BAB III METODE PENELITIAN
G. Teknik Keabsahan Data
Dalam penelitian kualitatif, pengabsahan data merupakan salah satu faktor yang sangat penting, karena tanpa pengabsahan data yang diperoleh dari lapangan maka sulit seseorang meneliti untuk mempertanggung jawabkan hasil penelitianya. Dalam hal pengabsahan data, peneliti menggunakan metode triangulasi.
Untuk melihat derajat kebenaran dari hasil penelitian ini maka dilakukan pemeriksaan data, pengabsahan data dilakukan dengan menggunakan triangulasi, yaitu:
1. Triangulasi metode
Triangulasi metode dilakukan dengan cara membandingkan informasi atau data dengan cara yang berbeda, seperti menggunakan metode observasi, wawancara, dan studi dokumentasi.
2. Triangulasi antarpeneliti
Triangulasi antarpeneliti dilakukan dengan cara menggunakan lebih satu orang dalam pengumpulan dan analisis data.
3. Triangulasi sumber data
Triangulasi sumber data menggali informasi tertentu melalui berbagai metode dan sumber perolehan data.
4. Triangulasi Teori
Triangulasi teori dapat dilakukan dengan memakai fenomena perilaku tertentu yang dipadukan oleh beberapa teori yang berbeda tetapi berhubungan.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Wilayah Penelitian 1. Profil Wilayah penelitian
Pada Bab IV ini akan membahas mengenai hasil penelitian dan pembahasan yakni sejarah perkembangan kota Tarakan, letak geografis, keadaan penduduk kota Tarakan, serta berbagai keragaman suku, ras, dan agama yang mendiami kota Tarakan hal tersebut dapat dilihat pada penjelasan-penjelasan berikut:
a. Sejarah singkat Kota Tarakan
Berbagai versi telah dihimpun penulis melalui informasi tentang riwayat penamaan kota Tarakan dan pada akhirnya diasumsikan bahwa penyebutan Tarakan didasari oleh identitas lingkungannya yang berbentuk kepulauan atau disebut pula “ Tanah Tengkayu” (daratan yang dikelilingi oleh laut). Penamaan kota Tarakan juga tidak lepas dari adanya aktivitas substansial oleh masyarakat penutur bahasa Tidung (suku Tidung) yang pertama mendiami pulau Tarakan.
Asal mula penamaan kota Tarakan berasal dari Tidung (suku/kaum nelayan) yaitu “Tarak” yang berarti bertemu dan “Ngakan” yang berarti makan.
Gabungan antara dua kata tersebut “Tarak dan Ngakan” melahirkan suatu pengertian tentang Tarakan sebagai tempat atau pulau yang pada mulanya dijadikan tempat peristirahatan dan pertemuan bagi para nelayan ataupun
39
masyarakat lainnya yang sering melakukan kegiatan barter/ tukar menukar barang sebelum adanya kontak perdagangan dengan dunia luar. Jadi Tarakan bermakna tempat bertemunya para nelayan untuk beristirahat makan, maupun untuk keperluan lainnya.
Kota ini pada awalnya adalah perkampungan kecil para nelayan, kemudian berkembang menjadi kota setelah diketemukan dan dieksploitasi sumber-sumber minyak buminya pada tahun 1896 oleh perusahaan perminyakan milik pemerintah Hindia Belanda Bataafsche Pettroleum Maatschappij (BPM). Seiring dengan meningkatnya aktivitas eksploitasi minyak bumi di pulau Tarakan tersebut, maka mulailah berdatangan penduduk dari daerah sekitarnya dan dari luar daerah baik itu sebagai tenaga kerja yang di bawa oleh Belanda maupun mereka yang mengadu nasib karena terpikat untuk mencari rezeki. Kota Tarakan merupakan satu-satunya kota di Provinsi Kalimantan Timur bagian Utara, Indonesia dan juga merupakan kota terkaya ke-17 di Indonesia. Kota Tarakan atau juga dikenal sebagai Bumi Paguntaka, berada pada sebuah pulau kecil. Semboyan dari kota Tarakan adalah Tarakan Kota "BAIS" (Bersih, Aman, Indah, Sehat dan Sejahtera). Kota Tarakan dibentuk sesuai dengan Kepres RI. No. 22 Tahun 1963 sebagai wilayah kecamatan, kemudian berubah menjadi kota Administratif sesuai dengan PP. No. 47 Tahun 1981 dan kemudian ditingkatkan menjadi kotamadya berdasarkan UU RI. No.29 Tahun 1997 yang peresmiannya dilakukan pada tanggal 15 Desember 1997, sekaligus sebagai hari jadi kota Tarakan.
