BAB III METODELOGI PENELITIAN
H. Teknik Pengumpulan Data
I. Teknik Analisis Data
Metode probabilitas ini merupakan metode statistik yang lebih sering dikenal dengan metode Distribusi Gumbel. Distribusi ini dapat menentukan peak baserock acceleration (PBA) dari berbagai periode ulang gempa bumi.
………(2.2)
dimana α merupakan jumlah gempa rata-rat per tahun, β adalah parameter yang menyatakan hubungan antara distribusi gempa dengan magnitude, dan M adalah magnitude gempa
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian
Data kejadian gempa bumi di Pulau Lombok untuk periode 39 tahun mulai dari tahun 1979 sampai tahun 2018 (bulan Juli – Septermber) diperoleh dari Stasiun Geofisika BMKG Selaparang Kota Mataram dan katalog USGS dengan batas wilayah dan titik koordinat Pulau Lombok 8,0° – 9,0° LS dan 115,8° – 116,7° BT diperoleh data gempa sejumlah 2.595 data kejadian gempa dengan magnitude dari 3 SR dampai 7 SR.
Pengolahan data dengan penyeragaman skala magnitude dan penyortiran data-data gempa menurut batasan wilayah Pulau Lombok yang dilakukan dengan menggunakan bantuan Microsoft Excel kemudian mengkonversikan skala magnitude yang berbeda-beda menjadi satu magnitude momen (Mw) ≥ 5 yang di tunjukkan pada tabel.
Tabel 4.1 Hasil Penyortiran dan Konversi Magnitude Momen (Mw) ≥ 5 dari Data Gempa
No. Bln Tgl Thn Long Lat Dlm Mw
1 5 21 1979 115.93 -8.30 76 5.7
2 5 30 1979 115.95 -8.21 25 6.1
3 6 21 1979 115.90 -8.45 33 5.1
4 6 26 1979 116.78 -10.54 38 5
5 10 20 1979 115.85 -8.25 38 6.2
6 12 17 1979 115.89 -8.39 33 6.3
7 1 21 1980 116.10 -8.44 33 5.2
8 3 4 1980 116.35 -8.24 33 5.1
9 3 4 1980 116.36 -8.16 33 5.1
10 8 28 1980 116.66 -10.63 40 5.2
11 11 16 1980 116.76 -11.59 33 5
12 10 17 1981 116.85 -10.27 33 5.1
No. Bln Tgl Thn Long Lat Dlm Mw
13 12 9 1984 116.66 -9.42 33 5
14 2 16 1985 115.75 -8.54 33 5.2
15 5 1 1986 116.53 -10.53 33 5.1
16 5 28 1986 116.26 -8.84 119.9 5
17 4 2 1987 116.68 -8.35 10 5
18 5 10 1987 116.00 -7.74 42.4 5.3
19 5 11 1988 116.27 -11.13 40.9 5.5
20 5 12 1988 116.34 -11.53 33 5.3
21 5 12 1988 116.10 -11.52 33 5
22 6 3 1988 116.17 -11.52 38.1 5.5
23 11 23 1988 116.02 -8.23 33 5.1
24 11 8 1990 116.51 -9.92 71.7 5.1
25 2 20 1992 116.23 -8.14 199.7 5.2
26 12 16 1992 116.46 -7.87 35.8 5
27 6 27 1993 115.87 -9.18 88.4 5.1
28 1 9 1994 116.15 -10.93 33 5.1
29 10 7 1994 116.76 -8.30 33 5
30 3 20 1995 116.49 -8.01 231.8 5.8
31 8 31 1999 116.23 -9.92 77.8 5.1
32 1 6 2000 116.07 -8.29 33 5.4
33 1 1 2004 115.79 -8.31 44.5 5.8
34 8 2 2006 116.85 -11.17 15 5.9
35 10 4 2007 116.81 -8.29 10 5.7
36 2 7 2008 116.82 -7.58 321.7 5.7
37 11 4 2011 115.76 -8.81 98.1 5
38 1 27 2012 116.01 -10.37 7 5.1
39 8 9 2012 116.36 -8.72 107.2 5.3
40 6 17 2013 115.86 -7.76 260.1 5
41 6 22 2013 116.06 -8.31 46.5 5.1
42 9 23 2013 115.96 -9.86 39.88 5.2
43 8 6 2015 115.94 -9.78 35.19 5.3
44 8 29 2015 116.34 -10.84 34.44 5.1
45 6 9 2016 116.27 -11.25 19 6.1
46 7 28 2018 116.51 -8.24 14 6.4
47 7 28 2018 116.46 -8.22 10 5.4
48 7 29 2018 116.45 -8.31 10.9 5.3
49 8 5 2018 116.44 -8.26 34 6.9
50 8 5 2018 116.02 -8.36 17.72 5.1
51 8 5 2018 116.14 -8.36 31.26 5.5
52 8 5 2018 116.24 -8.27 10 5
53 8 6 2018 116.31 -8.37 10 5.3
