• Tidak ada hasil yang ditemukan

Teknik Pengambilan Darah Kapiler

BAB II TINJAUAN PUSTAKA II

2.7 Pengambilan Darah Kapiler

2.7.1 Teknik Pengambilan Darah Kapiler

Metode ini menggunakan sampel yang diambil melalui jari dan berakhir dengan cepat dan hanya membutuhkan sedikit persiapan, sangat membantu mengurangi kekhawatiran dan kecemasan pada pasien, terutama anak-anak dan orang dewasa yang takut dengan jarum suntik.(10)

Teknik pengambilan metode Fingerstick menurut Gandasoebrata(19), pada tahun 2007 adalah sebagai berikut :

1. Pastikan alat dan bahan yang akan digunakan tersebut steril.

2. Membersihkan daerah yang akan digunakan untuk pengambilan sampel, dengan diusapkan menggunakan alkohol 70%, dibiarkan sampai mengering.

3. Memegang bagian yang akan ditusuk dan di tekan sedikit agar rasa nyeri berkurang. Menusuk secara cepat dengan lanset steril.

4. Menusuk jari ke tiga atau ke empat dengan arah tegak lurus, pada garis garis sidik kulit, jangan sejajar dengan garis-garis sidik tersebut.

15

Universitas Binawan

5. Menusuk bagian pinggir jika menggunakan anak daun telinga, jangan sisinya. Tusukan harus cukup dalam agar darah mudah keluar.

6. Jangan sampai menekan nekan jari atau telinga untuk mendapat cukup darah karna darah yang diperas keluar semacam itu telah bercampur dengan cairan jaringan sehingga menjadi encer dan menyebabkan kesalahan.

7. Membuang tetes darah yang pertama keluar dengan memakai tabung minitube. Tetes darah selanjutnya dapat digunakan untuk pemeriksaan.

2.8 Faktor kesalahan pengambilan darah kapiler

Kesalahan yang mempengaruhi pengambilan darah kapiler menurut Gandasoebrata, 2010(20) :

1. Cara penusukan jari yang tidak terlalu dalam, sehingga jari harus ditekan- tekan menyebabkan darah bercampur dengan cairan intestinal dan darah akan menjadi encer.

2. Saat penusukan masih ada sisa alkohol 70% yang belum kering.

3. Tetesan darah pertama tidak dibersihkan dengan tissue terlebih dahulu.

2.9 Antikoagulan

Antikoagulan adalah bahan yang digunakan untuk mencegah pembekuan darah. Tidak semua macam antikoagulan bisa dipakai karena ada beberapa yang terlalu banyak pengaruh terhadap bentuk eritrosit dan leukosit yang bisa mengakibatkan morfologinya.(16) Pemberian antikoagulan pada darah yang segar akan membuat darah terbagi menjadi dua lapisan yaitu plasma darah dan korpuskuli atau sel darah sedangkan darah tanpa antikoagulan akan terbentuk serum darah.(17)

2.10 Jenis – jenis Tabung

Vacutainer adalah tabung reaksi hampa udara yang terbuat dari kaca atau plastik, apabila dilekatkan pada jarum, darah akan masuk mengalir ke dalam tabung dan berhenti mengalir ketika sejumlah volume tertentu telah tercapai. Vacutainer memiliki tutup tabung yang digunakan untuk membedakan jenis antikoagulan dan kegunaannya dalam pemeriksaan laboratorium.(21)

Gambar 3. Tabung Vacutainer(21)

2.10.1 Jenis dan fungsi warna tiap tabung Vacutainer : 1. Tabung tutup merah

Tabung ini tanpa penambahan zat additive, darah akan menjadi beku dan serum dipisahkan dengan pemusingan. Umumnya digunakan untuk pemeriksaan kimia darah, imunologi, serologi dan bank darah (crossmatching test).

2. Tabung tutup kuning

Tabung ini berisi gel separator (serum separator tube atau SST) yang fungsinya memisahkan serum dan sel darah.

Umumnya digunakan untuk pemeriksaan kimia darah, imunologi dan serologi.

17

Universitas Binawan

3. Tabung tutup ungu atau lavender

Tabung ini berisi EDTA. Umumnya digunakan untuk pemeriksaan darah lengkap dan bank darah (crossmatch).

