• Tidak ada hasil yang ditemukan

Teknik Pengumpulan Data

Dalam dokumen implementasi pendidikan karakter dan budaya (Halaman 53-82)

BAB III METODE PENELITIAN

E. Teknik Pengumpulan Data

Teknik atau cara yang digunakan dalam pengumpulan data penelitian ini adalah tekni wawancara, teknik observasi dan teknik dokumentasi. Sebab bagi penelitian kualitatif, fenomena yang sesungguhnya dapat dimengerti dengan mudah maknanya secara baik, apabila dilakukan interaksi dengan subyek melalui wawancara mendalam dan observasi, di mana fenomena tersebut

42

berlangsung dan disamping itu untuk melengkapi data, diperlukan dokumentasi (tentang bahan-bahan yang ditulis oleh atau tentang subyek).43

a. Teknik Wawancara

Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan ini dilakukan dengan dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara (interviewe) yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu.44

Tujuan dari wawancara ini adalah untuk menemukan permasalahan secara lebih terbuka dimana pihak yang diajak wawancara diminta pendapat dan ide-idenya. Dalam melakukan wawancara, peneliti perlu mendengarkan secara teliti dan mencatat apa yang dikemukakan oleh informan. 45

Dalam hal ini orang-orang yang akan diwawancarai antara lain:

1. Kepala Sekolah SD Negeri 115 Seluma.

2. Guru Pkn di SD Negeri 115 Seluma.

3. Siswa SD Negeri 115 Seluma b. Teknik Observasi

Dalam penelitian ini metode observasi digunakan untuk mengumpulkan data, antara lain:

1. Mengamati Implementasi Pendidikan karakter dan Budaya bangsa Dalam pembelajaran Pkn di SD Negeri 115 Seluma.

43Sugiyono, Metode Penelitian Administrasi , R&D, (Bandung: Alfabeta , 2014),h.

101

44 Rostina Sundayana, Statistika Penelitian Pendidikan, (Bandung: Alfabeta, 2014), h. 22.

45 Sugiyono, Metode Penelitian Administrasi , R&D, (Bandung: Alfabeta , 2014),h.

20

43

2. Mengamati sikap dan perilaku siswa di SD Negeri 115 Seluma.

c. Teknik Dokumentasi

Adapun dokumentasi yang diperoleh meliputi: transkrip sejarah berdirinya SD Negeri 115 Seluma, struktur organisasi sekolah, kemudian sarana dan prasarana yang ada. Selain itu juga ada dokumen foto dalam pelaksanaan proses belajar mengajar di SD Negeri 115 Seluma. Sedangkan

“dokumen” yang digunakan dalam penelitian ini antara lain, foto-foto, catatan khusus dan catatan lapangan.46

F. Uji Keabsahan Data

Untuk menjamin validasi data temuan, peneliti melakukan beberapa upaya di samping menanyakan langsung kepada subjek. Peneliti juga mencari jawaban dari sumber lain. Cara yang digunakan disebut teori triangulasi, yaitu penggunaan multipleteori (lebih dari satu teori utama) atau beberapa perspektif untuk menginterpretasi sejumlah data.47

Jadi triangulasi digunakan oleh peneliti dalam menguji keabsahan data dengan memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data tersebut. agar data benar- benar valid. Dalam penelitian ini digunakan dua triangulasi, yaitu:

a. Triangulasi data/sumber, yaitu dengan menggunakan berbagai sumber untuk mendapatkan informasi. Pada triangulasi ini peneliti tidak hanya menggunakan informasi dari satu informan saja, tetapi informasi dari para

46 Rostina Sundaya, Statistika Penelitian Pendidikan, (Bandung: Alfabeta, 2014), h.

23.

47 Sundayana, Statistika Penelitian Pendidikan, h. 58.

44

informan di lingkungan tempat penelitian yang meliputi: Kepala Sekolah, dan guru kelas.

b. Triangulasi metode, yaitu dengan membandingkan berbagai data hasil interview, observasi, dan dokumentasi. Data-data yang telah diperoleh kemudian dibandingkan satu sama lainnya agar teruji kebenarannya.