54 8 6 2018 116.01 -8.40 26.01 5.1
55 8 6 2018 116.36 -8.25 22.5 5.3
No. Bln Tgl Thn Long Lat Dlm Mw
56 8 9 2018 116.23 -8.31 15 5.9
57 8 19 2018 116.58 -8.41 10 5.4
58 8 19 2018 116.60 -8.34 16 6.3
59 8 19 2018 116.63 -8.32 21 6.9
60 8 19 2018 116.59 -8.28 10 5.6
61 8 19 2018 116.56 -8.35 10 5.8
62 8 19 2018 116.56 -8.39 10 5.5
63 8 19 2018 116.83 -8.42 10 5
64 8 19 2018 116.85 -8.38 10 5.3
65 8 19 2018 116.64 -8.32 10 5.1
66 8 20 2018 116.70 -8.30 6.18 5.2
67 9 2 2018 116.41 -8.13 16.06 5.3
68 9 7 2018 116.64 -8.38 26.4 5
69 9 10 2018 116.58 -8.12 10 5
70 9 10 2018 116.51 -8.19 10 5
71 10 7 2018 116.82 -8.36 10 5.1
72 12 6 2018 116.01 -8.39 12 5.5
73 12 21 2018 116.79 -8.31 10 5.1
Data yang telah dikonversikan tersebut kemudian dilakukan pemisahan gempa (Declustering) dengan bantuan software Matlab-Zmap. Hasil dari pemisahan (Declustering) didapatkan sisa gempa dengan tingkat kedalaman yang bervariasi mulai dari kedalaman 60 km sampai kedalaman 300 km. Pemisahan (Declustering) ini juga bertujuan untuk memisahkan antara gempa main shock, after shock dan gempa utama. Pemisahan ini nantinya akan menjadi acuan untuk menentukan atau karakteristik serta pemodelan sumber gempa. Hasil pemisahan (Declustering) dapat dilihat dari peta seismic pada Gambar 4.1 berikut.
Gambar 4.1 Pemisahan Gempa (Declustering) dengan Software Matlab-Zmap Pemodelan dan karakteristik sumber gempa bumi dilakukan untuk menganalisis dampak bahaya kegempaan yang mana akan menggambarkan historis kejadian gempa dan karakteristik gempa yang terjadi di wilayah tertentu dalam hal ini di wilayah Pulau Lombok. Pemodelan sumber gempa di wilayah Pualu Lombok di lakukan dengan menginterpretasikan terhadap kondisi geologi, geofisika, dan seismiktektonik sekitaran wilayah Pulau Lombok.39
Penetuan parameter a dan b digunakan untuk mengetahui dan memprediksi nilai maksimum gempa dari sumber gempa tersebut. Parameter a dan b ini ditentukan dengan penggunaan software Matlab-Zmap menggunakan
39Bambang Sunardi, „Percepatan Tanah Sintetis Kota Yogyakarta Berdasarkan Deagregasi Bahaya Gempa‟, Jurnal Lingkungan Dan Bencana Geologi, 6.3 (2015), 211–28.
metode maximum likelihood.40 Dimana didapatkan hubungan distribusi gempa bumi terhadap kedalaman yang didominasi oleh gempa bumi dengan kedalaman kurang dari 100 km yang ditunjukan pada Gambar 4.2.
Gambar 4.2 Distribusi Frekuensi dengan Kedalaman
Untuk distribusi frekuensi dengan magnitude didapatkan hasil magnitude terbanyak pada skala 4 sampai 5 SR ditunjukan pada Gambar 4.3.
40 Riski Kurniawan.
Gambar 4.3 Distribusi Frekuensi dengan Magnitude
Sedangkan grafik hubungan magnitude dengan frekuensi yang didapatkan hasil b-value sebesar 0,844, untuk hasil perhitungan nilai a-value sebesar 5,82, untuk nilai standar error sebesar -0,08 serta Magnitude of Completeness (Mc)41 yang ditandai dengan segitiga biru sebesar 4,4 yang ditampilkan pada Gambar 4.4.
41Ilman Luthfi Hilmi, Sutrisno, and Dede Sunarya, „Analisis Seismisitas Berdasarkan Data Gempa Bumi Periode 1958- 2018 Menggunakan b-Value Pada Daerah Selatan Jawa Barat Dan Banten Hubungan Frekuensi-Magnitudo‟, Al-Fiziya, II.1 (2019), 10–16.
