "Bahasa lndonesia - Kamus – Inggris Contoh lainnya untuk "Kamus Indonesia -

BelandaIndonesia" akan mendapat notasi dirinci adalah sbb :

(51)

43

439.3.1 Bahasa Belanda (kurang di kenal Indenesia)

-3 Kamus (dari Tabel4)

-1 Bahasa Indonesia (lebih dikenal) dari Tabel 6 439.331 berarti "Bahasa Belanda- Kamus – Indonesia”

Bila dirumuskan sbb :

BAHASA YANG KURANG DIKENAL (Bagan) + -3 (T4) + BAHASA YANG LEBIH DIKENAL ( dari T6)

d) Kamus banyak bahasa

Bagi kamus banyak bahasa yaitu mencakup 3 bahasa atau lebih, dimasukkan ke dalam "Kamus poliglot" (polyglot Dictionaries) pada 403 (DDC edisi ringkas).

Contoh : "Kamus Indonesia - Inggris - Arab, akan mendapat notasi 403 "Kamus Jepang-Cina-Rusia - Inggris, juga akan mendapat notasi 403.

E. Latihan

1. Jelaskan tentang sejarah dan perkembangan DDC 2. Sebutkan 10 kelas utama DDC

3. Sebutkan struktur DDC 23

4. Sebutkan tabel-tabel yang ada pada DDC edisi

ringkas ke-14

(52)

44

F. Rangkuman

DDC disusun oleh Melvil Dewey pada tahun 1873 dan diterbitkan pertama kali pada tahun 1876, edisi DDC yang termuktahir adalah DDC 23 terbit pada bulan April tahun 2011.

DDC merupakan klasifikasi ilmu pengetahuan yang melakukan pembagian subjek secara hirarkis, artinya pembagian subjek dari umum ke khusus. Struktur DDC 23 terdiri dari 4 jilid, yaitu Jilid 1 Manual dan tabel, Jilid 2 Bagan 000-599, Jilid 3 Bagan 600-900, Jilid 4 Indeks. Perpustakaan Nasional RI pada tahun 2005 hingga tahun 2009 melakukan terjemahan DDC dengan mengacu pada DDC abridged edition 14 (edisi ringkas ke=14).

DDC ringkas edisi ke-14 hanya terdiri dari 1 (satu jilid) berisi :1.

Bagan (Schedules) 2. Indeks Relatif (Relative Indexs)3. Tabel- tabel (Tabels)

G. Evaluasi

1. Jelaskan perkembangan DDC terjemahan edisi ringkas ke- 14 yang diterbitkan oleh Perpustakaan Nasional RI

2. Sebutkan dan jelaskan 10 kelas utama yang terdapat pada DDC 23

3. Sebutkan dan jelaskan 4 tabel pembantu yang terdapat dalam DDC terjemahan edisi ringkas ke-14

(53)

45

BAB V

DAFTAR TAJUK SUBJEK UNTUK PERPUSTAKAAN

A. Perkembangan Daftar Tajuk Subjek Perpustakaan Nasional

Perpustakaan Nasional RI pada tahun 2002 menerbitkan Daftar Tajuk Subjek Perpustakaan Nasional. Daftar tajuk subjek tersebut merupakan edisi revisi dari daftar tajuk subjek yang diterbitkan sebelumnya. Adapun Daftar Tajuk Subjek yang telah diterbitkan pada edisi sebelumnya yaitu :

1. Pedoman Tajuk Subjek untuk Perpustakaan Umum dan Sekolah, diterbitkan pada tahun 1977 oleh Pusat Pembinaan Perpustakaan, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

2. Pedoman Tajuk Subjek untuk Perpustakaan, diterbitkan pada tahun 1982 oleh Proyek Pengembangan Perpustakaan, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

3. Pedoman Tajuk Subjek untuk Perpustakaan, diterbitkan pada tahun 1983 oleh Pusat Pembinaan Perpustakaan, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan

Indikator Keberhasilan : Setelah mengikuti mata ajar diklat ini, peserta dapat mempraktikkan penggunaan daftar tajuk subjek perpustakaan

(54)

46

4. Pedoman Tajuk Subjek untuk Perpustakaan, disusun oleh J.N.B. Tairas dan Soekarman K. diterbitkan tahun 1985 oleh Pusat Pembinaan Perpustakaan, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan

5. Daftar Tajuk Subjek Perpustakaan Nasional, diterbitkan pada tahun 1987 oleh Proyek Pengembangan Perpustakaan Nasional, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan

6. Daftar Tajuk Subjek untuk Perpustakaan, diterbitkan pada tahun 1995 oleh Perpustakaan Nasional RI

7. Daftar Tajuk Subjek Perpustakaan Nasional, diterbitkan pada tahun 2002 oleh Perpustakaan Nasional RI

B. Tujuan Daftar Tajuk Subjek Perpustakaan Nasional

Tujuan daftar tajuk subjek adalah mendaftar subjek tertentu di bawah kata, frasa atau istilah yang seragam untuk koleksi perpustakaan. Dengan menggunakan daftar tajuk subjek tersebut sebagai dasar penentuan tajuk, pengatalog mempunyai standar yang dapat diandalkan.

C. Jenis Tajuk Subjek

Jenis Tajuk Subjek terdiri dari:

(55)

47

1. Tajuk Topik

Tajuk topik adalah kata atau frasa untuk benda atau konsep sehari-hari yang mewakili isi berbagai karya.

Contoh: Kesehatan, Korupsi, Psikologi 2. Tajuk bentuk

Tajuk bentuk dalam konteks ini bermakna bentuk intelektual dari materi perpustakaan bukan bentuk fisik materi tersebut, tetapi merupakan disiplin ilmu.

Tajuk bentuk terbagi atas dua jenis : pertama, tajuk bentuk yang mendeskripsikan susunan umum bahan perpustakaan serta tujuannya, misalnya: Almanak, Direktori, Ensiklopedi, Gazetir ; kedua, tajuk bentuk yang merupakan nama dari bentuk sastra dan genre, misalnya, Fiksi, Puisi, Drama, Esai.

3. Tajuk Geografi

Tajuk geografi adalah nama tempat yang menunjukkan kawasan fisik dan atau yurisdiksi politik. Tajuk bentuk geografi berbeda dari tajuk subjek topik karena merujuk pada pembahasan wilayah atau nama tempat bukan pembahasan intelektual, misalnya: Indonesia, Jawa Barat, Bogor

4. Tajuk Nama

Tajuk Nama adalah tajuk yang digunakan sebagai nama yang unik yang dibahas dalam bahan perpustakaan.

(56)

48

Tajuk nama terdiri dari : nama diri, badan korporasi, pertemuan dan judul seragam.

Nama diri menunjukkan identitas seseorang, misalnya, Soekarno, 1902-1970

Nama badan korporasi adalah nama satu kelompok atau asosiasi, misalnya, Universitas Indonesia, Pekan Raya Jakarta ditetapkan pada nama tersebut sebagai sebuah subjek.

Tajuk judul seragam dibentuk dari judul seragam yaitu nama yang sudah terbentuk dari kitab suci, karya sastra anonim, majalah, film, acara radio dan televisi, folklor dll.

Contoh: Undang-undang dan peraturan, Seribu Satu Malam, Alquran, Alkitab, dll.

Tajuk nama pertemuan dibentuk dari nama pertemuan, rapat, konferensi, sarasehan, dll. Contoh: Seminar Nasional Ketenagakerjaan Indonesia (1998: Malang)

D. Prinsip-prinsip Tajuk Subjek Perpustakaan Nasional

1. Susunan dan Peragaan Tajuk Subjek

Daftar Tajuk Subjek untuk Perpustakaan (DTSP) menyusun tajuk subjek secara berabjad, kata demi kata dengan nilai urut untuk tanda baca sebagai berikut :

Tajuk subjek dengan tanda pemisah (-) mendahului tajuk subjek dengan tanda koma (,) yang diikuti tajuk subjek dengan penjelas dalam kurung ( )

(57)

49

MANTRI KESEHATAN

Manufaktur lihat INDUSTRI PABRIK MANUSIA

MANUSIA - ASAL MULA MANUSIA - MIGRASI MANUSIA, FISIOLOGI

Manusia, Posisi Tegak dari lihat POSTUR Manusia, Tubuh lihat ANATOMI, FISIOLOGI MANUSIA (ISLAM)

MANUSIA (TEOLOGI) MANUSIA PRASEJARAH MANUSIA PRIMITIF

Pada contoh di atas tampak bahwa ada perbedaan pada huruf cetak, dan ada keragaman dalam struktur tajuk subjek