G. Teknik Analisis Data

Analisis data kualitatif adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola, mensintesiskannya, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain.48

Proses-proses analisa kualitatif tersebut dapat dijelaskan ke dalam 3 langkah berikut:

1. Data Reduction (reduksi data)

Data yang diperoleh dari lapangan jumlahnya cukup banyak, untuk itu maka perlu dicatat secara teliti dan rinci. Semakin lama peneliti ke lapangan, maka jumlah data akan makin banyak, kompleks dan rumit.

Untuk itu perlu segera dilakukan analisis data melalui reduksi data.

Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya dan membuang yang tidak perlu. Dengan demikian data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas, dan mempermudah peneliti

48Sugiyono, Metode Penelitian Administrasi, h. 33

45

untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya, mencarinya bila diperlukan.49

2. Data Display (Penyajian Data)

Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah mendisplaykan data. Dalam penelitian kualitatif, penyajian data bisa dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori, flowchart dan sejenisnya. Yang paling sering digunakan untuk menyajikan data dalam penelitian kualitatif adalah dengan teks yang bersifat naratif.

3. Conclusion Drawing/ Verification

Langkah ketiga dalam analisis data kualitatif menurut Miles dan Huberman adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi. Kesimpulan awal masih bersifat sementara, dan akan berubah bila tidak ditemukan bukti- bukti yang kuat yang mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya. Tetapi apabila kesimpulan yang dikemukakan pada tahap awal, didukung oleh bukti-bukti yang valid dan konsisten saat peneliti kembali ke lapangan mengumpulkan data, maka kesimpulan yang dikemukakan merupakan kesimpulan yang kredibel.50

Data yang didapat merupakan simpulan dari berbagai proses dalam penelitian kualitatif, seperti pengumpulan data kemudian dipilih data yang sesuai, kemudian disajikan, sampai akhirnya disimpulkan. Setelah data disimpulkan ada hasil penelitian berupa temuan-temuan baru berupa deskripsi, sehingga masalah dalam penelitian menjadi jelas.

