• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III METODE PENELITIAN

F. Teknik Analisis Data dengan Indikator Keberhasilan

Untuk menganalisis data kualitatif dilakukan dengan melihat hasil observasi selama melakukan penelitian baik dari segi kerjasama kelompok, maupun kendala- kendala yang dihadapi selama melakukan penelitian. Sedangkan untuk analisis secara kualitatif digunakan analisis deskriptif, untuk melihat skor rata-rata persentase dan ketuntasan hasil belajar siswa. Kemudian nilai tersebut dikategorikan dengan menggunakan kategorisasi skala lima berdasarkan teknik kategorisasi standar yang ditetapkan oleh Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (Sumarni 2007: 47) seperti yang terlihat pada tabel 1.

Tabel 3.1 Skala Kategori Standar

No Nilai Kategori

1. 0 – 34 Sangat rendah

2. 35 – 54 Rendah

3. 55 – 64 Sedang

4. 65 – 84 Tinggi

5. 85 – 100 Sangat tinggi

Indikator keberhasilan dalam penelitian ini adalah apabila telah terbentuk keterampilan sosial dalam diri siswa baik kerjasama dalam kelompok maupun dalam memberikan tanggapan. Selain itu, terjadi peningkatan hasil yang menyangkut skor rata- rata hasil tes belajar siswa kelas X6 SMA Negeri 18 Makassar, ditandai dengan meningkatnya jumlah siswa yang sudah mencapai ketuntasan individual maupun klasikal. Menurut ketuntasan DIKNAS siswa dikatakan tuntas belajar apabila

memperoleh skor minimal 65% dari skor ideal, dan tuntas klasikal apabila 85% dari jumlah siswa yang tuntas belajar secara individual.

38

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian

Penelitian ini dilakukan selama proses belajar-mengajar dalam bulan Oktober sampai November, tepatnya dari tanggal 23 Oktober 2013 sampai 25 November 2013 (tahap perencanaan sampai pelaporan) yang dibagi atas dua siklus dimana tiap siklus dilakukan sebanyak 3 kali pertemuan, dilakukan untuk proses dan satu kali pertemuan untuk tes siklus.

Siklus I pertemuan pertama dilakukan pada hari Kamis tanggal 23 Oktober 2013 dan pertemuan kedua hari Kamis tanggal 20 November dan hari kamis 27 November 2013 tes siklus II. Setelah pelaksanaan tindakan selama dua kali pertemuan pada setiap siklus, guru mengevaluasi untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa tentang materi yang dipelajari.

1. Paparan Data Siklus I a. Tahap Perencanaan

1) Telaah kurikulum SMA Kelas X

2) Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) untuk 2 kali pertemuan.

3) Membuat lembar observasi untuk melihat bagaimana kondisi belajar- mengajar di kelas saat pelaksanaan tindakan.

4) Mempersiapkan tugas untuk diselesaikan secara kelompok dan individu.

5) Membuat alat evaluasi untuk melihat kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal-soal berdasarkan materi yang diberikan.

b. Tahap Pelaksanaan Tindakan

Pada siklus ini diterapkan pembelajaran kooperatif tipe rotating trio exchange, pelaksanaan tindakan siklus I berlangsung selama dua pekan selama empat kali pertemuan, setiap siklus dua kali pertemuan proses

pembelajaran dan diakhiri dengan tes siklus, dengan alokasi waktu 2 x 45 menit.

Secara umum tindakan yang dilakukan untuk setiap putaran pada siklus ini adalah :

1) Pada awal tatap muka, guru menjelaskan materi sesuai dengan rencana pembelajaran pada pertemuan yang bersangkutan secara klasikal disertai dengan contoh yang melibatkan siswa.

2) Guru membagi siswa dalam 11 kelompok yang heterogen dengan jumlah anggota sebanyak 3 orang.

3) Siswa diberi tugas atau soal latihan yang sama untuk diselesaikan secara berkelompok. Setiap anggota kelompok diberi nomor 0, 1, 2 setelah itu anggota kelompok dirotasikan, nomor 1 berpindah searah jarum jam dab nomor 2 sebaliknya berlawanan arah jarum jam.

Sedangkan nomor 0 tetap di tempat. Ini akan mengakibatkan timbulnya trio baru.

4) Selama proses belajar kelompok berlangsung, setiap kelompok tetap diawasi, dikontrol dan diarahkan, serta diberikan bimbingan secara langsung pada kelompok yang mengalami kesulitan.

