BAB III METODE PENELITIAN
H. Teknik Analisis Data
Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan data kedalam kategori, menjabarkan kedalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun kedalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri maupun orang lain. (Sugiyono,2013:244).
Untuk menganalisis data, penelitian ini menggunakan analisis data model interaktif Milles dan Huberman yaitu terdapat tiga proses yang berlangsung secara interaktif. Pertama, reduksi data, yaitu proses memilih, memfokuskan, menyederhanakan, dan mengabstraksikan data dari berbagai sumber data misalnya dari catatan lapangan dokumen, arsip, dan sebagainya, sedangkan proses mempertegas, memperpendek,membuang yang tidak perlu, menentukan fokus, dan mengatur data sehingga kesimpulan bisa dibuat.
Kedua, penyajian data, seperti merakit data dan menyajikan dengan baik supaya lebih mudah dipahami. Penyajian bisa berupa matrik, gambar, skema,
jaringan kerja, table dan seterusnya. Ketiga menarik kesimpulan/verifikasi, proses penarikan kesimpulan awal belum masih kuat, terbuka dan skeptic.
Kesimpulan akhir akan dilakukan setelah pengumpulan data berkahir.
(Sugiyono, 2010:246).
I. Teknik Keabsahan Data
Dalam penelitian kualitatif, data dapat dinyatakan valid apabila tidak ada perbedaan antara yang dilaporkan peneliti dengan apa yang sesungguhnya terjadipada obyek penelitian.
Untuk menguji keabsahan data dalam penelitian kualitatif dapat digunakan uji kredibilitas. Menurut Sugiyono (2013: 270) untuk menguji kredibilitas suatu penelitian kualitatif dapat dilakukan dengan berbagai cara yaitu:
1. Perpanjangan pengamatan: dengan perpanjangan pengamatan berarti peneliti kembali ke lapangan, melakukan pengamatan, wawancara lagi dengan sumber data yang pernah ditemui maupun yang baru. Hal ini akan membentuk hubungan peneliti dengan narasumber akan semakin baik dan kehadiran peneliti tidak lagi dianggap sebagai orang asing yang mengganggu perilaku masyarakat yang sedang dipelajari.
2. Meningkatkan ketekunan: yaitu melakukan pengamatan secara lebih cermat dan berkesinambungan. Dengan cara tersebut kepastian data dan urutan peristiwa akan dapat direkam secara pasti dan sistematis, karena
peneliti dapat melakukan pengecekan kembali apakah data yang telah ditemukan itu salah atau tidak.
3. Triangulasi: yaitu pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai cara dan berbagai waktu. Dengan demikian terdapat tiga jenis triangulasi yaitu pertama, triangulasi sumber yaitu untuk menguji kredibilitas data dilakukan dengan cara mengecek data yang telah diperoleh melalui beberapa sumber. Kedua, triangulasi teknik yaitu untuk menguji kredibilitas data dilakukan dengan cara mengecek data kepada sumber yang sama dengan teknik berbeda. Ketiga, triangulasi waktu yaitu data yang dikumpulkan dengan teknik wawancara pada pagi hari, siang hari dan sore hari biasanya akan berbeda.
4. Analisis kasus negatif: yaitu kasus yang tidak sesuai atau berbeda dengan hasil penelitian hingga pada saat tertentu. Disini peneliti mencari data yang berbeda atau bahkan bertentangan dengan data yang telah ditemukan. Bila tidak ada lagi data yang berbeda atau bertentangan ditemukan, maka data tersebut sudah dapat dipercaya.
5. Menggunakan bahan referensi: yaitu adanya pendukung untuk membuktikan data yang telah ditemukan oleh peneliti. Misalnya data hasil wawancara perlu didukung dengan adanya rekaman wawancara. Data tentang interaksi manusia atau suatu keadaan perlu didukung oleh foto- foto.
6. Mengadakan membercheck: yaitu proses pengecekan data yang diperoleh peneliti kepada pemberi data. Hal ini dilakukan untuk mengetahui
seberapa jauh data yang diperoleh sesuai dengan apa yang diberikan oleh pemberi data. Apabila data yang ditemukan disepakati oleh pemberi data, maka data tersebut dapat dikatakan valid, sehingga semakin kredibel data tersebut dan begitupun sebaliknya.