49 Sugiyono, Statistika Untuk Penelitian, (Bandung: Alfabeta, 2015), h. 38

50 Sugiyono, Statistika Untuk Penelitian, h. 23

46 BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Objek Penelitian 1. Identitas Sekolah

1 Nama Sekolah : SD NEGERI 115 SELUMA

2 NPSN : 10701460

3 Jenjang Pendidikan : SD

4 Status Sekolah : Negeri

5 Alamat Sekolah : SD N 115 Seluma - Kota Agung

RT / RW : 3 / 3

Kode Pos : 38576

Kelurahan : Kota Agung

Kecamatan : Kec. Seluma Timur

Kabupaten/Kota : Kab. Seluma

Provinsi : Prov. Bengkulu

Negara : Indonesia

6 Posisi Geografis : -4,0673 Lintang

102,5667 Bujur

3. Data Pelengkap

7 SK Pendirian Sekolah : 8 Tanggal SK Pendirian : 1983

9 Status Kepemilikan : Pemerintah Daerah 10 SK Izin Operasional : -

11 Tgl SK Izin Operasional : 1983 12 Kebutuhan Khusus Dilayani :

13 Nomor Rekening : 3030201065356

14 Nama Bank : Bank Bengkulu

15 Cabang KCP/Unit : Tais

16 Rekening Atas Nama : SD N 115 Seluma

17 MBS : Ya

18 Luas Tanah Milik (m2) : 5260 19 Luas Tanah Bukan Milik (m2) : 0

20 Nama Wajib Pajak : SDN 115 SELUMA

21 NPWP : 004062188311000

3. Kontak Sekolah

20 Nomor Telepon :

21 Nomor Fax :

22 Email : [email protected]

23 Website : http://10701460.Siap_sekolah.com

46

47 4. Data Periodik

24 Waktu Penyelenggaraan : Pagi/6 hari 25 Bersedia Menerima Bos? : Ya

26 Sertifikasi ISO : Belum Bersertifikat

27 Sumber Listrik : PLN

28 Daya Listrik (watt) : 1300

29 Akses Internet : Telkomsel Flash 30 Akses Internet Alternatif : Tidak Ada 5. Sanitasi

31 Kecukupan Air : Cukup

32 Sekolah Memproses Air : Ya Sendiri

33 Air Minum Untuk Siswa : Tidak Disediakan 34 Mayoritas Siswa Membawa : Ya

Air Minum

35 Jumlah Toilet Berkebutuhan : 0 Khusus

36 Sumber Air Sanitasi : Sumur terlindungi 37 Ketersediaan Air di : Ada Sumber Air

Lingkungan Sekolah

38 Tipe Jamban : Tidak tersedia jamban

39 Jumlah Tempat Cuci : 0

Tangan

40 Apakah Sabun dan Air : Tidak Mengalir pada Tempat Cuci

Tangan

41 Jumlah Jamban Dapat : Laki-laki Perempuan Bersama

Digunakan 0 0 0

42 Jumlah Jamban Tidak Dapat : Laki-laki Perempuan Bersama

Digunakan 0 1 1

B. Hasil Penelitian

Implementasi Pendidikan karakter dan budaya bangsa bukan hanya sebagai pendidikan benar dan salah, tetapi mencakup proses pembiasaan tentang perilaku yang baik. Upaya implementasi pendidikan karakter tersebut perlu didukung oleh peran serta semua warga sekolah. Karakter merupakan nilai-nilai perilaku manusia yang berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa,

48

diri sendiri, sesama manusia, lingkungan, dan kebangsaan yang terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan, dan perbuatan berdasarkan norma- norma agama, hukum, tata krama, budaya, dan adat istiadat. Karakter merupakan kualitas atau kekuatan mental, moral, perilaku, sikap, dan kepribadian seseorang. Karakter merupakan kunci kesuksesan dalam kehidupan seseoran di masa depan.

Implementasi pendidikan karakter dan budaya bangsa membentuk pribadi cerdas dan berkarakter kuat. Pendidikan karakter dan budaya bangsa dapat diterapkan pada setiap mata pelajaran. Implementasi Pendidikan karakter dan budaya bangsa di sekolah dasar merupakan salah satu awal penanaman dan pembentukan karakter peserta didik, karena mereka masih dalam masa perkembangan. Oleh sebab itu peran guru menjadi sangat penting dalam hal membentuk karakter peserta didik, yang dapat dilaksanakan melalui proses pembelajaran di kelas. Berdasarkan hasil wawancara kepada informan penelitian sebagai berikut. Adapun hal yang dimengerti oleh guru mengenai pendidikan karakter dan budaya bangsa dalam pembelajaran PKn disampaikan oleh informan sebagai berikut:

“Pendidikan karakater dan budaya itu sendiri adalah pendidikan yang mengembangkan nilai-nilai budaya dan karakter bangsa pada diri siswa sehingga mereka memiliki nilai dan karakter sebagai karakter dirinya, menerapkan nilai-nilai tersebut dalam kehidupan dirinya, sebagai anggota masyarakat dan warga negara yang religius, nasionalis, produktf dan kreatif”51

51Ibu Noviartini, Guru PKn, Wawancara pada tanggal 27 Juli 2020

49

Mengenai cara guru menerapkan pembelajaran pendidikan karakter dan budaya bangsa dalam pembelajaran PKn disampaikan oleh guru sebagai berikut:

“Prinsip pembelajaran yang digunakan dalam pengembangan pendidikan budaya dan karakter bangsa mengusahakan agar peserta didik mengenal dan menerima nilai-nilai budaya dan karakter bangsa sebagai milik mereka dan bertanggung jawab atas keputusan yang diambilnya melalui tahapan mengenal pilihan, menilai pilihan menentukan pendirian dan selanjutnya menjadikan suatu nilai sesuai dengan keyakinan diri. Dengan prinsip ini, peserta didik belajar melalui proses berpikir, bersikap dan berbuat. Ketiga proses tersebut dimaksudkan untuk mengembangkan kemampuan peserta didik dalam melakukan kegiatan sosial dan mendorong peserta didik untuk melihat diri sendiri sebagai makhluk sosial”.52

Adapun guru membantu anak-anak dalam meneruskan dan mengembangkan pendidikan karakter dengan cara sebagai berikut:

