BAB III METODE PENELITIAN
F. Teknik Analisis
Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif asosiatif dengan model analisis regresi data panel. Analisis regresi data panel yaitu kombinasi antara time series dan cross section. Jenis data time series adalah data pengamatan suatu objek penelitian yang diamati selama periode waktu tertentu (misalnya tiga tahun). Sedangkan data cross section adalah data pengamatan beberapa objek penelitian pada suatu waktu (misalnya satu tahun). Dalam data panel, pengamatan yang dilakukan pada penelitian ini sebanyak 55 objek perusahaan manufaktur sub sektor barang konsumsi selama dua tahun yaitu dari tahun 2019-2020. Penelitian ini menggunakan program Eviews 10 sebagai alat dalam menganalisis data.
Penggunaan jenis data dalam suatu model analisis regresi diketahui melalui simbol model yang dipakai. Misalnya, jika data yang digunakan adalah data time series maka simbol yang digunakan adalah t dan jika data yang digunakan adalah data cross section maka digunakan simbol i, sebagai berikut:
Data Time Series:
Data Cross Section ππ= πΆ + π·ππΏππ+ π·ππΏππ+ πΊπ
ππ= πΆ + π·ππΏππ+ π·ππΏππ+ πΊπ
Penggabungan kedua persamaan diatas (Data Time Series dan Cross Section) dikenal dengan pooling atau Data Panel sebagai berikut:
Dimana:
Yit = Audit Delay Ξ± = Konstanta
Ξ²1Ξ²2 = Koefisien Variabel Independen X1 = Ukuran Perusahaan
X2 = Sistem Pengendalian Internal Ξ΅ = Koefisien Error
i = Jumlah cross section sebanyak 55 perusahaan t = Jumlah time series yaitu dari tahun 2019-2020
Menurut Wahyudi, (2020) penggunaan dua jenis data sekaligus dalam suatu model Ekonometrika bukan tanpa alasan. Adapun beberapa alasan penting digunakan kombinasi data time series dan data cross section adalah sebagai berikut:
1. Metode kuantitatif menuntut penggunaan data yang jumlahnya banyak.
Sebab,hasil estimasi model sangat sensitif terhadap jumlah data yang digunakan. Artinya semakin banyak data yang digunakan akan memberikan hasil estimasi yang cukup baik.
2. Setiap variabel data dalam model Ekonometrika harus disediakan dalam jumlah dan periode yang sama. Artinya bahwa apabila dalam periode tahunan digunakan sebanyak 50 data, maka setiap variabel harus
πππ = πΆ + π·ππΏπππ+ π·ππΏπππ+ πΊππ
memiliki jumlah data sebanyak 50 dengan periode tahunan misalnya tahun 1971-2020.
3. Apabila telah terpenuhinya ketersediaan data dan periode waktu, namun masih terdapat permasalahan lain yaitu hasil estimasi model. Seperti halnya hasil signifikansi yang rendah, terdapat gejala multikolinearistas, auokorelasi dan heteroskedastisitas dalam hasil estimasi model.
Beberapa keuntungan menggunakan regresi data panel menurut Wahyudi, (2020) adalah sebagai berikut:
1. Kombinasi data time series dan data cross section atau disebut dengan data panel, mampu menyediakan data yang lebih banyak sehingga akan menghasilkan degree of freedom yang lebih besar.
2. Menggabungkan informasi dari data time series dan data cross section mampu menangani berbagai masalah yang timbul seperti gejala multikolinearitas, bias serta omitted-variable.
3. Heterogenitas individu tetap dapat dibuktikan dalam hasil estimasi model data panel melalui nilai unobserved factor.
4. Data panel mampu memantau tingkat kualitas individu, sehingga dapat digunakan untuk menguji serta membangun model perilaku lebih kompleks.
5. Penggunaan data panel untuk mengurangi bias yang mungkin ditimbulkan dari pengelompokan data oleh individu.
6. Estimasi model data panel memberikan kesempatan bagi peneliti melakukan perbandingan antarsampel data sesuai dengan jumlah data cross section yang digunakan.
Menurut Gujarati (2013) dalam Astuti (2015) analisis regresi data panel
memiliki empat model yang biasa digunakan, yaitu model OLS pooled, model fixed effect least square dummy variable (LSDV), model fixed effect within-group dan model random effect. Penggunaan model terbaik antara keempat model tersebut dapat diuji dengan menggunakan dua teknik estimasi model yaitu Chow test dan Hausman test.