2. Perbedaan Huruf Cetak

Pada DTSP digunakan huruf cetak yang berbeda antara tajuk subjek dan acuan sebagai berikut :

a. Tajuk subjek sebagai istilah indeks (kapital) cetak tebal

b. Acuan sebagai istilah entri, yaitu istilah yang tidak digunakan cetak tipis

3. Prinsip Dasar Tajuk Subjek a. Aspek bahasa

Karena tajuk subjek menggunakan kata atau istilah atau frasa, rnaka masalah "tajuk subjek” tidak terlepas

(58)

50

dari masalah bahasa, misalnya : tata bahasa, ejaan, sinonim, semantik dan sebagainya. Oleh karena itu pedoman resmi bahasa yang digunakan harus diperhatikan. Dalam Bahasa Indonesia, misalnya buku pedoman pembentukan Istilah dan Pedoman Ejaan yang baku harus diperhatikan.

Contoh :

Komoditi atau Komoditas

Tjengkeh atau Cengkeh atau Cengkih Tarip atau Tarif

b. Keseragaman

Dalam banyak hal, untuk mengutarakan suatu topik atau pengertian sering terdapat penggunaan istilah- istilah yang berbeda.

Contoh:

Hukum dagang atau hukum niaga atau Hukum perdagangan

Agar tidak membingungkan pemakai perpustakaan, untuk kasus seperti ini perlu dipilih salah satu istilah yang digunakan secara taat azas. Dari istilah-istilah lain dibuatkan “penunjukan atau acuan".

c. Pemakaian istilah

Dalam menciptakan keseragaman penggunaan istilah yang digunakan perpustakaan perlu diperhatikan

(59)

51

pemakaian istilah yang lazim oleh pemakai perpustakaan.

Contoh :

Pernikahan atau perkawinan Sapi atau Lembu d. Istilah Asing

Apabila menggunakan daftar tajuk subjek dalam bahasa Indonesia, maka istilah Indonesia yang harus diutamakan. Istilah asing hanya digunakan bila :

1) Belum ada istilah Indonesianya. Namun demikian istilah asing tersebut disesuaikan penulisannya dengan pemakaian diIndonesia :

Contoh :

Anarkisme bukan Anarchism Fasisme bukan Facism

2) Istilah asing yang lebih populer Contoh :

Psikologi lebih popular dari ilmu jiwa Anatomi lebih populer dari ilmu urai

e. IstilahIndonesianya lebih panjang dan ada kalanya memerlukan penjelasan atau uraian

(60)

52

Contoh :

Devisa bukan Alat pembayaran luar negeri Visa bukan Surat izin masuk ke suatu negara

f. Kekhususan

Dalam menentukan tajuk subjek suatu dokumen, hendaklah dipilih tajuk subjeks sekhusus mungkin.

Contoh :

Hukuman mati jangan pada Hukum pidana atau Hukuman

Mujair jangan pada Ikan atau Ikan air tawar g. Istilah Penjelas

Ada kalanya pada subjek tertentu diperlukan penjelas.

Hal ini disebabkan istilah yang sama dapat ditemukan pada berbagai disiplin ilmu atau aspek. Istilah penjelas tersebut gunanya untuk membedakan antara satu sama lain.

Contoh :

Bogor (Kabupaten) - Sejarah Bogor (Kota) -Sejarah

E. Kaidah Bahasa Dalam Tajuk Subjek

Kaidah bahasa dalam tajuk subjek dibagi menjadi 4 (empat) bagian, yaitu: kata benda tunggal, tajuk gabungan, tajuk kata benda dengan kata sifat, dan tajuk frase.

(61)

53

1. Kata Benda Tunggal

Merupakan jenis tajuk subjek yang ideal, karena bentuknya paling sederhana dan mudah dipahami.

Sebagian besar bidang ilmu dapat dinyatakan dengan menggunakan kata benda. Misalnya : Agama ; Ekonomi ; Pendidikan ; Perpustakaan. Demikian juga untuk objek spesifik. Misalnya Apel, Bola, Keramik, Kursi. Beberapa kata yang memiliki sinonim harus di plih salah satu.

Misalnya Bimasakti dan Nebula, yang dipilih adalah Bimasakti maka tajuk yang ditetapkan adalah Bimasakti.

Jika dimungkinkan ada beragam pengertian yang harus disusun menjadi tajuk, sehingga mempunyai dua arti dan memberikan pengertin yang spesifik pada setiap tajuk.