Apabila mengacu pada konsep kredibilitas tersebut, maka dalam penelitian ini pendekatan yang paling tepat untuk digunakan adalah triangulasi.
A. Gambaran Umum
a. Latar Belakang Terbentuknya Desa Ulubalang
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 tentang Desa, memberikan kewenangan kepada desa untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat. Dan dengan mempedomani Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 66 Tahun 2007 tentang Perencanaan Pembangunan Desa yang mengatur bahwa desa diwajibkan untuk menyusun RPJM Desa sebagai dokumen perencanaan pembangunan untuk kurun waktu 6 (enam) tahun dan RKP Desa sebagai dokumen perencanaan untuk 1 (satu) tahun yang merupakan penjabaran dari RPJM Desa.
Berpijak dari hal-hal tersebut, maka diperlukan proses-proses perencanaan pembangunan di tingkat desa yang melibatkan partisipasi langsung warga masyarakat. RPJM Desa Ulubalang Tahun 2015-2020 yang ditetapkan dengan Peraturan Desa Ulubalang adalah dokumen induk dari perencanaan pembangunan desa, memuat visi, misi, arah kegiatan pembangunan, didasarkan pada kondisi, potensi, permasalahan, kebutuhan nyata desa, dan aspirasi masyarakat yang tumbuh dan berkembang di desa.
RPJM Desa Ulubalang sebagai rencana induk untuk melakukan kegiatan pembangunan desa, disusun oleh semua elemen masyarakat yang ada
47
juga memuat kerangka ekonomi desa, arah kebijakan keuangan desa, strategi desa, kebijakan umum, dan disertai macam-macam program kegiatan dengan pendanaan yang bersifat indikatif.
Selain sebagai petunjuk dan penentu arah kebijakan, dokumen ini juga digunakan untuk dasar penilaian kinerja Kepala Desa Ulubalang dalam melaksanakan pemerintahan, pembangunan dan pemberdayaan masyarakat selama masa jabatannya. Dokumen ini juga dapat digunakan sebagai tolak ukur keberhasilan Kepala Desa Ulubalang dalam Laporan Penyelenggaraan Pemerintah Desa dan Laporan Keterangan Pertanggung jawaban Kepala Desa yang diserahkan kepada BPD Desa Ulubalang maupun kepada masyarakat umum.
b. Maksud dan Tujuan dalam Desa Ulubalang
RPJM Desa Ulubalang Tahun 2015-2020 disusun dengan maksud menyediakan dasar dan pedoman resmi bagi Pemerintah Desa Ulubalang, BPD, LPMD, semua elemen masyarakat dan pemangku berkepentingan dalam pembangunan desa. Selain itu, dokumen ini menjadi acuan penentuan pilihan- pilihan program kegiatan tahunan desa yang akan dibahas dalam rangkaian forum musyawarah perencanaan pembangunan secara berjenjang. Untuk itu, isi dan substansinya mencakup indikasi rencana program dan kegiatan secara lintas sumber pembiayaan, baik dari APB Desa Ulubalang, unit anggaran dari
Berdasarkan pertimbangan tersebut, RPJM Desa Ulubalang Tahun 2015-2020 disusun dengan tujuan sebagai berikut :
1) Menyediakan dasar dan pedoman resmi bagi seluruh jajaran aparatur Pemerintah Desa Ulubalang, BPD, lembaga-lembaga kemasyarakatan, seluruh elemen masyarakat serta semua pihak yang berkepentingan dalam menentukan prioritas program dan kegiatan tahunan yang dibiayai dari APB Desa Ulubalang dan anggaran dari jenjang unit pemerintahan di atasnya.
2) Menyediakan satu tolok ukur untuk mengukur dan melakukan evaluasi kinerja tahunan setiap unsur/bidang di dalam pemerintahan desa, serta sebagai bahan bagi perencanaan dan penganggaran Pembangunan Tahunan Desa.
3) Menjabarkan gambaran tentang kondisi umum desa sekarang dalam konstelasi kecamatan dan kabupaten, sekaligus memahami arah dan tujuan yang ingin dicapai pada kurun waktu lima tahun dalam rangka mewujudkan visi dan misi desa.
4) Memudahkan seluruh jajaran Pemerintah Desa, BPD, lembaga-lembaga kemasyarakatan, elemen lain dan semua pihak yang berkepentingan dalam mencapai tujuan dengan menyusun program dan kegiatan secara terpadu, terarah dan terukur.
berkepentingan untuk memahami dan menilai arah kebijakan dan program serta kegiatan pembangunan tahunan dalam kurun waktu lima tahun.
