• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III METODE PENELITIAN

F. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data langkah-langkah yang dilakukan untuk dapat menyimpulkan jawaban permasalahan. Menurut Sugiyono (2010:335) “analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi dengan cara mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari dan membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri dan orang lain”.

Setelah data diperoleh dan tersusun rapi maka dilakukan pengolahan data sebagai berikut:

b. b

Teknik Analisis Data

b. Memahami a. Membaca

c. Mengumpulkan e. Menarik Kesimpulan d. Melakukan

a. Membaca berulang-ulang dengan cermat novel Rudy: Kisah Masa Muda Sang Visioner Karya Gina S. Noer sebagai objek penelitian.

b. Memahami isi dari novel Rudy: Kisah Masa Muda Sang Visioner Karya Gina S. Noer dan mengaitkan sesuai masalah yang akan diteliti.

c. Mengumpulkan data dari isi cerita novel yang berhubungan dengan psikologis tokoh.

d. Melakukan penelaahan data dan menggaris bawahi pada tanda-tanda atau kata dalam isi cerita, dialog dan perilaku tokoh yang menggambarkan psikologis tokoh dalam isi cerita.

e. Menarik kesimpulan dari hasil penelitian. Peneliti menyampaikan hasil analisis berdasarkan pada kajian psikologis tokoh utama dalam novel Rudy: Kisah Masa Muda Sang Visioner Karya Gina S. Noer.

PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN

A. Deskripsi Hasil Penelitian

Untuk memperoleh data dalam penelitian ini peneliti terlebih dahulu membaca secara terperinci novel Rudy: Kisah Masa Muda Sang Visioner Karya:

Gina S. Noer, hal ini dilakukan agar peneliti memperoleh pemahaman psikologis struktur kepribadian dalam novel Rudy: Kisah Masa Muda Sang Visioner Karya:

Gina S. Noer dengan pendekatan psikoanalisis.

Perubahan psikologis dalam novel Rudy: Kisah Masa Muda Sang Visioner Karya: Gina S. Noerdari segi psikologis yang terdapat dalam tokoh Rudy. Pada novel Rudy: Kisah Masa Muda Sang Visioner Karya: Gina S. Noer ini keadaan psikologis tokoh utama yang dilihat dari aspek id, ego, dan superego berperan pada watak tokoh Rudy sebagai tokoh utama dalam novel ini. Penelitian yang dilakukan pada novel Rudy: Kisah Masa Muda Sang Visioner Karya: Gina S.

Noer dipengaruhi oleh ego yang lebih dominan dalam kesehariannya. Kemudian id ini berperan pada tokoh utama sebagai keinginannya dan tekanan-tekanan yang dialaminya. Terakhir adalah superego yang memberi batasan-batasan norma dan mempertimbangkan segala sesuatunya yang terjadi pada tokoh utama.

Berikut ini data penelitian deskripsi struktur kepribadian tokoh novel Rudy: Kisah Masa Muda Sang Visioner karya Gina S. Noer.

Tabel 4.1

Deskripsi Hasil Penelitian Struktur Kepribadian Tokoh Novel Rudy: Kisah Masa Muda Sang Visioner Karya Gina S. Noer

No Nama

Tokoh Struktur

Kepribadian Kutipan Dialog Halaman

1. Rudy Id 1. Keng Kie lalu menunjukan sebuah buku kecil berwarna biru kepada Rudy. Mata besar Rudy langsung semakin membuat tanda dia bingung, “untuk apa visum?”

“Saya akan sekolah teknik penerbangan di Jerman!”

Mendengar hal itu mata Rudy menjadi berapi-api. Dengan bersemangat dia berteriak, “ Ik ga met jou mee! Saya ikut dengan Kamu!

Rudy membelakkan matanya. Ini adalah jawabannya untuk mencari tempat belajar terbaik. “ Ke mana kamu bilang tadi?”

“Ke RWTH-Achen, Rud. Jerman!”