4. Tabung tutup biru

Tabung ini berisi natrium sitrat. Umumnya digunakan untuk pemeriksaan koagulasi misalnya PPT dan APTT.

5. Tabung tutup hijau

Tabung ini berisi natrium atau lithium heparin, umumnya digunakan untuk pemeriksaan fragilitas osmotik eritrosit dan kimia darah.

6. Tabung tutup abu-abu terang

Tabung ini berisi natrium fluorida dan kalium oksalat, digunakan untuk pemeriksaan glukosa.

7. Tabung tutup hitam

Tabung ini berisi bufer sodium sitrat, digunakan untuk pemeriksaan laju endap darah atau LED.

8. Tabung tutup putih

Tabung ini berisi potassium EDTA, digunakan untuk pemeriksaan molekuler atau PCR dan DNA.(22)

2.11 Trombosit

Trombosit merupakan fragmen sitoplasmik tanpa inti berdiameter 2- 4 mm yang berasal dari megakariosit. Jumlah trombosit normal 150.000 – 400.000/mm3 dalam prosesnya pematangan selama 7-10 hari di dalam sumsum tulang. Trombosit yang dihasilkan oleh sumsum tulang berubah menjadi megakariosit. Megakariosit ini terbagi menjadi inti endomitotiknya kemudian volume sitoplasma menjadi besar seiring dengan penambahan lobus inti menjadi kelipatannya, sitoplasma menjadi granula dan trombosit dilepaskan dalam bentuk platelet(kepingan darah).(23)

Gambar 4. Sel Trombosit Dalam Mikroskop(24)

Dalam keadaan normal trombosit masuk dan bersirkulasi ke seluruh tubuh melalui aliran darah. Namun, dalam beberapa detik setelah kerusakan suatu pembuluh, trombosit tertarik ke daerah tersebut sebagai respon terhadap kolagen yang berada di lapisan subendotel pembuluh. Trombosit memiliki fungsi lain yaitu untuk mengubah bentuk dan kualitas setelah berikatan dengan pembuluh yang cedera. Trombosit akan menjadi lengket dan menggumpal bersama membentuk sumbat trombosit yang secara efektif akan menutupi daerah yang luka.(24)

Pemeriksaan trombosit menjadi pemeriksaan yang banyak diminta di laboratorium klinik. Hal ini disebabkan perannya yang sangat penting dalam upaya membantu menegakkan diagnosis, memberikan terapi, gambaran prognosis, dan follow up penderita.

19

Universitas Binawan

Hitung jumlah trombosit dapat dilakukan dengan berbagai macam metode salah satunya metode langsung, metode tidak langsung dan alat automatik.(25)

2.12 Fungsi Trombosit

Trombosit berperan penting untuk membentuk sumbatan terhadap cedera vaskuler dengan cara melakukan perlekatan dalam terhadap dinding pembuluh darah yang rusak. Trombosit pada keadaan normal bersirkulasi ke seluruh tubuh melalui aliran darah. Namun apabila ada kerusakan pembuluh darah, dalam beberapa detik setelah kerusakan trombosit akan tertarik menuju daerah yang mengalami kerusakan tersebut sebagai respon terhadap kolagen yang terpajang di lapisan subendotel pembuluh darah.(30) 2.13 Morfologi Trombosit

Morfologi trombosit dengan keadaan inaktif membentuk cakram bikonveks bediameter 2-4µm. dilihat menggunakan mikroskop elektron, trombosit terbagi menjadi 4 zona dengan masing-masing zona mempunyai fungsi tersendiri. Keempat zona adalah zona perifer yang berguna untuk adhesi dan agregasi, zona sol gel untuk menunjang struktur dan mekanisme kontraksi, zona organel yang berperan dalam pengeluaran isi trombosit serta zona membran yang keluar dari isi granula saat pelepasan.(30,31)

2.14 Kelainan Trombosit

Kelainan yang terdapat pada trombosit yaitu :

1. Trombositosis yaitu keadaan dimana didapatkan jumlah trombosit dalam darah tepi lebih dari batas atas nilai rujukan (>400.000/ul) dapat bersifat primer atau sekunder. Biasanya pada keadaan inflamasi dan keganasan.

2. Trombositopenia di defenisikan sebagai jumlah trombosit yang kurang dari batas bawah nilai rujukan (<150.000/ul). keadaan ini dapat bersifat kongenital (trombositopenia neonatal).

