H. Teknik Analisis Data
I. Teknik Keabsahan Data
Dalam hal pengabsahan data, peneliti menggunakan metode triangulasi yaitu pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai cara dan berbagai
waktu. Seperti yang di ungkapkan oleh Sugiyono dalam bukunya metode penelitian kuantitatif kualitatif dan R&D (2014 : 273), yang menyatakan bahwa
“Triangulasi dalam pengujian kredibilitas ini di artikan sebagai pengecekan data
dan berbagai sumber dengan berbagai cara, dan berbagai waktu. Dengan demikian dalam penelitian ini digunakan triangulasi sumber, triangulasi teknik pengumpulan data, dan triangulasi waktu dalam menguji keabsahan data.
1. Triangulasi Sumber
Triangulasi sumber untuk menguji kredibilitas data dilakukan dengan cara mengecek data yang telah diperoleh melalui beberapa sumber, dengan cara mengecek kembali data yang diperoleh dari informasi dokumen lain dengan sumber informasi dengan tujuan untuk mendapatkan derajat kepercayaan adanya informasi dan kesamaan pandang serta pemikiran sehingga data yang diperoleh langsung dianalisis.
2. Triangulasi Teknik
Triangulasi teknik untuk menguji kredibilitas atau tingkat kepercayaan data dilakukan dengan cara mengecek data kepada sumber yang sama dengan teknik yang berbeda. Misalnya, data diperoleh dengan wawancara, lalu dicek dengan observasi, dan dokumentasi.Bila dengan tiga teknik pengujian kredibilitas tersebut, menghasilkan data yang berbeda-beda, maka peneliti melakukan diskusi lebih lanjut kepada sumber data yang bersangkutan atau yang lain, untuk memastikan data mana yang dianggap benar atau mungkin semuanya benar, karna sudut pandangnya berbeda-beda.
3. Triangulasi Waktu
Triangulasi waktu dilakukan dengan cara melakukan pengecekan dengan wawancara, observasi, atau teknik lain dalam waktu atau situasi yang berbeda.
Waktu juga sering mempengaruhi kredibilitas data. Data yang di kumpulkan dengan teknik wawancara di pagi hari pada saat narasumber masih segar, belum banyak masalah, akan memberikan data yang lebih valid sehingga lebih kredibel atau dapat dipercaya. Untuk itu dalam rangka pengujian kredibilitas data dapat dilakukan dengan cara melakukan pengecekan dengan wawancara, observasi, atau teknik lain dalam waktu atau situasi yang berbeda, maka dilakukan secara berulang-ulang sehingga sampai ditemukan kepastian adanya.
BAB 1V
GAMBARAN DAN HISTORIS LOKASI PENELITIAN A. Historis Kabupaten Pangkep
Pangkep adalah nama kabupaten yang beradah tidak jauh dari kota Makassar. Pangkep adalah singkatan dari pangkajene dan kepulauan.Pangkajene berasal dari dua kata yaitu pangka dan je’ne’.Pangka berarti cabang dan je’ne’
berarti air.Jadi, di kabupaten ini terdapat sungai besar yang bercabang.Lalu ditambahkan kepulauan sebab kabupaten pangkep memiliki gugusan pulau yang membentang di lautan luas.
Kabupaten Pangkep dijaman pemerintahan Bupati Andi Baso Amirullah, kabupaten ini dijuluki sebagai daerah ’’ tiga dimensi ‘’, karna wilayah pangkep
meliputi pegunungan, dataran rendah, dan kepulauan memiliki karakteristik dan cirri baharimerupakan tantangan tersendiri dalam melakukan pembangunan.
41
B. Geografi dan Pemerintah
Secara geografi Kabupaten Pangkep terletak pada koordinat antara 110o sampai 113” Lintang Selatan dan 4o40' sampai 8.00 ” Bujur Timur, atau terletak
di pantai barat Sulawesi Selatan dengan batas-batas administrasi : - Sebelah utara dengan Kabupaten Barru;
- Sebelah selatan dengan Kabupaten Maros;
- Sebelah timur dengan Kabupaten Bone dan
- Sebelah Barat dengan pulau Kalimantan, Jawa, Madura Nusa Tenggara & Bali.
Kabupaten Pangkajene Kepulauan (Pangkep) yang berjarak 60 Km dari Kota Makassar mempunyai wilayah seluas 112,29 Km², terbagi dalam wilayah daratan dan kepulauan.