“Sebenarnya pengembangan budaya dan karakter bangsa tidak dimasukkan sebagai pokok bahasan tetapi terintegrasi dalam mata pelajaran, pengembangan diri dan budaya sekolah. Oleh karena itu, guru dan sekolah perlu mengintegrasikan nilai-nilai yang dikembangkan dalam pendidikan budaya dan karakter bangsa ke dalam kurikulum, silabus dan RPP yang sudah ada”53

Mengenai guru dapat bekerjasama membimbing anak-anak dengan anak dalam merumuskan tujuan secara jelas dalam proses pembelajaran dengan menggunakan pembelajaran pendidikan karakter dan budaya bangsa, guru menjelaskan sebagai berikut:

“Dalam pelaksanaan pembelajaran karakter di kelas mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan, kami sebagai guru lebih sering hanya menggunakan satu metode saja yaitu metode keteladan yang digabungkan dengan pendekatan cooperative learning seperti diskusi dengan teman satu kelas. Jadi guru lebih banyak menjadi pusat penanaman nilai-nilai karakter untuk peserta didik, tetapi dengan

52Ibu Daniar, Kepala Sekolah SDN 115 Seluma, Wawancara pada tanggal 27 Juli 2020

53 Ibu Noviartini, Guru PKn, Wawancara pada tanggal 27 Juli 2020

50

pembawaan guru yang menarik dan menyenangkan, membuat siswa kami merespon baik setiap apa yang kami ajarkan”54

Mengenai cara guru mengarahkan maksud yang ingin disampaikan pada pembelajaran pendidikan karakter dan budaya bangsa, informan menjelaskan sebagai berikut:

“Siswa akan cepat paham dengan apa yang kita ajarkan asal kita arahkan saja. Materi pelajaran biasa digunakan sebagai bahan atau media untuk mengembangkan nilai-nilai budaya dan karakter bangsa.

Oleh karena itu, kami tidak perlu mengubah pokok bahasan yang sudah ada, tetapi menggunakan materi pokok bahasan itu untuk mengembangkan nilai-nilai budaya dan karakter bangsa. Juga kami tidak harus mengembangkan proses belajar khusus untuk mengembangkan nilai. Suatu hal yang selalu harus diingat bahwa satu aktivitas belajar dapat digunakan untuk mengembangkan kemampuan dalam ranah kognitif, afektif dan psikomotor”.55

Adapun kendala yang dihadapi dalam menerapkan pembelajaran pendidikan karakter dan budaya bangsa, disampaikan oleh informan sebagai berikut:

“Memang terdapat beberapa kendala seperti penilaian sikap siswa yang belum terdokumentasi, kurangnya pemahaman guru untuk mengimplementasikan pendidikan karakter, dan tidak adanya sinergi antara pendidikan di sekolah dengan pendidikan di rumah.”56

Siswa senang ketika diterapkan pembelajaran mengenai pendidikan karakter dan budaya bangsa, berikut penjelasan dari informan:

54Ibu Noviartini, Guru PKn, Wawancara pada tanggal 27 Juli 2020

55Ibu Daniar, Kepala Sekolah SDN 115 Seluma, Wawancara pada tanggal 27 Juli 2020

56Ibu Daniar, Kepala Sekolah SDN 115 Seluma, Wawancara pada tanggal 27 Juli 2020

51

“Tentunya siswa senang, pendidikan karakter budaya bangsa ini diawali dengan perkenalan terhadap pengertian nilai yang dikembangkan maka guru menuntun peserta didik agar aktif. Hal ini dilakukan tanpa guru mengatakan kepada peserta didik bahwa mereka harus aktif. Hal ini diakukan tanpa guru mengatakan kepada peserta didik bahwa mereka harus aktif, tapi guru merencanakan kegiatan belajar yang menyebabkan peserta didik aktif merumuskan pertanyaan, mencari sumber informasi dan mengumpulkan informasi dari sumber, mengolah informasi yang sudah dimiliki, merekonstruksi data, fakta atau nilai, menyajikan hasil rekonstruksi atau proses pengembangan nilai, menumbuhkan nilai-nilai budaya dan karakter pada diri mereka melalui berbagai kegiatan belajar yang terjadi di kelas, sekolah dan tugas-tugas di luar sekolah”57