Trombositopenia dapat disebabkan oleh produksi trombosit yang berkurang, kelainan distribusi atau dekstruksi yang meningkat.(26)

2.15 Pemeriksaan Hitung Jumlah Trombosit 2.15.1 Cara Langsung

a. Metode Rees Ecker

Menurut Gandasoebrata,2011(20) Metode ini menggunakan darah yang diencerkan dengan larutan Rees Ecker, larutan tersebut membuat trombosit berwarna biru terang dengan pipet eritrosit lalu dimasukkan dalam kamar hitung kemudian dilihat pada mikroskop. Metode ini memiliki kelemahan harus mempunyai kemampuan visual untuk menghitung jumlah trombosit.

2.15.2 Cara Tidak Langsung a. Metode Fonio

Metode ini dengan darah yang diencerkan dengan larutan pengencer Magnesium sulfat 14% dengan perbandingan sekitar 1:3 lalu dibuat apusan darah tepi dan diwarnai dengan Giemsa dan Wright, kemudian diperiksa dengan pembesaran mikroskop 40x.(27)

2.16 Hematology Analyzer

Hematology analyzer merupakan alat penghitung sel darah lengkap yang memiliki beberapa parameter yang dapat diukur secara bersamaan dari sel darah yang berbeda secara otomatis. Mempunyai impedansi listrik yang bertujuan untuk resistensi atau ketahanan pada volume sel terhadap besarnya arus listrik yang dinyatakan dalam femtolitre. Dengan hematology analyzer dapat dilakukan dengan cepat dan hanya memerlukan waktu kurang dari satu menit.(28,31)

21

Universitas Binawan

Beberapa kekurangan juga dimiliki oleh alat hematology analyzer di antara lain tidak dapat menghitung sel abnormal, seperti sel-sel yang belum matang pada leukemia, infeksi bacterial dan sebagainya. Jika hal tersebut terjadi lakukan cross check dengan menggunakan sediaan apus darah tepi. Penggunaan alat hematology analyzer perlu mendapatkan perhatian khusus dalam hal perawatan. Suhu ruangan alat harus dilakukan kontrol secara berkala, reagen harus dalam penyimpanan yang baik, dan sampel dijaga supaya tidak terjadi aglutinasi. Sampel darah yang digunakan adalah sampel darah yang sudah ditambahkan antikoagulan, apabila sampel yang digunakan terdapat darah yang menggumpal dan terhisap masuk, akan terjadi kerusakan pada alat.(34)

2.16.1 Definisi Hematology Analyzer Xp-100

Hematology Analyzer Sysmex XP-100 merupakan alat analisis hematologi (profil darah rutin) dengan konsep yang meliputi tiga komponen korpuskuler yaitu : eritrosit, leukosit dan trombosit.(29) Hematology analyzer Sysmex XP-100 menggunakan 2 mode yang bisa dipilih, dengan Mode Whole Blood (WB) dan Mode Pre diluted (PD). Mode WB Menggunakan sampel darah vena dengan anti koagulan EDTA volume minimal 1 ml, sedangkan mode PD menggunakan sampel darah kapiler dari ujung jari atau cuping telinga volume 20 µl.(30)

Gambar 5. Alat Hematology Analyzer Xp-10

2.16.2 Prinsip Kerja Hematology Analyzer Xp-100

Pengukuran dan penyerapan sinar akibat interaksi sinar yang mempunyai panjang gelombang tertentudengan larutan atau sampel yang dilewatinya. Alat ini bekerja berdasarkan prinsip flow cytometer. Flow cytometri adalah metode pengukuran (metri) jumlah dan sifat-sifat sel (cyto) yang dibungkus oleh aliran cairan (flow) melalui celah sempit ribuan sel dialirkan melalui celah tersebut sedemikian rupa sehingga sel dapat lewat satu per satu, kemudian dilakukan penghitungan jumlah sel dan ukurannya.(32)

23

Universitas Binawan

Analitik Pasca Analitik

Pra Analitik

Pemeriksaan Trombosit 2.17 Kerangka Teori

Laboratorium

Tahapan Laboratorium

Gambar 6. Kerangka Teori : Variabel yang diteliti

: Variabel yang tidak diteliti

Sampel Darah Kapiler Flebotomi

Sampel Darah Vena

2.18 Hipotesis

Ho : Ada perbandingan yang signifikan antara jumlah trombosit dari sampel darah vena dan sampel darah kapiler.