“Aku mau juga kesana!”

2. “Diam-diam, Keng Kie dan para teman dekatnya dari Indonesia sadar kalau Rudy memang punya sifat yang menjadi penghalangnya dalam mencari sahabat.

Perangai Rudy yang suka tak sabaran saaat berada di situasi yang dia anggap konyol serta sikapanya yang sangat berpegang pada fakta, membuatnya sangat terganggu kalau ada orang yang terlalu keras kepala hanya karena mau dianggap benar. Kebiasaan menyebut orang “bodoh” di depan mukanya menunjukkan tak terpikir baginya kalau itu bisa membuat orang itu malu. Sikap itu mempersulit situasi Rudy.”

3. Rudy lalu mencoba bertanya kepada para kawan mahasiswa Jerman-nya, tetapi

98-99

132-133

171-172

teman-temannya ini tak ambil pusing soal keadaan di negara Rudy. Justru seorang temannya yang keturunan keluarga pengusaha di Jerman Barat malah balik bertanya, “Kalau kamu pikir keadaan bangsamu fluktuatif, sedangkan kamu ingin membuat pesawat, mengapa kamu tak terus menetap di sini saja? Kau bisa melakukan apa saja di sini, Rud.”

“Ya, tak bisa begitu, dong! Aku harus kembali ke Indonesia,” Rudy langsung memelotot.

“Lho, kenapa? Kan, kamu cerita kalau kamu tak terikat kontrak beasiswa dengan pemerintah,” balas kawan Jerman-nya.

“Tetapi, aku mau jadi ‘mata air’. Jadi orang yang berguna.”

“Memang kau tak akan berguna di sini?”

tanya dia lagi.

Rudy menggeleng. “Berguna untuk Indonesia. Bukan untuk Jerman.

4. Rudy bersikeras kalau urusan politik lebih baik diserahkan kepada teman-teman di Tanah Air karena mereka di sini ditugaskan untuk belajar. Rudy hanya mau menandatangani, kalau di sini mereka tidak berbicara politik, tetapi mengenai materi yang berkaitan dengan bidang yang mereka pahami. Dengan keadaan mahasiswa yang terpecah karena urusan politik, penandatanganan ini akan makin menjatuhkan mereka dari fokus pembangunan. Namun, para pendukung Front Nasional terus memaksa Rudy. Rudy diserang kanan-kiri, tetapi dia tetap pada pendiriannya.

5. Untuk studien Arbeitten, pihak kampus memberikan tiap mahasiswa tugas untuk merancang desain awal pesawat sesuai dengan syarat dari mereka. Ada dua desain pesawat yang harus dia kerjakan, desain

187

196

tempur. Mendapat tugas ini Rudy pergi menghadap Prof. Hans Ebner.

“Prof, saya tidak mau membuat desain pesawat tempur!” kata Rudy.

6. Mami menatap jengkel. “Nikah, Rud, nikah.

Hati itu kalau sudah berdua akan membuat hidup jadi lengkap. Ada tujuan. Ada arahan.

Ada yang mengisi. Ada yang mengimbangi.”

“ Mam, tujuanku jelas, aku mau buat pesawat di Indonesia.”

“Ya tidak, dong, Mam.”

“Ya, itulah! Jadi, apa tujuan hidupmu, Rud?

Keluarga itu yang akan menjagamu dengan visi besarmu. Sekarang itu, di Indonesia, isi pemerintahannya itu, ya, orang-orang yang tujuannya Cuma dirinya sendiri. Keluarganya juga tak menjaga mereka. Malah ikut senang pada korupsi.

7. Karena tak merasa menemukan titik terang lewat pembicaraannya dengan Keng Kie, Rudy memilih pulang dan mengobrol dengan Mami. Namun, baru sampai di depan pintu dan melihat wajah Mami, Rudy tahu ada sesuatu yang tak beres di Rumah.