5) Lembar jawaban dari tiap kelompok atau individu diperiksa kemudian dikembalikan.

c. Tahap Observasi

Pada tahap ini dilaksanakan proses observasi terhadap pelaksanaan tindakan dengan menggunakan pedoman observasi yang telah dibuat dan dilaksanakan evaluasi berupa tes hasil belajar siklus I setelah dua kali pertemuan.

Adapun data aktivitas guru dan siswa kelas X6 SMA Negeri 18 Makassar Siklus I dapat dilihat sebagai berikut :

1) Aktivitas Guru

Pelaksanaan pembelajaran melalui model kooperatif tipe rotating trio exchange dalam proses belajar-mengajar belum sepenuhnya berjalan

40

baik, dalam hal ini guru belum sepenuhnya memainkan peran yang semestinya dalam pelaksanaan pembelajaran.

Adapun hal-hal yang diamati adalah :

a) Langkah I, yaitu membagi murid kedalam 13 kelompok yang beranggotakan 3 orang terlaksana dengan indikasi kelompok terbagi dengan baik dan penomoran terlaksana dengan baik.

b) Langkah II, yaitu :

1. Memberikan bahan diskusi untuk dipecahkan trio tersebut terlaksana, namun masih ada siswa belum memahami bahan diskusi yang diberikan.

2. Guru meminta siswa yang bersimbol 1 berpindah searah jarum jam dan simbol 2 berlawanan jarum jam sedang nomor 0 tetap di tempat terlaksana, namun tidak semua siswa dapat melakukan.

3. Guru memberikan pertanyaan baru untuk didiskusikan oleh trio baru terlaksana, namun belum jelas sehingga masih banyak siswa yang menjawab pertanyaan dengan salah.

c) Langkah III, yaitu guru meminta siswa menyajikan hasil diskusi kelompoknya terlaksana, namun masih ada 3 kelompok yang tidak menyajikan hasil kelompoknya.

d) Langkah IV, yaitu memberikan tugas kepada siswa terlaksana dengan baik dan siswa mencatat tugas yang diberikan.

2) Aktivitas Siswa

Hasil observasi terhadap aktivitas belajar siswa selama proses pembelajaran pada siklus I dapat dilihat pada tabel 4.1

Tabel 4.1. Hasil observasi aktivitas belajar siswa pada siklus I NO Komponen yang diamati Pertemuan ke- Rata-

Rata

(%) I II

1 Kerjasama dalam pengamatan 15 20 17,5 53, 03

2 Mengajukan pertanyaan 6 12 9 27,27

3 Menjawab pertanyaan 10 15 12,5 37,88

4 Mengerjakan LKS/bahan diskusi 15 19 17 51,52

5 Menyajikan hasil diskusi kelompok 4 6 5 15,15

6 Mengerjakan pekerjaan lain 10 6 8 24,24

Berdasarkan tabel 4.1 diatas diperoleh gambaran mengenai aktivitas belajar siswa pada siklus I dimana dari 33 siswa kelas X6 SMA Negeri 18 Makassar yang diobservasi terkait aspek-aspek aktivitas belajar dapat dijelaskan dalam skala deskriptif sebagai berikut : 1) kerjasama dalam kelompok sebesar 53,03%, 2) mengajukan pertanyaan sebesar 27,27%, 3) menjawab pertanyaan sebesar 37,88%, 4) mengerjakan LKS/bahan diskusi sebesar 51,52%, 5) menyajikan hasil diskusi kelompok sebesar 15,15%, dan 6) mengerjakan pekerjaan lain sebesar 24,24%.

3) Nilai tes hasil belajar Bahasa Indonesia siklus I

Adapun nilai hasil tes siswa kelas X6 SMA Negeri 18 Makassar setelah pembelajaran memalui penerapan model kooperatif tipe rotating trio exchange pada siklus I secara detail dapat dilihat pada lampiran 6.

Selanjutnya, jika nilai hasil belajar dikelompokkan berdasarkan skala deskriptif, maka diperoleh distribusi frekuensi dan presentase nilai hasil belajar Bahasa Indonesia sebagaimana disajikan pada tabel 4.2.

