BAB III METODE PENELITIAN
3.4 Teknik Analisis Data
Perancangan UI/UX aplikasi penjualan kopi menggunakan metode Design Thinking pada UKM Meulawi Coffee berbasis web melibatkan beberapa tahap dan teknik analisis data yang dapat membantu memahami kebutuhan pengguna dan merancang pengalaman pengguna yang optimal. Berikut adalah beberapa langkah yang dapat Anda ikuti:
3.4.1 Tahapan Awal Emphatize
Langkah pertama dalam metode design thinking adalah "Empathize."
Empathize adalah cara untuk memahami perspektif pengguna, mengidentifikasi masalah pengguna, dan mengenali kebutuhan dalam proses perancangan yang akan datang. Peneliti juga melakukan penelitian pengguna, seperti wawancara, untuk mendapatkan pemahaman dari sudut pandang pelanggan, apakah mereka menghadapi kesulitan atau memiliki kekhawatiran saat menggunakan produk dari UKM Meulawi. Setelah memperoleh informasi dari UKM Meulawi dan pelanggan, peneliti melakukan analisis kompetitif untuk menghasilkan ide-ide dalam merancang tampilan website UKM Meulawi.
3.4.2 Tahap Kedua Define
Tahap kedua adalah "Define," yang melibatkan proses ideation berdasarkan informasi yang telah dikumpulkan pada tahap Empathize. Dari hasil wawancara dengan sampel dan distribusi kuesioner, dapat disimpulkan bahwa pemilik dan pelanggan UKM Meulawi menginginkan aplikasi dengan tampilan menarik yang mudah digunakan dan dipahami. Mereka ingin aplikasi ini memungkinkan transaksi penjualan, memberikan informasi tentang produk dan persediaan terbaru, serta memungkinkan komunikasi antara pemilik dan pelanggan UKM Meulawi. Untuk mengatasi permasalahan ini, peneliti berencana membuat sebuah aplikasi penjualan berupa website yang memfasilitasi pertukaran informasi antara pemilik dan pelanggan UKM Meulawi. Hal ini akan mempermudah pelanggan dalam melakukan transaksi dan pembayaran setelah mereka memilih produk yang ingin dibeli. Target pengguna aplikasi ini adalah
individu berusia antara 18 hingga 45 tahun, terutama mahasiswa dan pekerja kantoran yang mengkonsumsi produk kopi secara rutin.
3.4.3 Tahap Ideate
Pada tahap Ideate ini akan menghasilkan sebuah ide. Semua ide dipertimbangkan untuk menyelesaikan masalah yang diimplementasikan pada fase Define. Tujuannya agar ide ini dapat memberikan solusi atas permasalahan UKM Meulawi. Pada langkah ini peneliti menggunakan sesi brainstorming untuk menghasilkan sebanyak mungkin ide dan solusi untuk memenuhi kebutuhan pengguna. Pertimbangkan teknik seperti mind mapping, sketsa kasar, atau prototyping sederhana untuk membantu menggambarkan dan mengembangkan ide-ide tersebut.
3.4.4 Tahap Prototype
Pada tahap ini peneliti akan mulai membuat beberapa versi sketsa Prototype sederhana, serta fitur-fitur khusus yang akan mendukung pembuatan aplikasi berbasis Web UKM Meulawi. Sehingga dapat mendefinisikan kembali permasalahan yang dihadapi pada tahap sebelumnya. Prototype ini juga diuji agar nantinya dapat mengevaluasi hasil dari prototype tersebut jika terdapat permasalahan pada masing-masing prototype. Pembuatan Prototype ini akan menggunakan sebuah Tools berupa Figma. Ada dua proses perencanaan pada tahap ini, yaitu:
a. Low Fidelity
Low Fidelity sendiri sering disebut sebagai konsep sketsa Low Fidelity sederhana. Tujuannya adalah untuk menghasilkan inovasi dalam desain dasar dan menentukan tata letak atau struktur yang
kemudian dapat dievaluasi secara iteratif. Low Fidelity ini dibuat dengan Tools Figma yang bisa digunakan di laptop
b. High Fidelity
Setelah melakukan pembuatan Low Fidelity, langkah selanjutnya adalah High Fidelity. High Fidelity juga dilakukan dengan Tools Figma yang bisa dilakukan di laptop. Di sini anda bisa mendapatkan sketsa yang lebih konkret mengenai desain yang dibuat dan mampu dioprasikan oleh pengguna.
