• Tidak ada hasil yang ditemukan

Teknik Analisis Data

BAB III METODE PENELITIAN

G. Teknik Analisis Data

Analisis data adalah proses pengorganisasian dan mengurutkan data

kedalam teori dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan dirumuskan hipotesis kerja seperti yang disarankan oleh data. Sesuai dengan jenis penelitiannya, maka penelitian ini menggunakan analisis deskriptif, dimana setelah data yang terkumpul tersebut diolah kemudian dianalisa dengan memberikan penafsiran berupa uraian diatas tersebut.

Adapun kegiatan dalam analisis data yang akan dilakukan peneliti dalam penelitian ini dari reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan.

Adapun analisis data kualitatif terdiri dari tiga alur kegiatan, sebagai berikut:

1. Reduksi Data (Data Reduction)

Adalah proses pemulihan, pemberian focus, penyederhanaan, abstraksi dan transformasi data “kasar” yang muncul dari catatan-catatan tertulis di

lapangan.

2. Penyajian Data (Data Display)

Adalah susunan informasi yang terorganisir, yang memungkinkan penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Dengan memeriksa penyajian data akan memudahkan memakna siapa yang harus dilakukan (analisis lebih lanjut / tindakan) yang didasarkan pada pemahaman tersebut.

Bentuk penyajian data yang paling umum digunakan adalah teksuraian.

3. Penarikan Kesimpulan (verification)

Merupakan kegiatan pemikiran kembali yang melintas dalam

pemikiran menganalisis selama peneliti mencatat, atau suatu tinjauan ulang pada catatan-catatan lapangan atau peninjauan kembali serta tukar pikiran diantara teman sejawat untuk mengembangkan “kesempatan intersubjektif”, dengan kata lain makna yang muncul dari kata harus teruji kebenarannya, kekokohannya, kecocokannya (validitasnya).

Kesimpulan akhir baru ditarik setelah tidak ditemukan informasi lagi mengenai kasus yang diteliti. Kemudian kesimpulan yang telah ditarik akan diverifikasi baik dengan kerangka berfikir peneliti maupun dengan catatan lapangan yang ada hingga tercapai konsesus pada tingkat optimal pada peneliti dengan sumber-sumber informasi maupun dengan kolega peneliti sehingga diperoleh validitas dan akuratisasinya.

Kelima komponen itu saling mempengaruhi dan mempunyai

keterkaitan. Pertama-tama peneliti melakukan penelitian di lapangan dengan mengadakan wawancara, observasi dan sebagainya yang disebut tahap pengumpulan data. Karena data yang dikumpulkan banyak, maka diadakan reduksi data. Setelah direduksi kemudian disajikan data, selain itu

pengumpulan data juga digunakan untuk penyajian data. Apabila ketiga tahapan tersebut selesai dilakukan, maka selanjutnya diambil kesimpulan dan verifikasi terhadap data yang ada sebelumnya yang bertujuan

menghasilkan suatu kesimpulan akhir yang benar-benar baik.

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Desa Barakkae Kecamatan Lamuru memiliki wilayah seluas yakni 15 km2 terjadi menjadi 3 (tiga) wilayah dusun. Masing masing Dusun Malongka, Dusun Enrekeng dan Dusun Botto sebagai ibu kota desa. 6 (enam) rukun warga (RW) dan 12 rukun tetangga (RT).

Desa Barakkae Berbatasan masing-masing dengan : 1) Sebelah Utara : Desa Mattampabulu 2) Sebelah Timur : Desa Poleonro

3) Sebelah Selatan : Desa Massenrengpulu 4) Sebelah Barat : Kec. T.Limpoe

Sedangkan dari sudut topografi, sekitar 80% wilayah desa Barakkae merupakan daerah berbukit dengan ketinggian sekitar 165 m dpl (Diatas Permukaan Laut) karakteristik tanah di Desa Barakkae tergolong jenis latosol yang terdiri atas lahan basah dan lahan kering, lahan basah digunakan sebagai persawahan (sawah irigasi dan tadah hujan) sementara lahan kering digunakan sebagai tegalan,pekarangan, perkebunan, padang rumput

kawasan hutan dan hutang rakyat.