H1 : Tidak ada perbandingan yang signifikan antara jumlah trombosit dari sampel darah vena dan darah kapiler.

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Jenis dan Desain Penelitian

Jenis penelitian yang akan di lakukan adalah penelitian deskriptif dengan desain penelitian cross sectional untuk melihat adanya perbandingan darah vena dan kapiler terhadap pemeriksaan jumlah trombosit.

3.2 Tempat Dan Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan di bagian laboratorium RS Khusus Bedah Rawamangun bulan Mei 2022. Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Mei - Juni 2022.

3.3 Populasi Dan Sampel 3.3.1 Populasi

Populasi dari penelitian ini adalah pasien rawat jalan di RS Khusus Bedah Rawamangun.

3.3.2 Sampel

Pengambilan sampel menggunakan teknik flebotomi. Teknik sampling yang digunakan penelitian ini yaitu purposive total sampling. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah yang memenuhi kriteria inklusi sebagai berikut :

1. Pasien yang datang untuk rawat jalan di RS Khusus Bedah Rawamangun.

2. Pasien berusia 12 s/d 45 tahun.

3. Sampel pasien yang hanya melakukan pemeriksaan darah rutin.

4. Pasien yang bersedia untuk diambil darah kapiler.

25

Kriteria eksklusi adalah sebagai berikut :

1. Pasien yang tidak melakukan rawat jalan di RS Khusus Bedah Rawamangun.

2. Pasien dibawah 12 tahun dan pasien diatas 45 tahun.

3. Pasien yang tidak melakukan pemeriksaan darah rutin.

4. Pasien yang tidak bersedia untuk diambil darah kapiler.

27

Universitas Binawan

Sampel Darah Vena

Jumlah Trombosit 3.4 Kerangka Konsep

Variabel Bebas Variabel Terikat

Gambar 1. Kerangka Konsep a. Variabel Independent ( Bebas )

Variabel dalam penelitian praktikum ini adalah pengambilan sampel darah vena dan darah kapiler untuk melihat adanya perbandingan hasil nilai pada trombosit.

b. Variabel dependent ( Terikat )

Variabel bebas dalam penelitian praktikum ini adalah pengambilan darah vena dan kapiler K3EDTA pada pasien rawat jalan RS Khusus Bedah Rawamangun.

Sampel Darah Kapiler

3.5 Definisi Operasional

Berikut definisi operasional pada penelitian ini seperti yang tersaji pada tabel di bawah ini.

Tabel 1. Definisi Operasional

No Variabel Pengertian Cara Ukur Hasil Ukur Skala 1. Jumlah Jumlah Sampel darah Nilai normal Skala Trombosit trombosit yang trombosit : Ordinal

yang dimasukkan 150.000 – diperoleh dari ke dalam alat 400.000/mm3

sampel darah Automatic ( Nilai kritis vena dan yaitu < 20.000 – darah kapiler Hematology >1.000.000

dengan Analyzer mm3 )

antikoagulan Sysmex Xp- K3EDTA dari 100

pasien rawat jalan RS Khusus Bedah

Rawamangun

2. Darah Vena Darah vena Menggunakan Sampel Skala EDTA dengan metode close, darah vena Nominal

antikoagulan darah yang layak : EDTA yang dimasukkan 1. Sampel diambil dari ke dalam darah terisi pasien rawat tabung 3cc.

jalan RS K3EDTA 2. Sampel

Khusus Bedah darah

Rawamangun tercampur

dengan baik.

29

Universitas Binawan

Sampel

darah vena yang tidak

layak : 1. Terdapat bekuan dan gelembung.

2. Sampel darah kurang

dari 3cc.

3. Darah Kapiler Darah kapiler Menggunakan Sampel Skala

EDTA dengan metode darah Nominal

antikoagulan fingerstick, kapiler yang

EDTA yang darah layak :

diambil dari dimasukkan 1. Sampel pasien rawat ke dalam darah terisi

jalan RS tabung 1cc.

Khusus Bedah minitube 2. Sampel Rawamangun K3EDTA darah

tercampur dengan baik.