6) RPJM Desa Ulubalang dapat menjadi masukan bagi RPJM unit pemerintahan yang lebih tinggi (Kecamatan dan Kabupaten).
c. Dasar Hukum Penyusunan RPJM Desa Ulubalang 1) Landasan Idiil : Pancasila
2) Landasan Konstitusional : Undang-Undang Dasar Tahun 1945 3) Landasan Pokok :
a) Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan.
b) Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional.
c) Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah sebagaimana telah diubah beberapa kali, terakhir dengan Undang- Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua atas Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah.
d) Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Desa 4) Landasan Operasional :
a) Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 tentang Desa.
b) Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 2006 tentang Tata Cara Penyusunan Rencana Pembangunan Nasional.
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 66 Tahun 2007 tentang Perencanaan Pembangunan Desa.
d. Kondisi DesaUlubalang 1) Sejarah Desa Ulubalang
Sejarah Terbentuknya Desa Ulubalang pada awalnya merupakan komunitas pemukiman penduduk dengan jumlah jiwa yang masih sedikit, tersebar ditepi atau didalam (Enclave) kawasan lahan pertanian (usahataninya). Mata pencaharian penduduk umumnya bercocok tanam milik sendiri. Karena sangat dipengaruhi oleh sejarah Bebukitan maka Desa Ulubalangyang kita lihat seperti sekarang ini mempunyai ciri spesifik sebagai berikut:
a) Berkembang menjadi desa dengan tipologi desa pertanian/
perladangan.
b) Interaksi yang sangat kuat antara masyarakat dengan sumberdaya pertanian/ perladangan.
e. Demografi
Desa Ulubalang dengan luas wilayah 9,8. Km² merupakan salah satu desa di Kecamatan Salomekko Kabupaten Bone.
Batas wilayah Desa Ulubalan:
1) Sebelah utara : Kelurahan Pancaitana Kecamatan Salomekko;
2) Sebelah selatan: Desa Tebba Kecamatan Salomekko;
Topografi dengan bentang wilayah datar sampai berbukit.Luas wilayah Desa Ulubalang .9,8. m². terdiri dari:
1) Tanah sawah : 700 ha 2) Tanah Keringm (tegal): 60,75 ha 3) Tanah Pekuburan : 500 m² 4) Tanah Perkebunan : 20 ha 5) Perkantoran : 7 ha f. Keadaan Sosial Budaya 1) Kependudukan
Berdasarkan Data Administrasi Pemerintah Desa, jumlah penduduk yang tercatat secara administrasi, jumlah total 2.885 jiwa. Dengan rincian penduduk berjenis kelamin laki-laki berjumlah 1.457 jiwa, sedangkan berjenis kelamin perempuan berjumlah 1.428 jiwa. Berkaitan dengan data jumlah penduduk dapat dilihat pada Tabel 1 berikut ini :
Tabel 4.1. Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis KelaminDesa UlubalangTahun 2016
No. Jenis Kelamin Jumlah Persentase (%)
1. Laki-laki 1.275 49,7
2. Perempuan 1.244 50,3
Jumlah 2.519 100%
Sumber : Buku Administrasi Desa Ulubalang Kecamatan Salomekko, Tahun 2016
Agar dapat mendeskripsikan lebih lengkap tentang informasi keadaan kependudukan di Desa Ulubalang dilakukan identifikasi jumlah penduduk
komprehensif. Untuk memperoleh informasi yang berkaitan dengan deskripsi tentang jumlah penduduk di Desa Mappatoba berdasarkan usia dan jenis kelamin secara detail dapat dilihat dalam Tabel 4.2 berikut ini:
Tabel 4.2. Jumlah Penduduk Berdasarkan Kelompok Usia Desa UlubalangTahun 2016
No. Kelompok Usia Laki-laki Perem
Puan Jumlah Persen (%)
1. 0–1 Bln 0 4 4 0,1
2. 2 Bln–1 Th 20 18 38 1,7
3. 2–3 Th 43 35 78 2,9
4. 4–5 Th 47 51 98 3,9
5. 6–9 Th 102 120 222 7,8
6. 10–14 Th 153 109 262 10,6
7. 15–19 Th 155 119 274 11,1
8. 20–24 Th 118 106 224 8,6
9. 25–29 Th 105 99 204 8,3
10. 30−34 Th 95 107 202 7,6
11. 35−39 Th 78 89 167 6,7
12. 40−44 Th 74 83 157 6,7
13. 45−49 Th 81 70 151 5,9
14. 50−54 Th 67 64 131 4,7
15. 55−59 Th 38 42 80 3,8
16 60−64 Th 37 40 77 3,4
17 65 > 62 88 150 6,2
Jumlah 1.275 1.244 2.519 100
Sumber : Buku Administrasi Desa Ulubalang Kecamatan Salomekko, Tahun 2016
Dari total jumlah penduduk Desa Ulubalang, menggambarkan bahwa umur 10-14 tahun merupakan angka jumlah penduduk yang dominan yang usia sekolah yaitu pada pendidikan dasar sebesar 10,6% dari jumlah penduduk yang perlu mendapat perhatian sebagai generasi penerus bangsa.