Gambar 4.4 Grafik Hubungan Magnitude dengan Frekuensi
Dari Gambar 4.4 grafik hubungan magnitude dengan frekuensi dapat ditentukan langsung parameter penentuan niali a dan b, didapatkan pula banyaknya jumlah gempa berdasarkan distribusi frekuensi magnitude dari kurun waktu tahun 1979 sampai tahun 2018 di Pulau Lombok.
Penentuan fungsi atenuasi merupakan tahap akhir dari metode Probabilistik ini dimana dari fungsi atenuasi ini akan didapatkan rumus yang akan digunakan untuk perhitungan nilai PGA (Peak Ground Acceleration) atau nilai percepatan pergerakan tanah maksimum. Fungsi atenuasi yang digunakan dipenelitian ini masih mengacu pada fungsi atenuasi wilayah lain yang memiliki kesamaan atau kemiripan dengan kondisi tektonik serta geologi di Pulau
Lombok.42 Fungsi atenuasi yang digunakan dalam penelitian ini untuk menentukan nilai PGA dari Pulau Lombok yaitu fungsi atenuasi Joyner & Boore 1988. Fungsi Atenuasi Joyner & Boore 1988 serta Model Point Source dengan menggunakan fungsi atenuasi tersebut dan model point source didapatkan nilai dari PGA (Peak Ground Acceleration) atau pergetaran tanah maksimum di Pulau Lombok. Penggunaan model point source ini dipilih karena perhitungannya dengan penggunaan bantuan Microsoft Excel.
Dengan rumus fungsi atenuasi Joyner & Boore 1988 serta model point source ini menggambarakan hasil PGA dengan perbandingan kejadian gempa per tahun dan kala ulang kejadian gempa di Pulau Lombok yang disajikan dalam tabel dan grafik.
Table 4.2 Perbandingan Nilai PGA, Kejadian Per Tahun dan Kala Ulang Kejadian Gempa
No. T (Tahun) Frek λ (1/T) PGA (g)
1 10 0.1 0.061669963
2 20 0.05 0.077736185
3 30 0.033333333 0.087134322
4 40 0.025 0.093802407
5 50 0.02 0.098974575
6 60 0.016666667 0.103200544
7 70 0.014285714 0.10677355
8 80 0.0125 0.109868629
9 90 0.011111111 0.112598682
10 100 0.01 0.115040797
11 110 0.009090909 0.117249959
12 120 0.008333333 0.119266766
13 130 0.007692308 0.121122049
14 140 0.007142857 0.122839772
42Jimmi Nugraha And Others, „Seismic Hazard Analysis And Isoseismal For Java-Bali-Ntb ( Analisis Hazard Gempa Dan ...‟, March, 2016.
No. T (Tahun) Frek λ 1/T PGA (g)
15 150 0.006666667 0.124438935
16 160 0.00625 0.125934851
17 170 0.005882353 0.127340048
18 180 0.005555556 0.128664904
19 190 0.005263158 0.129918109
20 200 0.005 0.131107019
21 210 0.004761905 0.13223791
22 220 0.004545455 0.133316181
23 230 0.004347826 0.134346514
24 240 0.004166667 0.135332988
25 250 0.004 0.136279187
Pada tabel di atas menunjukkan bahwa periode kejadian gempa, frekuensi serta nilai PGA memiliki nilai yang bervariasi setara dengan data gempa yang di kumpulkan dari tahun 1979 sampai tahun 2018 yang memiliki kerentangan waktu 39 tahun. Menunjukkan bahwa pengulangan kejadian gempa dengan nilai frekuensi serta PGA tiap 10 tahun memiliki resiko yang kejadian gempa yang sangat signifikan. Untuk grafik hubungannya dapat dilihat pada Grafik 4.1.
Grafik 4.1 Hubungan Kejadian Kala Ulang (T) dengan PGA
0 0.02 0.04 0.06 0.08 0.1 0.12 0.14 0.16
0 50 100 150 200 250 300
PGA (g)
Kala Ulang (T)
Dari grafik di atas menunjukkan bahwa hubungan percepatan pergerakan tanah (PGA) berbanding lurus dengan kala ulang (T) kejadian gempa, semakin besar nilai percepatan pergerakan tanah (PGA) maka semalin lama kala ulang (T) kejadian gempa dengan nilai PGA sebesar 0,13 gal pada kala ulang (T) 250 tahun. Untuk grafik hubungan antara kejadian per tahun dengan PGA dilihat pada Grafik 4.2
Grafik 4.2 Hubungan Antara Kejadian Per Tahun dengan PGA
Hubungan antara kejadian per tahun dengan PGA dapat dilihat pada Grafik 4.2 menunjukkan bahwa nilai pengulangan peristiwa kejadian per tahun berkisar antara 0,2 dengan perbandingan nilai PGA sebesar 0,13 gal.