Alasan guru memilih pembelajaran pendidikan karakter dan budaya bangsa pada pelajaran Pkn, maka jawaban ari informan sebagai berikut:

“Pendidikan karakter pada mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan tidak jauh berbeda dengan perencanaan pembelajaran pendidikan karakter pada mata pelajaran yang lain, hanya saja dalam materi pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan terdapat lebih banyak nilai-nilai karakter yang dapat dikembangkan dibandingkan dengan mata pelajaran yang lain”58

Manfaat pembelajaran pendidikan karakter dan budaya bangsa, disampaikan oleh informan sebagai berikut:

“Banyak sekali manfaatnya dapat memberikan gambaran dan penjelasan kepada guru atau pendidik dan lembaga pendidikan sebagai sumbangan pemikiran untuk meningkatkan kualitas pelaksanaan pendidikan karakter”59

57Ibu Noviartini, Guru PKn, Wawancara pada tanggal 27 Juli 2020

58Ibu Daniar, Kepala Sekolah SDN 115 Seluma, Wawancara pada tanggal 27 Juli 2020

59 Ibu Daniar, Kepala Sekolah SDN 115 Seluma, Wawancara pada tanggal 27 Juli 2020

52

Adapun hasil siswa setelah dilakukan pendidikan karakter dan budaya bangsa pada mata pelajaran Pkn sebelum melakukan pembelajaran pendidikan karakter dan budaya bangsa, disampaikan oleh informan berikut:

“Ada indikatornya untuk penilaian pencapaian pendidikan nilai budaya dan karakter. Misal, indikator untuk nilai jujur di suatu semester dirumuskan dengan “mengatakan dengan sesungguhnya perasaan dirinya mengenai apa yang dilihat, diamati, dipelajari atau dirasakan”

maka kami mengamati (melalui berbagai cara) apakah yang dikatakan seorang peserta didik itu jujur mewakili perasaan dirinya. Mungkin saja siswa menyatakan perasaannya tersebut secara lisan tetapi dapat juga dilakukan secara tertulis atau bahkan dengan bahsa tubuh.

Perasaan yang dinyatakan itu mungkin saja memiliki gradasi dari perasaan yang tidak berbeda dengan perasaan umum teman sekelasnya sampai bahkan kepada yang bertentangan dengan persaan umum teman sekelasnya. Penilaian dilakukan secara terus menerus, setiap saat guru berada di kelas atau di sekolah”60

Peneliti juga melakukan wawancara kepada siswa apa yang diketahui mengenai penidikan karakter budaya bangsa, maka berikut adalah jawaban dari informan:

“Maksudnya mengembangkan nilai-nilai pancasila pada siswa”61

“Mengembangkan nilai-nilai budaya pada siswa”62

Mengenai bentuk dari pendidikan karakter dan budaya bangsa yang diajarkan oleh guru. Tanggapan beberapa siswa sebagai berikut:

“Kami diajari oleh guru agar sholat, menghargai diri sendiri, sesama manusia dan juga menjaga lingkungan”63

60Ibu Daniar, Kepala Sekolah SDN 115 Seluma, Wawancara pada tanggal 27 Juli 2020

61 Siswa, Siswa SDN 115 Seluma, Wawancara pada tanggal 27 Juli 2020

62 Siswa, Siswa SDN 115 Seluma, Wawancara pada tanggal 27 Juli 2020

63 Siswa, Siswa SDN 115 Seluma, Wawancara pada tanggal 27 Juli 2020

53

“Kalau guru kami menuntut kami agar belajar secara mandiri, kalau tidak ada guru jangan ribut di kelas, disuruh membaca buku dulu sampai guru datang”64

“Guru kami mengajarkan agar kami saling menghormati baik satu agama maupun berbeda agama kami semua sama satu bangsa”65

Adapun guru mengajarkan agar siswa berperilaku yang baik, menurut siswa sebagai berikut:

“Iya, ibuk dan bapak guru selalu mengajarkan kepada kami agar bersikap baik kepada sesame teman, kepada guru, kepada orang tua dan kepada orang lainnya juga”66