1. Uji Spesifikasi Model a) Uji Chow test
Uji Chow test digunakan untuk memilih antara model fixed effect atau model common effect yang sebaiknya digunakan.
Hipotesis dalam uji chow test adalah sebagai berikut:
H0βΆ πΆπππππ πΈπππππ‘ H1βΆ πΉππ₯ππ πΈπππππ‘
Apabila dalam hasil pengujian mengindikasikan nilai probabilitas Chi-Square melebihi 0,05 maka otomatis model yang digunakan adalah commen effect. Sebaliknya, apabila nilai probabilitas Chi-Square kurang dari 0,05 maka model yang semestinya dipakai adalah fixed effect. Apabila model yang terpilih merupakan fixed effect, maka akan dilakuakn pengujian lain yaitu uji Hausman untuk memilih model fixed effect atau model random effect yang sebaiknya digunakan.
b) Uji Hausman
Penggunaan uji Hausman bertujuan untuk mengetahui model yang sebaiknya digunakan antara model fixed effect atau model random effect. Hipotesis dalam uji Hausman adalah sebagai berikut:
H0: π πππππ πΈπππππ‘
H1: πΉππ₯ππ πΈπππππ‘
Apabila H0 ditolak maka model yang dipakai adalah model Fixed Effect. Hal ini karena model Random Effect cenderung dikaitkan dengan satu atau lebih variabel independen. Sebaliknya jika H1 ditolak maka model yang akan digunakan adalah model Random Effect.
2. Uji Asumsi Klasik a) Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal.
Penelitian ini menggunakan pengujian data dengan melihat nilai dari probability. Jika nilai probabilitasnya > 0,05 berarti data terdistribusi normal. Sebaliknya jika nilai probabilitas< 0,05 maka data dinyatakan tidak berditribusi dengan normal.
b) Uji Multikolinearitas
Multikolinearitas adalah salah satu prasyarat utama untuk model regresi data panel. Asumsi ini mengemukakan bahwa ada tanda-tanda korelasi atau hubungan yang signifikan antara variabel independen. Pendeteksian adanya multikolinearitas dapat dilihat dari nilai koefisien korelasi antar masing-masing variabel bebas. Apabila nilai korelasinya lebih besar 0,08 maka hal ini menunjukkan bahwa tidak terjadi multikolinearitas.
c) Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi merupakan pengujian yang bertujuan untuk mengetahui ada atau tidaknya korelasi antar data yang berdasarkan
time series. Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah sebuah model regresi linier memiliki korelasi antara kesalahan pengganggu periode-t dengan kesalahan t-1 (sebelumnya). Jika ini terjadi, berarti ada masalah autokorelasi. Model regresi yang baik seharusnya tidak memiliki autokorelasi. Uji autokorelasi yang paling banyak digunakan adalah metode Durbin-Watson dengan kriteria sebagai berikut:
1) Untuk 0 < π < ππatau ππ β€ π β€ ππ’ berati tidak ada autokorelasi positif.
2) Untuk 4 β ππ < π < 4 atau 4 β ππ’ β€ π β€ 4 β ππ berarti tidak ada korelasi negatif.
3) Untuk ππ’ < π < 4 β ππ’ berarti ada korelasi positif atau negatif.
d) Uji Heteroskedastisitas
Heterokedastisitas adalah variabel pengganggu yang menunjukkan varians yang sama dari satu pengamatan ke pengamatan lainnya. Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah terdapat ketidaksamaan varians dalam model regresi dari sisa pengamatan yang satu ke pengamatan yang lain. Cara untuk mendeteksi atanya heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan Uji Glesjer. Uji Glesjer mengusulkan untuk meregresi nilai absolut residual terhadap variabel independen. Jika variabel independen tidak signifikan (π ππ > 0,05) berarti model bebas dari heteroskedastisitas.