Berdasarkan tata ruang wilayah kabupaten bone tahun 2011-2012, sebagian wilayah desa Barakkae masuk dalam zona rencana pengembangan kawasan pertanian lahan kering, dan zona rencangan pengembangan

kawasan perkebunan kakao/mete’ dan komoditi kopi. Khusus wilayah pegunungan yang berbatasan dengan kecamatan Tellu Limpoe merupakan daerah kawasan hutan lindung.

Dari segi klimatologi, Desa Barakkae termasuk daerah berikilim dengan tipe iklim A1 (Menurut Oldemen). Curah hujan maksimum 3.120 mm pertahun dan curah hujan minimum adalah 867 mm pertahun jumlah curah hujan yang terbanyak 260 hari pertahun dengan suhu maksimum 30 0C.

Bulan basah terjadi pada bulan Januari s/d Maret, bulan lembab April s/d Agustus dan bulan kering September s/d Desember.

Dari sisi orbitasi dan jarak tempuh, Desa Barakkae berjarak 6,5 km dari Lalebata (ibu kota Kecamatan Lamuru) dengan jarak tempuh sekitar 15 Menit. Dari Watampone, ibu kota kabupaten bone berjarak 65 Km (2 jam) dan dari makassar (ibu kota provinsi Sul-Sel) berjarak 165 Km (5 jam).

Berdasarkan hasil pendataan melalui sistem database Desa (SDD), jumlah penduduk Desa Barakkae per 31 Desember 2018 tercatat 2.209 jiwa dengan kepadatan penduduk sebanyak 132 jiwa/km2. Terdiri dari penduduk laki laki sebanyak 1,125 jiwa (51%) dan perempuan 1.084 jiwa (49%).Data ini menunjukkan bahwa jumlah penduduk laki laki desa Barakkae lebih banyak dibanding dengan penduduk perempuan.

Adapun distribusi penduduk di masing-masing Dusun dapat dilihat pada table dibawah ini.

Distribusi Penduduk Desa Barakkae Tahun 2018 Dusun

Jenis Kelamin

Total Laki-laki Perempuan

1. Botto 335 337 672

2. Malongka 431 405 836

3. Enrekeng 359 342 701

Jumlah 1.125 1.084 2.209

Sumber : Desa Barakkae dalam angkatan angka 2018

Dari table diatas, persebaran penduduk Desa Barakkae hampir merata di semua dusun. Dusun Malongka memiliki jumlah penduduk

terbanyak yaitu 836 jiwa atau sekitar 37,8% dari jumlah penduduk Desa Barakkae, disusul desa Enrekeng sebanyak 701 jiwa(31,7%) dan Dusun Botto sebanyak 672 jiwa (30,4%)

Dari Segi distribusi penduduk perdesa dalam wilayah Kecamatan Lamuru jumlah penduduk Desa Barakkae menempati peringkat 6 (Enam) dari total jumlah penduduk Kecamatan Lamuru mencapai 24.680 jiwa (8,95%)

Seluruh Penduduk Desa Barakkae terhimpun dalam keluarga (rumah tangga) yang berjumlah 483 rumah tangga. Jumlah kepala rumah tangga masih di dominasi oleh penduduk laki-laki sebagaimana tergambar pada tabel di bawah ini :

Jumlah Kepala Rumah Tangga Berdasarkan Jenis Kelamin Tahun 2018

Dusun

Jenis Kelamin

Total Laki-laki Perempuan

Botto 125 27 152

Malongka 152 28 180

Enrekeng 122 29 151

Jumlah 399 84 483

Sumber : Desa Barakkae dalam angkatan angka 2018

Berdasarkan data pada tabel diatas, Dusun Malongka memiliki jumlah rumah tangga terbesar yakni 180 Rumah tangga, atau sekitar 37,3%

sedangkan rumah tangga Dusun Botto dan Dusun Enrekeng hampir

berimbang. yaitu masing-masing 152 rumah tangga (31,5%) dan 151 rumah tangga (31,2%).