penduduk. Terdiri dari jenis kelamin laki-laki 24,07 %, sedangkan perempuan 25,56 %.
Dari data tersebut diketahui bahwa jumlah perempuan usia produktif lebih banyak dari jumlah laki-laki. Dengan demikian sebenarnya perempuan usia produktif di Desa Ulubalang dapat menjadi tenaga produktif yang cukup signifikan untuk mengembangkan usaha-usaha produktif diharapkan semakin memperkuat ekonomi masyarakat, sementara ini masih bertumpu kepada tenaga produktif dari pihak laki-laki.
2) Mata pencaharian Pokok
Secara umum mata pencaharian warga masyarakat Desa Ulubalang dapat teridentifikasi ke dalam beberapa bidang mata pencaharian, seperti : petani, buruh tani, PNS/TNI/POLRI, karyawan swasta, pedagang, wiraswasta, pensiunan, buruh bangunan/tukang, peternak. Jumlah penduduk berdasarkan mata pencaharian dapat dilihat pada Tabel 4.3.
Berdasarkan tabulasi data tersebut teridentifikasi, di Desa Ulubalang jumlah penduduk yang mempunyai mata pencaharian ada 30,73 %. Dari jumlah tersebut, kehidupannya bergantung di sektor pertanian, ada 17,86 % dari total jumlah penduduk.
Jumlah ini terdiri dari petani sebanyak, dengan 89,10% dari jumlah penduduk yang mempunyai pekerjaan atau 17.86% dari total jumlah
Terbanyak ketiga adalah buruh tani sebanyak 6,81 % dari jumlah penduduk yang mempunyai pekerjaan atau 2,09 % dari total jumlah penduduk.Sementara penduduk yang lain mempunyai mata pencaharian yang berbeda-beda, ada yang berprofesi sebagai PNS, TNI, POLRI, tukang bangunan, dan lain-lain.
Tabel 4.3. Jumlah Penduduk Menurut Mata PencaharianDesa Ulubalang Tahun 2016
No. Jenis Pekerjaan Jumlah Prosentase
(%)
1 Petani 745 20.
2 PNS 15 0.2
3 Wiraswasta 56 0,8
4 Pensiunan 3 0.0
5 Pelajar 69 2.19
6 Tidak Bekerja 242 3.4
7 Belum Bekerja 231 3.2
8 TNI / Polri 2 0.0
9 Honorer/Tenaga Kontrak 22 0.3
10. IRT 594 8.3
11. Buruh 17 0.2
Jumlah 2.519
Sumber : Dari data survey potensi ekonomi Desa Ulubalang, Juni 2014 Dengan demikian dari data tersebut menunjukkan bahwa warga masyarakat di Desa Ulubalang memiliki alternatif pekerjaan selain sektor buruh tani dan petani. Setidaknya karena kondisi lahan pertanian mereka sangat tergantung dengan curah hujan alami. Di sisi lain, air irigasi yang ada tidak dapat mencukupi untuk kebutuhan lahan pertanian di Desa
3) Kondisi Kesehatan Puskesmas Pembantu
Pengunjung yg sakit : 1.689 orang
a) Januari s/d Juni 2014 : 1.217orang b) Juli s/d Desember 2014 : 472 orang
c) Dokter : - orang
d) Perawat : 1 orang
e) Bidang : 1 orang
Keluarga Berencana (KB)
a) Jumlah Pos/Klinik KB : 3buah b) Jumlah PUS (Pasangan Usia Subur) :321pasang
c) Jumlah PUS masuk KB : - orang
d) Jumlah Posyandu : 3buah
e) Jumlah Akseptor KB : 321orang
1) PIL : 128 orang
2) IUD : - orang
3) Kondom : - orang
4) Suntik : 195 orang
Penderita Cacat
a) Cacat Fisik / Fatal : 4 orang
Pendidikan adalah satu hal penting dalam memajukan tingkat kesejahteraan pada umumnya dan tingkat perekonomian pada khususnya.