3. Uji Signifikasi
a) Uji Koefisien Determinan (R2)
Koefisien Determinan (R2) digunakan untuk mengetahui kontribusi variabel independen dalam mendeskripsikan variabel terkait. Semakin
tinggi koefisien determinasi makasemakin besar pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen. Karena variabel bebas yang digunakan dalam penelitian ini lebih dari satu, maka koefisien determinasi (π 2) digunakan dalam penelitian ini. Koefisien determinasi merupakan pengukuran seberapa jauh model dapat menjelaskan variabilitas variabel.
b) Uji T (t-test)
Uji-t dilakukan untuk mengetahui secara parsial pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat dalam persamaan regresi berganda. Uji-t memiliki kriteria pengujian sebagai berikut:
a) Untuk taraf signifikansi < πΌ 0,05, π‘ π‘ππππ < π‘ βππ‘π’ππ, dengan koefisien Ξ² negatif maka hipotesis diterima.
b) Untuk taraf signifikansi > πΌ 0,05, π‘ π‘ππππ > π‘ βππ‘π’ππ, maka hipotesis ditolak.
37 BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Objek Penelitian 1. Sejarah Singkat Bursa Efek Indonesia
Secara historis, pasar modal sudah ada jauh sebelum Indonesia merdeka. Pasar modal atau bursa efek sudah ada sejak zaman kolonial Belanda tepatnya pada tahun 1912 di Batavia. Saat itu pasar modal didirikan oleh pemerintah Hindia Belanda untuk kepentingan pemerintah kolonial atau VOC.
Perkembangan dan pertumbuhan pasar modal tidak berjalan seperti yang diharapkan meskipun pasar modal sudah ada sejak tahun 1912.
Bahkan pada beberapa periode kegiatan pasar modal mengalami kevakuman. Hal tersebut disebabkan oleh beberapa faktor seperti perang dunia pertama dan kedua, perpindahan kekuasaan dari pemerintah kolonial kepada pemerintah Republik Indonesia, dan berbagai kondisi yang menyebabkan operasi bursa efek tidak dapat berjalan dengan semestinya.
Pada tahun 1997 pemerintah Republik Indonesia mengaktifkan kembali pasar modal hingga beberapa tahun kemudian pasar modal mengalami pertumbuhan seiring dengan berbagai insentif dan regulasi yang dikeluarkan oleh pemerintah. Secara singkat, tonggak perkembangan pasar modal di Indonesia dapat dilihat sebagai berikut:
Desember 1912 : Bursa Efek pertama di Indonesia dibentuk di Batavia oleh pemerintah Hindia Belanda.
1914 β 1918 : Bursa Efek di Batavia ditutup selama Perang
Dunia I.
1925 β 1942 : Bursa Efek di Jakarta dibuka kembali bersama dengan Bursa Efek di Semarang dan Surabaya.
1939 : Bursa Efek di Semarang dan Surabaya ditutup karena isu politik pada Perang Dunia II.
1942 β 1952 : Bursa Efek di Jakarta ditutup kembali selama Perang Dunia II.
1956 : Program nasionalisasi perusahaan Belanda. Bursa Efek semakin tidak aktif.
1956 β 1977 : Perdagangan di Bursa Efek vakum.
10 Agustus 1977 : Bursa Efek diresmikan kembali oleh Presiden Soeharto. BEJ dijalankan dibawah Badan Pelaksana Pasar Modal (BAPEPAM). Tanggal 10 Agustus diperingati sebagai HUT Pasar Modal.
Pasar modal kembali diaktifkan ditandai dnegan go public PT Semen Cibinong sebagai emitmen pertama 19 Tahun 2008 tentang Surat Berharga Syariah Negara.
1977 β 1987 : Perdagangan di Bursa Efek sangat lesu. Sampai tahun 1987 jumlah emitmen baru mencapai 24.
Masyarakat lebih memilih instrumen perbankan dibandingkan instrumen Pasar Modal.
1987 : Ditandai dengan hadirnya Paket Desember 1987 (PAKDES 87) yang memberikan kemudahan bagi perusahaan untuk penawaran umum dan investor
asing menanamkan modal di Indonesia.
1988 β 1990 : Paket deregulasi di bidang perbankan dan pasar modal diluncurkan. Pintu BEJ terbuka untuk asing.
Aktivitas bursa meningkat.
2 Juni 1988 : Bursa Paralel Indonesia (BPI) mulai beroperasi dan dikelola oleh Persatuan Perdagangan Uang dan Efek (PPUE), sedangkan organisasinya terdiri dari broker dan dealer.