Kota Tarakan menduduki posisi yang strategis, khususnya dalam konteks provinsi Kalimantan Timur bagian Utara antara lain, Pertama, kota Tarakan
merupakan pusat pengembangan wilayah terpadu pembangunan utama bagian utara (SWP) meliputi kota Tarakan dan sekitarnya, Malinau-Sesayap-Tanjung Selor dan sekitarnya, Nunukan dan sekitarnya, serta Tanjung Redeb dan sekitarnya, sehingga menjadikan kota Tarakan sebagai penggerak pertumbuhan wilayah utara provinsi Kalimantan Timur. Kedua, sebagai pintu gerbang kedua Kalimantan Timur setelah balikpapan bagi lalu lintas pelayaran dan penerbangan.
Ketiga, merupakan kota transit manusia, barang-barang dan jasa sebelum menyebar maupun didistribusikan kedaerah hinterlandnya (Kabupaten Berau, Nunukan, Bulungan dan Malinau).
Keempat, dari lingkup internasional, Tarakan tidak saja sebagai pusat transit perdagangan antar pulau di Kalimantan Timur bagian utara, bahkan menjadi pusat transit perdagangan bebas antara Indonesia-Malaysia-Filipina, sehingga dalam menyongsong perdagangan bebas sangat berdekatan dengan negara anggota BIMP-EAGA. Kelima, kota Tarakan juga memiliki eksebilitas tinggi terhadap kota-kota lain untuk memudahkan usaha-usaha didalam kegiatan pemasaran, pengembangan kegiatan dan distribusi barang dan jasa karena aspek geo-politik, geo-strategis, geo-ekonomi yang sangat baik.
Berikut ini peta wilayah Kota Tarakan
Gambar 2: Peta Wilayah Kota Tarakan
b. Keadaan geografis
Kota Tarakan terletak antara 117°34’ Bujur Barat dan 117°38’ Bujur Timur serta diantara 3°19’ Lintang Utara dan 3°20’ Lintang Selatan. Dengan adanya perkembangan dan pemekaran wilayah sesuai dengan Peraturan Daerah Kota Tarakan Nomor 23 Tahun 1999, maka Kota Tarakan yang sebelumnya terdiri dari 3 kecamatan dimekarkan menjadi 4 kecamatan dan 20 kelurahan.
Keempat kecamatan tersebut adalah Tarakan Timur, Tarakan Tengah, Tarakan Barat dan Tarakan Utara. Disamping itu berdasarkan UU No.22 Tahun 1999 tentang Otonomi Daerah, status desa yang ada di Kota Tarakan seluruhnya berubah menjadi kelurahan. Undang undang tersebut juga mengubah penyebutan
“Kotamadya Tarakan” menjadi “Kota Tarakan”.
Kota Tarakan mempunyai luas 657,33 km2 dimana 38,2% nya atau 250,8 km2 berupa daratan dan sisanya sebanyak 61,8% atau 406,53 km2 berupa lautan.
Letak Kota Tarakan terpisah dari pulau induk Kalimantan dimana merupakan salah satu pintu gerbang pembangunan di wilayah Kalimantan Utara. Di bagian utara berbatasan dengan pesisir pantai Kecamatan Pulau Bunyu, Kabupaten Bulungan dan disebelah selatan berbatasan dengan pesisir pantai Kecamatan Tanjung Palas, Kabupaten Bulungan. Sedangkan di sebelah timur juga berbatasan dengan Kecamatan Pulau Bunyu, Kabupaten Bulungan dan Laut Sulawesi. Selain itu, di sebelah barat berbatasan dengan pesisir pantai Kecamatan Sesayap, Kabupaten Tana Tidung.