Seperti halnya kepala rumah tangga, kepala keluarga di desa

Barakkae menurut data tahun 2018 Juga didominasi laki-laki dengan rincian sebagaimana tersaji pada tabel berikut :

Jumlah Kepala Keluarga berdasarkan jenis kelamin tahun 2018 Dusun

Jenis Kelamin

Total Laki-laki Perempuan

1. Botto 153 30 183

2. Malongka 204 33 237

3. Enrekeng 173 29 202

Jumlah 530 92 622

Sumber : Desa Barakkae dalam angkatan angka 2018

Jumlah Kepala terbesar menurut data diatas, juga terdapat di Dusun Malongka yaitu 237 KK atau sekitar (38,1%) disusul Dusun Enrekeng 202 KK (32,5%) dan dusun Botto Sebanyak 183 KK atau sekitar 29,4% Dari total kepala keluarga yang ada

Dari segi distribusi penduduk berdasarkan kelompok umur, komposisi penduduk Desa Barakkae masih didominasi oleh usia produktif (15-54

Tahun) yaitu sebanyak 1.384 jiwa atau sekitar 62,7%. Ini menunjukkan bahwa potensi produktifitas Masyarakat Desa Barakkae sangat besar.

Jumlah Penduduk Berdasarkan Kelompok Umur Tahun 2018 Kelompok Umur

Jenis Kelamin

Total Laki-laki Perempuan

0-4 70 56 126

5-9 104 94 198

10-14 129 124 253

15-19 104 110 214

20-24 102 77 179

25-29 104 75 179

30-34 86 84 170

35-39 78 80 158

40-44 102 101 203

45-49 65 87 152

50-54 62 67 129

55-59 47 44 91

60-64 32 25 57

65> 40 60 100

Jumlah 956 1.019 2.209

Sumber : Desa Barakkae dalam angkatan angka 2018 1. Keadaan Sosial

a. Pendidikan

Sarana Pendidikan yang ada di Desa Barakkae Kec. Lamuru Kab. Bone NO Jenis Sarana Pendidikan Jumlah Tenaga

1 Sekolah Dasar 2 Buah 15 Orang

2 Taman Pendidikan Qur’an 1 Buah 3 Orang

Harus diakui bahwa Tingkat pendidikan Masyarakat Desa Barakkae masih rendah. Data pada tahun 2003 menunjukkan, terdapat sekitar 1225 orang/sekitar 48% penduduk desa ini hanya tamat SD ( Sekolah dasar).

Sedangkan kondisi pendidikan pada tahun 2018 dapat dilihat pada tabel dibawah ini :

Kondisi Pendidikan Menurut Kepemilikan Ijazah Terahir Tahun 2018 Jenjang

Pendidikan

Jenis Kelamin

Jumlah Laki-Laki Perempuan

SD/Sederajat 450 425 875

SMP/Sederajar 113 140 253

SMU/Sederajat 91 47 138

Diploma 5 4 9

Strata Satu ( SI) 14 7 21

Pasca Sarjana 2 - 2

Sumber : Di olah dari buku desa Barakkae dalam angka 2018

Berdasarkan tabel diatas, jumlah penduduk Desa Barakkae yang hanya Tamat SD/Sederajat tercatat sebanyak 875 orang atau sekitar 39,6%

Tamat SMP/Sederajat 253 Orang

11,5%) Tamat SMA/Sederajat 138 orang (6,8), Tamat Diploma 9 orang (0,4%) Strata satu (SI) sebanyak 21 orang (0,95%) dan Pasca Sarjana 0,1%.

Rendahnya tingkat pendidikan Masyarakat Desa Barakkae Mengakibatkan potensi sumber daya alam yang begitu melimpah belum terkelola secara maksimal. Bila di kaitkan dengan tujuan pembangunan Desa yakni peningkatan peningkatan kesejahtraan masyarakat dengan bertumpu kepada sumber daya alam, maka kedepan pembangunan sektor pendidikan harus menjadi prioritas pemerintah Desa Barakkae.

b. Keadaan Ekonomi

Mestinya, untuk mengetahui perkembangan tingkat perekonomian masyarakat suatu daerah, dapat diukur dari pendapat Domestik Bruto (PBD) dan pendapatan Domestik Regional Bruto (PDRB). Namun sejauh ini di Desa Barakkae belum pernah dilakukan perhitungan berkenaan dengan kedua indicator tersebut.

Elemen yang bisa menjadi barometer kondisi ekonomi masyarakat Desa Barakkae antara lain kepemilikan asset seperti kendaraan bermotor, kondisi rumah berikut perabotannya, jumlah masyarakat yang memiliki tabungan serta kepemilikan asset pertanian.