Rudy yang sedang capek bertambah kesal

“Rudy ingin mempercepat kepulangan ke Jerman, Mi,” Kata-kata itu terlontar begitu saja dari bibir Rudy.

Mami yang masih kesal semakin emosi melihat sikap Rudy.

“Kamu ini pasti memikirkan soal pekerjaan terus. Makanya, Mami, kan, sudah bilang, kamu harus cari perempuan Indonesia biar ingat terus Indonesia.”

“Bukan, Mi. Ini bukan cuma masalah perempuan. Rudy ingin menyelesaikan S-3 secepatnya biar bisa bekerja.”

207-208

228

2. Rudy Ego 1. Rudy membelakkan matanya. Ini adalah jawabannya untuk mencari tempat belajar terbaik. “Ke mana kamu bilang tadi?”

“Ke RWTH-Achen, Rud. Jerman!”

“Aku mau ke sana!”

“Sudah telat, Rud. Saringan dan pendaftarannya sudah tutup. Kamu coba lagi tahun depan. Lagian, memang kamu bisa? Nilai rapormu, kan, yang bagus Cuma ilmu pasti,” kata Keng Kie sembari tertawa.

“Rudy menggeleng. Kekerasan hatinya muncul, “Pokoknya kamu tunggu saja di sana!

Kita bertemu di Jerman!” Rudy lalu berlari meninggalkan Keng Kie sendirian.

2. “Mahasiswa itu terus mengutak-atik angka- angka di papan tulis kelas. Kesabaran Rudy habis. Tanpa pikir panjang, Rudy mengambil kapur dari tangan mahasiswa itu, membenarkan semua hitungannya. “Begini, lho! Bodoh!” Rudy menggarisbawahi jawaban yang benar.”

3. “Kita semua harus kembali dan membuat pesawat dari Indonesia untuk Indonesia!

Aku sangat yakin suatu saat nanti keahlian dan industri pesawat Indonesia akan diakui oleh dunia!” Rudy membangkitkan semangat mereka.

4. Rudy menjawab tegas. “Kita akan melakukan seminar pembangunan yang secara sistematis memikirkan pembangunan nasional. That’s it! Saya mau supaya itu dilaksanakan. Konferensi sudah memutuskan bahwa seminar pembangunan ini penting dan pada konferensi yang akan datang para mahasiswa yang belajar di seluruh Eropa akan membicarakan mengenai pembangunan Tanah Air.”

Laki-laki itu menjawab. Dia mengacungkan pistolnya.

Rudy kukuh. “Kalau agenda itu dimasukkan ke hasil resolusi, saya akan tanda tangan.

Kalau tidak, saya akan tetap menolak.”

99

128

184

188

5. “Rudy menatap mata Prof. Ebner di balik kacamatanya. “ Saya tak berminat! Saya kuliah ke sini bukan untuk membuat pesawat tempur!”

6. Pendirian Rudy tetap kukuh untuk tidak terlibat dalam masalah politik. Fokusnya adalah untuk mengadakan Seminar Pembangunan II di Praha, Cekoslowakia, pada 1961.

7. Bukan Mami jika tidak keras kepala.

Dengan konsisten, Mami terus mempromosikan Ainun hingga lama- kelamaan Rudy gerah juga. Apalagi, saat itu dia tengah asyik dengan Kugel-Raupe-nya.

Pernah suatu kali, karena kesal dia pun membalas. Kalau Mami terus-terusan menyebut “Ainun” kenapa nggak sekalian saja paketkan ke Jerman? Rudy tahu dia melanggar batas kesabaran Maminya.

8. “bedakanlah realistis dengan pemakluman sementara, Ki!”

“Sudahlah, Rud, yang bisa kita lakukan sekarang adalah menyiapkan tenaga untuk membuat pesawat saja, mendidik.

Tinggalkan dulu mimpi membuat pesawat itu di Jerman. Setidaknya, kita sudah melakukan sesuatu, kan?