Sampel darah kapiler yang tidak layak :

1. Terdapat bekuan.

2. Sampel darah lebih

dari batas.

3.6 Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data yang dilakukan pada penelitian ini adalah menggunakan data primer.

3.7 Teknik Pengolahan Data

Hasil penelitian yang diperoleh dari hasil pengolahan sampel pengambilan darah vena dan kapiler K3EDTA pada pasien rawat jalan RS Khusus Bedah Rawamangun diolah menggunakan Software Statistik SPSS.

3.8 Teknik Analisis Data

Analisis data dilakukan secara Univariat Bivariat. Analisis Univariat dilakukan secara karakteristik berdasarkan usia pasien rawat jalan RS Khusus Bedah Rawamangun dan rerata hasil jumlah trombosit antara darah vena dan darah kapiler sedangkan Analisis Bivariat (Paired T-Test) dilakukan untuk mengetahui apakah ada perbandingan antara darah vena dan darah kapiler melalui nominal hasil dari trombosit.

3.9 Prosedur Penelitian 1. Pra Analitik

a. Persiapan Pasien

Memberikan pengarahan bahwa akan dilakukan pengambilan darah, sesuai berapa pemeriksaan atau yang di butuhkan.

b. Pengumpulan Spesimen

Melakukan pengecekan bahwa data identitas pasien sesuai, jenis pemeriksaan yang akan di lakukan, volume mencukupi, kondisi baik dalam arti sterik dan tidak terkontaminasi atau lisis.

31

Universitas Binawan

1. Alat dan Bahan :

Alat :

Bahan :

- Spuit 3cc - Kapas Alkohol 70%

- Lancing devices - Sysmex XP-100 - Jarum Lancer - minitube K3EDTA - Torniquet - Tabung K3EDTA

- Darah yang di peroleh dari ( darah vena dan darah kapiler )

2. Cara kerja :

1) Pastikan alat dalam status ready, lalu tekan tombol Qc pada layar.

2) Pilih dan tekan kolom file Qc yang di kehendaki. Layar analisis kemudian akan muncul.

3) Homogenisasikan darah control yang akan diperiksa dengan dengan baik, dengan menggoyangkan botol.

4) Buka tutup botol control dan letakkan di bawah aspiration probe. Pastikan ujung probe menyentuh dasar botol darah control agar tidak menghisap udara.

5) Tekan start switch untuk memulai proses.

6) Setelah terdengar bunyi beep dua kali dan (running) muncul pada layar, Tarik botol darah control dari bawah probe.

7) Setelah analisis, hasil akan muncul di layar.

8) Tekan (OK) untuk menyimpan hasil pada Qc apabila tidak ingin menyimpan hasil pada Qc chart.

9) Tekan tombol “print” agar hasil Qc dapat tercetak.

2. Analitik

1. Cara Kerja Sysmex Xp-100

1) Reagen cellpack dan Stromatolyser-WH disiapkan.

2) Alat dihidupkan dan dilakukan self check, pesan Please wait akan tampil di layar dan akan dilakukan background secara otomatis. Jika nilai background sesuai dengan spesifikasi, maka alat siap untuk dioperasikan.

3) Darah kontrol (high, low, normal) diperiksa terlebih dahulu.

2. Kontrol high : MCV 86,3 fl, MCH 31,3 pg, MCHC 36,2 gram %.

3. Kontrol low : MCV 70,4 fl, MCH 24,9 pg, MCHC 35,4 gram %.

4. Normal : MCV 77,4 fl, MCH 27,3 pg, MCHC 35,3 gram %.

4) Data pasien dimasukkan, kemudian tekan tombol Enter.

33

Universitas Binawan

5) Darah pasien yang akan diperiksa sudah dihomogenkan, kemudian diletakkan dibawah Aspiration probe untuk dihisap.

6) Tekan tombol star dan sampel akan terhisap.

7) Setelah bunyi beep 2 kali, ambil sampel dari bawah Aspiration probe.

8) Hasil pemeriksaan akan tampil di layar dan tercetak pada kertas.

9) Bila semua pemeriksaan sudah selesai, matikan alat dengan menekan tombol shutdown dengan menggunakan cellclean.