Dari hasil grafik tersebut dapat dibuat peta sebaran bahaya gempa dengan mengacu kepada nilai PGA yang sudah dihitung. Peta sebaran bahaya ini berisikan informasi magnitude gempa pada daerah yang ada di Pulau Lombok,
0 0.02 0.04 0.06 0.08 0.1 0.12
0 0.05 0.1 0.15
Annual rate of excedance (event/year)
PGA (g)
dari peta sebaran bahaya gempa ini juga dapat di tentukan resiko bahaya kegempaan di Pulau Lombok dengan data gempa dari tahun 1979 sampai tahun 2018. Peta sebaran gempa ditunjukan oleh Gambar 4.5 berikut.
Gambar 4.5 Peta Sebaran Gempa Pulau Lombok dengan Software ArcGIS 10.3 Pada Gambar 4.5 peta sebaran gempa Pulau Lombok di atas terlihat bahwa sebaran gempa dengan magnitude 4,5 sampai 7.0 dengan PGA gempa event yang tersebar di sekitar Laut Pulau Lombok yang disimbolkan dengan bulatan warna kuning dan merah untuk skala magnitudenya serta warna merah marun untuk nilai dari percepatan pergerakan tanah maksimum atau Peak Ground
Acceleration (PGA) gempa eventnya. Dipergunakan software ArcGIS 10.3 yang menghasilkan sebuah peta sebaran gempa.43
B. Pembahasan
Probabilistik merupakan kemungkinan adanya kejadian gempa bumi yang merusak di suatu daerah dalam rentan waktu tertentu yang dapat digunakan sebagai acuan untuk menentukan pembuatan bangunan tahan gempa.44 Dengan menggunakan metode PSHA (Probabilistic Seismic Hazard Analysis) untuk penentuan bahaya kegempaan di Pulau Lombok, dimana mempertimbangkan faktor – faktor ketidakpastian dalam menganalisis hasil percepatan pergerakan tanah maksimum atau Peak Ground Acceleration (PGA) yang meliputi lokasi gempa bumi, skala gempa bumi dan frekuensi kejadian gempa bumi, sehingga faktor ketidakpastian tersebut bisa diperhitungkan dan dianalisis sampai mendapatkan hasil yang jauh lebih akurat dan tepat mengenai kejadian gempa bumi.45 Dengan langkah – langkah yang menyangkut pengumpulan data, data yang diperoleh dari katalog USGS (United State Geological Survey) dan Stasiun Geofisika BMKG Selaparang Kota Mataram ialah data kejadian gempa bumi di Pulau Lombok untuk periode 39 tahun mulai tahun 1979 sampai tahun 2018 dengan titik koordinat wilayah 8,0° – 9,0° LS dan 115,8° – 116,7° BT diperoleh data gempa sejumlah 2.595 data kejadian gempa dengan magnitude dari 3 SR dampai 7 SR.
43Siti Azizah Sutisna, Mimin Iryanti, and Judhistira Aria Utama, „Penentuan Seismisitas Gempa Bumi Berdasarkan Hubungan Intensitas Gempa Dan Magnitudo Gempa Di Daerah Provinsi Jawa Barat‟, Pendidikan Seminar Nasional Fisika (SINAFI), 2018, 253–57.
44 Hilmi, Sutrisno, and Sunarya.
45 Samsul Aprillianto, Bagus Jaya Santosa, and Bambang Sunardi, „Ground Motion Modeling Wilayah Sumatera Selatan Berdasarkan Analisis Bahaya Gempa‟, November, 2016.
Pengolahan data yang diatarannya penyortiran data menurut skala kekuatan magnitudenya yaitu dari magnitude 5 SR sampai 7.0 SR, penyeragaman atau pengkonversian magnitude gempa yang beragam menjadi satu magnitude momen (Mw) pada Tabel 4.1. Melakukan penyortiran atau (Declustering) untuk memisahkan gempa utama (mainshock) dari gempa rintisan (foreshock) dan gempa susulan (aftershock) untuk menentukan frekuensi gempa utama (mainshock) dalam kurun waktu tertentu46 dengan kedalaman yang bervariasi pada Gambar 4.1.