Kecamatan Tarakan Utara merupakan kecamatan terluas diantara kecamatan lain di Kota Tarakan dengan luas 109,36 km2 atau sekitar 43,6% dari luas Kota Tarakan. Sedangkan Kecamatan Tarakan Barat termasuk kecamatan
yang paling kecil jika dilihat dari luas daratannya yakni hanya 27,89 km2 atau 11,12% dari luas daratan Kota Tarakan.
c. Keadaan Iklim
Kota Tarakan yang beriklim tropis mempunyai musim yang hampir sama dengan wilayah Indonesia pada umumnya, yaitu musim penghujan dan musim kemarau. Musim penghujan biasanya terjadi pada bulan Oktober sampai dengan bulan April sedangkan musim kemarau terjadi pada bulan April sampai dengan bulan Oktober. Keadaan ini terus berlangsung setiap tahun yang diselingi dengan musim peralihan pada bulan-bulan tertentu.
Namun dalam tahun-tahun terakhir ini, keadaan musim di Kalimantan Utara termasuk Kota Tarakan kadang tidak menentu. Pada bulan-bulan yang seharusnya turun hujan dalam kenyataannya tidak turun hujan sama sekali, begitu juga sebaliknya.
Suhu udara disuatu tempat antara lain ditentukan oleh tinggi rendahnya tempat tersebut terhadap permukaan laut dan jaraknya dari pantai. Secara umum Tarakan beriklim panas denganrata-rata suhu udara sepanjang tahun 2013 berkisar 24,6°C hingga 31,1°C. Selain itu, sebagai daerah beriklim tropis, Kota Tarakan mempunyai rata-rata kelembaban udara relatif tinggi, berkisar antara 59,5%
sampai dengan 98,8% sepanjangtahun 2013. Kelembaban udara paling rendah terjadi pada bulan Oktober yang hanya mencapai 53%. Sedangkan kelembaban udara tertinggi terjadipada bulan Juni, September, dan Oktober yang mencapai 100%. Untuk rata-rata kelembaban udara sepanjang tahun 2013 tercatat sebesar 85,7%.
Curah hujan di suatu tempat antara lain dipengaruhi oleh keadaan iklim, keadaan geografis dan perputaran/pertemuan arus udara. Oleh karena itu jumlah curah hujan beragam menurut bulan dan letak stasiun pengamat. Curah hujan di Kota Tarakan sangat beragam dari waktu ke waktu. Catatan curah hujan bulanan sepanjang tahun 2013. Rata-rata curah hujan tertinggi terjadi pada bulan Juli sebesar 557,3 mm dan rata-rata curah hujan terendah, sebesar 188,6 mm yang terjadi pada bulan Agustus. Sedangkan rata-rata curah hujan sepanjang tahun 2012 tercatat sebesar 372,0 mm.
d. Kependudukan
Jumlah penduduk Kota Tarakan tahun 2013 menurut hasil Proyeksi Penduduk 2013 BPS Kota Tarakan adalah 220.200 jiwa. Apabila dilihat dari perbandingan penduduk laki-laki dan perempuan, jumlah penduduk laki-laki lebih banyak daripada penduduk perempuan dengan sex ratio sebesar 109,91%.