42

Tabel 4.2 Distribusi frekuensi dan presentase hasil belajar Bahasa Indonesia siklus I

Interval Nilai Kategori Frekuensi Persentase

0-34 Sangat Rendah 0 0

35-54 Rendah 4 12,12

55-64 Sedang 14 42,42

65-84 Tinggi 15 45,45

85-100 Sangat Tinggi 0 0 %

Jumlah 33 100

Berdasarkan data pada tabel 4.2 di atas, dapat dikemukakan bahwa dari 33 siswa kelas X6 SMA Negeri 18 Makassar tak seorang pun yang nilai hasil belajarnya dalam kategori sangat rendah, 4 siswa atau 12,12% nilai hasil belajarnya berada dalam kategori rendah, 14 siswa atau atau 42,42% nilai hasil belajarnya dalam kategori sedang, sedang 15 orang siswa atau 45,45% nilai hasil belajarnya berada dalam kategori tinggi dan tak seorangpun yang nilainya berada dalam kategori sangat tinggi.

Dengan melihat tabel 4.2 maka nampak bahwa hasil belajar Bahasa Indonesia melalui pembelajaran model kooperatif tipe rotating trio exchange pada siklus I secara individual dari 33 siswa hanya 11 orang atau 33,33% yang mencapai ketuntasan minimal atau berada dalam kategori rendah. Dan secara klasikal belum terpenuhi karena nilai rata-rata yang diperoleh sebesar 64,55.

d. Refleksi Siklus I

Pada awal pertemuan siklus I, proses pembelajaran kooperatif tipe rotating trio exchange diterapkan. Ada beberapa kendala yang dihadapi pada pertemuan ini antara lain sebagai berikut :

1) Pada saat pembagian kelompok, siswa merasa tegang dan bingung bahkan ada yang tidak tahu di kelompok mana ia berada dan siapa saja anggotanya.

2) Ada beberapa siswa yang tidak mau bergabung dan bekerjasama dengan temannya, siswa tersebut ingin duduk terpisah dari kelompoknya.

3) Ada beberapa siswa yang hanya ingin berkelompok dengan teman sejenisnya dan bekerjasama dengan teman dekatnya saja.

Akan tetapi pada pertemuan selanjutnya kendala-kendala tersebut semakin berkurang dan dapat diatasi dengan cara memberikan pemahaman tentang metode yang digunakan dan tujuan yang ingin dicapai dari model pembelajaran kooperatif tipe rotating trio exchange (RTE).

Secara umum, selama penelitian berlangsung hingga akhir siklus I keaktifan siswa semakin nampak, dimana siswa sudah dapat menerima perbedaan serta bekerjasama dengan anggota kelompoknya walaupun masih ada beberapa kelompok yang belum dapat berkomunikasi dengan baik. Selama proses pembelajaran masih terlihat adanya siswa yang pasif. Siswa yang demikian ini umumnya kurang memahami materi yang diberikan sehingga menghindar jika guru mendekatinya untuk memberikan bimbingan, bahkan dengan sengaja bersikap seolah-olah sudah memahami materi. Akan tetapi pada pertemuan berikutnya siswa ini sudah mulai terbuka dan apabila ada masalah yang kurang jelas maka dia akan bertanya.

2. Paparan Data Siklus II a. Tahap Perencanaan

1) Merancang tindakan berdasarkan hasil refleksi siklus I 2) Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran

3) Membuat lembar observasi untuk mengamati kondisi pembelajaran di kelas ketika pelaksanaan tindakan berlangsung.

44

4) Perbaikan pengajaran sehingga indikator hasil belajar yang akan dicapai pada setiap pertemuan dapat tuntas pada pertemuan itu sehingga tidak ada siswa memperbaiki tugasnya setelah diperiksa.

b. Pelaksanaan Tindakan

Pelaksanaan tindakan yang dilakukan pada siklus II adalah mengulangi kembali tahap-tahap pada siklus I sambil mengadakan perbaikan atau penyempurnaan sesuai hasil yang diperoleh pada siklus I.

c. Tahap Observasi

Pada tahap ini dilaksanakan proses observasi terhadap pelaksanaan tindakan dengan menggunakan pedoman observasi yang telah dibuat dan dilaksanakan evaluasi berupa tes hasil belajar siklus II setelah dua kali pertemuan.