Penentuan parameter yang digunakan dalam penelitian, pada Gambar 4.4 merupakan hasil penentuan parameter yang akan digunakan. Parameter yang paling diutamakan atau dicari dalam penentuan parameter penggunaan metode ini untuk menentukan nilai a-value dan b-value yaitu magnitude completense (Mc), diperlukan keakuratan dari magnitude completense (Mc) lokal karena pada setiap daerah atau wilayah memiliki nilai yang bervariasi.47 Magnitude completense (Mc) dengan bantuan software Matlab-Zmap ini menerapkan metode Likelihood, adalah salah satu metode statistik yang sangat sesuai digunakan untuk menyelesaikan beberapa masalah terkait dengan seismologi.48 Selain penentuan parameter dengan melihat magnitude completense (Mc) untuk
46 Elistia Liza Namigo Jenny Teresia Simamora, „Pemetaan Magnitude of Completeness ( M c ) Untuk Gempa Sumatera‟, Fisika Unand, 5.2 (2016), 179–86.
47Linda And Madlazim Royani, „Studi Tentang Estimasi Awal Terjadinya Gempa Bumi Menggunakan Metode B-Value Dan Z-Value‟, Jurnal Inovasi Fisika Indonesia, 06 (2017), 97– 103.
48 Linda, Nasrul Ihsan, And Pariabti Palloan, „Analisis Distribusi Spasial Dan Temporal Seismotektonik Berdasarkan Nilai B-Value Dengan Analysis Of Spatial And Temporal Distribution Of Seismotectonics Based On B-Value Using The Likelihood Method On Java Pendahuluan Gempa Bumi Sering Melanda Indonesia‟, Jurnal Sain Dan Pendidikan Fisika (Jspf), 15.April (2019), 16–31.
mengetahui nilai a-value dan b-value, penetuan distribusi frekuensi dengan kedalam dan distribusi frekuensi dengan magnitude memiliki tingkat seismik yang relatif tinggi akibat aktivitas seismotektonik di wilayah Pulau Lombok49 pada Gambar 4.2 dan Gambar 4.3.
Selain parameter penggunaan penetuan nialai a-value dan b-value bahaya resiko kegempaan di Pulau Lombok, digunakan juga penetuan fungsi atenuasi untuk dapat menghitung nilai dari percepatan pergerakan tanah maksimum atau Peak Ground Acceleration (PGA).50 Fungsi atenuasi ini dipilih sesuai dengan kondisi geologi dan tektonik di wilayah Pulau Lombok dimana fungsi atenuasi yang digunakan yaitu fungsi atenuasi Joyner & Boore 1988 serta perhitungan dengan Model Point Source bantuan Microsoft Excel.
Percepatan pergerakan tanah maksimum atau Peak Ground Acceleration (PGA) ialah salah satu parameter yang berperan penting dalam kasus seismologi tektonik, karena percepatan pergerakan tanah maksimum atau Peak Ground Acceleration (PGA) menyatakan perubahan kecepatan tanah dari keadaan diam sampai dengan kecepatan tertentu.51
Perhitungan nilai percepatan pergerakan tanah maksimum atau Peak Ground Acceleration (PGA) dengan menggunakan fungsi atenuasi Joyner &
49 Sulastri Sunardi, Bambang, Istikomah, Melinda Utami, „Analisis Seismotektonik Dan Periode Ulang Gempabumi Wilayah Nusa Tenggara Barat, Tahun 1973-2015‟, Jurnal Riset Geofisika Indonesia, 01 (2017), 23–28.
50 Indana Zulfa, „Penentuan Resiko Gempabumi Berdasarkan Pola Percepatan Getaran Tanah Maksimum Dengan Metode Atkinson Boore (Studi Kasus Wilayah Jawa Barat)‟, In Skripsi (Malang: Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim, 2018), Pp. 1–74.
51Pipit Melinda Meitawati, „Perbandingan Nilai Percepatan Tanah Maksimum Berdasarkan Modifikasi Konstanta Atenuasi Dan Data Accelerograph Tahun 2008-2016 Pada Stasiun Bmkg Lampung‟, In Skripsi (Lampung: Universitas Lampung, 2017), Pp. 1–66.
Boore 1988 menggunakan data gempa Pulau Lombok tahun 1979 sampai tahun 2018 menghsilkan nilai dengan perbandingan kala ulang (T) kejadian per tahun dan perbandingan kejadian resiko gempa per tahun atau Annual rate of excedance yang menghasilkan nilai cuckup besar yang disajikan dalam grafik hubungan anatara kala ulang (T) dengan nilai percepatan pergerakan tanah maksimum atau Peak Ground Acceleration (PGA) dan grafik hubungan antara resiko kejadian per tahun dengan nilai percepatan pergerakan tanah maksimum atau Peak Ground Acceleration (PGA) serta peta sebaran gempa dengan skala magnitude dan nilai percepatan pergerakan tanah maksimum atau Peak Ground Acceleration (PGA) yang telah diinterpretasikan.