Table 2. Luas Wilayah dan Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan Kecamatan 2013
No Kecamatan
Luas (km2)
Penduduk
Jumlah Laki-Laki Perempuan
1. Tarakan Timur 58,01 25.680 23.256 48.936
2. Tarakan Tengah 55,54 35.711 33.309 69.020
3. Tarakan Barat 27,89 40.482 36.665 77.147
4. Tarakan Utara 109,36 13.427 11.670 25.097
Jumlah 250,80 115.300 104.900 220.200
Sumber: Badan Pusat Statistik Kota Tarakan, Kota Tarakan dalam angka 2014
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa luas wilayah dan jumlah penduduk menurut jenis kelamin dan kecamatan 2013 yaitu kecamatan Tarakan Timur dengan luas wilayah 58,01 km2, penduduk dengan jenis kelamin laki-laki sebanyak 25.680 jiwa dan penduduk wanita sebanyak 23.256 jiwa maka jumlah penduduk menurut jenis kelamin sebanyak 48.936 jiwa. Kecamatan Tarakan Tengah dengan luas 55,54 km2, penduduk dengan jenis kelamin laki-laki sebanyak 35.711, dan penduduk wanita sebanyak 33.309 jiwa maka jumlah penduduk menurut jenis kelamin sebanyak 69.020 jiwa. Kecamatan Tarakan Barat dengan luas 27,89 km2, penduduk dengan jenis kelamin laki-laki sebanyak 40.482, dan penduduk wanita sebanyak 36.665 jiwa maka jumlah penduduk menurut jenis kelamin sebanyak 77.147 jiwa. Kecamatan Tarakan Utara dengan luas 109,36 km2, penduduk dengan jenis kelamin laki-laki sebanyak 13.427, dan
penduduk wanita sebanyak 11.670 jiwa maka jumlah penduduk menurut jenis kelamin sebanyak 25.097 jiwa.
Grafik 1. Distribusi Penduduk Menurut Kecamatan di Kota Tarakan, 2013
Sumber: Badan Pusat Statistik Kota Tarakan, Kota Tarakan dalam angka 2014
Berdasarkan grafik di atas dapat diketahui bahwa, Penyebaran penduduk antar kecamatan dapat dikatakan masih belum merata. Dari hasil Proyeksi Penduduk 2013 terlihat bahwa penduduk yang tinggal di Kecamatan Tarakan Barat mencapai 35,03%. Lain halnya dengan Kecamatan Tarakan Utara yang hanya dihuni 11,40% dari jumlah penduduk Kota Tarakan.
Selain itu, dilihat dari pengolahan Proyeksi Penduduk 2013 untuk kepadatan penduduk, Kecamatan Tarakan Barat mempunyai kepadatan paling tinggi yaitu 2.766 jiwa per km2 kemudian diikuti Kecamatan Tarakan Tengah dengan kepadatan penduduk sebesar 1.243 jiwa per km2 dan Kecamatan Tarakan Timur dengan kepadatan 844 jiwa per km2. Sedangkan Kecamatan Tarakan Utara mempunyai kepadatan penduduk yang paling rendah yaitu hanya 229 jiwa per km2.
Tarakan Timur 22,22%
Tarakan Tengah 31,34%
Tarakan Utara 11,40%
Tarakan Barat 35,03%
penduduk wanita sebanyak 11.670 jiwa maka jumlah penduduk menurut jenis kelamin sebanyak 25.097 jiwa.
Grafik 1. Distribusi Penduduk Menurut Kecamatan di Kota Tarakan, 2013
Sumber: Badan Pusat Statistik Kota Tarakan, Kota Tarakan dalam angka 2014
Berdasarkan grafik di atas dapat diketahui bahwa, Penyebaran penduduk antar kecamatan dapat dikatakan masih belum merata. Dari hasil Proyeksi Penduduk 2013 terlihat bahwa penduduk yang tinggal di Kecamatan Tarakan Barat mencapai 35,03%. Lain halnya dengan Kecamatan Tarakan Utara yang hanya dihuni 11,40% dari jumlah penduduk Kota Tarakan.
Selain itu, dilihat dari pengolahan Proyeksi Penduduk 2013 untuk kepadatan penduduk, Kecamatan Tarakan Barat mempunyai kepadatan paling tinggi yaitu 2.766 jiwa per km2 kemudian diikuti Kecamatan Tarakan Tengah dengan kepadatan penduduk sebesar 1.243 jiwa per km2 dan Kecamatan Tarakan Timur dengan kepadatan 844 jiwa per km2. Sedangkan Kecamatan Tarakan Utara mempunyai kepadatan penduduk yang paling rendah yaitu hanya 229 jiwa per km2.