3.4.5 Testing
Pada tahap terakhir yaitu Test ( Uji coba ) atau pengujian yang dilakukan untuk mendapatkan jawaban dan feedback yang sesuai dari hasil prototype, untuk mengetahui apakah solusi yang dibuat telah mengatasi permasalahan yang ada dan menggali lebih dalam kepada pihak UKM Meulawi Kopi dan Customer. Pada fase ini dilakukan pengujian dengan Usability Testing, untuk menguji aspek learnability, efficiency, error dengan memakai task scenario, dan kepuasan dengan menggunakan kuesioner system usability scale. Testing ini nantinya akan dilakukan dengan target pengguna sebanyak 15 orang di mana terdapat sempel lima orang di setiap sistem nya
30 BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Objek Penelitian
Meulawi Kopi merupakan produk Kopi Gayo 100% Asli tanpa campuran dengan kualitas kopi Grade 1 yang berstandart BPOM, Halal dan berstandart SCAI. Meulawi Kopi berdiri pada tanggal 16 April 2018 yang berlokasi di Dusun Kapiten Yusuf, Desa Meunasah Mesjid, Kecamatan Muara Dua, Kota Lhokseumawe. Meulawi Berasal Dari Bahasa Gayo Tua yang Artinya Semangat.
Kopi yang diolah merupakan 100% Murni Kopi Arabika dan Robusta Gayo asli tanpa campuran yang diperoleh dari perkebunan pribadi dan tetangga kebun yang berlokasi di Kenawat Redelong, Bener Meriah.
4.2 Struktur Organisasi UMKM Melawi Kopi
Meulawi Kopi merupakan sebuah toko kopi yang menjual berbagai macam jenis kopi. Adapun struktur organisasi UMKM Meulawi Kopi dibawah ini :
Gambar 4. 1. Struktur Organisasi Meulawi Kopi
4.3 Alasan Berbisnis UMKM Meulawi Kopi
Kopi Gayo sudah mendunia, bahkan menjadi salah satu kopi terbaik didunia (Spesialty Kopi) oleh SCAA (Specialty Kopi Association of America).
Kopi adalah Budaya Orang Gayo. Meulawi Kopi adalah Brand Produk yang mempromosikan dan memperkenalkan Budaya Gayo dalam bentuk Kopi Gayo Dalam Kemasan. Meulawi Kopi juga Membantu perekonomian petani kopi yang saya bantu untuk mendistribusikan kopi dari kebunnya ke masyarakat luas.
Meulawi Kopi juga Mengedukasi Kopi Gayo Kepada Generasi Milenial dan Gen Z di Aceh agar Budaya Kopi gayo selalu ada.
4.4 Proses Bisnis UMKM Meulawi Kopi
Sebelum kopi siap disajikan kepada konsumen, Kopi Meulawi melewati proses produksi mulai dari menanam biji kopi, mengolah biji kopi hingga melayani pelanggan. Kopi yang diolah merupakan 100% Murni Kopi Arabika dan Robusta Gayo asli tanpa campuran yang diperoleh dari perkebunan pribadi dan kebun tetangga yang berlokasi di Kenawat Redelong, Bener Meriah.
1. Budidaya kopi dengan membuat benih kopi kemudian ditanam sendiri, selain itu bibit kopi juga didapatkan dari hasil tanam masyarakat sekitar.
2. Melakukan perlindungan terhadap hama serta memberikan pupuk sebagai langkah dalam melakukan perawatan selama 2 tahun mulai dari penanaman bibit hingga panen.