Adapun data hasil belajar siswa kelas X6 SMA Negeri 18 Makassar siklus II dapat dilihat sebagai berikut :

1) Aktifitas Guru

Pelaksanaan pembelajaran melalui model kooperatif tipe rotating trio exchange dalam proses belajar-mengajar belum sepenuhnya berjalan dengan baik, dalam hal ini guru belum sepenuhnya memainkan peran yang semestinya dalam pelaksanaan pembelajaran.

Adapun hal-hal yang diamati adalah :

a) Langkah I, yaitu membagi siswa ke dalam 11 kelompok yang beranggotakan 3 orang terlaksana dengan indikasi kelompok terbagi dengan baik dan penomoran terlaksana dengan baik..

b) Langkah II, yaitu :

1) Memberikan bahan diskusi untuk dipecahkan trio tersebut terlaksana, dan siswa telah memahami bahan diskusi yang diberikan.

2) Guru meminta siswa yang bersimbol 1 berpindah searah jarum jam dan simbol nomor 2 berlawanan jarum jam sedang nomor 0 tetap di tempat.

3) Guru memberikan pertanyaan baru untuk didiskusikan oleh trio baru terlaksana, namun belum jelas sehingga masih banyak siswa yang menjawab pertanyaan dengan salah.

4) Guru merotasikan kembali trio terlaksana dan siswa sudah mengerti peelaksanaannya.

c) Langkah III, yaitu guru meminta siswa menyajikan hasil diskusi kelompoknya terlaksana, dan semua kelompok yang tidak menyajikan hasil diskusi kelompoknya.

d) Langkah IV, yaitu memberikan tugas kepada siswa terlaksana dengan baik dan siswa mencatat tugas yang diberikan.

2) Aktifitas siswa

Hasil observasi terhadap aktifitas belajar siswa selama proses pembelajaran pada siklus II dapat dilihat pada tabel lampiran 4.3.

Tabel 4.3 Hasil observasi aktifitas belajar siswa pada siklus II

NO Komponen yang diamati Pertemuan ke- Rata- Rata

(%) I II

1 Kerjasama dalam pengamatan 28 32 30 90,91

2 Mengajukan pertanyaan 15 25 20 60,61

3 Menjawab pertanyaan 20 28 24 72,73

4 Mengerjakan LKS/bahan diskusi 26 32 29 87,88 5 Menyajikan hasil diskusi kelompok 19 20 19,5 59,09 6 Mengerjakan pekerjaan lain 4 1 2,5 7,58

Berdasarkan tabel 4.3 di atas diperoleh gambaran mengenai aktifitas belajar siswa pada siklus II di mana dari 33 siswa kelas X6 SMA Negeri 18 Makassar yang diobservasi terkait aspek-aspek aktifitas belajar dapat dijelaskan dalam skala deskriptif sebagai berikut : 1) kerjasama dalam kelompok sebesar 90,91%, 2) mengajukan pertanyaan sebesar 60,61%, 3) menjawab pertanyaan sebesar 72,73%, 4) mengerjakan LKS/bahan diskusi

46

sebesar 87,88%, 5) menyajikan hasil diskusi kelompok sebesar 59,09%, dan 6) mengerjakan pekerjaan lain sebesar 7,58%.

3) Nilai tes hasil belajar Bahasa Indonesia siklus II

Adapun nilai hasil tes siswa kelas X6 SMA Negeri 18 Makassar setelah pembelajaran melalui penerapan model kooperatif tipe Rotating Trio Exchange (RTE) pada siklus I secara detail dapat dilihat pada lampiran 6.

Selanjutnya, jika nilai hasil belajar dikelompokkan berdasarkan skala deskriptif, maka diperoleh distribusi frekuensi dan presentase nilai hasil belajar Bahasa Indonesia sebagaimana disajikan pada tabel 4.5.

Tabel 4.4 Distribusi frekuensi dan presentase hasil belajar Bahasa Indonesia siklus II

Interval Nilai Kategori Frekuensi Persentase

0-34 Sangat Rendah 0 0

35-54 Rendah 0 0

55-64 Sedang 2 6,06

65-84 Tinggi 10 30,30

85-100 Sangat Tinggi 21 63,64 %

Jumlah 33 100

Berdasarkan data pada tabel 4.4 di atas, dapat dikemukakan bahwa dari 33 siswa kelas X6 SMA Negeri 18 Makassar tak seorangpun yang nilai hasil belajarnya dalam kategori sangat rendah dan rendah, 2 siswa atau 6,06%, nilai hasil belajar yang berada dalam kategori sedang, 10 siswa atau 30,30% nilai hasil belajar yang masuk dalam kategori tinggi dan 21 orang siswa atau 63,64%

nilai hasil belajarnya berada dalam kategori sangat tinggi.