Elemen terakhir yang di sebutkan memegang peranan penting, mengingat sektor pertanian merupakan sumber ulama penghasilan

masyarakat, sekaligus menjadi lokomitif perekonomian penduduk setempat menurut data tahun 2013, jumlah penduduk Desa Barakkae yang

menggantungkan hidup pada sektor pertanian tercatat sebanyak 2. 098 jiwa atau sekitar 95% dari total jumlah penduduk.

c. Agama

Pembangunan di bidang agama diupayakan dapat mengembangkan pemahaman dan suasana kehidupan yang harmonis, baik secara kualitas maupun kuantitas. Oleh karena itu, pemahaman akan nilai-nilai keagamaan perlu ditingkatkan dalam rangka mengukuhkan penyiapan sumber daya manusia yang mempunyai landasan spiritual, moral dan etika yang kuat. Di Desa Barakkae dirasakan suasana beragama cukup harmonis, namun demikian masih ada beberapa kendala yang dihadapi antara lain masih adanya umat beragama yang kurang memahami nilai-nilai agama masing- masing secara utuh, masih rendahnya kesadaran sebagian umat beragama untuk beribadah dan mengamalkan nilai-nilai ajaran agamanya dalam kehidupannya.

Keadaan Fasilitas Sarana dan Prasarana Tempat Ibadah di Desa Barakkae 2019

No. Dusun

Jenis Tempat Ibadah Ket.

Mesjid Mushollah Gereja Wihara

1. Malongka 1 1 - - Baik

2. Botto 1 - - - Baik

3. Enrekang 1 1 - - Baik

Jumlah 3 2

Sumber : Kecamatan Lamuru

Berdasarkan data tersebut terlihat bahwa jumlah mesjid dan

Mushollah di Desa Barakkae ada 3 dan Mushollah 2. Hal ini dapat dipahami bahwa penduduk Desa Barakkae 100% memeluk agama Islam.

B. Bentuk Perilaku Keagamaan Remaja di Desa Barakkae

Berdasarkan pengertian perilaku keagamaan seperti yang dijelaskan diatas yaitu seluruh aktifitas anggota tubuh manusia yang berdasarkan syari’at Islam atau ibadah dalam arti luas baik yang berbentuk horizontal antara sesama makhluk, maka bentuk-bentuk perilaku keagamaan di sini bermacam-macam dan luas. Di dalam skripsi ini secara umum hanya akan dibahas tiga bentuk perilaku keagamaan yang dapat dirumuskan sebagai berikut :

1. Disiplin Menjalankan Perintah Shalat

Dalam hal ini shalat merupakan ciri penting dari orang yang bertaqwa. Allah swt berfirman :

َِّمَو َةَلاَّصلا َنْوُمْيِقُيَو ِبْيَغْلاِب َنْوُ نِمْؤُ ي َنْيِذَّلا ْيِقَّتُمْلِّل ىًدُه ِهْيِف َبْيَر َلا ُباَتِكْلا َكِلَذ نْوُقُِنُي ْمُهاَنْ قَزَر ا

Terjemahan :

Kitab (Al Quran) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertaqwa. (yaitu) mereka yang beriman kepada yang ghaib, yang mendirikan shalat, dan menafkahkan sebahagian rezki yang Kami anugerahkan kepada mereka.(Qs.2 ayat 2-3).57

Jadi yang dimaksud dengan disiplin menjalan perintah shalat adalah Ketaatan, kepatuhan, keteraturan seseorang di dalam menunaikan ibadah shalat wajib yang terdiri dari lima waktu sehari semalam lengkap dengan segala syarat serta rukun-rukunnya.

Bapak Hambali selaku imam desa Barakkae mengatakan,

“Kepercayaan remaja di Desa Barakkae saat ini terhadap tuhan menurut saya kadang-kadang sangat kuat, akan tetapi kadang pula menjadi ragu dan berkurang karena pengaruh dari era globalisasi misal gadget dan media sosial, hal ini nampak pada cara ibadahnya yang kadang rajin dan kadang-kadang malas. Perasaannya kepada tergantung pada perubahan emosi yang sedang dialaminya”.58

Dalam kondisi yang demikian peran guru amat penting untuk penanaman agama apalagi keadaan anak yang sedang mengalami kegoncangan perasaan akibat pengaruh teknologi yang berjalan sangat cepat.

Banyak faktor yang menyebabkan kegoncangan jiwa remaja, oleh karenanya sebagai seorang pendidik/guru harus dapat memahami kondisi tersebut, melakukan pendekatan lalu membawa mereka kepada ajaran agama, karena agama mampu mengatur pola kehidupan yang lebih baik.

