• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TALAK DI LUAR PENGADILAN PERSPEKTIF KYAI PONDOK

A. Talak Dalam Syariat Islam

1. Pengertian Talak

Kata talak, firaq (lepas), dan sirah (pisah) berasal dari syariat dan diulang-ulang dalam Al-Qur`an dengan makna cerai.1 Allah SWT berfirman dalam Surat al-Thalaq, 65:1.

نِهِت دِعِل نُهْوُقِ لَطَف َء ٰۤا َسِ نلا ُمُتْق لَط اَذ ِا ُّيِب نلا اَهُّـيَآٰي

Artinya : Wahai Nabi, apabila kamu menceraikan istri-istrimu, hendaklah kamu ceraikan mereka pada waktu mereka dapat (menghadapi) idahnya (yang wajar).2

Dalam Hukum Islam perceraian dibahasakan dengan “talak” atau

furqah”. Adapun arti dari talak adalah membuka ikatan dan membatalkan perjanjian, sementara furqah artinya bercerai yaitu lawan dari berkumpul. Selanjutnya kedua kata ini dipakai oleh para ahli fiqh sebagai satu istilah yang berati perceraian antara suami istri.3 Menurut istilah, talak adalah melepaskan ikatan pernikahan dan mengakhiri hubungan suami istri. Menurut Al-Jaziry talak adalah menghilangkan ikatan perkawinan atau mengurangi pelepasan ikatannya dengan menggunakan kata-kata tertentu. Menurut Abu

1 Musthafa Diib Al-Bugha, FIQIH ISLAM LENGKAP Penjelasan Hukum-Hukum Islam Madzab Syafi`i, terj. Pakihsati (Solo: Media Zikir, 2016.), 375.

2 Al-Qur`an Kemenag, 65:1.

3 Kumedi Ja`far, HUKUM KELUARGA ISLAM DI INDONESIA (Bandar Lampung: Arjasa

Pratama, 2020), 96–97.

Zakaria Al-Anshari, talak ialah melepas tali akad nikah dengan kata talak dan yang semacamnya. Menurut buku yang dikutip oleh Ibn Mas`ud dan Zainal Abidin talak adalah perbuatan halal yang dimurkai Allah. Talak artinya melepaskan. Dan menurut istilah Syarak ialah melepaskan ikatan pernikahan dengan kata-kata atau lafal yang menunjukkan talak atau perceraian.

Perceraian hanya boleh dilakukan apabila mengandung unsur kemaslahatan, dan setiap jalan perdamaian antara suami-istri yang bertikai tidak menghasilkan kebaikan. Peraturan tentang perceraian adalah perintah untuk meninggalkan perceraian. Perceraian setiadaknya merupakan alternatif yang lebih mendidik kedua belah pihak. Setelah pernikahan, seharusnya tidak ada perceraian, dan hanya kematian yang merupakan satu-satunya sebab dan alasan terjadinya perceraian. Dengan demikian perceraian merupakan kehendak Tuhan.

Sedangkan putusnya hubungan pernikahan menurut Undang- Undang dalam pasal 38 UU No.1 Tahun 1974 adalah “Putusnya Pernikahan” pernikahan dapat putus karena :

a. Kematian b. Perceraian

c. Atas keputusan pengadilan.

Dan dalam pasal 39 yaitu :

a. Perceraian hanya dapat dilakukan di depan sidang pengadilan setelah pengadilan yang bersangkutan berusaha dan tidak berhasil mendamaian kedua belah pihak.

b. Untuk melakukan perceraian harus ada cukup alasan, bahwa antara suami istri itu tidak akan dapat hidup rukun sebagai suami- istri.

c. Tatacara perceraian di depan sidang pengadilan diatur dalam peraturan perundangan tersendiri.4

Jadi talak ialah, menghilangkan ikatan perkawinan sehingga setelah hilangnya ikatan perkawinan itu istri tidak lagi halal bagi suaminya, dan ini terjadi dalam hal talak ba`in, sedangkan arti mengurangi pelepasan iakatan perkawinan ialah berkurangnya hak talak bagi suami yang mengakibatkan berkurangnya jumlah talak yang menjadi hak suami dari tiga menjadi dua, dari dua menjadi satu, dan dari satu menjadi hilang hak talaknya itu, yaitu terjadi dalam hal talak raj`i.5

2. Klasifikasi Talak

Dengan melihat kepada keadaan istri waktu talak diucapkan oleh suami, maka talak dapat diklasifikasikan menjadi tiga macam, yaitu : a. Talak Sunni

4 Fifi Oktari, “Tindakan Perceraian Di Luar Pengadilan Menurut Persepsi Pelaku Perceraian Studi Kasus Di Kecamatan Curup Timur", Skripsi (Curup: IAIN Curup, 2019), 19.