Dengan tingkat pendidikan yang tinggi maka akan mendongkrak tingkat kecakapan. Tingkat kecakapan juga akan mendorong tumbuhnya ketrampilan kewirausahaan. Dan pada gilirannya mendorong munculnya lapangan pekerjaan baru. Dengan sendirinya akan membantu program pemerintah untuk pembukaan lapangan kerja baru guna mengatasi pengangguran. Pendidikan biasanya akan dapat mempertajam sistimatika pikir atau pola pikir individu, selain itu mudah menerima informasi yang lebih maju. Di bawah ini tabel yang menunjukkan tingkat rata-rata pendidikan warga Desa Ulubalang.
Tabel 4.4 Jenjang Pendidikan Penduduk MasyarakatDesa Ulubalang Tahun 2016
No Jenjang Pendidikan Jumlah Jiwa Persen (%)
1 Belum Sekolah 113 6
2 Pernah sekolah SD tapi tidak tamat 35 2
3 Tamat SD / sederajat 1.074 55
4 Tamat SLTP / sederajat 376 19
5 Tamat SMA / sederajat 242 12
6 Tamat D1 - -
7 Tamat D2 10 1
8 Tamat D3 43 2
9 Tamat S1 51 3
10 Tamat S2 1 0
Jumlah 1944 100
Sumber : Dari data potensi Desa Ulubalang, Juni 2016
Berdasarkan data kualitatif yang diperoleh menunjukkan bahwa di Desa Ulubalang kebanyakan penduduk usia produktif hanya memiliki bekal
menikmati pendidikan di Perguruan Tinggi hanya 105jiwa atau sebesar 6%.
Dan terdapat 113 jiwa atau 6% belum sekolah dan belum tamat SD.
Tabel 4.5. Jumlah Sarana Pendidikan (sekolah)Desa Ulubalang Tahun 2016
No Jenjang Sekolah Jumlah Status
1 Taman Kanak-kanak 2 Unit Swasta
2 Sekolah Dasar 3 Unit Negeri
3 Sekolah Lanjuta Pertama 1 Unit Negeri
4 Madrasah Tsanawiyah 1 Unit Swasta
5 Madrasah Aliah 1 Unit Swasta
Sumber : Dari data potensi Desa Ulubalang, Juni 2014 5. Agama
Dalam perspektif agama, masyarakat di Desa Ulubalang termasuk kategori masyarakat yang homogen. Hal ini dikarenakan sebagian besar masyarakat Desa Ulubalang beragama Islam. Secara kultural, pegangan agama ini didapat dari hubungan kekeluargaan atau kekerabatan yang kental di antara mereka.
Selain itu perkembangan agama berkembang berdasarkan turunan dari orang tua ke anak dan ke cucu. Hal inilah membuat agama Islam mendominasi agama di DesaUlubalang.
Informasi yang diperoleh melalui wawancara mendalam dari tokoh-tokoh tua, bahwa selama ini pola-pola hubungan antar masyarakat masih banyak dipengaruhi oleh kultur organisasi Islam, seperti NU atau Muhammadiyah.
Meskipun begitu, situasi kondusif selama ini dapat tercipta dan terjaga.
Jumlah penduduk Desa Gattareng berdasarkan agama dapat dilihat dalam Tabel 4.6. berikut ini :
No. Agama Jumlah Prosentase (%)
1. Islam 2.519 100,00
2. Katholik - -
3. Kristen - -
4. Hindu - -
5. Budha - -
6. Konghucu - -
Jumlah 2.519 100,00
Sumber : Data Dinding Desa Ulubalang, Kecamatan Salomekko, September 2016
Tabel 4.7. Jumlah Tempat IbadahDesa UlubalangTahun 2016
No. Agama Jumlah
1 Masjid 4
2 Mushollah −
3 Pura -
4 Gereja -
5 Wihara -
Jumlah 4
Sumber : Data DindingDesaUlubalang, Kecamatan Salomekko, 2016
Dalam Tabel 4.7. tersebut dapat dilihat bahwa jumlah penduduk Desa Ulubalang yang beragama Islam mendominasi dengan jumlah 100% dari total jumlah penduduk. Pemeluk agama Katholik , pemeluk agama Kristen dan pemeluk agama Hindu tidak ada.