Salah satu pendekatan yang dilakukan adalah berusaha

mendekatkan mereka dengan pentingnya ibadah Sholat, sholat memiliki pengaruh penting terhadap kejiwaan manusia khususnya remaja karena apabila seseorang rajin melakukan sholat dan selalu berpegang teguh pada setiap hal kebaikan pasti akan memberikan sikap yang baik pula, misalnya;

rasa puas, merasa dicintai, merasa aman, merasa bahagia dan perasaan

57 Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemah Al-Muhaimin, (Depok:Al-Huda, 2015)

58 Hambali, Hasil wawancara, Desa Barakkae.10 Februari 2019

positif lainnya sehingga secara tidak langsung akan menjauhkan remaja pada kegiatan yang kurang baik atau perbuatan buruk.

Tidak dapat dipungkiri bahwa, kemajuan teknologi saat ini berdampak secara langsung terhadap kemudahan dari berbagai unsur kehidupan,

namun sebaliknya ternyata teknologi juga dapat berpengaruh buruk bagi remaja, hal ini akan terjadi ketika remaja tidak dapat menggunakan teknologi tersebut secara baik. karena terlalu asyik bermain internet (jejaring sosial) misalnya, mereka sampai lupa beribadah dan lupa pekerjaan pekerjaan lain yang lebih banyak manfaatnya, hal ini dapat diamati dari hasil wawancara beberapa remaja di Desa Barakkae sebagai berikut :

Berdasarkan wawancara penulis dengan Asir Yusran mengatakan bahwa:

”Menggunakan media sosial sedikit mempengaruhi perilaku

keagamaan saya, khususnya kedisiplinan melakukan ibadah shalat. Tidak bisa dipungkiri bahwasanya ketika saya menggunakan media sosial

meskipun tidak meninggalkan shalat tapi sering menunda-nunda shalat.

Meskipun tidak selalu tapi bisa dikatakan sering.59

Hal serupa juga dikemukakan oleh Amalia Ramadhani :

“Menggunakan media sosial membuat saya sering menunda-nunda pelaksanaan ibadah. Ia mengaku sering telat shalat. Bahkan, ketika malam hari ketika saya asyik bermain gadged dan chattingan di media sosial terkadang sampai tertidur dan baru shalat menjelang waktu subuh.60

Berdasarkan hasil wawancara langsung yang penulis lakukan tersebut dapat disimpulkan bahwa teknologi media sosial (jejaring sosial) yang menjadi salah kesibukan remaja saat ini, memiliki pengaruh buruk terhadap tingkat kedisiplinan dalam hal beribadah khususnya ibadah sholat, walaupun tidak sepenuhnya namun cukup berdampak terhadapt tradisi keberagaman yang diwariskan oleh para pemuka agama/tokoh-tokoh agama

59 Asir Yusran, Hasil wawancara, Desa Barakkae.14 Februari 2019

60 Amalia Ramadhani, Hasil wawancara, Desa Barakkae.14 Februari 2019

pendahulu kita, yang mestinya Ibadah mahdah tak ada tawar menawar untuk memenuhinya. Karena media sosial ini telah merebah di segala umur

terkhusus pada kaum remaja yang rentang dengan pengaruh-pengaruh buruk, maka seyogyanya perlakuan terhadap media sosial ini perlu dikendalikan dengan perhitungan positif, diantaranya;

1. Remaja perlu melakukan aktivitas lain selain menggunakan media sosial, misalnya; olahraga, membaca buku, membantu orang tua dan aktivitas positif lainnya.

2. Remaja membuat komitmen dalam dirinya bahwa ibadah lebih penting daripada bermain gedget.

2. Cara berpenampilan

Pakaian bisa terlihat bagaimana kesadaran remaja beragama, karena pakaian adalah hiasan yang paling baik untuk pakaian orang beriman.61

Walaupun media sosial menjajakan berbagai macam fashion namun remaja Desa Barakkae memiliki pandangan lain mengenai hal tersebut, hal ini bisa dilihat dari paparan hasil wawancara penulis sebagai berikut:

Salah satu remaja yang bernama Mas’ud, mengatakan bahwa:

“Saya tidak terpengaruh oleh media sosial dalam hal penampilan dibandingkan dengan teman-teman, saya tidak suka mengikuti

perkembangan fashion yang ada, dan juga merasa cara berpenampilanku ini tidak melanggar aturan agama”.62