Secara administratif terbagi atas 9 Kecamatan, masing-masing wilayah terdiri dari 5 (lima) wilayah kecamatan dataran rendah, 1 (satu) wilayah kecamatan pegunungan dan 3 (tiga) wilayah kecamatan kepulauan. Ketiga kecamatan kepulauan tersebut adalah (1) Kecamatan Liukang Tupabbiring, (2) Kecamatan Liukang Tangngayya dan Kecamatan Liukang Kalukuang Massalimu (Kalmas).Kecamatan Liukang Tupabbiring merupakan kecamatan yang memiliki dinamika tinggi dalam berbagai aspek sosial dan ekonomi dibanding kecamatan lainnya, dan merupakan bagian dari gugusan Kepulauan Spermonde.
Dalam wilayah Pangkep sendiri ada 114 buah pulau, dengan 94 pulau diantaranya berpenghuni dengan jumlah penduduk 51.469 jiwa (34%). Luas laut Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan 71.100 Km2, luas pulau kecil 35.150 Ha
dan panjang garis pantai 250 Km dan luas terumbu karang 36.000 Km2 (DKP Kab. Pangkep, 2001).
C. Topografi dan Klimatologi
Kabupaten Pangkep terletak di pesisir pantai barat Sulawesi Selatan yang terdiri dari dataran rendah dan pegunungan. Dataran rendah seluas 73,721 Ha membentang dari garis pantai barat ke timur terdiri dari persawahan, tambak/empang, sedangkan daerah pegunungan dengan ketinggian 100 – 1000 meter di atas permukaan air laut terletak di sebelah timur dan merupakan wilayah yang banyak mengandung batu cadas dan sebagian mengandung batu bara serta berbagai jenis batu marmer. Temperatur udara berada pada kisaran 21º sampai 31°
atau rata-rata 26,40º C keadaan angin berada pada kecepatan laut sampai sedang, curah hujan maksimal pada tahun 2000 rata-rata mencapai 666/153 karena hujan dengan kelembaban udara yang merata.
D. Demografi Wilayah
Kabuaten Pangkep terdiri dari 12 Kecamatan yaitu 9 Kecamatan daratan dan 3 Kecamatan Kepulauan (114 pulau) dengan luas wilayah daratan 898,29 km2 dan laut seluas 11.464,44 km2 . Jarak dari ibukota Propinsi (Makassar) 51 Km, jarak dari pulau yang terjauh yaitu Pulau Kapoposang Bali, sedangkan yang terdekat adalah pulau Saugi jarak, dan jarak dari ibukota Kabupaten ke Kecamatan terjauh (Lk. Tangaya) 262,43 mill, kemudian Kecamatan Liukang Kalmas 185,82 mil.
(Kantor Informasi dan Komunikasi Kabupaten Pangkep, 2005).
1. Potensi Perikanan dan Hasil Laut
Ikan Tambak : Potensi perikanan tambak di Pangkep akhir-akhir ini semakin berkembang pesat. Banyaknya pembukaan lahan tambak dari lahan persawahan, menandakan semakin meningkatnya produksi ikan tambak di wilayah ini.Terutama ikan bandeng yang merupakan komoditi unggulan dan Pangkep sebagai salah satu pemasok utama kebutuhan ikan bandeng di wilayah Makassar dan daratan Sulsel setiap harinya. Untuk budidaya tambak di Kabupaten Pangkep juga menghasilkan ikan mencapai 4.153,4 ton dengan perincian ; Ikan Bandeng 3.557,1 Ton; Udang Windu 369,5 Ton; Udang Putih 65,7 Ton; dan Ikan campuran 161,1 Ton
Ikan Laut : Sebagai wilayah yang memiliki 117 pulau dengan 90 pulau yang berpenghuni, kabupaten Pangkep juga sangat berpotensi untuk perikanan laut. Di wilayah perairan, mereka yang bermukim di wilayah kepulauan, umumnya bermata pencaharian nelayan tradisional dengan tingkat ketergantungan pada laut yang sangat tinggi. Secara turun temurun mereka telah mewarisi cara penangkapan secara tradisional dengan menggunakan pancing, pukat dan beberapa alat lainnya yang cukup sederhana. Selain itu juga terdapat budidaya rumput laut di beberapa kecamatan yang cukup menjanjikan.Namun dengan perkembangan masyarakat dewasa ini, mereka pun sudah perlahan-lahan mengetahui beberapa teknologi penangkapan yang modern namun ketergantungan pada pemilik modal di luar daerah yang tinggi.Sehingga mereka pun hanya bekerja sebagai buruh nelayan. Jumlah produksi penangkapan ikan di laut pada tahun 2004 sebanyak 9.755,1 ton dan budidaya rumput laut di kecamatan Liukang Tangaya, Kalmas dan Tupabiring sebanyak 7.174 ton. Potensi hasil laut
Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan tahun 2002 sejumlah 7.050 Ton. Jumlah alat tangkap ikan laut yang terbanyak adalah dengan menggunakan alat tangkap jaring klitik, yaitu 393 unit, jaring Insang tetap 286 unit, Dogol 183 unit,Pukat cincin 143 unit dan alat tangkap lainnya.