Mengenai cara guru mengajarkan agar siswa bersikap dan berperilaku dengan baik, berikut keterangan dari siswa:

“Kalau lagi belajar ibuk guru menjelaskan bagaimana perilaku yang baik, apa akibuatnya kalau kita tidak berbuat baik, kepada siapa harus berbuat baik”67

Mengenai apa saja contoh sikap yang baik yang diajarkan oleh guru, berikut keterangan dari informan:

“Kata ibuk guru harus bersikap jujur, disiplin dan juga tiak boleh melawan nasehat guru”68

64 Yudi, Siswa SDN 115 Seluma, Wawancara pada tanggal 27 Juli 2020

65 Salsabila, Siswa SDN 115 Seluma, Wawancara pada tanggal 27 Juli 2020

66 Yudi, Siswa SDN 115 Seluma, Wawancara pada tanggal 27 Juli 2020

67 Salsabila, Siswa SDN 115 Seluma, Wawancara pada tanggal 27 Juli 2020

68 Niza, Siswa SDN 115 Seluma, Wawancara pada tanggal 27 Juli 2020

54 C. Pembahasan

Implementasi pendidikan karakter budaya bangsa yaitu pemberian materi pembelajaran PKn terhadap pembentukan karakter dan budaya bangsa siswa adalah menjadikan PKn sebagai mata pelajaran yang mampu membentuk kebiasaan yang baik, agar senantiasa menjaga perilaku yang baik.

Dikatakan perilaku dan karakter yang baik, diharapkan siswa dapat hidup dalam “kebaikan”, baik yang berhubungan dengan orang lain maupun dengan dirinya sendiri. Membentuk karakter pada diri anak memerlukan suatu tahapan yang dirancang secara sistematis dan berkelanjutan. Sebagai individu yang sedang berkembang, anak memiliki sifat suka meniru tanpa mempertimbangkan baik atau buruk. Hal ini didorong oleh rasa ingin tahu dan ingin mencoba sesuatu yang diminati, yang kadangkala muncul secara spontan.

Sikap jujur yang menunjukkan kepolosan seorang anak tanpa beban menyebabkan anak selalu ingin tampil riang dan dapat bergerakdan beraktivitas secara bebas. Akhirnya, sifat unik menunjukkan bahwa anak merupakan sosok individu yang kompleks yang memiliki perbedaan dengan individu lainnya. Anak akan melihat dan meniru apa yang ada disekitarnya, bahkan apabila hal itu sangat melekat pada diri anak akan tersimpan dalam memori jangka panjang.

Apabila yang tersimpan adalah hal yang positif (baik), maka akan menghasilkan perilaku yang konstruktif. Namun, apabila yang tersimpan adalah sesuatu yang negatif (buruk), akan dihasilkan di kemudian hari hal-hal

55

yang destruktif. Dapat dikemukakan bahwa pendidikan ke arah terbentuknya karakterbangsa bagi para siswa merupakan tanggung jawab semua guru. Oleh karena itu, pembinaannya harus oleh semua guru. Dengan demikian, kurang tepat jika dikatakan mendidik para siswa agar memiliki karakter budaya bangsa hanya ditimpahkan kepada guru matapelajaran tertentu, semisal guru PKn atau guru pendidikan agama. Walaupun dapat dipahami bahwa porsi yang dominan untuk mengajarkan pendidikan karakter bangsa adalah paraguru yang relevan dengan pendidikan karaktrer bangsa. Tanpa terkecuali, semua guru harus menjadikan dirinya sebagai sosok teladan yang berwibawa bagi para siswa, sebab tidak akanmemiliki makna apapun bila seorang guru PKn mengajarkan menyelesaikan suatu masalah yang bertentangan dengan cara demokrasi, sementara guru lain dengan cara otoriter.

Umumnya guru mempunyai kecenderungan memperlukan anak didiknya sebagai anak yang memiliki kemampuan rata-rata. Perbedaan yang ada diantara anak-anak dsebabkan oleh faktor budaya, bahasa, kelas sosial- ekonomi, dan perbedaan atau kelainan yang ditemukan. Guru perlu mengembangkan nilai-nilai karakter dalam dirinya dan memilik peran penting dalam pembentukan karakter siswa. Guru perlu memiliki karakter yang kuat dan positif untuk dapat membentuk siswa yang berkarakter.