Dengan melihat tabel 4.5 maka nampak bahwa hasil belajar Bahasa Indonesia melalui pembelajaran model kooperarif tipe rotating trio exchange pada siklus I

secara individual dari 33 siswa, 31 orang atau 93,94% yang mencapai ketuntasan minimal atau berada dalam kategori sangat tinggi. Dan secara klasikal sudah terpenuhi karena nilai rata-rata yang diperoleh sebesar 85,76% atau berada dalam kategori sangat tinggi.

d. Refleksi Siklus II

Tindakan yang sudah dilaksanakan pada siklus I yang dilakukan pada siklus II dengan melakukan beberapa perbaikan yang dianggap masih kurang pada siklus I diantaranya dengan memberikan banyak contoh soal untuk dikerjakan oleh murid di papan tulis, pada data guru menyajikan materi lebih terkontrol dan memberikan bimbingan selama diskusi berjalan.

Pada awal pertemuan siklus II, model pembelajaran kooperatif tipe rotating trio exchange kembali diterapkan, siswa sudah merasa terbiasa dengan pembagian kelompok dan sudah lebih biasa menerima perbedaan yang ada baik dari jenis kelamin, suku maupun tingkat kemampuan yang dimiliki, siswa lebih rileks dan tenang serta menikmati kerjasama dalam kelompok masing-masing walaupun setiap kali menyelesaikan tugas mereka harus dirotasikan, akan tetapi mereka merasa senang dan tidak bosan karena akan bekerjasama dengan teman- temannya yang lain lagi, jadi dengan siapapun di kelompok pasti diterima dengan senang hati.

Pada pertemuan kedua, kehadiran, keaktifan dan motivasi siswa semakin meningkat, siswa juga bisa saling mengisi antara siswa yang kemampuannya kurang dengan siswa yang memiliki kemampuan lebih sehingga hasil evaluasi pada siklus II ini sudah tidak terlalu mengalami perbedaan atau pengetahuan siswa bisa dikatakan sudah hampir merata.

Siswa yang membutuhkan bimbingan pada saat diskusi juga semakin berkurang pada siklus ini. Kemampuan siswa dalam memahami penjelasan materi terjadi peningkatan dan siswa lebih termotivasi dalam mengerjakan soal- soal yang diberikan bahkan siswa selalu meminta agar segera dan selalu diberikan soal latihan untuk dikerjakan.

48

Secara umum, hasil dicapai baik dari segi perhatian, sikap, motivasi, minat maupun keterampilan sosial siswa dalam belajar Bahasa Indonesia mengalami peningkatan, begitu juga dengan hasil belajar yang dicapai siswa.

B. Pembahasan 1. Siklus I

Pada pertemuan awal siklus I, semangat dan keaktifan dalam mengikuti kegiatan belajar-mengajar dan menyelesaikan tugas yang diberikan hampir tidak mengalami perubahan yang berarti dibanding dengan sebelum pelaksanaan tindakan.

Tugas LKS yang diberikan pada pertemuan pertama, walaupun umumnya siswa mengerjakan tugas tersebut, dari pengamatan terhadap jawaban yang diberikan dan penguasaan mereka menunjukkan bahwa mereka hanyalah mencontoh jawaban dari teman yang dianggap mampu, tanpa mengetahui bagaimana penyelesaian yang sebenarnya dari tugas tersebut.

Pada siklus ini, kerjasama siswa dalam kelompok umumnya masih rendah karena rata-rata presentasenya hanya terkategori cukup, siswa yang mengajukan pertanyaan dan menjawab pertanyaan masih terkategori kurang dan cukup, begitu pula siswa dalam menyajikan diskusi kelompok juga terkategori cukup.

Namun pada pertemuan kedua siswa sudah mulai tertarik, ini terlihat dari berkurangnya siswa yang mengerjakan pekerjaan lain.

Rendahnya aktifitas belajar yang relevan dengan pembelajaran kooperatif tipe rotating trio exchange pada siklus I berdampak pada hasil belajar Bahasa Indonesia yaang diperoleh siswa kelas X6 SMA Negeri 18 Makassar, yaitu dari 33 siswa hanya 15 siswa atau 45,45% yang mencapai ketuntasan minimal dan secara klasikal rata-rata diperoleh nilai sebesar 64,55%.