Desember 1988 : Pemerintah mengeluarkan Paket Desember 88 (PAKDES 88) yang memberikan kemudahan perusahaan untuk go publik dan beberapa kebijakan lain yang positif bagi pertumbuhan pasar modal.
16 Juni 1989 : Bursa Efek Surabaya (BES) mulai beroperasi dan dikelola oleh Perseroan Terbatas milik swasta yaitu PT Bursa Efek Surabaya.
13 Juli 1992 : Swastanisasi BEJ. BAPEPAM berubah menjadi Badan Pengawas Pasar Modal. Tanggal ini diperingati sebagai HUT BEJ.
22 Mei 1995 : Sistem otomasi perdagangan di BEJ dilaksanakan dengan 4.2 Visi dan Misi Bursa Efek Indonesia Visi menjadi bursa yang kompetitif dengan kredibilitas tingkat dunia. Sistem komputer JATS (Jakarta Automated Trading System).
10 November : Pemerintah mengeluarkan Undang β Undang No.
8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal. Undang- Undang ini mulai diberlakukan mulai Januari 1996.
1995 : Bursa Paralel Indonesia merger dengan Bursa Efek Surabaya.
2000 : Sistem Perdagangan Tanpa Warkat (scripless trading) mulai diaplikasikan di Pasar Modal Indonesia.
2002 : BEJ mulai mengaplikasikan sistem perdagangan jarak jauh (remote trading).
2007 : Penggabungan Bursa Efek Surabaya (BES) ke Bursa Efek Jakarta (BEJ) dan berubah nama menjadi Bursa Efek Indonesia (BEI).
02 Maret 2009 : Peluncuran perdana sistem perdagangan baru PT Bursa Efek Indonesia: JATS-NextG.
2. Visi dan Misi Bursa Efek Indonesia
Visi : Menjadi bursa yang kompetitif dengan kredibilitas tingkat dunia.
Misi : Menciptakan daya saing untuk menarik investor dan emitmen, melalui pemberdayaan anggota bursa dan partisipan, penciptaan nilai tambah, efisiensi biaya serta penerapan good governance.
3. Struktur Organisasi Bursa Efek Indonesia
Gambar 4.1
Struktur Organisasi Bursa Efek Indonesia
4. Uraian Tugas (Job Description)
Berdasarkan struktur organisasi maka diperlukan suatu sistem pembagian tugas/kerja (Job Description) yaitu sebagai berikut:
1. Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) dan Rapat
Pengembangan Wilayah
Direktur Teknologi Informasi Dan Manajemen Risiko
Penilaian Perusahaan 1
Penilaian Perusahaan 2
Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS)
Dewan Komisaris
Direktur Utama
Satuan Pemeriksa Internal
Sekretaris Perusahaan
Komunikasi Perusahaan
Proyek Khusus
Hukum
Strategic Management Office
Direktur Perdagangan dan Pengaturan
Anggota Bursa
Direktur Pengawasan Transaksi dan
Kepatuhan
Direktur Pengembangan
Direktur Keuangan dan
Sumber Daya Manusia Direktur
Penilaian Perusahaan
Penilaian Perusahaan 3
Manajemen Informasi dan Pengembangan
Emitmen
Privatisasi, Start-up, SME, dan Foreign
Listing
Keuangan
Akuntansi
Sumber Daya Manusia
Umum Operasional Teknologi
Informasi
Perencanaan dan Pengembangan Teknologi Informasi
Project Management Office β Teknologi
Informasi
Manajemen Risiko Riset dan
Pengembangan
Pengembangan Investor
Pengembangan calon emitmen Kepatuhan Anggota
Bursa
Pengawasan Transaksi Operasi Perdagangan
Pendukung Perdaganagn
Pengaturan dan Pemantauan Anggota
Bursa
Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) merupakan organ yang memiliki kewenangan khusus yang tidak diberikan kepada Dewan Komisariat atau direksi terkait penetapan keputusan- keputusan penting yang berhubungan dengan kebijakan bursa.
RUPST dilaksanakan sekali dalam setahun, sedangkan RUPSLB dapat dilaksanakan sewaktu-waktu bila diperlukan.
2. Peran dewan komisaris sesuai hasil keputusan RUPST tanggal 5 Juni 2008 dan RUPSLB 27 Agustus 2008, BEI memilki 5 (lima) anggota Dewan Komisaris (Dekom) dengan masa bakti 2008-2011.