3. Pada tahap ketiga, kopi yang telah diambil dari pohon kopi akan mengalami proses pengolahan. Secara umum, proses pengolahan kopi dapat dikelompokkan menjadi dua metode, yakni metode pengolahan basah (wet processing) dan metode pengolahan kering (dry processing).
a. Pendekatan Wet Processing melibatkan penggunaan air dalam seluruh proses pengolahan kopi, mulai dari pemilihan kualitas buah kopi hingga tahap fermentasi. Setelah proses pemilihan, buah kopi yang berkualitas akan diproses lebih lanjut dengan mesin
b. Beberapa pengepul mengeringkan biji kopi basah dengan menjemurnya di bawah sinar matahari langsung. Dibutuhkan 5-7 hari jika kadar air 18-20n dan setelah pengupasan kulit tanduk masih melakukan pengering selama 8-10 jam lagi. untuk mendapatkan 11-12% pengering secara alami
4. Kopi yang telah dijemur dan dikeringkan dimasukkan ke dalam kantong yang dilapisi plastik untuk mempertahankan kelembapan sesuai pembagian proses pengeringan. Kantong biji kopi kering kemudian ditutup dengan kayu untuk mencegah jamur.
5. Kopi kemudian dimasukkan ke dalam mesin Huller untuk menghilangkan kulit kering yang menghasilkan greenbean.
6. Selanjutnya proses penyortiran biji kopi dibagi menjadi kopi non unggulan (pecahan, berongga, dll) dan kopi kualitas super (kopi kualitas baik) sesuai dengan kondisinya.
7. Kopi kemudian masuk ke roaster untuk disangrai agar mengeluarkan rasa asli dari biji kopi dan membuatnya lebih nikmat.
Hasil Kopi yang disangrai tersebut dikemas agar dapat dijual ke berbagai swalayan/supermarket di Kota Lhokseumawe dan Kabupaten Bireun secara Offline. Dan juga secara online di marketplace seperti Shoppe, Tokopedia, Tiktok Shop dan Blibli.com.
4.5 Produk UMKM Meulawi Kopi
Adapun produk yang dijual dari UMKM Meulawi Kopi adalah sebagai berikut:
Tabel 4. 1. Produk Kopi UKM Meulawi Kopi
No Nama Produk Gram Harga
1
Robusta Geste
100 GR 20.000 RB 200 GR 40.000 RB 2
Arabika High Class
100 GR 25.000 RB
200 GR 50.000 RB 3
Arabika Honey
100 GR 35.000 RB 200 GR 70.000 RB 4
Arabika Premium
100 GR 20.000 RB 200 GR 40.000 RB 5
Arabika Spesiallty
100 GR 30.000 RB 200 GR 60.000 RB 6
Arabika Natural
100 GR 35.000 RB
200 GR 70.0
4.6 Initial Product Requirement
Initial product requirement adalah data yang perlu dibuat dan dipenuhi ketika merancang desain aplikasi produk (seperti yang dijelaskan oleh Mardita, 2020). Tujuan dari pembuatan Initial product requirement adalah untuk menetapkan asumsi tentang pengguna target berdasarkan masalah yang teridentifikasi dengan jelas, mudah dipahami, dan dapat dipecahkan. Informasi ini akan digunakan dalam proses perancangan website penjualan Meulawi Kopi.
Dalam menyusun persyaratan produk awal ini, ada tiga aktivitas yang dilakukan, yakni menentukan pengguna target (persona potensial), mengidentifikasi latar belakang masalah, dan merumuskan tujuan dengan cakupan yang jelas.
4.6.1 Menentukan Potensial Personal
Dalam penelitian ini, ketika merancang website penjualan, kami menargetkan satu administrator dan enam pelanggan yang akan terlibat dalam proses pendataan. Hal ini didasarkan pada pemahaman bahwa jumlah peserta sebanyak 5 hingga 6 orang dianggap cukup representatif untuk memperoleh informasi yang lebih mendalam tentang kebutuhan pengguna. Untuk mendapatkan informasi pribadi dari calon pelanggan dan mengumpulkan data pelanggan untuk website penjualan Meulawi Kopi, peneliti melakukan wawancara langsung dengan pemilik Meulawi Kopi.