2. Siklus II

Proses pembelajaran pada siklus II sudah jauh beda dengan siklus sebelumnya, saat berlangsungnya proses pembelajaran, siswa yang bekerjasama dalam kelompok, menyajikan pertanyaan, menjawab pertanyaan, mengerjakan LKS dan menyajikan hasil diskusi kelompok sudah mengalami peningkatan.

Sedangkan siswa yang mengerjakan pekerjaan lain sudah mengalami penurunan dibanding siklus I.

Dalam mengerjakan soal LKS yang diberikan umumnya siswa diberikan bimbingan dari guru, hal tersebut terlihat dari jawaban siswa menyelesaikan tugas-tugas dengan model kooperatif tipe rotating trio exchange sudah mengalami peningkatan aktifitas belajar siswa yang berpengaruh terhadap hasil belajar yang diperoleh siswa pada siklus II yaitu dari 33 siswa ada 31 siswa atau 93,94% yang mencapai ketuntasan minimal. Dan secara klasikal sudah terpenuhi karenaa nilai rata-rata yang diperoleh sebesar 85,76% atau berada dalam kategori sangat tinggi.

Berdasarkan hal tersebut, maka pembelajaran Bahasa Indonesia akan lebih baik jika dilaksanakan dengan menerapkan pembelajaran kooperatif tipe rotating trio exchange (RTE).

Adapun perbandingan skor antara siklus I dan siklus II, perbandingan tersebut dapat dilihat pada table 4.5 di bawah ini :

Tabel 4.5. Perbandingan skor antara siklus I dan siklus II

Siklus skor perolehan siswa tidak tuntas tuntas

Min Maks rata-rata Frekuensi Persentase Frekuensi persentase

Siklus I 40 80 64,55 18 54,54% 15 45,45%

Siklus II 60 95 85,76 2 6,06% 31 93,94%

Tabel 4.5 menunjukkan bahwa rata-rata skor perolehan siswa kelas X6 SMA Negeri 18 Makassar, siklus I ke siklus II terjadi peningkatan dari nilai rata- rata 64,55 menjadi 85,76 dan ketuntasan belajar siswa dari siklus I sebanyak 15 siswa dengan persentase 45,45% dan siklus II sebanyak 31 dengan persentase 93,94%. Hal ini berarti bahwa indikator keberhasilan terpenuhi yaitu standar ketuntasan belajar siswa 65, dengan demikian terjadi peningkatan hasil belajar

50

Bahasa Indonesia melalui pembelajaran Kooperatif Tipe Rotating Trio Exchange tahun pelajaran 2013/2014.

Biar lebih jelasnya, kita lihat pada grafik peningkatan hasil belajar siswa mulai dari tes awal, tes siklus I dan siklus II sebagai berikut :

Gambar 4.6 Grafik peningkatan hasil belajar siswa berdasrkan nilai rata-rata

0 20 40 60 80 100 120 140 160 180

Min Maks rata-rata Frekuensi Persentase Frekuensi persentase

skor perolehan siswa tidak tuntas tuntas

Siklus II Siklus I

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

A. SIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan sebelumnya, maka diperoleh simpulan sebagai berikut :

Hasil belajar Bahasa Indonesia kelas X6 SMA Negeri 18 Makassar melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe rotating trio exchange mengalami peningkatan dari siklus pertama yang tuntas secara individual dari 33 siswa hanya 11 siswa atau 33,33% yng mencapai ketuntasan minimal atau berada dalam kategori rendah dan secara klasikal rata-rata diperoleh nilai sebesar 64,55% menjadi tuntas pada siklus II dimana dari 33 siswa ada 31 orang atau 93,94% yang mencapai ketuntasan minimal dengan nilai rata-rata sebesar 85, 76% atau berada dalam kategori sangat tinggi.

B. SARAN

1. Diharapkan guru mengenalkan dan melatih siswanya dengan keterampilan kooperatif agar siswa mampu mengelaborasi sendiri fakta dan konsep serta dapat menumbuhkan dan mengembangkan sikap dan nilai yang dituntut dalam pembelajaran Bahasa Indonesia.

2. Dikarenakan model pembelajaran yang dikembangkan dalam penelitian ini efektif dalam meningkatkan hasil belajar Bahasa Indonesia, maka disarankan agar juga dikembangkan bagi sekolah-sekolah lainnya khususnya sekolah-sekolah yang rendah hasil belajar Bahasa Indonesia.