“Iya, tetapi aku tak ingin berhenti dengan hanya menyiapkan orang yang bikin pesawat. Pesawat itu harus sampai benar- benar bisa terbang di Indonesia.”

196

212

215

227

3. Rudy Superego 1. “Karena kengototan Rudy, pihak P & K menyarankan kalau Rudy masih bisa berangkat ke Jerman, tetapi dengan biaya sendiri. Biaya yang dibutuhkan saat itu sebanyak 375 Deutsche Mark (DM) untuk biaya hidup selama satu bulan, seterusnya baru bisa mengajukan beasiswa. Rudy bergegas pulang, melanjutkan cerita itu ke Mami.

101

kirinya mencengkram kerah kemeja lusuh Rudy dan mendorongnya ke dinding. Dia tak peduli teriakan kawan-kawannya. Rudy baru sadar akibat dari kekeraskepalaannya.

Mahasiswa itu mengepalkan tangannya.

Mengambil ancang-ancang untuk menonjok Rudy.”

3. “Kalau saya menolak?” tanya Rudy.

“Ya, kamu tidak lulus!” Prof. Ebner lalu kembali ke pekerjaannya.

Rudy lalu pulang berjalan kaki ke tempat indekosnya. Jalan kaki selalu bisa membuatnya berpikir tenang kembali.

Sesampainya dia di rumah, Rudy langsung duduk di meja belajarnya. Dia mengambil secarik kertas dan pensilnya. Rudy mulai bekerja membuat desain pesawat yang dibencinya. Rudy ingat sumpah ibunya.

Memori buruknya tak boleh

mengahambatnya untuk menggapai hal yang lebih penting.

4. “Rud, lebih baik kita mempunyai orang yang hanya memiliki satu kaki, tetapi berharga bagi negaranya daripada orang yang sehat lengkap tubuhhnya, tetapi tidak ada pengabdiannya,” kata Keng Kie mencoba membesarkan hati Rudy.

5. “Tahun itu adalah masa Rudy merasa sangat letih dan putus asa. Bertepatan dengan itu, tiba-tiba ada telepon dari agen perjalanan yang bilang kalau Rudy mendapat tiket pulang yang dipesan oleh Mami dari Indonesia. Rudy sangat kaget mendapat perintah kepulangan itu. Maminya bukan memaketkan Ainun, tetapi kini dirinya yang

“dipaketkan” kembali ke rumah. Namun, Rudy tak marah. Dia menimbang-nimbang tiket kiriman Mami. Dirinya benar-benar merasa lelah saat itu.”

6. “ lalu, apa kabar keinginanmu untuk bikin pesawat buat Indonesia?”

196

205

221

228-229

ditinggalkan di Jerman.”

“Mimpi? Mungkin karena kamu sebut itu mimpi makanya tidak terwujud, Rud. Mimpi bisa berubah jadi mimpi buruk. Ini lebih besar dari mimpi. Lalu, kamu mau buat apa di Jerman? Sudah banyak orang pintar di sana.”

Rudy semakin merasa bersalah. Merasa bersalah terhadap cita-citanya, terhadap Indonesia, dan sekarang terhadap Mami.

7. “Menurut kamu, kalau kamu berhasil bikin pesawat, apa itu bisa membuat pasien rumah sakit ini berkurang atau anak-anak yang meninggal jadi berkurang?” pesawat kamu bisa bantu?

“Ainun, kamu mau menerbangkan pesawat ini bersama denganku? Menjadi pendamping cita- citaku?

Ainun menatap Rudy kemudian tersenyum.

Ainun melihat sosok lelaki pemberani, bukan hanya lelaki pemimpi, pada diri Rudy.

8. Jawaban Prof. Ebner mungkin bisa memenangkan logikanya, tetapi tak memuaskan hati kecilnya. Kini, nurani Rudy terbagi dua. Dia ingat soal nasihat papinya untuk menjadi “mata air”---ralat: menjadi mata air yang bersih---tetapi Rudy juga sadar bahwa Mami tentu akan terus susah selama dia belum lulus kuliah. Dengan berat hati, Rudy akhirnya menerima tawaran Prof.

