• Tidak ada hasil yang ditemukan

Digitalisaasi UMKM

Dalam dokumen BANK WAKAF MIKRO (Halaman 179-184)

BAB 9 DIGITALISASI UMKM DAN BANK WAKAF MIKRO

A. Digitalisaasi UMKM

U

MKM perekonomian yang memberikan kontribusi merupakan tulang punggung sebesar 61,07 persen terhadap PDB nasional.

Oleh karenanya sektor UMKM ini sangat berperan dalam mensuport pemulihan ekonomi nasional. Melihat vitalnya keberadaan UMKM dalam perekonomian Indonesia maka perlu dilakukan pengembangan dan digitalisasi UMKM agar dapat beradaptasi pada perkembangan zaman dan tuntutan perkembangan revolusi industri 4.0 dan society 5.0 sehingga dapat bersaing di pasar global dan dapat berkembang lebih pesat yang nantiya berpengaruh pada peningkatan pertumbuhan ekonomi Indonesia yang lebih baik.

Dengan melakukan transformasi digital diharapkan UMKM mampu bertahan, berkembang dan bertumbuh di tengah tantangan tren gaya bisnis yang terjadi secara global,

persaingan global ataupun dimasa perekonomian baik lokal, nasional maupun dunia mengalami krisis seperti ketika perekonomian dunia terguncang akibat adanya pandemi covid-19.

Usaha yang dilakukan pemerintah untuk mengakselerasi pemulihan ekonomi nasional yang didominasi oleh UMKM, pemerintah berusaha untuk mengoptimalkan potensi dan produktivitas UMKM melalui digitalisasi / onboarding bagi UMKM offline dengan menyediakan berbagai stimulus yang terdigitalisasi. Pemerintah mengadakan Gerakan Nasional Bangga Buatan Indonesia, di mana UMKM yang berjumlah jutaan yang telah on board di berbagai platform e-commerce dan diberikan stimulus seperti promosi, pelatihan dan pendampingan, penyaluran pinjaman dari Bank Himpunan Bank Milik Negara (Himbara) serta penempatan dalam e-katalog pengadaan pemerintah.

Survei dari Bank Indonesia pada Maret 2021 menyatakan 87,5 persen UMKM terdampak secara negatif oleh pandemi dan 12.5 % UMKM tidak terdampak ekonomi akibat pandemi Covid-19, bahkan 27,6% diantaranya mengungkapkan peningkatan penjualan. Peningkatan penjualan terjadi karena strategi yang mereka gunakan adalah dengan berjualan online dan variasi produk. Hal ini karena adanya perubahan pola perilaku masyarakat ke arah berbelanja dan bertransaksi dengan cara digitalisasi di masa pandemi. Melihat hasil survei ini, dapat di katakan bahwa digitalisasi UMKM penting dilakukan. Merujuk pada data, baru 19 juta pelaku UMKM (dari 65,47 juta UMKM ) yang masuk dalam ekosistem digital dan

memanfaatkan e-commerce. Oleh karenanya baik pemerintah maupun non pemerintah menginisiasi dan menggerakkan program-program yang mendukung dan mempercepat transformasi digital UMKM.

Akselerasi digitalisasi UMKM bertujuan agar memperkuat UMKM, dapat memperluas akses pasar serta daya saing meningkat. Untuk mendukung akselerasi digitalisasi UMKM, Bank Indonesia membuat 3 pilar program pengembangan UMKM yaitu meningkatkan kapasitas produksi, efisiensi biaya serta perluasan pasar. Dimana salah satu impelementasi program dari ketiga pilar tersebut adalah program digitalisasi UMKM. Program digitalisasi UMKM diantaranya adalah e-farming, e-commerce, e-payment dan pendukung financing.