Selain Mas’ud, Amalia Ramadhani juga mengatakan bahwa:

61 Imam Ja’far Ash-Shadiq, Lentera Ilahi, (Bandung:Mizan,1997) h.37

62 Mas’ud, Hasil wawancara, Desa Barakkae. 14 Februari 2019

“Saya juga tidak mengikuti tren fashion di media sosial. cara

berpenampilan saya juga biasa saja di banding dengan perempuan lainnya.

saya cenderung tidak peduli bahkan bisa dibilang apa adanya. Meskipun jarang memakai rok tapi saya tidak pernah memakai celana jeans, saya lebih suka memakai celana kain yang longgar dengan kemeja yang panjang dan juga jilbab yang tebal seperti rabbani”.63

Berdasarkankan hasil wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa konten yang dijajakan oleh media sosial dengan berbagai macam gaya dan tren ternyata tidak berpengaruh terhadap cara berpakaian remaja di Desa Barakkae, apalagi gaya dan tren masa kini, hal ini terjadi karena beberapa faktor :

1. Wilayah Desa Barakkae dan termasuk wilayah yang cukup jauh dari perkotaan sehingga cara berpenampilan merekapun tidak terlalu mengikuti tren fasion yang ada.

2. Masyarakat Desa Barakkae termasuk masyarakat menengah kebawah sehingga untuk mengikuti tren atau gaya masa kini harus berfikir panjang dengan dana yang mereka punya.

3. Moral

Perkembangan moral para remaja bertitik tolak dari rasa berdosa dan usaha untuk mencapai proteksi. Hidup manusia adalah nilai universal, dalam arti bahwa menghormati semua hidup manusia merupakan hal yang logis dan pantas diinginkan oleh semua orang.64

Moral/prilaku remaja atas keeksisan media sosial saat ini, menjadi perbincangan tersendiri bagi warga masyarakat di Desa Barakkae.

63 Amalia Ramadhani,.14 Februari 2019

64 Lawrence Kohlberg, Tahap-Tahap Perkembangan Moral, (Yogyakarta:Kanisius 1995) h.130

Hasil Wawancara dengan Munandar selaku sekertaris desa Barakkae, mengatakan bahwa;

“Sangat sulit bila menjelaskan tentang kehidupan atau moral etika remaja saat ini yang bergelimang dengan teknologi, saya dibuat bimbang oleh tingkah para remaja di Barakkae ini yang terkadang eksis, terkadang membuat kesal, hal kecil bisa dilihat dari kelakuan remaja saat lewat depan orang tua yang terkadang tidak sopan. Bahkan ketika orang tua bicara kadang tidak dihiraukan pada saat ia sibuk dengan gadgetnya”.65

Hasil wawancar dengan Hamsinah, salah satu guru SD mengatakan juga bahwa:

“Moral/prilaku remaja sekarang sedikit bergeser, dulu waktu kami remaja ketika disuruh oleh orang tua untuk membantu didapur itu cepat kami lakukan, tetapi remaja sekarang kadang orang tua memanggil sampai empat atau lima kali, remaja tersebut belum juga beranjak dari tempat duduknya karena sibuk dengan gadgetnya”.66

Raudahtuljannah dan Rahmi Riana. Mereka mengatakan bahwa:

“Jujur sering kami terlambat kesekolah karena begadang bermain gadget, Bisa dibilang kami kurang disiplin lagi, dan sering tidak jujur ketika ditanya guru alasan terlambat”.67

Berdasarkankan hasil wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa kondisi moral/prilaku remaja di Desa Barakkae butuh perhatian, hal ini tokoh masyarakat atau guru memiliki peran penting, kerjasama perlu dibangun baik dilingkungan keluarga, sekolah maupun di lingkungan dimana mereka

bergaul. Baik orang tua, tokoh masyarakat maupun guru di sekolah perlu memberikan pengawasan dan penjelasan terhadap dampak yang ditimbulkan media sosial tersebut.