Tabel 4. 2. Persona Administrator
Persona Demografi Kreteria
Administrator - Berusia 33 tahun
- Tinggal di kabupaten aceh tengah (lhokseumawe)
bertugas untuk mengurus data produk dan catatan transaksi penjualan.
Tabel 4.3 Persona Customer Tabel 4. 3. Persona Customer
Persona Demografi Kriteria
Customer Berusia 18-45 tahun Pernah, jarang, atau sering melakukan pembelian kopi secara online dari Meulawi Kopi.
Setelah menentukan persona, selanjutnya adalah menentukan potensial persona yang akan diwawancarai. Pada persona customer, dengan pembagian katagori yang berbeda dan jumlah customer yang telah ditentukan dengan pembagian masing-masing katagori 2 persona dapat memberikan peneliti untuk menemukan informasi yang lebih beragam mengenai karakteristik, permasalahan, serta pemahaman dari masing-masing persona. Berikut adalah data potensial persona dipaparkan pada tabel di bawah ini:
Tabel 4. 4. Data Potensial Persona Administrator Persona Administrator
Nama Usia Gender Alamat
Zaky
Ardhiansyah
33 Tahun Pria Jln kapten yusuf lhksemawe
Tabel 4. 5. Data Potensial Persona Customer Persona Customer
Nama Usia Gender Katagori Alamat
Mustawa Ridwan 43 Tahun Laki-Laki Sering Aceh Buge Setiawan 28 Tahun Laki-Laki pernah Aceh Zakiyun Mirza 23 Tahun Laki-Laki pernah Aceh
Renaldi 26 Tahun Laki-Laki Pernah Aceh
Fauzi Firdaus 25 Tahun Laki-laki Jarang Aceh Ika Darma 20 Tahun Laki-laki Jarang Aceh
4.6.2 Menentukan Background Permasalahan
Setelah menggambarkan proses bisnis penjualan online di Meulawi Kopi, langkah berikutnya adalah melakukan pengamatan dengan tujuan untuk mengidentifikasi masalah yang sedang dihadapi. Latar belakang permasalahan ini didasarkan pada hasil observasi serta wawancara dengan 1 administrator dan 6 pelanggan Meulawi Kopi mengenai kendala dan masalah yang mereka alami dalam proses bisnis penjualan online saat ini. Hasil dari investigasi ini akan mengungkapkan permasalahan yang terdapat dalam proses bisnis penjualan online Meulawi Kopi.
Tabel 4. 6. Permasalahan Proses Bisnis Penjualan Online
No Persona Permasalahan
1 Administrator 1. Pencatatan penjualan ke toko (offline market) masih sistem offline
2. Belum ada website untuk
pencatatan penjualan dari e-cumers maupun penjualan dalam bentuk online
2 Customer 1. Masalah yang timbul adalah ketidaktransparan dalam proses pengiriman produk kepada pelanggan karena terkadang estimasi waktu pengiriman tidak sesuai dengan perkiraan yang telah diberikan oleh Meulawi Kopi.
2. Kurang nya informasi terhadap produk dan harga produk
3. Kurang nya informasi dalam cara pembuatan kopi siap sajinya
4.6.3 Menentukan Objective
Maksud dari penetapan tujuan adalah untuk mengetahui latar belakang desain halaman Website yang akan dibuat. Penetapan tujuan didasarkan pada keinginan dan keinginan peneliti terhadap suatu desain Website atau produk yang dapat membantu peneliti. Penelitian ini mempunyai dua tujuan, yaitu.
Administrator dan Customers berdasarkan masalah yang dijelaskan oleh peneliti:
Tabel 4. 7. Penentuan Objective
No Target Pengguna Objective
1
Administrator
Bertugas mendukung administrator dalam membuat website penjualan kopi dan mengelola data produk serta transaksi penjualan, sehingga pengelolaan data penjualan dapat dilakukan dengan efektif dan efisien.