Berdasarkan ketentuan Anggaran Dasar, Dekom bertanggung jawab atas pengawasan dan pengarahan direksi dalam mengelola bursa sehari-hari. Dekom bertugas mengarahkan pengelolaan tersebut sesuai dengan visi dan misi bursa yang telah digariskan, serta kebijakan dan panduan tata kelola perusahaan yang berlaku, dalam rangka mengupayakan pertumbuhan nilai jangka panjang yang berkesinambungan bagi segenap pemangku kepentingan.
3. Direktur Utama bertanggung jawab untuk mengkoordinasikan para Direktur serta kegiatan Satuan Pemeriksa Internal, Sekretaris Perusahaan (termasuk hubungan masyarakat), dan Divisi Hukum.
a. Divisi Hukum
1) Bertanggung jawab untuk memastikan produk hukum yang akan dikeluarkan oleh perseroan sesuai dengan kaidah- kaidah hukum yang berlaku dan kepentingan perseroan terlindungi dalam hubungan kerjasama atau kontraktual antara perseroan dengan pihak lain dan telah sesuai dengan
peraturan perundangan yang berlaku.
2) Memastikan pemberian pendapat hukum sebagai legal advisor atas permasalahan hukum berkenaan dengan produk hukum yang telah diberlakukan oleh perseroan, kajian hukum dan penyelesaian dalam sengketa hukum sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
b. Satuan Pemeriksa Internal
1) Bertanggung jawab sebagai quality assurance terhadap pelaksanaan pencapaian sasaran perusahaan dengan mempertimbangkan aspek efektifitas dan efisiensi melalui pemeriksaan berkala maupun insidentil terhadap kegiatan onternal organisasi, serta melakukan pelaporan dan pemberian rekomendasi perbaikan yang diperlukan atas hasil pemeriksaan kepada Direksi, Dewan Komisaris dan Ketua BAPEPAM.
2) Bertanggung jawab atas pemantauan kegiatan tindak lanjut dari rekomendasi yang dibangun berdasarkan hasil pemeriksaan internal yang dilakukan.
3) Sekretaris perusahaan bertanggung jawab atas tersedianya rencana kerja perusahaan dan terciptanya kerjasama serta komunikasi yang harmonis dan efektif antara direksi dengan stakeholder lainnya dalam rangka mencapai tujuan serta meningkatkan citra perusahaan.
4) Direktur penilaian perusahaan bertanggung jawab atas kegiatan operasional yang terkait dengan:
1) Penilaian pendahuluan perusahaan, 2) Pencatatan perusahaan,
3) Penilaian keterbukaan perusahaan,
4) Penelaahan aksi korporasi perusahaan dan
5) Pembinaan emitmen (termasuk edukasi perusahaan).
4. Direktur Perdagangan dan Pengaturan Anggota Bursa bertanggung jawab atas kegiatan operasional perdagangan saham, perdagangan informasi pasar (data feed), perdagangan surat utang dan derivatif serta pelaporan transaksi surat utang. Dan juga bertanggung jawab atas pengelolaan aktivitas-aktivitas yang terkait dengan anggota bursa dan partisipan sebagai berikut:
1) Pengkajian terhadap persyaratan kenaggotaan;
2) Kewajiban pelaporan;
3) Pelatihan dan pendidikan serta;
4) Pengawasan (khusus terhadap anggota bursa) Direktur penilaian perusahaan terdiri dari berbagai macam divisi diantaranya:
a. Divisi Perdagangan Saham
1) Bertanggung jawab untuk menyelenggarakan perdagangan saham setiap hari bursa dengan melakukan koordinasi kegiatan pengembangan dan operasional perdagangan saham sehingga terlaksana perdagangan saham yang wajar, teratur dan efisien.
2) Bertanggung jawab atas kegiatan pengembangan dan operasional penyebaran data dan informasi, sehingga penyebaran data perdagangan dapat mendukung
informasi yang dibutuhkan oleh investor untuk pengambilan keputusan investasi dan meningkatkan pendapatan informasi pasar.
b. Divisi Perdagangan Surat Utang
1) Bertanggung jawab atas terselenggaranya kegiatan operasional perdagangan surat utang dan derivatif, penyempurnaan, pengembangan sistem dan sarana pasar perdagangan surat utang dan derivatif sehingga tercipta pasar surat utang.