Tarakan Timur 22,22%
Tarakan Tengah 31,34%
Tarakan Utara 11,40%
Tarakan Barat 35,03%
penduduk wanita sebanyak 11.670 jiwa maka jumlah penduduk menurut jenis kelamin sebanyak 25.097 jiwa.
Grafik 1. Distribusi Penduduk Menurut Kecamatan di Kota Tarakan, 2013
Sumber: Badan Pusat Statistik Kota Tarakan, Kota Tarakan dalam angka 2014
Berdasarkan grafik di atas dapat diketahui bahwa, Penyebaran penduduk antar kecamatan dapat dikatakan masih belum merata. Dari hasil Proyeksi Penduduk 2013 terlihat bahwa penduduk yang tinggal di Kecamatan Tarakan Barat mencapai 35,03%. Lain halnya dengan Kecamatan Tarakan Utara yang hanya dihuni 11,40% dari jumlah penduduk Kota Tarakan.
Selain itu, dilihat dari pengolahan Proyeksi Penduduk 2013 untuk kepadatan penduduk, Kecamatan Tarakan Barat mempunyai kepadatan paling tinggi yaitu 2.766 jiwa per km2 kemudian diikuti Kecamatan Tarakan Tengah dengan kepadatan penduduk sebesar 1.243 jiwa per km2 dan Kecamatan Tarakan Timur dengan kepadatan 844 jiwa per km2. Sedangkan Kecamatan Tarakan Utara mempunyai kepadatan penduduk yang paling rendah yaitu hanya 229 jiwa per km2.
Tarakan Timur 22,22%
Tarakan Tengah 31,34%
Tarakan Utara 11,40%
Tarakan Barat 35,03%
Table 3. Komposisi penduduk berdasarkan keturunan atau etnis sebagai berikut :
No. Keturunan/Etnis Jumlah Persen (%)
1. Etnis Bugis 51.898 26,8%
2. Etnis Jawa 44.784 22,8%
3. Etnis Tionghoa 13.751 7,17%
4. Etnis Tidung 12.846 6,70%
5. Etnis Banjar 8.437 4,40%
6. Etnis Dayak 7.128 3,71%
7. Etnis Manado 6.248 3,25%
8. Etnis Melayu 4.996 2,60%
9. Etnis Batak 4.207 2,19%
10. Etnis Madura 2.933 1,65%
11. Etnis Sunda 2.407 1,25%
12. Etnis Bali 1.678 0,87%
13. Etnis Papua 1.675 0,86%
14. Etnis Timur 1.473 0,77%
15. Etnis Minang 1.439 0,75%
16. Etnis Palembang 874 0,45%
17. Etnis Aceh 295 0,15%
Sumber: Badan Pusat Stasisti Kota Tarakan, Kota Tarakan dalam angka 2012
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa komposisi penduduk berdasarkan keturunan dan etnis di Kota Tarakan yaitu jumlah keturunan bugis sebanyak 51.898 jiwa (26,8%), jumlah keturunan jawa sebanyak 44.784 jiwa (22,8), jumlah keturunan Tionghoa sebanyak 13.751 jiwa (7,17%), jumlah keturunan Tidung sebanyak 12.846 jiwa (6.70%), jumlah keturunan banjar sebanyak 8.437 jiwa (4,40%), jumlah keturuna Dayak sebanyak 7.128 jiwa (3,71%), jumlah keturunan Manado sebanyak 6.248 jiwa (3,25%), jumlah keturunan Melayu sebanyak 4.996 jiwa (2,60%), keturunan Batak sebanyak 4.207 jiwa (2,19%), keturunan Madura sebanyak 2.933 jiwa(1,65%), keturunan Sunda sebanyak 2.407 jiwa (1,25%), keturunan Bali sebanyak 1.678 jiwa (0,87%), keturunan Papua sebanyak 1.675 jiwa (0,86%), keturunan Timur sebanyak 1.473 jiwa (0,77%), keturunan Minang sebanyak 1.439 jiwa (0,75), keturunan Palembang 874 jiwa (0,45%), keturunan Aceh sebanyak 295 jiwa (0,15%)
e. Tingkat pendidikan
Pendidikan formal merupakan suatu proses yang berjenjang dari Sekolah Dasar (SD) hingga Perguruan Tinggi (PT). Untuk menunjang keberhasilan pembangunan bidang pendidikan, pendidikan formal yang umumnya diselenggarakan di sekolah-sekolah tidak hanya dibawahi oleh Departemen Pendidikan Nasional (Depdiknas) saja, tetapi ada juga yang dibawahi oleh departemen di luar Depdiknas, seperti misalnya Departemen Agama, Departemen Kesehatan, dll.