2
Customer
Membuat proses pemesanan di Meulawi Kopi secara online menjadi lebih mudah dan nyaman bagi pelanggan, sehingga dapat berjalan dengan efektif dan efisien.
4.7 Design Thinking
Dalam penelitian ini, metode yang diterapkan adalah Design Thinking.
Design Thinking adalah pendekatan yang terdiri dari lima tahapan, yaitu empati, definisi, ideasi, prototyping, dan pengujian.
4.7.1 Empathize
Empati adalah tahap pemikiran desain atau fondasi desain yang berpusat pada manusia. Fase empati dilakukan secara empati untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam mengenai sudut pandang pengguna sasaran.
Kegiatan fase empati meliputi melakukan wawancara mendalam, menciptakan persona pengguna.
a. In-depth Interview
Langkah awal dalam fase empati melibatkan pelaksanaan wawancara intensif dengan pengguna yang dituju. Tujuan utamanya adalah untuk mengidentifikasi masalah yang timbul, memahami perilaku, karakteristik, dan keinginan individu-individu yang mungkin menjadi persona potensial.
Informasi yang terkumpul selama wawancara intensif ini akan digunakan dalam tahap empati. Tabel di bawah ini menggambarkan hasil dari wawancara intensif yang dilakukan oleh peneliti terhadap masing-masing individu berdasarkan masalah utama yang mereka alami.
Tabel 4. 8. Hasil In-depth Interview Administrator In-depth interview administrator
No Hasil rincian wawancara mendalam berdasarkan masalah utama.
1 Belum ada website untuk pencatatan penjualan dari ecommers maupun penjualan dalam bentuk online
1. Sistem pencatatan online yang terintegrasi, mungkin sulit untuk mengakses informasi penjualan kopi secara real-time.
Hal ini bisa menghambat proses pengambilan keputusan bisnis dan respons cepat terhadap permintaan pelanggan.
2. Informasi mengenai berbagai jenis kopi yang dijual juga menjadi masalah. Dengan ragam pilihan jenis kopi yang ditawarkan, administrator mungkin kesulitan dalam mencatat informasi dengan benar. Kesalahan dalam mencatat jenis kopi yang dipesan dapat menyebabkan ketidaksesuaian antara apa yang diinginkan oleh pelanggan dan apa yang benar-benar diterima
2 Pencatatan penjualan ke toko (offline market) masih menggunakan sistem offline
1. Pencatatan manual memerlukan waktu tambahan untuk mencatat setiap transaksi, sehingga informasi penjualan tidak tersedia secara real-time dan mungkin membutuhkan waktu lebih lama untuk diolah dan dianalisis.
2. Dalam sistem offline, seringkali sulit untuk mencatat informasi pelanggan dengan lengkap, seperti riwayat pembelian atau preferensi, yang dapat membantu dalam memahami kebutuhan dan keinginan pelanggan.
Tabel 4. 9. Hasil In-depth Interview Customer In-depth interview customer
No Hasil penjabaran in-depth interview berdasarkan permasalahan utama
1 Ketidaktransparan dalam proses pengiriman produk kepada pelanggan disebabkan oleh ketidaksesuaian antara estimasi waktu pengiriman yang diberikan oleh Meulawi Kopi dan kenyataan di lapangan.
1. Pengiriman produk tidak memberikan informasi yang aktual dan real-time, sehingga pelanggan tidak dapat memantau atau mendapatkan pembaruan terkini mengenai produk yang telah mereka pesan.
2. Sepertinya Anda belum memberikan kalimat yang perlu diparafase. Mohon berikan kalimat yang ingin Anda parafrase, dan saya akan dengan senang hati membantu Anda.
2 Kurang nya informasi terhadap produk dan harga produk 1. Kekurangan informasi mengenai harga produk dapat
menyulitkan pelanggan dalam menentukan pilihan pembelian mereka. Tanpa informasi yang jelas mengenai harga, pelanggan mungkin merasa ragu-ragu untuk melanjutkan transaksi.