Resiko bahaya kegempaan dengan besar nilai percepatan pergerakan tanah maksimum atau Peak Ground Acceleration (PGA) dibatuan dasar dengan perbandingan kala ulang (T) kejadian gempa dan peristiwa kejadian gempa per tahun. Nilai dari percepatan pergerakan tanah maksimum atau Peak Ground Acceleration (PGA) juga dapat dipengaruhi oleh sumber gempa bumi (magnitude, jenis gempa dan hal yang berkaitan dengan sumber gempa), raypath (jalur perambatan gelombang yang dimana terdapat juga jarak hiposenter), dan faktor keadaan dari wilayah tersebut dalam hal ini Pulau Lombok.52
Nilai percepatan pergerakan tanah maksimum atau Peak Ground Acceleration (PGA) disajikan dalam bentuk grafik hubungan antara Kala ulang (T) dengan PGA dan grafik hubungan anatara kejadian per tahun dengan PGA
52 Puji Ulfiana, Emi , Rumy, Said A. , Pratama, Rian , Aryanto, „Analisis Pendekatan Empiris Pga ( Peak Ground Acceleration ) Pulau Bali Menggunakan Metode‟, Jurnal Ilmu Dan Inovasi Fisika, 02.02 (2018), 87–93.
serta peta sebaran gempa Pulau Lombok yang dimana nilai dari percepatan pergerakan tanah maksimum atau Peak Ground Acceleration (PGA) telah di interpretasikan kedalam peta sebaran gempa yang dibuat dengan software ArcGIS 10.3 tersebut.
Dimana lokasi atau wilayah Pulau Lombok dari data gempa tahun 1979 sampai tahun 2018 dengan melakukan perhitungan dan analisis data dengan bantuan software Matlab-Zmap didapatakan nilai probabilitas untuk pengulangan periode kejadian gempa dengan nilai probabilitas sebesar 10% atau satu berbanding sepuluh kejadian gempa bumi dengan magnitude 4,5 SR sampai 7,0 SR dalam kurun waktu 50 tahun. Dari hasil analisis tersebut dapat dikatakan bahwa Pulau Lombok memiliki tingkat seismic hazard yang cukup serius, dari itu perlunya penanggulangan dan mitigasi bencana agar mengurangi dampak bencana gempa bumi. Mitigasi bencana merupakan upaya untuk mengurangi risiko dampak bencana melalui pembangunan fisik ataupun penyadaran serta peningkatan kemampuan menghadapi ancaman bencana gempa bumi. Akan tetapi kurangnya kesadaran masyarakat akan hal tersebut.53
Dalam al-Qur‟an Allah SWT berfirman dalam surat Al-Fajr ayat 21:
) ا ۬ كد ا ۬ كد ض أ أۡٱ تاكد ا إ ٓ اَك ١٢
(
53 Mizaj Iskandar, „Mitigasi Dalam Prespektif Islam‟, Prosiding Simposium Nasional Mitigasi Bencana Tsunami 2015, 2015, 21–22.
Artinya: “sekali – kali tidak! Apabila bumi diguncangkan berturut – turut (berbenturan).” (Q.S Al-Fajr : 21).54
Selain dalam surat Al-Fajr ayat 21, dalam surat Al-Insyiqaaq ayat 3 juga menjelaskan tentang fenomena bencana gempa bumi, Allah SWT berfirman:
) أتا م ض أ أۡٱ ا إ ٣
(
Artinya: “Dan apabila bumi diratakan”(Q.S. Al-Insyiqaaq:3).55
Setiap tahun planet bumi selalu digoncang gempa bumi, baik yang terekam oleh alat pendeteksi gempa seismograph maupun yang dapat dirasakan langsung oleh manusia dan makhluk hidup lainnya. Bencana alam gempa bumi ini adalah fenomena kejadian alam yang tidak dapat diperkira dan diprediksis kedatangannya.56
Dua surat al-Qur‟an di atas menjelaskan dan menerangkan segala sesuatu yang menyangkut risiko bahaya bencana alam, salah satunya yaitu risiko gempa bumi. Karena pada saat ini tidak sedikit kejadian gempa bumi yang melanda Pulau Lombok dengan kekuatan magnitude yang bervariasi dan besaran nilai percepatan pergerakan tanah maksimum atau Peak Ground Acceleration yang telah dilakukan analisis menggunakan metode PSHA (Probabbilistic
54QS al-Fajr [89] : 21, „Al-Qur‟an Terjemah Perkata‟, Asbabun Nuzul dan Tafsir Bil Hadis, (Bandung: Semesta Al-Qur‟an, Desember 2013)
55QS al-Insyiqaaq [84] : 03, „Al-Qur‟an Terjemah Perkata‟, Asbabun Nuzul dan Tafsir Bil Hadis, (Bandung: Semesta Al-Qur‟an, Desember 2013)
56Muhammad Syifa‟uddin, „Pemetaan Tingkat Resiko Kerusakan Akibat Gempa Bumi Di Sekitar Sesar Palu Koro Berdasarkan Pola Percepatan Tanah Maksimum Dengan Metode Mc.Guirre.R.K‟, In Skripsi (Malang: Universitas Islam Negeri Alaudin Makasar, 2017), Pp. 1–73.