Program e-farming merupakan pemanfaatan teknologi digital pada pertanian untuk meingkatkan kapasitas produksi dan efisiensi biaya (hulu) dan perluasan pasar (hilir). E-commerce merupakan program perluasan pemasaran UMKM melalui berbagai saluran pemasaran digital melalui penguatan digital skill & mindset, digital presence, pemasaran digital, dan digital operation. Pendukung e-financing dalam bentuk aplikasi digital bagi UMKM yaitu SIAPIK. Aplikasi digital untuk UMKM ini digunakan untuk penyusunan laporan keuangan sebagai referensi bank dalam menganalisis kelayakan pembiayaan UMKM. Sarana pembayaran digital atau e-payment merupakan sarana pembayaran digital untuk memudahkan transaksi UMKM sebagai entry point ke dalam ekosistem ekonomi dan keuangan digital.

Otoritas Jasa keuangan (OJK) juga ikut berpartisipasi dalam mempercepat langkah UMKM terdigitalisasi melalui 4 kebijakannya yaitu klaster Kredit Usaha Rakyat (KUR), Bank Wakaf Mikro (BWM), Platform UMKM (UMKM-MU) dan Securities Crowdfunding (SCF). Kredit Usaha Rakyat atau yang sering dikenal sebagai KUR merupakan program pemerintah untuk meningkatkan akses pembiayaan kepada UMKM yang disalurkan melalui lembaga keuangan dengan pola peminjaman. Bank Wakaf Mikro atau BWM merupakan Lembaga Keuangan Mikro Syariah (LKMS) yang terdaftar dan diawasi oleh OJK dengan tujuan menyediakan akses modal untuk masyarakat kecil yang belum memiliki akses pada lembaga keuangan formal dengan pola pendampingan.

UMKM-MU merupakan platform digital yang disediakan oleh OJK untuk membantu UMKM binaan memperluas akses pasar secara digital agar memiliki daya saing yang tinggi dan tumbuh menopang perekonomian Indonesia.

Securities Crowdfunding (SCF) bertujuan untuk meningkatkan pendalaman pasar modal di masyarakat karena memberikan alternatif sumber pendanaan yang cepat, mudah, dan murah bagi kalangan generasi muda dan UMKM yang belum bankable untuk mengembangkan usahanya terutamanya UMKM mitra pemerintah. Salah satu manifestasi dukungan pemerintah lainnya adalah alternatif pembiayaan melalui Digital Kredit UMKM (DigiKU).

Pada prinsipnya digitalisasi UMKM didorong oleh 2 ekosistem yaitu ekosistem UMKM itu sendiri dan ekosistem e-commerce. Untuk menguatkan 2 ekosistem ini perlu adanya

kolaborasi antara pemerintah dan dunia usaha dan dilakukan secara berimbang agar tercipta iklim usaha yang adil dan setara.

Dalam kolaborasi untuk mendukung ekosistem berjalan dengan baik, dari sisi penguatan ekosistem UMKM itu sendiri membutuhkan partisipasi dan koordinasi dari kementrian / lembaga yang berwenang pada sejumlah aspek seperti perizinan, pajak, sertifikasi, akses pasar, pembiayaan, pelatihan, pendampingan, dan akses bahan baku. Dari ekosistem pemerintah misalnya saja Kemenkominfo berperan pada sisi penguatan ekosistem e-commerce yang fokus pada aspek logistik, pengendalian informatika, perlindungan data pribadi, penyelenggaraan sistem dan transaksi elektronik, serta infrastruktur digital. Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (LPEI) fokus pada aspek bantuan layanan finansial dan nonfinansial dalam mendorong perkembangan para pelaku ekspor, mulai dari koperasi, UMKM hingga pelaku usaha lainnya. Sedangkan untuk dukungan nonfinansial dari LPEI adalah dalam bentuk jasa konsultasi yang mencakup Coaching Program for New Exporters, Marketing Handholding (Business Matching), dan desa Devisa (Community Development).

PT. Pegadaian juga ikut ambil bagian dalam pengembangan UMKM agar kelompok usaha ini dapat naik kelas melalui Ekosistem Ultra Mikro yang dikembangkan bersama PT Permodalan Nasional Madani (PNM) dan PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Ekosistem Ultra Mikro memiliki misi untuk membantu masyarakat segmen ultra mikro naik kelas menjadi masuk kedalam kategori segmen mikro.

Dalam dokumen BANK WAKAF MIKRO (Halaman 179-184)

Dokumen terkait