Jumlah SD/MI pada tahun 2013 sebanyak 63 sekolah. Dari sebanyak 63 sekolah, 44 sekolah berstatus negeri dan 19 sekolah berstatus swasta. Jumlah
sekolah terbanyak terdapat di Kecamatan Tarakan Tengah sedangkan jumlah sekolah paling sedikit terdapat di Kecamatan Tarakan Utara.
Sekolah Menengah Pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiyah (MTs) tercatat sebanyak 20 sekolah, 11 sekolah merupakan sekolah negeri dan 9 sekolah merupakan sekolah swasta. Dari sebanyak 20 SMP/MTs di Kota Tarakan, 6 sekolah berada di Kecamatan Tarakan Timur, 8 sekolah berada di Kecamatan Tarakan Tengah, 4 sekolah berada di Kecamatan Tarakan
Barat dan 2 sekolah berada di Kecamatan Tarakan Utara.
Sekolah Menengah Atas dan sederajat pada tahun 2013 terdapat sebanyak 18 sekolah. Dari 18 sekolah tersebut, 7 sekolah merupakan sekolah negeri dan 11 sekolah merupakan sekolah swasta. Jumlah sekolah terbanyak terdapat di Kecamatan Tarakan Tengah dan jumlah sekolah paling sedikit terdapat di Kecamatan Tarakan Timur dan Tarakan Utara.
Perguruan Tinggi di Kota Tarakan ada 5 unit yang terdiri dari universitas 1 unit, sekolah tinggi 2 unit dan akademi sebanyak 2 unit. Dari lima perguruan tinggi tersebut hanya satu yang berstatus perguruan tinggi negeri yaitu Universitas Borneo Tarakan.
f. Agama
Penduduk di kota Tarakan paling banyak memeluk agama Islam disamping pemeluk agama kristen, Hindu dan Budha. Adapun jumlah penduduk menurut agama dan kepercayaannya. Pemeluk agama Islam sebanyak 162.983 jiwa, agama Kristen sebanyak 20.663 jiwa, agama Hindu sebanyak 162 jiwa,
agama Budha sebanyak 3.746 jiwa, khonghucu sebanyak 12 jiwa dan lain-lain sebanyak 10 jiwa.
g. Tingkat Umur
Masyarakat Kota Tarakan yang menjadi informan dalam penelitian ini memiliki umur yang berbeda-beda. Tingkat umur seseorang dapat memperlihatkan tingkah laku atau sikap mereka dalam menghadapi suatu masalah. Untuk lebih jelasnya tentang profil informan berdasarkan tingkat umur disajikan sebagai berikut :
Tabel 4.Persentase Jumlah Informan Berdasarkan Umur
No. Tingkat Umur (Tahun) Frekuensi Persen (%)
1. 25–32 3 30
2. 33–40 6 60
3. 41–48 - -
4. 49–56 - -
5. 57–64 - -
Jumlah 9 90
Sumber : Hasil Wawancara 2015
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa umur informan dalam penelitian ini pada umur antara 25–32 tahun sebanyak 3 orang atau 30%.