Seismic Hazard Analysis) dengan data kejadian gempa bumi tahun 1979 sampai tahun 2018.57
Namun pada saatnya nanti gempa bumi yang sangat besar akan datang menjelang akhir zaman dan seketika itu tidak ada jalan untuk melarikan diri hanyalah amal yang akan menolong kita, dimana Allah SWT berfirman dalam al-Qu‟an surat al- Hajj ayat 1-2:
أمڪاب ْا قاتٱ اا لٱ ا ُيأٓ ـي ) ۬ ممَِ ٌ أىَ ََااَلٱ َل أل انإ
٢ ا ن أ رت م أ ي (
رت ا أ ح ل أ ح تا ُلڪ عضت أتعض أ أ ٓاا َ َعض أرم ُلڪ لهأ ت ا ك ـل ر ـكَب مه ام ر ـكس اا لٱ ) ۬ ي َ اَٱ ا َ
١ (
Artinya: “Wahai manusia! Bertakwalah kamu kepada Tuhanmu; sungguh, guncangan (hari) kiamat itu adalah suatu (kejadian) yang sangat besar. (Ingatlah)pada hari ketika kamu melihatnya (guncangan itu), semua perempuan yang menyusui anaknya akan lalai terhadap anak yang disusuinya, dan setiap perempuan yang hamil akan keguguran kadungannya, dan kamu akan melihat manusia dalam keadaan mabuk, padahal sebenarnya mereka tidak mabuk, tetapi azab Allah itu sangat keras”. (Q.S. Al-Hajj).58
57 Miftahul Kurniawan, „Pemetaan Tingkat Resiko Kerusakan Akibat Gempa Bumi Di Wilayah Jawa Barat Berdasarkan Pola Percepatan Tanah Maksimum Dengan Metode Mc.Guirre.R.K (Studi Kasus Data Gempa Bumi Antara Tahun 1990-2015)‟, In Skripsi (Malang:
Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim, Malang, 2016), Pp. 1–71.
58 QS al-Hajj [22] : 1-2, „Al-Qur‟an Terjemah Perkata‟, Asbabun Nuzul dan Tafsir Bil Hadis, (Bandung: Semesta Al-Qur‟an, Desember 2013)
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengolahan data gempa bumi Pulau Lombok tahun 1979 sampai tahun 2018 yang terletak di titik koordinat wilayah antara 8,0° – 9,0° LS dan 115,8° – 116,7° BT dengan metode analisis Probabilistic Seismic Hazard Analysis (PSHA) dan didapatkan indikator nilai parameter percepatan pergerakan tanah maksimum atau Peak Ground Acceleration (PGA) yang menjadi bahan pertimbangan untuk penentuan resiko bahaya kegempaan di Pulau Lombok yang diperoleh kesimpulan sebagai berikut:
1. Dampak bahaya kegempaan Pulau Lombok dengan data gempa dari tahun 1979 sampai tahun 2018 dengan mengunakan pendekatan PSHA (Probabilistic Seismic Hazard Analysis) yaitu dampak yang sangat membahayakan dengan resiko terjadinya pengulangan kejadian gempa dalam periode waktu yang sangat singkat dengan kekuatan skala magnitude yang berkisar di atas 4,5 sampai 7 SR yang membuat Pulau Lombok menyimpan resiko bahaya gempa yang sangat serius dan perlu diperhatikan maka untuk itu perlu ada lagi kajian ulang dalam upaya pencegahan bahaya gempa kedepannya dengan sosialisasi mitigasi bencana dan penyuluhan kepada warga Pulau Lombok, selain dengan nilai magnitude yang berkisar di atas 4,5 sampai 7 SR, juga hasil dari nilai percepatan pergerakan tanah maksimum atau Peak Ground Acceleration (PGA) yang cukup besar dengan penggunaan pendekatan analisis tersebut, dari itu diperlukan perancangan
pembuatan bangunan tahan gempa untuk jangka waktu yang panjang kedepannya agar masyarakat siap menghadapi kejadian kemungkinan terjadinya gempa bumi sewaktu – waktu.