2) Bertanggung jawab untuk memastikan terselenggaranya kegiatan pelaporan surat utang, penyempurnaan, pengembangan sistem dan sarana pelaporan surat utang sehingga tercipta sistem pelaporan surat utang yang teratur dan efisien.
c. Divisi Keanggotaan bertanggung jawab untuk melakukan evaluasi calon anggota Bursa dan partisipan, pemantauan, pembinaan, pengembangan, penegakan disiplin anggota bursa seta membantu anggota bursa dan partisipan untuk membentuk, memiliki dan menjaga kredibilitas serta integritas di pasar modal.
5. Direktur Pengawasan Transaksi dan Kepatuhan bertanggung jawab untuk memastikan dan mengkoordinasikan kegiatan pengawasan dan analisis terhadap aktivitas perdagangan efek di Bursa untuk mewujudkan perdagnagn efek yang teratur dan wajar, sehingga dapat menjaga integritas dan kredibilitas bursa efek dan pasar modal.
a. Divisi Pengawasan Transaksi bertanggung jawab untuk memastikan dan mengkoordinasikan kegiatan pengawasan dan analisis terhadap aktivitas perdagangan efek di Bursa untuk mewujudkan perdagangan efek yang teratur dan wajar, sehingga dapat menjaga integritas dan kredibilitas bursa efek dan pasar modal.
b. Divisi Kepatuhan Anggota Bursa bertanggung jawab untuk memastikan kepatuhan anggota bursa terhadap peraturan perundang-undangan yang berlaku di bidang pasar modal termasuk pengendalian internal melaluikegiatan pemeriksaan berkala dan pemeriksaan sewaktu-waktu guna meminimalisasi risiko yang mungkin timbul terhadap nasabah, anggota bursa, dan industri pasar modal.
6. Direktur Pengembangan bertanggung jawab atas kegiatan operasional yang terkait dengan:
1) Pengelolaan riset pasar modal dan ekonomi;
2) Pengembangan produk dan usaha;
3) Kegiatan pemasaran;
4) Kegiatan edukasi dan sosialisasi.
Direktur pengembangan terdiri dari berbagai divisi diantaranya, yaitu Divisi Riset, Divisi Pengembangan Usaha, dan Divisi Pemasaran.
7. Direktur Teknologi Informasi dan Manajemen Resiko bertanggung jawab atas kegiatan operasional yang terkait dengan:
1) Pengembangan solusi bisnis teknologi informasi;
2) Operasional teknologi informasi;
3) Manajemen risiko;
4) Pengelolaan data (database management).
Direktur Teknologi Informasi dan Manajemen Resiko terdiri dari berbagai divisi diantaranya, yaitu divisi operasional teknologi informasi, divisi pengembangan solusi bisnis teknologi informasi, dan divisi manajemen risiko.
8. Direktur Keuangan dan Sumber Daya Manusia bertanggung jawab atas kegiatan operasional yang terkait dengan:
a. Pengelolaan keuangan perusahaan;
b. Pengelolaan dan pengembangan Sumber Daya Manusia;
c. Pengelolaan administrasi dan kegiatan umum lainnya.
Direktur Keuangan dan Sumber Daya Manusia terdiri dari berbagai berbagai divisi diantaranya, yaitu divisi keuangan, divisi sumber daya manusia, dan divisi umum. Yang dapat dijabarkan sebagai berikut:
1) Divisi Keuangan bertanggung jawab atas keseluruhan fungsi akuntansi dan perpajakan, dan anggaran serta pengelolaan keuangan untuk memperoleh hasil yang optimal sehingga dapat menghasilkan informasi keuangan yang dapat digunakan untuk mendukung aktifitas operasional perusahaan.
2) Divisi Sumber Daya Manusia memastikan terpenuhinya pengadaan, penempatan, pendidikan dan pengembangan karyawan secara terencana, efektif dan efisien di setiap unit kerja, serta mengadministrasikan strategi yang berkaitan dengan
kompensasi dan jasa, dan hubungan industrial sehingga karyawan Bursa Efek Indonesia berkualitas dan mampu meberikan kontribusi yang signifikan untuk mendukung rencana strategis perusahaan.