6. Keadaan Ekonomi Pembayaran pajak
a) Jumlah wajib pajak : 1340orang b) Target penerimaan pajak : Rp. 33.715.323,-
774.109.360yang merupakan Dana perimbangan.
Sumber Penerimaan desa lainnya adalah : a) Penerimaan Asli Desa (PAD);
b) Alokasi Dana Desa (ADD);
c) Penerimaan yang berasal dari Pemerintah Pusat;
d) Bagi hasil pajak dan retribusi.
G. Kondisi Pemerintahan Desa 1. Pembagian wilayah desa
Dengan Luas Wilayah .8.9.km2Desa Ulubalang terdiri dari:
a) Dusun : 4 Dusun
b) Rukun tetangga : 8 RT
2. Struktur Organisasi Pemerintah Desa
Susunan Organisasi Pemerintah Desa terdiri dari Kepala Desa dan Perangkat Desa yaitu Sekretaris Desa, Pelaksana Teknis Lapangan dan Unsur kewilayahan.
Kepala Desa : 1 orang Perangkat Desa :
a) Sekretaris Desa : 1 orang b) Kepala Urusan : 3 orang c) Kepala Dusun : 4 orang
KEPALA DESA HAERIL, SE, M.Si
SEKRETARIS DESA MURSALIN, S.Pd
KEPALA URUSAN UMUM HIRMAYANTI
KEPALA URUSAN TU &
KEUANGAN NUGRAWATI,
S.Pd.I KEPALA URUSAN
PERENCANAAN
KEPALA SEKSI KESEJAHTERAAN ROSMAWATI, S.Pd KEPALA SEKSI
PEMERINTAHAN TAKMAL
KEPALA SEKSI PELAYANAN
KEPALA DUSUN LABUKKU MUH. AMIR KEPALA DUSUN
SAMAENRE AHMAD SYOLLE, Amd.
Kep KEPALA DUSUN TANAH
CELLAE RAMSAH KEPALA DUSUN
BALANGE HAERUDDIN,
S.Pd
1. Haeril, SE.M.Si. Kepala Desa
2. Mursalin, S.Pd. Sekretaris Desa
3. Takmal Kepala Urusan Pemerintahan
4. Hirmayanti Kepala Urusan Umum
5. Kepala Urusan Pembangunan
6. Haeruddin, S.Pd. Kepala Dusun Balange
7. Ramsah Kepala Dusun Tanacellae
8. Ahmad Syolla, Amd. Kep. Kepala Dusun Samaenre
9. Amir Kepala Dusun Labukku
Sumber : Buku Administrasi Desa Ulubalang, Tahun 2016 Tabel 4.9. Daftar Nama Anggota Badan Permusyawaratan Desa
(BPD)Desa Ulubalang Tahun 2016
No. Nama Jabatan
1. Sumardi Ketua
2. Dra. Niswa Wakil Ketua
3. A.Takdir Sekretaris
4. M. Yusra Anggota
5. Herman Anggota
6. Nurbaya Anggota
7. Sainal Anggota
Sumber : Buku Administrasi Desa Ulubalang Kecamatan Salomekko, Tahun 2016
Secara umum pelayanan pemerintah Desa Ulubalang kepada masyarakat cukup memuaskan. Dalam beberapa sesi wawancara langsung dengan masyarakat Desa Ulubalang yang dipilih secara acak, terungkap bahwa dalam memberikan pelayanan pengurusan administrasi kependudukan, pertanahan dan lain-lain dikerjakan dengan cepat dan dilayani selama 24 jam,
3. Pemangku Kepentingan
Para pemangku kepentingan (stakeholders) yaitu pihak-pihak yang berkepentingan untuk mengatasi permasalahan dan pihak yang akan terkena dampak hasil perencanaan pembangunan di desa antara lain;
a) Pemerintah Desa, adalah Kepala Desa dan Perangkat Desa sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan Desa
b) Badan Permusyawaratan Desa (BPD), adalah lembaga yang merupakan perwujudan demokrasi dalam penyelengaraan pemerintahan desa.