2. Kurangnya informasi mengenai ketersediaan stok dari setiap produk membuat pelanggan tidak dapat dengan
mudah mengetahui apakah produk yang mereka inginkan masih tersedia atau tidak.
3 Kurang nya informasi dalam cara pembuatan kopi siap sajinya 1. Para pelanggan merasa frustasi karena mereka tidak
memiliki panduan yang jelas mengenai langkah-langkah yang harus diikuti untuk membuat kopi siap saji. Hal ini mengakibatkan hasil kopi yang tidak konsisten dan kurang memuaskan.
2. Kurangnya informasi mengenai teknik pembuatan dan tips untuk mencapai hasil terbaik membuat para pelanggan sulit mengevaluasi kualitas kopi yang mereka hasilkan. Ini dapat mengurangi kepuasan dalam menikmati kopi tersebut.
b. User Persona
Tujuan pembuatan user persona adalah untuk mewakili karakteristik pengguna berdasarkan hasil wawancara mendalam. Bagian informasi yang terkandung dalam diri seseorang mencakup peran orang tersebut dan tujuan yang dapat dicapai.
Gambar 4. 2. User Persona Administrator
Gambar 4. 3. User Persona Customer
4.7.2 Define
Data dan informasi yang dikumpulkan selama tahap Empathize dianalisis dan digabungkan pada tahap Define untuk merumuskan permasalahan inti menjadi tantangan yang harus diatasi. Beberapa langkah yang dilakukan dalam proses definisi ini melibatkan How Might We (HMW), penilaian prioritas tantangan, serta menetapkan atribut, sinyal, dan metrik pengalaman pengguna.
a. How Might We
Setelah mengidentifikasi perilaku dan masalah pengguna dalam mencapai tujuan pada tahap Empathize, langkah berikutnya adalah mendefinisikan tantangan-tantangan tersebut melalui pernyataan How Might We (HMW). HMW merupakan sebuah metode yang digunakan untuk mengubah masalah utama atau hasil pernyataan dari pengguna menjadi tantangan yang dapat dijalankan. Dalam penelitian ini, peneliti menerapkan dua jenis pernyataan HMW berdasarkan masalah pengguna dan kebutuhan pemilik terhadap target pengguna
Tabel 4. 10. How Might We Berdasarkan Problems Administrator
No Problems Challenge
1 Pencatatan penjualan ke toko (offline market) masih sistem offline
Bagaimana cara memberikan bantuan dan kemudahan kepada administrator dalam pengelolaan data produk
2 Belum ada website untuk Bagaimana dapat
pencatatan penjualan dari E-comers maupun
penjualan dalam bentuk offline
membantu
administrator dalam mencatat penjualan menjadi lebih cepat dan mudah
Tabel 4. 11. How Might We Berdasarkan Problems Customer
No Problems challenge
1 Ketidaktransparan dalam proses pengiriman produk kepada pelanggan disebabkan oleh ketidaksesuaian antara estimasi waktu pengiriman yang diberikan oleh Meulawi Kopi dan kenyataan di lapangan
Bagaimana dapat membantu customer mudah dan cepat dalam mencari/dalam pemesanan produk.
2 Kurang nya informasi terhadap produk dan harga produk
Bagaimana dapat membantu customer untuk mengetahui informasi harga produk dan stok produk.
3 Kurang nya informasi dalam Bagaimana dapat
cara pembuatan kopi siap sajinya
membantu customers untuk mengetahui cara penyajian produk kopi di meulawi 4 Customers tidak memiliki
akses untuk melihat ulasan yang diberikan oleh customers lain terhadap produk tersebut.
Bagaimana dapat membantu customer melihat hasil ulasan customer lain 5 Pengisian form data diri
untuk keperluan pendataan dan pengiriman produk secara manual.
Bagaiman dapat memberi
kenyamanan dan kemudahan customer dalam membeli produk 6 Tidak adanya kategorisasi
dari setiap produk menyebabkan customer kesulitan dalam mencari produk.