52

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman. 1993. Pengelolaan Pengajaran. Ujung Pandang: Bintang Selatan.

Arsjad, Maidar G. dan Mukti. 1988. Pembinaan Kemampuan Berbicara Bahasa Indonesia. Jakarta: Erlangga.

Depdiknas. 2004. Kurikulum Standar Kompetensi Mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia. Jakarta: Depdiknas.

Ibrahim, M. 2005. Pembelajaran kooperatif. Surabaya: Unesa Press.

Isjoni, 2007. Cooperative Learning. Bandung: Alfabeta.

Iskandarwassid, Dadang Sunendar. 2009. Strategi Pembelajaran Bahasa. Bandung: PT.

Remaha Rosdakarya.

Mappasoro. S, 2006. Belajar dan Pembelajaran, Makassar: FIP UNM.

Nasution, 1989. Kurikulum dan Pengajaran. Jakarta: PT Bina Aksara.

Priyono, Tri. 2001. Optimalisasi Keterampilan Berbicara. UNNES.

Santosa, Fuji, dkk. 2000. Materi dan Pembelajaran Bahasa Indonesia SD. Jakarta:

Universitas Terbuka.

Sardiman, 2006. Interaksi Belajar Mengajar. Jakarta, Rineka Cipta.

Sudjana, Nana, 1989. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Syafi”ie, Imam, 1993. Terampil Berbahasa Indonesia I. Petunjuk Guru Bahasa Indonesia SMU Kelas I. Jakarta: Departemen dan Kebudayaan.

Tarigan, Djago. 1997. Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Jakarta.

Tarigan, Henry Guntur. 1981. Berbicara sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa.

Bandung: Angkasa.

Tim Pustaka Yustisia, 2009. Panduan Lengkap KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan). Jakarta: Rineka Cipta.

Trianto, 2007. Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstrutivisme.

Surabaya: prestasi Pustaka.

Winkel, S.S, 1996. Psikologi Pengajaran, Jakarta: PT. Grasindo.

Arifah Nur. 2006. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif dengan Pendekatan Struktural Tipe NHT dalam Meningkatkan Hasil Belajar Matematika. Skripsi.

Makassar: FKIP Unismuh Makassar.

Edy. 2009. Peningkatan Kemampuan berbicara Pada Murid Kelas II SDN Babang Kabupaten Luwu melalui Media Gambar. Skripsi. Makassar: FKIP Unismuh.

Sumarni, 2007. Meningkatkan Hasil Belajar Matematika dengan Melalui Model Pembelajaran Kooperatif. Skripsi: FKIP Unismuh Makassar.

Dwitagama, D. 2008. Laporan Penelitian Tindakan Kelas (Online). (http/www.

Wordprees.com/2008) diakeses 16 November 2008.

54

Purnomo. P, 1996. Strategi Pengajaran, (Online). (http/www. Sabda.Org/Papah) Pustaka, Diakses 17 Juli 2008).

www. Rotating Trio Exchange.com diakses tanggal 29 Juni 2010

RIWAYAT HIDUP

YULIANA. Lahir di Pangkep tepatnya kabupaten Pangkajene

Kepulauan, pada tanggal 18 Januari 1992. Ia adalah anak kedua dari empat bersaudara, buah hati dari Ayahanda H. Abbas dan Ibunda Hj.

St. Amirah.

Jenjang pendidikan yang pernah ditempuh yaitu SD di SDN Melayu Makassar pada tahun 1997 kemudian tamat tahun 2003, selanjutnya pada tahun itu juga melanjutkan pendidikan di SMP Negeri 05 Makassar dan tamat tahun 2006, selanjutnya pada tahun yang sama juga melanjutkan pendidikan di SMA Negeri 4 Makassar dan tamat pada tahun 2009. Dan lagi pada tahun yang sama melanjutkan pendidikan di Universitas Muhammadiyah Makassar pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Jurusan Pendidikan Bahasa dan sastra Indonesia.

Diakhir studinya ia menyusun skripsi dengan judul:PENINGKATAN HASIL BELAJAR BAHASA INDONESIA MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE ROTATING TRIO EXCHANGE (RTE) PADA SISWA KELAS X6 SMA NEGERI 18 MAKASSAR”

Dokumen terkait