3) Divisi Umum bertanggung jawab untuk memastikan ketersediaan dan kelancaran pemenuhan kebutuhan atas fasilitas, seperti:
sarana perkantoran, infrastruktur serta jasa.
B. Hasil Penelitian
1. Uji Spesifikasi Model
Analisis dengan menggunakan regresi data panel dapat diuji menggunakan tiga model yaitu Common Effect Model (CEM), Fixed Effect Model (FEM), dan Random Effect Model (REM). Setiap model mempunyai keunggulan serta kekurangan tersendirinya. Model yang terpilih nantinya tergantung pada asumsi yang digunakan oleh peneliti dan telah memenuhi syarat pengolahan data. Jadi langkah pertama yang harus dilakukan adalah memilih salah satu dari tiga model yang tersedia dengan melakukan pengujian terhadap masing-masing model.
Apabila sudah terdapat hasil dari Common Effect Model dan Fixed Effect Model, maka uji berikutnya adalahUji Chow. Uji Chow dilakukan guna memastikan model yang akurat untuk digunakan antara Common Effect Model dan Fixed Effect Model. Adapun hasil uji chow adalah sebagai berikut:
Tabel 4.1 Hasil Uji Chow
Effects Test Statistic d.f. Prob.
Cross-section F 4.000709 (54,53) 0.0000
Cross-section Chi-square 178.701793 54 0.0000
Sumber: Hasil Olah Data Eviews 10
Uji Chow dapat dilihat apabila nilai probabilitas F>0.05, artinya bahwa model yang paling akurat untuk digunakan adalah Common Effect Model. Sebaliknya apabila nilai probabilitas F<0.05 artinya model yang paling akurat untuk digunakan adalah Fixed Effect Model.
Berdasarkan tabel hasil Uji Chow di atas dapat dilihat bahwa nilai probabilitas dari cross section sebesar 0.000 < 0.05. Artinya Fixed Effect Model (FEM) adalah model yang tepat untuk digunakan. Karena model FEM yang sesuai, maka selanjutnya akan dibandingkan dengan Random Effect Model (REM) dengan melakukan Uji Hausman. Adapun hasil uji Hausman adalah sebagai berikut:
Tabel 4.2 Hasil Uji Hausman
Test Summary
Chi-Sq.
Statistic Chi-Sq. d.f. Prob.
Cross-section random 2.120229 2 0.3464
Sumber: Hasil Olah Data EViews 10
Berdasarkan hasil Uji Hausman diatas, nilai probabilitas cross section sebesar 0.3464>0.05. Artinya Random Effect Model (REM) adalah model yang tepat untuk diterapkan.
Setelah melakukan dua pengujian diatas yakni Uji Chow dan Uji Hausman maka model yang paling tepat digunakan adalah model REM.
Tabel 4.3
Hasil Regresi Model Random Effect (REM)
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
C 114.3827 21.22894 5.388055 0.0000
X1 0.002038 0.000611 3.337293 0.0012
X2 -67.50215 16.70378 -4.041130 0.0001
Sumber: Hasil Olah Data EViews 10
Berdasarkan perhitungan regresi random effect model yang ditunjukkan pada tabel 4.3 di atas, maka persamaan regresi data panel dapat dituliskan sebagai berikut:
ππ’π = 114,3827 + 0,002038 πππ’π + -67,50215 πππ’π
Berdasarkan persamaan regresi di atas, maka dapat diinterpretasikan sebagai berikut:
a. Berdasarkan persamaan di atas, nilai kostanta sebesar 114,3827 menunjukkan bahwa jika variabel ukuran perusahaan (X1) dan sistem Pengendalian Internal (X2) dianggap bernilai konstan, maka audit delay sebesar 114,3827 (114 hari).
b. Nilai koefisien variabel ukuran perusahaan (X1) sebesar 0,002038 dan bertanda positif. Hal ini menunjukkan bahwa setiap kenaikan ukuran perusahaan sebesar 1% maka audit delay akan naik sebesar 0,002038.
c. Nilai koefisien variabel sistem pengendalian internal (X1) sebesar -67,50215 dan bertanda negatif. Hal ini menunjukkan bahwa setiap kenaikan sistem pengendalian internal 1% audit delay akan menurun