Membantu customer mengetahui informasi dari tiap katagori/jenis produk yang dijual.
b. Prioritize Challenges (Prioritization Matrix)
Setelah tantangan teridentifikasi, peneliti membuat prioritas tantangan dengan menggunakan matriks tantangan berupa Eisenhower matriks.
Eisenhower matriks ditemukan oleh Dwight D. Eisenhower yang digunakan untuk memprioritaskan tugas berdasarkan minat dan urgensi.
Tujuan dari penelitian untuk membuat Eisenhower Matriks adalah untuk berbagi solusi penting untuk masalah pengguna dan memprioritaskan seberapa penting masalah tersebut harus diselesaikan. Eisenhower Matriks memiliki 4 kuadran yaitu important/urgent, important/non- urgent, non-important/urgent, dan non important/non-urgent.
1. Kuadran 1 (Important/urgent) merupakan kegiatan yang harus diprioritaskan untuk segera diselesaikan karena bersifat mendesak dan penting.
2. Kuadran 2 (Important/non-urgent) merupakan kegiatan penting diselesaikan tetapi tidak mendesak.
3. Kuadran 3 (Non-important/urgent) adalah tindakan yang mendesak tetapi mereka tidak diperlukan untuk eksekusi dan biasanya merupakan fungsi itu bisa di lakukan lain waktu.
4. Kuadran 4 (Non-important/non-urgent) adalah kegiatan yang tidak diwajibkan diselesaikan dan dihapus.
Untuk mengelompokkan kegiatan tantangan dalam matriks Eisenhower, peneliti pertama-tama membuat kuesioner HMW. Kuesioner ini dihasilkan dengan mengubah pernyataan tantangan HMW menjadi kalimat yang lebih sederhana
agar target pengguna dapat dengan mudah menilai setiap pernyataan dalam kuesioner HMW.
Tabel 4. 12. Kuesioner How Might We Administrator
No Kode Challenge
1 CA-01 membantu dan memudahkan administrator dalam mengelola data produk.
2 CA-02 Membantu administrator dalam mencatat penjualan menjadi lebih cepat dan mudah
Tabel 4. 13. Kuesioner How Might We Customer
No Kode Challeng
1 CC-01 Memberikan dukungan agar pelanggan dapat dengan mudah dan cepat menemukan produk yang mereka cari.
2 CC02 Membantu customer untuk mengetahui informasi harga produk dan stok produk.
3 CC-03 Membantu customers untuk mengetahui cara penyajian produk kopi di meulawi
4 CC-04 Membantu customer mengetahui informasi hasil ulasan dari customer lain
5 CC-05 Memberi Kenyamanan dan kemudahan customer dalam membeli produk
6 CC-06 Membantu customer mengetahui informasi dari tiap kategori/jenis produk yang dijual.
c. UX Attribute, Signal, dan Metrics
Untuk menilai sejauh mana keberhasilan desain solusi, diperlukan indikator kunci yang akan dituju melalui UX attribute, sinyal, dan metrik.
UX attribute, sinyal, dan metrik mampu memberikan hasil dampak yang dapat dibandingkan dengan nilai sebelumnya, aktual, dan target yang ditetapkan.
Pemilihan UX attribute, sinyal, dan metrik didasarkan pada pedoman yang tercantum dalam ISO 9241-11, menggunakan metode pengukuran usability System Usability Scale (SUS) untuk aspek keefektifan, efisiensi, dan kepuasan. Pengukuran masing-masing UX attribute diuraikan dalam tabel pengukuran yang terdapat dalam tabel di bawah ini.
Tabel 4. 14. Measurements
No UX Attribute Signal Metrics To Measure 1 Effectiveness Pengguna
berhasil/sukses menjalankan dan menyelesaikan tiap task/fitur yang terdapat pada desain aplikasi penjualan
Skor rata-rata minimum untuk aspek Keefektifan berdasarkan tingkat keberhasilan pengguna adalah 78% (Sauro, 2011).
2 Satisfaction Pengguna merasa puas dan menyukai produk yang telah dihasilkan saat menggunakannya.
Skor yang diperoleh dari pengujian dengan pengguna melebihi nilai
minimum yang