Lembaga Kemasyarakatan atau yang disebut dengan nama lain adalah lembaga yang dibentuk oleh masyarakat sesuai kebutuhan mitra pemerintah desa dalam memberdayakan masyarakat, antara lainLPMD ( Lembaga Pembangunan Masyarakat Desa ), RT ( Rukun Tetangga) dll.
c) Tokoh Masyarakat adalah tokoh adat, tokoh agama, tokoh wanita, tokoh pemuda dan pemuka-pemuka masyarakat lainnya.
d) Lembaga kemasyarakatan lain adalah PKK, Karang Taruna, Kelomok Tani dll
e) SKPD ( Satuan Kerja Pemerintah Daerah ) KabupatenBone yang berkaitan langsung dengan Program pembangunan dan pemberdayaan Masyarakat Pedesaan.
f) Pemerintah (Pusat, Provinsi dan Kabupaten
B. Hasil Penelitian
Status kekuasaan dalam tatanan kultural merupakan perjuangan untuk memperoleh sebuah kekuasaan dilihat dari budaya politik sosial, dalam tatanan sosial tersebut terkandung hubungan timbal balik antara status dan peran yang menunjuk pada suatu keteraturan perilaku. melihat dari kekuasaan pada kerajaan bone dan budaya tergantung pada mitos raja. di hamper seluruh kerajaan-kerajaan besar yang ada di Sulawesi selatan, salah satunya adalah kerajaan bone masih kental dengan tatanan kultural dalam mitos yang ada di daerah bone, salah satu yang di percayai adalah raja pertama yaitu To Manurung, berarti orang yang turun dari langit, dalam kajian sejarah mempercayai bahwa To Manurung sebagai legitimasi dari kekuasaanya.
Meskipun di akui bahwa alam demokrasi telah hidup masa lalu di kerajaan ini, namun patut di catat bahwa seluruh raja yang berkuasa di kerajaan ini memiliki hubungan darah dengan raja pertama. secara politik, kerajaan bone terdiri dari kumpulan desa yang sekitar 2/3 bergabung dalam wanua. Hubungan integrasi wanua ini bisa bersifat lepas, nominal belaka, sampai ikatan kuat di bawa kekuasaan raja atau adat, dengan kecualian wanua yang lemah semua ini memiliki ikatan sosial dari kelompok keluarga , desa, dan kerajaan, sebagai inti dan pinggiran pada tahun 1863, namun ada perbedaan yang jelas antara kerajaan ini dan pinggiran dalam struktur politik
tuju desa asli yang kemudian membentuk tujuh kursi dewan adat kerajaan adat kerajaan yang di tempatkan , ketujuh itu adalah Macege, Tanete Riattang, Tanete Ri Awang, Ujung Ponceng Dan Tibojong. selain desa tesebut semua desa dan wanua lainya di anggap pingiran. dalam hal ini menujukan bahwa status kebangsawanan hanya di miliki pada orang memiliki jabatan tertinggi dalam kerajaan, melihat sila keturunan yang memiliki hubungan sedara ini kemudian telah menyebar di berbagai desa yang ada di wilayah Bone. Namun demikian, untuk menjaga agar kekuasaan tetap dalam tangan mereka, persyaratan darah dalam penentuan seseorang menduduki tahta kerajaan mutlak di penuhi.
Membicarakan tentang status sosial suatu masyarakat penting terutama untuk mengetahui dan mencari latar belakang pandangan hidup atau sifat-sifat yang mendasari suatu masyarakat. lebih jauh dari itu, dengan mengetahui pelapisan masyarakat dapat di ungkapkan dengan hubungan-hubungan kejadian dalam masyarakat yang menyangkut tingkah laku dalam segenap kegiatan dalam masyarakat termasuk kegiatan tingkah laku dalam politiknya.
Namun dalam pembagian masyarakat bugis dalam berbagai lapisan atau golongan adalah merupakan suatu factor yang penting untuk mempengaruhi kehidupan sosial, ekonomi dan politik. dalam masyarakat bugis, dikenal adanya pelapisan masyarakat. Munculnya TO MANURUNG dan keturunannya oleh karena itu masyarakat bugis mempercayai darah puti