Pendidikan karakter berusaha menanamkan berbagai kebiasaan- kebiasaan baik kepada siswa agar bersikap dan bertindak sesuai dengan nilai- nilai budaya dan karakter bangsa. Pendidikan karakter mengantarkan siswa untuk belajar memaknai kearifan. Masa usia sekolah dasar sebagai masa

56

kanak-kanak akhir yang berlangsung dari usia enam tahun hingga kira-kira usia sebelas tahun atau dua belas tahun. Karakteristik utama siswa sekolah dasar adalah mereka menampilkan perbedaan-perbedaan individual dalam banyak segi dan bidang, di antaranya, perbedaan dalam intelegensi, kemampuan dalam kognitif dan bahasa, perkembangan kepribadian dan perkembangan fisik anak. Oleh karena itu dalam suatu pembelajaran guru tidak hanya memberikan materi ajar saja, namun guru juga harus menanamkan nilai-nilai karakter pada siswa. Ciri utama pembelajaran adalah meningkatkan dan mendukung proses belajar siswa. Guru dapat mengembangkan pendidikan karakter melalui proses pembelajaran.

Pentingnya pendidikan karakter dalam sistem pendidikan nasional sering diangkat dalam wacana publik. Menteri Pendidikan Nasional menyatakan bahwa pembinaan karakter yang termudah dilakukan adalah ketika anak-anak masih duduk di bangku sekolah dasar. Itulah sebabnya kita memprioritaskan pendidikan karakter di tingkat sekolah dasar. Agar dalam kehidupan bermasyarakat siswa mampu mengembangkan sikap toleransi dan kebersamaan yang merupakan pendidikan karakter. Karena pentingya pengembangan sikap toleransi dan kebersamaan. Mengingat manusia terdiri dari beragam budaya. Karakter harus diterapkan karena sekolah harus membentuk anak, jadi kembali lagi pada tujuan utama mendidik. Dalam mendidik anak, guru mengharapkan akan membentuk seorang anak menjadi sesuatu yang lebih baik dari sebelumnya melalui penanaman karakter.

57

Untuk mendukung upaya pembinaan nilai-nilai Pancasila dan nasionalisme di sekolah melalui pembelajaran PKn, maka perlu diupayakan pembelajaran PKn yang memiliki kekuatan (powerfull). Tidak hanya melalui pembelajaran PKn diajarkan pendidikan karakter pada sekolah dasar, namun untuk semua mata pelajaran guru dapat menanamkan pendidikan karakter. Di sinilah diperlukan contoh dan teladan guru agar guru dapat memengaruhi pembentukan karakter anak sehingga anak dapat membedakan mana yang baik, dan mana yang tidak baik. Jika demikian, maka dengan mudah guru dapat membentuk karakter anak sedini mungkin. Beberapa nilai yang perlu dikembangkan di dalam Pendidikan karakter adalah nilai ketaqwaan, nilai keimanan, nilai kejujuran, nilai kepedulian, nilai, nilai, dan nilai etika atau sopan. Penghayatan nilai-nilai kehidupan menjadi dasar pembentukan karakter manusia. Mengembangkan siswa menjadi warga negara yang memiliki pengetahuan, nilai, sikap, dan keterampilan yang memadai untuk berperan- serta dalam kehidupan.

Guru dapat mengimplementasikan pendidikan karakter dan budaya bangsa dalam pembelajaran melalui mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan. Pendidikan kewarganegaraan disisipkan nilai-nilai karakter bangsa yang penting dimiliki oleh setiap warga negara sebagai karakter individu agar pada gilirannya dapat terakumulasi menjadi karakter bangsa.

Pendidikan moral yang bisa dijadikan rujukan penguatan pendidikan karakter anak bangsa dewasa ini. Guru professional adalah guru yang memiliki keahlian serta kemampuan mumpuni, bukan hanya ahli tapi bisa

Dalam dokumen implementasi pendidikan karakter dan budaya (Halaman 53-82)

Dokumen terkait