Ebner. Dia berusaha mengusir rasa bersalahnya.

246, 248

221

B. Analisis Data

Dalam novel ini dianalisis struktur kepribadian tokoh novel Rudy: Kisah Masa Muda Sang Visioner Karya Gina S. Noer melalui psikoanalisis.

a. Id

Id beroperasi berdasarkan prinsip kenikmatan (pleasure principle), yaitu:

berusaha memperoleh kenikmatan dan menghindari rasa sakit. Bagi Id, kenikmatan adalah keadaan yang relatif inaktif atau tingkat enerji yang rendah, dan rasa sakit adalah tegangan atau peningkatan enerji yang mendambakan kepuasan. Id hanya mampu membayangkan sesuatu, tanpa mampu membedakan khayalan itu dengan kenyataan yang benar-benar memuaskan kebutuhan. Contohnya seperti kutipan cerita dibawah ini dalam novel Rudy: Kisah Masa Muda Sang Visioner Karya Gina S. Noer sebagai berikut:

Keng Kie lalu menunjukan sebuah buku kecil berwarna biru kepada Rudy. Mata besar Rudy langsung semakin membuat tanda dia bingung, “untuk apa visum?”

“Saya akan sekolah teknik penerbangan di Jerman!”

Mendengar hal itu mata Rudy menjadi berapi-api. Dengan bersemangat dia berteriak, “ Ik ga met jou mee! Saya ikut dengan Kamu!

Rudy membelakkan matanya. Ini adalah jawabannya untuk mencari tempat belajar terbaik. “ Ke mana kamu bilang tadi?”

“Ke RWTH-Achen, Rud. Jerman!”

“Aku mau juga kesana!”

(halaman 98-99)

Dari kutipan dialog di atas, aspek id menggambarkan bahwa Rudy mempunyai semangat yang berapi-api. Kalau sudah menjadi keinginannya, dan harus diwujudkan olehnya sendiri.

“Diam-diam, Keng Kie dan para teman dekatnya dari Indonesia sadar kalau Rudy memang punya sifat yang menjadi penghalangnya dalam mencari sahabat. Perangai Rudy yang suka tak sabaran saaat berada di situasi yang dia anggap konyol serta sikapanya yang sangat berpegang pada fakta, membuatnya sangat terganggu kalau ada orang yang terlalu keras kepala hanya karena mau dianggap benar. Kebiasaan menyebut orang “bodoh” di depan mukanya menunjukkan tak terpikir baginya kalau itu bisa membuat orang itu malu. Sikap itu mempersulit situasi Rudy.”

(halaman 132-133) Dari kutipan dialog di atas, aspek id menggambarkan bahwa Rudy adalah anak yang suka tak sabaran. Ia hanya meluapkan keinginannya saja tanpa memikirkan perasaan orang lain. Sehingga sulit membuatnya mencari sahabat, kecuali Keng Kie yang sudah tahu betul sifat asli Rudy bagaimana sejak ia duduk dibangku sekolah.

Rudy lalu mencoba bertanya kepada para kawan mahasiswa Jerman-nya, tetapi teman-temannya ini tak ambil pusing soal keadaan di negara Rudy. Justru seorang temannya yang keturunan keluarga pengusaha di Jerman Barat malah balik bertanya, “Kalau kamu pikir keadaan bangsamu fluktuatif, sedangkan kamu ingin membuat pesawat, mengapa kamu tak terus menetap di sini saja? Kau bisa melakukan apa saja di sini, Rud.”

“Ya, tak bisa begitu, dong! Aku harus kembali ke Indonesia,”

Rudy langsung memelotot.

“Lho, kenapa? Kan, kamu cerita kalau kamu tak terikat kontrak beasiswa dengan pemerintah,” balas kawan Jerman-nya.

“Tetapi, aku mau jadi ‘mata air’. Jadi orang yang berguna.”