C. Dampak Media Sosial Terhadap Perilaku Keagamaan Remaja di Desa Barakkae

65 Munandar, Hasil wawancara, Desa Barakkae. 18 Februari 2019

66 Hamsinah, Hasil wawancara, Desa Barakkae. 19 Februari 2019

67 Raodahtuljanna,Rahmi Riana, Hasil wawancara, Desa Barakkae. 09 Februari 2019

Masa remaja disebut juga sebagai masa penghubung atau masa peralihan antara masa anak-anak dengan masa dewasa. Pada masa ini terjadi perubahan perubahan besar dan esensial mengenai kematangan fungsi-fungsi rokhaniyah dan jasmaniyah. Sejalan dengan perkembangan jasmani dan rohaninya, maka agama para remaja turut dipengaruhi

perkembangan itu. Maksudnya penghayatan para remaja terhadap ajaran agama dan tindak keagamaan yang tampak pada remaja banyak berkaitan dengan faktor perkembangan tersebut.

Penggunaan teknologi dengan fitur canggih yang memadai menjadi sulit untuk dipisahkan dengan kehidupan para remaja. Pembaharuan dan penyempurnaan smartphone yang semakin hari semakin canggih

membuatnya semakin digemari. Contohnya yang sedang trend saat dikalangan para remaja adalah WhatsApp (WA) dan Facebook (FB) dan Instagram (IG) menjadi alat komunikasi pengganti SMS maupun telepon pada masa kini dengan fitur yang canggih didalamnya yang dapat mengirim pesan, suara, gambar, maupun file lagu membuat aplikasi ini digilai oleh kalangan remaja. Para remaja yang mempunyai ketertarikan tersendiri akan hal-hal yang baru, mereka langsung berbondong-bondong membuat akun diaplikasi sosial media.

Dengan berbincang-bincang melalui sosial media ataupun messenger mempunyai keseruan tersendiri. Disamping itu remaja

mempunyai uang saku yang terbatas, jika harus mengobrol di cafe, bertemu langsung atau hanya sekedar menelepon berjam-jam membuat mereka harus mengeluarkan uang lebih untuk hal tersebut. Dengan menggunakan sosial media ataupun messenger tersebut mereka akan lebih hemat dalam hal waktu dan uang mereka

Adapun dampak dari sosial media terhadap remaja dari segi akhlak sebagai berikut :

A. Akhlak Mahmudah (Dampak Positif)

Akhlak mahmudah ialah segala perbuatan yang baik atau terpuji.

Kata mahmudah digunakan untuk menunjukkan sesuatu yang utama sebagai akibat dari melakukan sesuatu yang disukai Allah SWT. Dengan kata lain mahmudah lebih menunjukkan pada kebaikan yang bersifat batin dan

spiritual.68 Segala perbuatan yang baik itu ialah yang berhubungan dengan yang luhur, bermartabat, menyenangkan, dan disukai manusia. Segala sesuatu yang baik dan mendatangkan kebaikan bagi dirinya, memberikan perasaan senang dan bahagia ialah merupakan sesuatu yang di cari dan diusahakan oleh manusia, maka dari itu, hal tersebut juga bisa di sebut sebagai perbuatan yang baik. Contoh dari akhlak mahmudah ialah jujur dalam setiap perbuatan maupun perkataan, melakukan kebaikan baik dalam menolong sesama, bersedekah, melakukan kewajiban sebagai umat muslim lainnya.69

Dari hasil observasi yang telah penulis lakukan di desa Barakkae pada remaja, dapat ditemukan bahwa akhlak remaja yang terpengaruhi sosial media dari segi ahklak mahmudah ( positif ) ialah sebagai berikut :

1. Jujur dan disiplin. Para remaja di Desa Barakkae tidak pernah membawa smartphone yang mereka miliki ke sekolah, mereka hanya menggunakan smartphone mereka jika di luar dari kegiatan belajar seperti di rumah atau di luar lingkungan sekolah. Ini dikarenakan sekolah melarang untuk membawa smartphone yang akan mengganggu kegiatan belajar mengajar.

Para pelajar banyak yang mematuhi aturan yang diterapkan di sekolah mereka sehingga mereka berlaku jujur dengan tidak membawa smartphone ke sekolah mereka.

Seperti yang di katakana oleh Risdayanti bahwa:

“Saya tidak pernah membawa smartphone ke sekolah di karenakan ada peraturan yang melarang hal tersebut dan apabila ada yang

68 Nata Abuddin, Akhlak Taswuf, Al-Raqhib al-Asfahani. (Jakarta: Rajawali, 2011) h.121 .

69 Nata,Abuddin.Akhlak Taswuf, h.121 .

Dokumen terkait