Tabel 4.1 Potensi Perikanan dan Hasil Laut
2. Wilayah tangkapan ikan laut meliputi
a. Pulau Balang Lompo untuk ikan Barukang, Tembang, Kembung, Ikan Teri dan Pari.
b. Pulau Sabutung untuk ikan Barukang, Kepiting, Layang, Tembang dan Rumput Laut.
c. Pulau Kapoposang untuk ikan Cakalang, Layang, Tuna, Cucut, Kerapu, Teripang dan Lobster.
d. Pulau Doang-Doangan untuk ikan Tuna, Cakalang, Cucut, Tuna, Penyu Sisik dan Rumput Laut.
e. Pulau Kalu-Kalukuang ikan Cucut, Sunu, Tuna, Teripang, Penyu dan Rumput Laut.
f. Pulau Gusung untuk ikan Sunu, Cakalang, Tuna, Tombak, Tenggiri dan layang.
g. Pulau Sabalanak untuk ikan Kerapu, Cakalang, Cucut, Tuna, Layang, Kerang-Kerangan dan Rumput Laut.
h. Pulau Sapuka untuk Ikan Baronang, Tuna, Layang, Teripang dan Rumput Laut.
E. Letak Geografis Kecamatan Liukang Kalmas
Liukang Kalmas atau Kalukuang Masalima adalah sebuah kecamatan di kabupaten pangkajene dan kepulauan, Sulawesi selatan.Kabupaten ini mencakup wilayah 18 pulau yang berbatasan langsung dengan Kalimantan selatan disebelah utara dan jawa/laut jawa sebelah barat. Ibukota Kecamatan Liukang Kalmas berada di pulau Kalukalukuang yang terletak sekitar 208 km dibarat daya kota pangkep. Pulau terjauh adalah pammantauang dan masalima yang berjarak 85 km dari ibukota kecamatan dan 293 km dari sebelah barat ibukota kabupaten pangkep.
Sebaran pulau-pulau sebanyak 6 buah terhimpun dalam wilayah kecamatan ini yang terletak pada kisaran 5-6 derajat lintang selatan dan 10-12 derajat bujur timur. Luas wilayah daratan kepulauan ini adalah 91,50 km bujur sangkar.
Kecamatan ini berbatasan langsung dengan propinsi Kalimantan Selatan disebelah utara dan dengan propinsi Jawa Timur atau laut Jawa disebelah Barat.Keseluruhan Kalmas :
1. Pulau Kalukalukuang 2. Pulau Pammantauan 3. Pulau Masalima 4. Pulau Saliriang 5. Pulau Sabaru
6. Pulau Pammalikan a. Sistem Mata Pencaharian
Masyarakat kecamatan Liukang hidup sebagai petani dan nelayan Mata pencaharian lain yang diminati oleh masyarakat adalah pedagang serta ada pula menekuni bidang pendidikan.
b. Sistem Kemasyarakatan
Dalam kalangan masyarakat Liukang Kalmas sistem kemasyarakatan yang dianut adalah sistem kekeluargaan di mana masih menganut sistem gotong royong saling bantu membantu.
c. Sistem Bahasa
Bahasa yang digunakan masyarakat Liukang Kalmas adalah bahasa mandar dan bahasa Makassar karna kebanyakan penduduknya berasal dari suku mandar dan maakassar.
d. Sistem Religi atau Kepercayaan
Menurut data statistik pemerintah Kecamatan Liukang Kalmas bahwa mayoritas 100% penduduk Liukang Kalmas beragama islam. Kesadaran masyarakat yang kuat akan pentingnya shalat lima waktu. Sifat relegius itu terlihat dari keseharian masyarakat ketika waktu shalat tiba, mereka terlihat antusias melaksanakan kewajiannya di mesjid sebagai umat islam. Selain itu, masyarakat Liukang Kalmas sering melakukan pengajian yaitu setelah shalat maghrib sampai waktu shalat isya.
Selain itu, masih ada sebagai masyarakat Liukang Kalmas yang masih percaya terhadap hal-hal gaib atau animisme dan dinamisme.Yang tampak terlihat seperti; membawa makanan ke laut, tolakbala dan sebagainya. Hal ini dilakukan secara turun temurung oleh masyarakat Liukang Kalmas yang masih kental terhadap hal-hal gaib dan tidak bisa di tinggalkan karena sudah menjadi tradisi masyarakat tersebut. Tetapi, seiring perkembangan waktu kepercayaan animesme dan dinamisme dalam implikasi perkembagannya sudah sedikit berkurang.
BAB V
PENGARUH TINGKAT PENDIDIKAN ORANG TUA TERHADAP POLA ASUH ANAK