“Memang kau tak akan berguna di sini?” tanya dia lagi.

Rudy menggeleng. “Berguna untuk Indonesia. Bukan untuk Jerman.

(halaman 171-172) Dari kutipan dialog di atas, aspek id menggambarkan bahwa Rudy adalah anak yang tetap pada pendiriannya. Sekalipun banyak orang yang mempengaruhinya Rudy tetap memlih pada pendiriannya untuk mencintai tanah airnya yaitu Indonesia.

Rudy bersikeras kalau urusan politik lebih baik diserahkan kepada teman-teman di Tanah Air karena mereka di sini ditugaskan untuk belajar. Rudy hanya mau menandatangani, kalau di sini mereka tidak berbicara politik, tetapi mengenai materi yang berkaitan dengan bidang yang mereka pahami. Dengan keadaan mahasiswa yang terpecah karena urusan politik, penandatanganan ini akan makin menjatuhkan mereka dari fokus pembangunan. Namun, para pendukung Front Nasional terus memaksa Rudy. Rudy diserang kanan-kiri, tetapi dia tetap pada pendiriannya.

(halaman 187) Dari kutipan dialog di atas, aspek id menggambarkan bahwa Rudy adalah anak yang bersikeras kalau sudah menjadi keputusannya. Rudy tidak suka urusan politik dicampuri dengan masa belajarnya di Jerman.

Untuk studien Arbeitten, pihak kampus memberikan tiap mahasiswa tugas untuk merancang desain awal pesawat sesuai dengan syarat dari mereka. Ada dua desain pesawat yang harus dia kerjakan, desain pesawat penumpang (komersil) dan pesawat tempur.

Mendapat tugas ini Rudy pergi menghadap Prof. Hans Ebner.

“Prof, saya tidak mau membuat desain pesawat tempur!” kata Rudy.

(halaman 196) Dari kutipan dialog di atas, aspek id menggambarkan bahwa Rudy hanya ingin melakukan pekerjaan hanya pada keinginannya saja. Saat itu Rudy tak

mau membuat pesawat tempur karena ia hanya menyukai pesawat penumpang saja. Namun pesawat tempur adalah salah satu tugas akhir perkuliahannya.

Mami menatap jengkel. “Nikah, Rud, nikah. Hati itu kalau sudah berdua akan membuat hidup jadi lengkap. Ada tujuan. Ada arahan. Ada yang mengisi. Ada yang mengimbangi.”

“ Mam, tujuanku jelas, aku mau buat pesawat di Indonesia.”

“Ya tidak, dong, Mam.”

“Ya, itulah! Jadi, apa tujuan hidupmu, Rud? Keluarga itu yang akan menjagamu dengan visi besarmu. Sekarang itu, di Indonesia, isi pemerintahannya itu, ya, orang-orang yang tujuannya Cuma dirinya sendiri. Keluarganya juga tak menjaga mereka. Malah ikut senang pada korupsi.

(halaman 207-208) Dari kutipan dialog di atas, aspek id menggambarkan bahwa visi besar Rudy sebelum pulang ke Indonesia hanya membuat pesawat terbang.

Membuat pesawat terbang adalah keinginan terbesar Rudy saat ia kuliah di Jerman dan harus diwujudkan sebelum ia pulang ke Indonesia. Namun, Maminya terus mengingatkan Rudy untuk menikah dan mencari perempuan Indonesia.

Karena tak merasa menemukan titik terang lewat pembicaraannya dengan Keng Kie, Rudy memilih pulang dan mengobrol dengan Mami. Namun, baru sampai di depan pintu dan melihat wajah Mami, Rudy tahu ada sesuatu yang tak beres di Rumah. Rudy yang sedang capek bertambah kesal.

“Rudy ingin mempercepat kepulangan ke Jerman, Mi,” Kata- kata itu terlontar begitu saja dari bibir Rudy.