Kemudian yang berada dalam umur 33– 40 tahun sebanyak 6 orang atau 60%, informan yang berada pada umur 41–48 tidak ada dan informan yang berada pada tingkat umur 49-56 tidak ada, sedangkan informan yang berada pada tingkat umur 47-64 tidak ada.
h. Era Kekuasaan di Kota Tarakan 1. Era Kerajaan Tidung
Kerajaan Tidung atau dikenal pula dengan nama Kerajaan Tarakan (Kalkan/Kalka) adalah kerajaan yang memerintah Suku Tidung di Kalimantan Utara, yang berkedudukan di Pulau Tarakan dan berakhir di Salimbatu.
Sebelumnya terdapat dua kerajaan di kawasan ini, selain Kerajaan Tidung, terdapat pula Kesultanan Bulungan yang berkedudukan di Tanjung Palas.
Berdasarkan silsilah (Genealogy) yang ada bahwa dipesisir timur Pulau Tarakan yaitu di kawasan Dusun Binalatung sudah ada Kerajaan Tidung Kuno (The Ancient Kingdom of Tidung), kira-kira pada tahun 1076-1156, kemudian berpindah ke pesisir selatan Pulau Tarakan di kawasan Tanjung Batu pada tahun 1156-1216, lalu bergeser lagi ke wilayah barat yaitu ke kawasan Sungai Bidang kira-kira pada tahun 1216-1394, setelah itu berpindah lagi, yang relatif jauh dari Pulau Tarakan ke daerah Pimping bagian barat dan kawasan Tanah Kuning, sekitar tahun 1394-1557.
Dari riwayat-riwayat yang terdapat dikalangan suku Tidung tentang kerajaan yang pernah ada dan dapat dikatakan yang paling tua di antara riwayat lainnya yaitu dari Menjelutung di Sungai Sesayap dengan rajanya yang terakhir bernama Benayuk. Berakhirnya zaman Kerajaan Menjelutung karena ditimpa malapetaka berupa hujan ribut dan angin topan yang sangat dahsyat sehingga mengakibatkan perkampungan di situ runtuh dan tenggelam kedalam air (sungai) berikut warganya. Peristiwa tersebut dikalangan suku Tidung disebut Gasab yang kemudian menimbulkan berbagai mitos tentang Benayuk dari Menjelutung. Dari
beberapa sumber didapatkan riwayat tentang masa pemerintahan Benayuk yang berlangsung sekitar 35 musim. Perhitungan musim tersebut adalah berdasarkan hitungan hari bulan (purnama) yang dalam semusim terdapat 12 purnama.
Dari itu maka hitungan musim dapat disamakan lebih kurang dengan tahun Hijriah. Apabila dirangkaikan dengan riwayat tentang beberapa tokoh pemimpin (Raja) yang dapat diketahui lama masa pemerintahan dan keterkaitannya dengan Benayuk, maka diperkirakan tragedi di Menjelutung tersebut terjadi pada sekitaran awal abad XI. Kelompok-kelompok Suku Tidung pada zaman Kerajaan Menjelutung belumlah seperti apa yang terdapat sekarang ini, sebagaimana diketahui bahwa dikalangan Suku Tidung yang ada di Kalimantan Timur dan Utara sekarang terdapat 4 (empat) kelompok dialek bahasa Tidung, yaitu :
a. Dialek bahas Tidung Malinau b. Dialek bahasa Tidung Sembakung.
c. Dialek bahas Tidung Sesayap.
d. Dialek bahas Tidung Tarakan yang biasa pula disebut Tidung Tengara yang kebanyakan bermukim di daerah air asin.
Dari adanya beberapa dialek Bahasa Tidung yang merupakan kelompok komunitas berikut lingkungan sosial budayanya masing-masing, maka tentulah dari kelompok-kelompok dimaksud memiliki pemimpin masing-masing.