1. Pasca Analitik a. Pencatatan Hasil

Setelah melakukan pemeriksaan, dilakukan presentasi hasil. Melakukan pengecekan terhadap interprestasi hasil :

Tabel 2. Interprestasi Hasil

Parameter Nilai Normal Leukosit 3.8-10.6 ribu/uL Eritrosit 4,4-5,9 juta/uL Hemoglobin 13,2-17,3 g/dL

Hematokrit 40-52 %

Trombosit 150-400 ribu/uL

MCV 80-100 fL

MCH 26-34 pg

MCHC 32-36 g/dL

RDW <14%

Hitung Jenis :

Basofil 0-1 %

Eosinofil 2-4%

Neutrofil Batang 3-5%

Neutrofil Segmen 50-70%

Limfosit 25-40%

Monosit 2-8%

b. Pelaporan Hasil

Pelaporan hasil merupakan proses akhir pemeriksaan, pada pelaporan hasil dilakukan pengecekan ulang hingga pelaporan hasil ke dokter di laboratorium.

35

Universitas Binawan

Mengurus surat izin pembuatan etichal clearance

dan surat keterangan penelitian di prodi TLM Universitas Binawan

Melakukan penelitian dengan melakukan pengambilan darah melalui darah vena dan darah

kapiler terhadap pasien rawat jalan di RSKBR

Memasukkan sampel ke alat Hematology Analyzer sysmex xp-100

3.10 Alur Penelitian

Gambar 2. Alur Penelitian

Analisis data menggunakan software statistik Melakukan penelitian di laboratorium RSKBR Menyerahkan surat keterangan penelitian dari

prodi TLM Universitas Binawan dan etichal clearance kepada direktur RSKBR Mengajukan persyaratan untuk membuat etichal

clearance di RSUD Budhi Asih

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

4.1.2 Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Provinsi DKI Jakarta, yaitu Jakarta Timur. Lokasi pelaksaanaan penelitian sampel dilakukan di RS Khusus Bedah Rawamangun yang terletak di Jalan Balai Pustaka Raya 29-31 - Pulo Gadung, Kota Jakarta Timur. Dimana pada tahun 1969 bangun Rumah Sakit Khusus Bedah Rawamangun merupakan Rumah Bersalin (RB) yang berdiri oleh Yayasan Bethesda, kemudian di tahun 1975 berubah menjadi Klinik Spesialis Rawamangun, lalu pada tahun 1981 diambil alih oleh Yayasan El Hakim dan di tahun 1989 berubah menjadi Rumah Sakit yang mana nama tersebut adalah Rumah Sakit Khusus Bedah Rawamangun.

(www.rskbrawamangun.com)(38)

Gambar 4.1 Lokasi Rumah Sakit Khusus Bedah Rawamangun(38)

36

RS Khusus Bedah Rawamangun mempunyai berbagai tipe pelayanan pasien termasuk BPJS. Memiliki layanan unggulan yaitu pelayanan bedah (bedah anak, bedah tulang, bedah plastik, bedah urologi, bedah vaskuler dan lainnya), dan dikenal dengan pelayanannya yang ramah dengan mengutamakan kepuasan pelanggan.

4.1.3 Analisis Univariat

Pengumpulan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik flebotomi. Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan uji Purposive Total Sampling dengan kriteria inklusi dan eksklusi. Penelitian dilakukan mulai dari periode bulan Mei sampai dengan Juni Tahun 2022. Dari sampel penelitian ini, didapatkan sampel sebanyak 30 sampel pasien rawat jalan di RS Khusus Bedah Rawamangun dengan karakteristik dan data yang diperoleh kemudian dianalisis dan disajikan secara deskriptif dalam bentuk tabel dan grafik sebagai berikut :

a) Karakteristik sampel berdasarkan usia pasien

Karakteristik sampel berdasarkan usia pasien rawat jalan dibuat untuk memenuhi salah satu kriteria inkulisi dan eksklusi yang dilakukan oleh peneliti. Karakteristik sampel berdasarkan usia pasien rawat jalan yang hanya melakukan pemeriksaan laboratorium darah rutin di RS Khusus Bedah Rawamangun sebagai berikut Tabel 4.1.