5 M. Muhsin, Soleh Hasan Wahid, “Talak Di Luar Pengadilan Perspektif Fikih Dan Hukum

Positif”, e-Journal Al-Syakhsiyyah Journal of Law and Family Studies, 1 (2021), 70–71.

Talak sunni ialah talak yang pelaksanaannya telah sesuai dengan petunjuk dalam Al-Qur`an dan Sunnah Nabi. Bentuk talak ini yaitu, talak ini dijatuhkan oleh suami kepada istrinya yang pada saat itu istrinya tidak dalam keadaan haid atau dalam masa suci yang pada masa itu istri belum pernah dicampuri oleh suaminya.

b. Talak bid`i

Talak bid`i yaitu talak yang dijatuhkan oleh suami namun tidak menuruti aturan agama dan menyimpang dari ketentuan-ketentuan Al-Qur`an dan Sunnah Nabi. Bentuk talak yang disepakati ulama yang termasuk dalam kategori talak bid`i ialah talak yang dijatuhkan sewaktu istri dalam keadaan haid atau dalam keadaan suci namun telah digauli oleh suaminya.

c. Talak yang bukan dikategorikan talak sunni atau talak bid`i Talak ini terdiri dari delapan macam yaitu:

1) Menjatuhkan talak sebelum dukhul 2) Menalak istri yang masih kecil 3) Menalak istri yang sudah putus haid 4) Menalak istri yang sedang hamil 5) Menalak istri karena sumpah 6) Menalak istri oleh hakamain 7) Menalak istri yang menkhuluk

8) Menalak istri yang keluar darah namun tidak jelas apakah jenis darah haid atau darah istihadhah.

Sedangakan talak yang dilihat dari kemungkinan bolehnya suami kembali kepada mantan istrinya dibagi menjadi dua macam yaitu:

a. Talak Raj`i

Talak raj`i yaitu talak yang masih memungkinkan suami rujuk kepada mantan istrinya tanpa akad nikah baru. Suami diberi hak untuk kembali kepada istrinya, selama istrinya masih dalam masa iddah. Talak raj`i adalah talak satu atau talak dua tanpa didahuli

`qtebusan dari pihak istri. Dalam talak raj`i ini, suami cukup mengucapkan rujuk kepada mantan istrinya. Dengan demikian, cerai dalam bentuk talak raj`i ini tidak dapat dikatakan putus pernikahan dalam arti sebenarnya.

b. Talak Ba`in

Talak Ba`in yaitu talak yang tidak memungkinkan suami kembali kepada istrinya, kecuali dengan melakukan akad nikah baru. Talak ba`in ini terbagi menjadi dua macam:

1) Ba`in Sughra (ba`in kecil)

Talak ba`in sughra yaitu talak yang mana suami tidak boleh rujuk dengan mantan istrinya, namun suami dapat rujuk dengan mantan istrinya dengan melakukan akad nikah yang baru. Maksudnya, apabila talak ini telah jatuh, maka putuslah ikatan perkawinan suami istri tersebut. Namun, mantan suaminya dapat rujuk dengan mantan istrinya tersebut dengan melakukan pernikahan kembali setelah habis masa iddahnya.

2) Ba`in Kubra (ba`in besar)

Talak ba`in kubra yaitu talak yang tidak memungkinkan suami rujuk kepada mantan istrinya. Suami hanya boleh kembali kepada mantan istrinya tersebut setelah istrinya menikah dengan laki-laki lain dan telah melakukan persetubuhan dengan suami barunya tersebut, kemudian terjadi perceraian kembali. Setelah itu baru mantan suami pertamanya dapat melakukan pernikahan kembali dengan mantan istrinya tersebut setelah habis masa iddah mantan istrinya. Yang termasuk talak dalam bentuk ba`in kubra yaitu talak yang telah dijatuhkan tiga kali atau talak tiga. Talak tiga dalam pengertian talak ba`in itu yang disepakati oleh ulama adalah talak tiga yang diucapkan secara terpisah dalam kesempatan yang berbeda antara satu dengan yang lainnya diselingi oleh masa iddah.6

B. Tinjauan Mas{lah{ah Mursalah

Dokumen terkait