Sebagaimana diriwayatkan kemudian bahwa setelah Kerajaan Benayuk di Menjelutung runtuh maka anak keturunan beserta warga yang selamat berpindah dan menyebar kemudian membangun pemukiman baru. Salah seorang dari keturunan Benayuk yang bernama Kayam selaku pemimpin dari pemukiman di
Linuang Kayam (Kampung si Kayam) yang merupakan cikal bakal dari pemimpin (raja-raja) di Pulau Mandul, Sembakung dan Lumbis.
2. Era Dinasti Tengara
Dinasti Tengara bermulai pada tahun 1557-1916 Masehi, dinasti ini pertama kali dipimpin oleh Amiril Rasyd Gelar Datoe Radja Laoet pada tahun 1557 Masehi dan berakhir pada saat dipimpin oleh Datoe Adil pada tahun 1916, Dinasti Tengara berlokasi di kawasan Pamusian, Tarakan Tengah.
3. Era Hindia Belanda
Ketenangan masyarakat setempat agak terganggu ketika pada tahun 1896, sebuah perusahaan perminyakan Belanda, BPM (Bataavishe Petroleum Maatchapij) menemukan adanya sumber minyak di pulau ini. Banyak tenaga kerja didatangkan terutama dari pulau jawa seiring dengan meningkatnya kegiatan pengeboran. Mengingat fungsi dan perkembangan wilayah ini, pada tahun 1923 Hindia Belanda merasa perlu untuk menempatkan seorang Asisten Residen di pulau ini yang membawahi 5 (lima) wilayah, yakni: Tanjung Selor, Tarakan, Malinau, Apau Kayan dan Berau. Namun pada masa pasca kemerdekaan, Pemerintah RI merasa perlu untuk mengubah status kewedanan Tarakan menjadi Kecamatan Tarakan sesuai dengan Keppress RI No. 22 Tahun 1963.
4. Era Pendudukan Jepang
Pada saat pendaratan Sekutu, angkatan Jepang di Tarakan berjumlah 2.200 orang yang didatangkan dari Angkatan Darat Kekaisaran Jepang dan Angkatan Laut Kekaisaran Jepang. Satuan terbesar adalah Batalion Infantri Independen ke-
455 yang berkekuatan 740 orang yang dikomandoi oleh Mayor Tadai Tokoi. 150 pasukan pendukung AD juga ada di Tarakan.
Sumbangan AL kepada garnisun Tarakan tersusun atas 980 pelaut yang dikomandoi oleh Komandan Kaoru Kaharu. Satuan laut utama adalah Angkatan Garnisun Laut ke-2 yang berkekuatan 600 orang. Satuan laut ini dilatih bertempur sebagai infantri dan mengoperasikan beberapa senapan pertahanan pesisir. 350 pekerja minyak sipil Jepang juga diharapkan bertempur pada saat serangan Sekutu. Angkatan Jepang termasuk sekitar 50 orang Indonesia yang berdinas di satuan pengawal pusat.
Mayor Tokoi mengarahkan keseluruhan pertahanan Tarakan, meskipun hubungan antara AL dan AD buruk. Angkatan Jepang dipusatkan di sekitar Lingkas, pelabuhan utama Tarakan dan tempat satu-satunya pantai yang cocok untuk pendaratan pasukan. Pembela itu telah menghabiskan waktu beberapa bulan sebelum serangan yang menyusun posisi bertahan dan menanam ranjau.
Pertahanan yang diatur itu banyak dipakai selama pertempuran, dengan taktik Jepang yang difokuskan pada posisi bertahan pra-persiapan yang kuat. Jepang tak melakukan kontra-serangan besar apapun, dan kebanyakan gerakan menyerang terbatas pada beberapa pihak penyerang yang mencoba menyelusup garis Australia.
Mendapatkan ladang minyak Tarakan adalah satu tujuan awal Jepang selama Perang Pasifik. Jepang menyerang Tarakan pada tanggal 11 Januari 1942 dan mengalahkan garnisun Belanda yang kecil dalam pertempuran yang berlangsung selama 2 hari di mana separuh pasukan Belanda gugur. Saat ladang