Misalnya kata Depresi (dapat berarti keadaan ekonomi atau mental), tajuknya adalah Depresi (Ekonomi) ; Depresi (Psikologi)

2. Tajuk Gabungan

Merupakan bentuk tajuk majemuk. Pembentukan tajuk gabungan mempunyai beberapa alasan, yaitu:

a. Tajuk gabungan dibentuk oleh dua atau lebih unsur sederajat yang dihubungkan dengan kata penghubung “dan”. Tajuk ini menyatakan hubungan antara dua konsep atau dua jenis benda yang tidak dapat dipisahkan. Misalnya Bank dan perbankan ;

(62)

54

Buruh dan perburuhan ; Busur dan panah ; Penerbit dan penerbitan.

b. Karya-karya tentang dua subjek atau topik yang saling mempengaruhi atau yang berlawanan tetapi biasanya dibahas secara bersamaan untuk menunjukkan ruang lingkupnya. Misalnya: Agama dan ilmu pengetahuan; Amnesti dan abolisi; Baik dan buruk; Percaya dan keragu-raguan.

3. Tajuk Kata Benda dengan Kata Sifat

Merupakan suatu konsep spesifik yang dinyatakan dengan kata benda yang diikuti kata sifat. Misalnya.

Anggaran moneter ; Binatang langka ; Dokrin Monroe

; Hukum administrasi; Kesusastraan Indonesia ; Orang suci ; Tanaman langka

4. Tajuk Frase

Merupakan suatu konsep yang mencakup dua bidang pengetahuan dinyatakan dalam sebuah frasa yang kompleks. Alasan tajuk frasa dibuat adalah:

a. Menyatakan tidak semua konsep dapat dinyatakan dalam satu kata yang ditambah imbuhan (awalan dan akhiran). Misalnya: Televisi dalam politik

b. Menyatakan suatu hubungan antara dua konsep atau dua benda. Misalnya: Wanita sebagai hakim

(63)

55

c. Menyatakan suatu konsep yang biasanya digunakan suatu frasa. Misalnya: Hak guna bangunan ; Konflik antar generasi ; Kerja sama antar perpustakaan

F. Subdivisi

Perpustakaan yang mempunyai koleksi besar, subjek perlu dibuat lebih rinci, karena tajuk sederhana tidak selalu menjawab pertanyaan pemustaka dengan cepat dan memuaskan. Subdivisi digunakan sebagai alat untuk mengkombinasikan sejumlah konsep yang berlainan menjadi tajuk subjek tunggal. Topik kompleks dinyatakan oleh tajuk subjek diikuti oleh subdivisi.

Subdivisi dibagi menjadi 4 (empat) katagori, yaitu: subdivisi topik, bentuk, kronologis, dan geografi.

1. Subdivisi topik

Subdivisi topik digunakan di bawah tajuk utama atau subdivisi lain guna membatasi konsep yang diungkapkan oleh tajuk hingga menjadi subtopik khusus. Misalnya:

Jagung – Panen ; Udara – Pencemaran ; Pesawat terbang -- Mesin

2. Subdivisi bentuk

Subdivisi bentuk digunakanuntuk menunjukkan bentuk bahan perpustakaan serta bagaimana sebuah subjek disajikan (misalnya: kamus, majalah, bibliografi).

(64)

56

Subdivisi bentuk ditambahkan pada unsur terakhir dari tajuk subjek. Misalnya:

Kimia – Kamus ; Biologi – Majalah ; Pustakawan – Direktori.

3. Subdivisi kronologis

Subdivisi kronologis digunakan untuk membatasi sebuah tajuk atau tajuk dan subdivisi pada periode waktu tertentu.

Subdivisi kronologis ditentukan pada masing-masing Negara. Misalnya: Filsafat Cina – Abad ke-18 ; Indonesia – Sejarah – Zaman kolonial

4. Subdivisi geografis

Subdivisi geografis menunjukkan lokasi sebuah tajuk atau subdivisi. Penandaan (dapat ditambahkan subdivisi geografis) setelah tajuk subjek atau subjek menunjukkan bahwa lokasi geografis bisa mengikuti tajuk atau subdivisi. Misalnya: Pesiun – Indonesia ; Jalan Jakarta

G. Rujukan

Agar pemakai daftar tajuk subjek dapat mengetahui hubungan antara tajuk dengan tepat dan cepat, maka dibuatkan rujuakan yang terdiri dari:

(65)

57

1. Rujukan Gunakan

Rujukan ini digunakan untuk merujuk dari istilah yang tidak digunakan ke istilah yang digunakan atau dipilih, seperti dalam beberapa kasus berikut:

a. sinonim,

Contoh: Lembu Gunakan Sapi Jawi Gunakan Sapi b. tajuk majemuk

Contoh Peradaban agama Gunakan Agama dan peradaban ; Perbankan Islam Gunakan Islam dan perbankan

c. Tajuk yang dibalik susunannya, misalnya : Contoh :

Pidana, Hukum Gunakan Hukum Pidana d. Tajuk yang memiliki penulisan yang berbeda

Contoh:

Sumatera Gunakan Sumatra ; Isteri Gunakan Istri

e. Tajuk yang tidak digunakan lagi Contoh:

Perintah siasat GunakanTaktik ; Iklim Gunakan Klimatologi

(66)

58

2. Rujukan GUNAKAN UNTUK

Ditulis sesudah tajuk yang digunakan diikuti tajuk subjek yang tidak digunakan.

Contoh :

Amnesti dan abolisi GU Abolisi Debu

GU Abu Enau

GU Aren Terasi

GU Belacan

3. Hubungan hierarkis : topik lebih luas dan topik lebih sempit.

Dikaitkan dengan tajuk subjek lainnya melalui rujukan silang yang diungkapkan dalam bentuk Istilah Luas (IL) dan istilah Sempit (IS). Tanda IL mendahului tajuk subjek yang mewakili kelas yang lebih luas. Tanda IS mendahuli tajuk subjek yang mewakili kelas yang lebih sempit atau yang lebih kecil. Tanda IL dan IS berfungsi timbal balik, tajuk yang muncul sebagai IL harus diimbangi dengan hubungan IS.

Contoh:

Media massa

IL Jurnalisme

(67)

59

Jurnalisme

IS Media massa

4. Hubungan asosiatif : topik berkaitan

Hubungan asosiatif dinyatakan dengan tanda IB artinya Istilah Berkaitan, menghubungkan dua tajuk yang saling berkaitan namun tidak menunjukkan hierarki.

Contoh :

Ornitologi

IB Burung Burung

IB Ornitologi 5. Lihat Juga

Lihat juga (LJ) adalah rujukan yang mengarahkan pemakai dari satu tajuk yang digunakan ke tajuk lain yang juga digunakan. Hubungan antara tajuk dapat setara atau hubungan antara subjek yang lebih luas dengan subjek yang lebih sempit.

Contoh :

Bajigur

LJ Bandrek Hukum

LJ nama cabang hukum, ump.

Hukum d

Referensi

Dokumen terkait

Pengelolaan koleksi bahan pustaka adalah kegiatan kerja yang berkenaan dengan koleksi bahan pustaka sejak pustaka masuk ke perpustakaan sampai siap untuk dimanfaatkan atau dipinjam

ketentuan dalam “ Petunjuk Teknis Pelaksanaan Bantuan Diklat Teknis Peningkatan Kompetensi GTK Dikmas Tahun 2016 ”. PARA PIHAK YANG MELAKUKAN

Pelaporan buku hilang adalah sistem pengadministrasian tentang pelaporan koleksi/buku yang dihilangkan oleh pemustaka kepada UPT Perpustakaan agar koleksi tersebut dapat diganti

Dalam buku Ibrahim Bafadal (2015), berjudul Pengelolaan perpustakaan sekolah yang membahas tentang bagaimana semestinya seorang pengelola perpustakaan sekolah

Ada beragam bahan bacaan diantaranya bentuk buku, baik yang digunakan untuk sekolah maupun perguruan tinggi, contohnya buku referensi, modul ajar, buku praktikum, bahan

Hal ini berarti bahwa bahan ajar yang dipilih untuk diajarkan oleh pengajar di satu pihak dan harus dipelajari peserta diklat di lain pihak hendaknya berisikan

Adapun teknik pengelolaan konservasi penyu yang disampaikan pada buku ini meliputi teknis pemantauan penyu bertelur dan penetasan telur secara alami, teknis

Pada buku pedoman pengelolaan perpustakaan sekolah di SMA N 1 Painan dapat disimpulkan langkah-langkah pembuatan buku pedoman pengelolaan perpustakaan yaitu (1)