Mami yang masih kesal semakin emosi melihat sikap Rudy

“Kamu ini pasti memikirkan soal pekerjaan terus. Makanya, Mami, kan, sudah bilang, kamu harus cari perempuan Indonesia biar ingat terus Indonesia.”

“Bukan, Mi. Ini bukan cuma masalah perempuan. Rudy ingin menyelesaikan S-3 secepatnya biar bisa bekerja.”

(halaman 228) Dari kutipan dialog di atas, aspek id menggambarkan bahwa adanya kekesalan dalam diri Rudy membuat pikirannya menjadi kacau. Sehingga Rudy membuat Maminya kesal dan ketika itu ia tetap memikirkan misinya di Jerman untuk melanjutkan S3 nya membuat pesawat.

b. Ego

Adalah tugas Ego untuk mempertahankan kepribadiannya sendiri dan menjamin penyesuaian dengan alam sekitar (Bertens, 2013:56). Ego berkembang dari id agar orang mampu menangani realita; sehingga ego beroperasi mengikuti prinsip realita; usaha memperoleh kepuasan yang dituntut id dengan mencegah terjadinya tegangan baru atau menunda kenikmatan sampai ditemukan objek yang nyata-nyata dapat memuaskan kebutuhan. Contoh stuktur kepribadian ego pada novel Rudy: Kisah Masa Muda Sanng Visioner Karya Gina S. Noer sebagai berikut:

Rudy membelakkan matanya. Ini adalah jawabannya untuk mencari tempat belajar terbaik. “Ke mana kamu bilang tadi?”

“Ke RWTH-Achen, Rud. Jerman!”

“Aku mau ke sana!”

“Sudah telat, Rud. Saringan dan pendaftarannya sudah tutup.

Kamu coba lagi tahun depan. Lagian, memang kamu bisa?

Nilai rapormu, kan, yang bagus Cuma ilmu pasti,” kata Keng Kie sembari tertawa.

“Rudy menggeleng. Kekerasan hatinya muncul, “Pokoknya kamu tunggu saja di sana! Kita bertemu di Jerman!” Rudy lalu berlari meninggalkan Keng Kie sendirian.

(halaman 99) Dari kutipan dialog di atas, aspek ego menggambarkan bahwa Rudy adalah anak yang keras. Rudy memastikan kalau dia akan berjumpa Keng Kie di Jerman nanti. Rudy tak mau tahu apapun rintangannya selagi dia mau berusaha mewujudkan keiginanya.

“Mahasiswa itu terus mengutak-atik angka-angka di papan tulis kelas. Kesabaran Rudy habis. Tanpa pikir panjang, Rudy mengambil kapur dari tangan mahasiswa itu, membenarkan semua hitungannya. “Begini, lho! Bodoh!” Rudy menggarisbawahi

jawaban yang benar.”

(halaman 128) Dari kutipan dialog di atas, ketidakpuasan ego itu muncul saat ada Mahasiswa yang tidak bisa mengerjakan soal ketika di depan kelas. Rudy tidak segan-segan mengatakan kawannya bodoh.

“Kita semua harus kembali dan membuat pesawat dari Indonesia untuk Indonesia! Aku sangat yakin suatu saat nanti keahlian dan industri pesawat Indonesia akan diakui oleh dunia!” Rudy

membangkitkan semangat mereka.

(halaman 184) Dari kutipan dialog di atas, struktrur kepribadian ego pada Rudy bahwa Rudy tetap mempertahankan keinginannya untuk tetap membuat industri pesawat dan itu harus benar-benar diwujudkan olehnya.

Rudy menjawab tegas. “Kita akan melakukan seminar pembangunan yang secara sistematis memikirkan pembangunan nasional. That’s it! Saya mau supaya itu dilaksanakan.

Konferensi sudah memutuskan bahwa seminar pembangunan ini penting dan pada konferensi yang akan datang para mahasiswa yang belajar di seluruh Eropa akan membicarakan mengenai pembangunan

Dokumen terkait