2. Hasil analisis dengan data gempa dari tahun 1979 samapai tahun 2018 dengan menggunakan pendekatan PSHA (Probabilistic Seismic Hazard Analysis) yuntuk bahaya kegempaan di Pulau Lombok yaitu hasil analisis menggunakan pendekatan PSHA (Probabilistic Seismic Hazard Analysis) didapatkan nilai periode ulang kejadian gempa sebesar 10% terlampaui untuk kurun waktu 50 tahun. Kemudian besaran nilai percepatan pergerakan tanah maksimum atau Peak Ground Acceleration (PGA) untuk Pulau Lombok didapatkan hasil yang menunjukkan angka sebesar 0,13 gal dengan dengan perbandingan kala ulang (T) kejadian gempa 250 tahun dan perbandingan nilai percepatan pergerakan tanah maksimum atau Peak Ground Acceleration (PGA) dengan kejadian gempa per tahun atau Annual rate of excedance (event/year) menghasilkan nilai sebesar 0,2. Dari hasil tersebut dibuat dalam bentuk peta sebaran gempa menggunakan software ArcGIS 10.3.
B. Saran
1. Untuk penelitian selanjutunya perlu ada pembaruan metode dan analisis data gempa dengan menggunakan software agar memperoleh hasil analisis data kejadian gempa yang akurat untuk wilayah Pulau Lombok.
2. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dan mendetail dalam hal analisis bahaya kegempaan di Pulau Lombok dengan penggunaan metode Probablilitas agar diperoleh hasil Probabilitas yang sesui dan diinginkan.
DAFTAR PUSTAKA
Abdillah, „Analisis Keaktifan Dan Resiko Gempa Bumi Pada Zona Subduksi Daerah Pulau Sumatera Dan Sekitarnya Dengan Metode Least Square‟, In Skripsi, 2010, Pp. 1–69
Aprillianto, Samsul, Bagus Jaya Santosa, And Bambang Sunardi, „Ground Motion Modeling Wilayah Sumatera Selatan Berdasarkan Analisis Bahaya Gempa‟, November, 2016
Bambang Sunardi, Melinda Utami Istikomah, Sulastri, „Analisis Seismotektonik Dan Periode Ulang Gempabumi Wilayah Nusa Analisis Seismotektonik Dan Periode Ulang Gempabumi Wilayah Nusa Tenggara Barat , Tahun 1973- 2015‟, Riset Geofisika Indonesia, 1.April (2017), 23–28
Bidang Seismologi Teknik Bmkg, Prinsip Dasar Probalistic Seismic Hazard Analysis, 2018
Brotopuspito, Arif Ismul Hadi Dan Kirbani Sri, „Probabilistic Seismic Hazard Analysis ( Psha )Pemetaan Percepatan Getaran Tanah Maksimum Menggunakan Pendekatan Probabilistic Seismic Hazard Analysis (Psha) Di Kabupaten Kepahiang Provinsi Bengkulu‟, Berkala Fisika, 18.3 (2015), 101– 12
Eva, Marinda Noor, Riski Kurniawan, Jurusan Fisika, Universitas Gadjah Mada, And Sulawesi Barat, „Pemetaan Daerah Rentan Gempa Bumi Sebagai Dasar Perencanaan Tata Ruang Dan Wilayah Di Provinsi Sulawesi Barat‟, Kurvatek, 1.2 (2016), 41–47
Fidia, Rahma, Dwi Pujiastuti, And Andiyansyah Z Sabarani, „Korelasi Tingkat Seismisitas Dan Periode Ulang Gempa Bumi Di Kepulauan Mentawai Dengan Menggunakan Metode Guttenberg- Richter‟, 7.1 (2018), 84–89 Hiden Hiden, Kirbani, Sb, Wiwit, S, And Danang, Sh, „Analisis Dan Pemodelan
Inversi Struktur Bawah Permukaan Berdasarkan Anomali Gravitasi Pulau Lombok‟, Indonesian Physical Review, 2.1 (2019), 1–8
Hilman Syarif, Mastura, „Hubungan Self Efficacydengan Kesiapsiagaan Bencana Gempa Bumi Dan Tsunami Pada Siswa Sekolah Menengah Atas Negeri 2 Dan 6 Banda Aceh‟, Idea Nursing Journal, Vi.2 (2015), 53–61
Hilmi, Ilman Luthfi, Sutrisno, And Dede Sunarya, „Analisis Seismisitas Berdasarkan Data Gempa Bumi Periode 1958- 2018 Menggunakan B-Value Pada Daerah Selatan Jawa Barat Dan Banten Hubungan Frekuensi- Magnitudo‟, Al-Fiziya, Ii.1 (2019), 10–16
Indriati Retno Palupi, Wiji Raharjo Dan Agus Santoso, „Atenuasi Percepatan