Tabel 4.1 Karakteristik Berdasarkan Usia

Usia Frekuensi Presentase (%)

Remaja Akhir (17–25 Tahun) 8 26,7

Dewasa Awal (26–35 Tahun) 8 26,7

Dewasa Akhir (36–45 Tahun) 14 46,7

Total 30 100,0

Pengelompokkan berdasar usia merujuk ke Departemen Kesehatan Republik Indonesia(39)

38

Universitas Binawan

Berdasarkan Tabel 4.1 dapat disimpulkan bahwa distribusi frekuensi usia pasien rawat jalan yang melakukan pemeriksaan darah rutin di laboratorium RS Khusus Bedah Rawamangun dikelompokkan menjadi 3 kelompok dengan jumlah sampel sebanyak 30 pasien rawat jalan. Kelompok pertama adalah Remaja Akhir (17–25 Tahun), pada kelompok usia ini didapatkan hasil presentase (26,7%) yang sama rata dengan pasien rawat jalan usia Dewasa Awal (26–35 Tahun) sebanyak 26,7%, sedangkan kelompok ketiga Dewasa Akhir (36–45 Tahun) sebanyak 46,7%.

b) Data rerata hasil jumlah trombosit

Data rerata hasil jumlah trombosit darah vena dan darah kapiler pasien rawat jalan di RS Khusus Bedah Rawamangun sebagai mana terlihat pada Tabel 4.2

Tabel 4.2 Data Rerata Hasil Jumlah Trombosit Darah Vena dan Darah Kapiler

Selisih Jenis Spesimen N Rerata Minimum Maximum rerata/mm3

Darah Vena 30 324.000 165.000 489.000

10.000 Darah Kapiler 30 314.000 154.000 465.000

Berdasarkan Tabel 4.2 diatas menunjukkan sampel sebanyak 30 pasien rawat jalan di RS Khusus Bedah Rawamangun memiliki selisih 10.000/mm3.

100%

100 80

60 50,5%

40 20 0

Darah Vena Darah Kapiler

c) Grafik presentase jumlah trombosit

Grafik presentase jumlah trombsoit darah vena dan darah kapiler pasien rawat jalan RS Khusus Bedah Rawamangun sebagai mana terlihat pada Gambar 4.2.

Gambar 4.2 Grafik Presentase Jumlah Trombosit

Hasil grafik pada Gambar 4.2 menunjukkan dari 30 sampel darah vena dan darah kapiler yang diperiksa, didapat 30 sampel dengan presentase (100%) jumlah trombsoit darah vena lebih tinggi dari jumlah trombosit darah kapiler (50,5%).

4.1.4 Analisis Bivariat

Analisis Bivariat menggunakan uji Paired T-test untuk mengetahui apakah ada perbandingan yang signifikan antara darah vena dan darah kapiler melalui nominal hasil dari jumlah trombosit.

Sebelum dilakukan uji Paired T-test dilakukan adanya uji normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah berdistribusi normal atau tidak, jika data berdistribusi normal maka uji Paired T-test bisa dilakukan.

40

Universitas Binawan

a) Uji Normalitas

Uji normalitas data dilakukan sebelum analisis bivariat terhadap hasil jumlah trombosit darah vena dan darah kapiler. Uji normalitas pada sebuah data bertujuan untuk menguji apakah data berdistribusi normal atau tidak normal. Uji normalitas data yang digunakan adalah Shapiro-Wilk karena dalam penelitian ini menggunakan sampel kurang dari 50. Hasil uji normalitas dapat dilihat pada Tabel 4.3.

Tabel 4.3 Tabel Uji Saphiro-Wilk

Shapiro-Wilks

Statistik Sig.

Darah Vena .956 .241

Darah Kapiler .949 .158

Memiliki Ketentuan ;

a. Jika signifikansi < 0,05 maka kesimpulannya data berdistribusi tidak normal.

b. Jika signifikansi > 0,05 maka kesimpulannya data berdistribusi normal.

Pada Tabel 4.3 Uji Normalitas Shapiro-Wilk dapat diketahui bahwa hasil darah vena memperoleh nilai signifikan 0,241 lebih besar dari 0,05, artinya variabel data hasil darah vena berdistribusi normal dan kadar darah kapiler memperoleh hasil signifikan 0,158 lebih besar dari 0,05, yang artinya variabel data hasil darah vena berdistribusi normal, maka uji T-test yang akan digunakan adalah uji Paired T-test.

Dokumen terkait